M. Nafis Al-Mukhdi's Blog

December 22, 2024

Nightwatching oleh Tracy Sierra

Aslinya diposting pada Ahad, 21 April 2024.

Di Amerika Serikat, terdapat sebuah acara bincang malam bernama The Tonight Show Starring Jimmy Fallon. Dari namanya saja, sudah dapat diketahui bahwa Jimmy Fallon menjadi pembawa acara tersebut.

Sudah menjadi tradisi tahunan bagi acara The Tonight Show untuk mengadakan Summer Reads, dan beberapa tahun terakhir dinamai sebagai Fallon Book Club. Biasanya, sebuah buku dipilih oleh Jimmy Fallon berdasarkan beberapa saran, kemudian salah satu buku dipilih untuk dibaca bersama.

Suatu hari di tahun 2024, terinspirasi dari March Madness, sebutan bagi Turnamen Bola Basket Putra yang populer di Amerika Serikat, Jimmy Fallon memiliki ide. Sesuatu yang baru dilakukan olehnya. Dia mengumpulkan 16 buku, kemudian dibuat klasemen dan penonton acara bisa memilih setiap bukunya. Layaknya pertandingan biasa, 16 menjadi 8, 8 menjadi 4, 4 menjadi 2, sampai ada 1 buku yang terpilih untuk dibaca bersama.

Nightwatching oleh Tracy Sierra, terpilih menjadi buku untuk dibaca bersama. Novel debut dari pengarang debut yang resensinya sudah tersebar dan kebanyakannya bersifat bagus. Nightwatching by Tracy Sierra is the Fallon Book Club pick for Summer Reads 2024.

Tentunya, novel ini berbahasa Inggris. Tersedia di Amazon, Kindle, bahkan Google Play Books. Di Google Play Books harganya sekitar 216 ribu rupiah.

Genrenya adalah Domestic Thriller. Premisnya pun sederhana, sehingga pembaca lebih mudah membayangkan karena keterkaitan dengan sehari-hari.

“Seorang ibu yang mendengar suara di rumahnya. Dia tidak ingin mengganggu anak laki-lakinya yang tertidur, kemudian mengintip ke bawah tangga, tempat asal suara. Dia tahu siapa orangnya dan apa yang dia mau. Tersisa dua pilihan, apakah dia bersembunyi dengan anaknya di rumah, atau mencari jalan keluar segera.”

Aku mengintip sedikit Bab 1 dari Google Play Books. Sebagai pembaca pemindai, aku mengatakan bahwa sebagai pengarang debut, penggunaan show and tell begitu apik untuk genre thriller. Tell menjadi kalimat pembuka bab, dan show yang kemudian agar lebih mudah diimajinasikan.

Aku pribadi belum pernah mengetahui tentang Klub Buku, tetapi dari sini nampaknya menarik. Aku teringat melihat di Twitter, ada budaya sama untuk meningkatkan literasi. Sebuah klub buku virtual.

Aplikasi pembaca gratis seperti Ipusnas bisa menjadi media mereka. Akan tetapi, versi mereka, bukunya tidak ditentukan, namun hanya perlu melaporkan progres membaca secara berkala.

Pengetahuan baru. Ada klub menulis, yang aku sudah merasakannya, ada juga klub membaca, yang baru-baru ini tahu.

Oh ya, jika kamu ternyata membaca novel Nightwatching oleh Tracy Sierra ini, bagikan pendapatmu. Aku ingin membacanya.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 22, 2024 03:39 Tags: review

June 24, 2024

Mulia (Review Novel Digital "Project Noble" oleh Andy Wylan)

Underrated at it best. Kalimat yang akan menjadi kesimpulan dari tulisan yang akan kamu baca. Aku rasa itu kalimat tepat untuk menjelaskan semuanya.

Sebagai komunikator pasif, aku memang jarang berinteraksi dengan orang lain ditambah pembahasan yang aku angkat lebih sering menyimpang dari topik yang sedang dibicarakan. Terlebih lagi, akhir-akhir ini aku muncul dalam grup WhatsApp yang mereka bentuk, sekadar untuk membagikan informasi tentang lomba, kompetisi, atau event menulis yang sedang berlangsung karena aku yakin mereka lebih hebat dan mungkin salah satunya akan menjadi juara.

Seperti Andy Wylan, seorang rekan kepenulisan dalam komunitas yang luar biasa, meski dia mungkin belum menganggapku sama. Seorang penulis fantasi yang debut novel thriller pertamanya. Pemenang Wattys 2022, dia yang menang, kami yang bangga.

Sebagai konteks, kami tergabung dalam komunitas kepenulisan bernama Black Pandora Club. Aku pribadi hanya tergabung di sana, sedangkan kak Andy–aku memanggilnya–juga tergabung dalam Written In Action Indonesia dan Nusantara Pen Circle.

Berkat hal tersebut, aku merasakan Black Pandora Club yang mungkin dipandang sepele kini mulai naik nama. Harapan yang terkubur dalam guci itu, dewa telah menunjukkannya kepada para hamba.

Jujur, aku tidak begitu "dekat" dengan mereka. Sekali lagi, karena kemampuan komunikasiku terlebih dalam bentuk chat WhatsApp tidak begitu bagus sehingga membawa topik yang berbeda untuk dibicarakan. Aku menjadi orang yang menumpang lewat, dan saat ini berperan penuh dalam melakukan hal itu.

Tergabung dalam satu komunitas seperti ini menjadi sebuah keberuntungan. Salah satunya, mengetahui cerita di balik layar tentang apa yang sedang direncanakan. Tentunya itu menjadi sebuah kelebihan, dibanding pembaca setelah semua jadi.

Daripada kejadian di balik layar, ada sebuah pembicaraan yang diangkat. Sebuah topik yang relevan lagi aktual.

Tragedi Kemanusiaan di Palestina. Bagaimana saudara kita tertindas di sana. Akan tetapi, ada sosok yang memoles kejadian itu dengan sedemikian rupa. Membawa dusta untuk disajikan kepada dunia. Hasbara namanya.

“Aku terinspirasi dari sana.” Kurang lebih itu yang aku dapat dari Kak Andy. Story Instagram yang dia bagikan menjelaskan segalanya. Propaganda bahwa semua baik-baik saja, tidak ada genosida yang terjadi di sana. Sedangkan sisi lain memberitahu bahwa itu kebohongan belaka. Betapa banyak warga sipil yang terluka, terutama anak-anak yang harus kehilangan nyawanya.

Topik yang sensitif terutama bagi manusia. Bukan hanya agama yang menjadi dasar untuk mendukung mereka. Doakan selalu, agar warga Palestina mendapat kekuatan dari Yang Maha Kuasa.

Dengan penuh keberanian, kak Andy mengangkatnya menjadi sebuah cerita. Rakata terpilih menjadi platform untuk publikasi, mumpung ada kompetisi novel thriller yang sedang dilaksanakan.

Memberikan resensi tanpa menyelipkan beberan tentang apa yang terjadi di dalam buku rasanya begitu susah. Sinopsis pun diajarkan untuk turut ditulis, padahal ia adalah isi kisah secara garis besar. Maka izinkan aku, sang pembaca dengan cara memindai belaka, untuk memberikan pandangan tentang sebuah cerita.

Sebagai penafian, sekali lagi aku membaca dengan gaya memindai. Jika kamu melihatku membaca buku fisik, mungkin dapat menyaksikan lajunya telunjuk maupun pandangan mata serta balikan kertas saat aku melakukannya. Sehingga, mungkin isi tinjauan ini tidak begitu memberikan kesan lebih.

Bab pertama tentu menarik perhatian, sebagaimana seharusnya. “Begini rasanya membaca novel.” Diksi kompleks namun mudah dicerna sontak membuatku tergabung dan perlahan hanyut dalam alur cerita.

Aku yang pertama kali membaca karya Kak Andy secara penuh, terheran-heran, darimana dia mengumpulkan semua kosakata itu. Aku selaku penulis amatir yang hanya ditemukan oleh mereka, diberikan kesempatan istimewa untuk tergabung bersama mereka, merasa sangat minder dan ingin belajar bagaimana untuk menjadi seperti mereka.

Tulisanku selama ini selalu menggunakan diksi sederhana. Debut dengan teen fiction mistery thriller di Wattpad menjadi pembelaan untuk segalanya. Young Adult yang menjadi sasaran sesungguhnya genre seperti thriller ini, diksi kompleks untuk menjadi novel semacam itu bagiku malah sebuah keharusan.

Bab-bab awal, aku belum merasakan thriller-nya. Wajar. Memang seharusnya para tokoh diperkenankan agar pembaca terikat kepada mereka. Alur pun masih terasa pelan.

Menjadikan asrama yayasan yang berperan layaknya sebuah penjara. Satpam kejam layaknya tentara Israel Defense Force. Sekali lagi, mengingatkan kepada kenyataan di Palestina yang berusaha ditutup serta dibalikkan faktanya oleh Hasbara.

Di tengah mulai terasa. Dengan rencana membalikkan propaganda tersebut dan langkah-langkah yang perlahan terlaksana. Di sini pesan moral tersirat yang diberikan oleh pengarang mulai tercipta.

Selama ini, para pengguna media sosial diajak untuk memboikot barang-barang yang keuntungannya digunakan dalam rangka mendanai para makhluk biadab itu untuk menyembelih manusia lainnya. Namun, ada sebuah hal sederhana yang dapat dilakukan oleh kita, yang aku masih belum dapat melakukannya.

Raising awareness, agar semua tahu apa yang terjadi di sana. Risiko tentu ada dan begitu besar, akun yang akan diblokir bahkan hangus tanpa sisa. Hal ini digambarkan sedemikian rupa dan diadaptasikan dengan ciamik oleh kak Andy dalam novelnya.

Sepuluh bab terakhir. Sudah tiga kali termasuk tulisan ini aku mengagumkannya. Kamu juga harus membaca. Aku sangat suka bagaimana Kak Andy menggambarkan dan membangun ketegangan di sana. Pada bab-bab ini pulalah aku seakan ingin lekas membalik halaman untuk membaca kelanjutannya.

Ada satu hal yang mengganjal bagiku pribadi. Akhir cerita. Aku merasa itu anti klimaks. Kekejaman Yayasan Mulia kepada penghuni asrama begitu dijelaskan dengan detail, tetapi kehancuran mereka hanya dijelaskan oleh satu kalimat serta satu paragraf penyebabnya.

“Rasanya kurang adil.” Pemikiranku ini disengaja. Ditambah dengan akhir terbuka seakan menunggu sekuel untuk muncul ke dunia.

Sebagai seorang penulis fantasy yang baru menulis thriller, karya ini sudah luar biasa. Kak Andy berhasil melakukannya. Terbukti terpilih menjadi satu dari enam kontestan kompetisi menulis novel thriller di Rakata yang sudah pasti mendapatkan juara.

Aku salut, aku bangga. Itu yang aku rasa. Aku penasaran, jika karya digital ini diterbitkan, akankah sensasinya berbeda?
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 24, 2024 04:28

September 29, 2023

Di balik penulisan “Lembayung Senja”

Halo semua. Aku Nafis. Senang bertemu dengan kalian.

Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar kata senja? Sebuah keindahan yang memanjakan mata bagi siapapun yang melihatnya? Sambil berselonjor di bibir pantai, beralaskan pasir halus nan hangat untuk memandang sebuah kekuasaan Tuhan yang sebenarnya terjadi setiap hari.

Bukankah lembayung yang dipancarkan oleh senja itu memiliki warna tersendiri? Dia begitu mencorak dan berbeda dari warna siang serta malam.

Akan tetapi, pernahkah engkau mendengar kata pamali? Sebuah tradisi yang sudah turun-temurun dilaksanakan atas dasar kepercayaan kepada nenek moyang, tentang sebuah larangan yang jika dilakukan akan membuat diri sendiri celaka?

Apakah kamu pernah mendengar larangan untuk keluar rumah di waktu senja? Atau sebaliknya, orang-orang yang sedang berada di luar rumah agar segera memasukinya? Aku rasa larangan ini lebih bersifat majemuk sekaligus global, karena beberapa daerah rupanya memiliki kepercayaan yang sama.

Begitu pula tanah Banjar, tempat aku dilahirkan dan dibesarkan. Aku bagai tumbuh dengan ucapan tersebut sehingga jarang sekali berada di luar rumah pada waktu senja saat masih kecil. Berbagai mitos terus disebarkan melalui tuturan lisan orang yang berusia lebih tua dari diri ini.

Tentunya, hal tersebut berdasar dan beberapa di antaranya dapat ditemukan alasan logis mengapa ucapan berupa larangan tersebut menjadi muncul dan masih ada sampai sekarang. Aku mungkin akan berfokus kepada hal tersebut di lain kesempatan, karena topik yang akan aku angkat di tulisan ini lebih terarah tentang bagaimana aku bisa membuat karya berjudul “Lembayung Senja”, yang bermula dari latar belakang tersebut.

Sebagai seorang penulis, media selain buku tulis melalui coretan tangan nampaknya diperlukan untuk publikasi apa yang sedang dipikirkan. Pada awalnya, aku memilih untuk menggunakan blog, lebih tepatnya MyWapBlog, sampai berbagai calon penerus muncul dan salah satunya adalah BlogPonsel.
Di sana, selain memiliki blog utama sebagai tempat mencurahkan pemikiran acak sehingga para blogger memberikan istilah gado-gado karena isinya yang juga campur aduk, aku juga memiliki blog yang dikhususkan untuk kepenulisan atau cerita. Begitulah, hobi menulis tentunya memiliki keinginan untuk dibaca.

Singkat cerita, blog cerita tersebut menjadi media awal dan menjadi tempat untuk aku mempublikasikan sebuah cerita bersambung yang aku beri judul “Legenda Senja Kuning”. Aku membuatnya antara dua sampai tiga kali, sudah lupa karena itu beberapa tahun yang lalu. Aku hanya ingat sedikit bahwa mereka sama-sama bergenre horor, dan kedua versi tersebut dibiarkan begitu saja.

Karena pada akhirnya BlogPonsel juga tutup, sayangnya cadangan dan arsip dari karyaku tersebut belum ditemukan saat saya menulis ini. Saya belum dapat melihat kenangan tulisan terdahulu dan menyaksikan betapa buruk sekaligus jeleknya.

Belajar dari pengalaman adalah guru terbaik, begitulah pepatah yang sering terdengar dan mungkin pernah kamu baca juga. Dari berbagai versi sebelumnya, aku merombak ulang cerita yang aku tulis sebelumnya, dan setelahnya menjadikan Wattpad sebagai media untuk mempublikasikannya, setelah Facebook. Beberapa orang di Facebook memberi tanggapan dan menyatakan bahwa cerita horor yang aku tulis berupa horor fantasi. Setidaknya aku mengetahui namanya pasca mereka memberi tahu. Desember 2020, aku juga sempat menulis cerita horor lainnya dan mempublikasikannya di Facebook.

Dari beberapa versi terdahulu, aku berhasil membuat tiga cerpen. Mungkin kamu bingung, bagaimana bisa beberapa versi cerita bersambung, hasilnya hanya menjadi tiga cerpen? Jawabannya, aku dulu menggunakan ponsel sebagai media mengetik sehingga karakter terbatas. Bukan dibatasi jumlah kata sebagaimana aku pada awalnya mempublikasikan di Wattpad, tetapi lebih berbatas kepada jumlah karakter yang maksimal 5000. Aku perlu memanfaatkan ruang tersebut dengan sebaik-baiknya dan menjadikan kesempatan yang ada saja.

Mari kita lewati hal tersebut. Juli 2021 menjadi bulan penting dalam karir kepenulisanku, karena pada akhirnya, “Detektif Sekolahan” terbit. Di blog Goodreads ini, sudah ada dua tulisan yang panjang lebar membahas tentang perjalanan bagaimana karya tersebut dapat dibuat dan cerita di balik penulisannya. Aku merasa buku tersebut tidak mau sendiri. Ditambah dengan promo terbit gratis dari Guepedia masih berlaku, aku berpikir untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan yang ada.
Dari tiga cerpen yang dipublikasikan di Wattpad, ditambah satu cerpen di Facebook yang nantinya diubah lagi sehingga tidak terlalu personal, terciptalah buku Lembayung Senja yang diterbitkan di Guepedia. Buku ini menjadi buku fisik kedua setelah Detektif Sekolahan. Mohon doa serta dukungannya agar aku bisa menerbitkan buku fisik lagi.

Demikianlah cerita di balik “Lembayung Senja”, sebuah tetralogi cerpen horor-fantasi yang didasari mitos masyarakat Banjar. Sekali lagi, senang bertemu denganmu. Aku harap kau dapat mengucapkan hal sama kepadaku.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 29, 2023 05:23

August 6, 2023

Hati Yang Terbelah

Apa yang saya pikirkan?

Alhamdulillah. Setelah lebih setahun rehat dari dunia kepenulisan, aku dapat kembali dan berhasil menamatkan "Hati Yang Terbelah" sebanyak 20 bab di KBM App.

Karya ini sebenarnya untuk mencoba peruntunganku di kompetisi "Star Writing Contest 2" dan karenanya, aku saat ini sengaja tidak memonetisasi karya tersebut meski KBM App menyediakan fitur tersebut.

Aku ingin Anda untuk "give me love again" dan mengenal apa yang saya lakukan selama ini sehingga semoga mau mengikuti bagaimana ke depannya.

Mereka yang masih berpatokan kesuksesan sesungguhnya dinilai dari mendapat uang, bagaimana aku akan memenuhi harapan mereka? Apalagi jika aku tidak menang sekalipun dalam lomba tersebut?

Yang jelas, aku begitu senang mendapatkan rasa yang selama setahun lebih tidak kurasa. Segalanya yang pernah membuatku burnout berkali-kali dapat dikendalikan dengan kuasa Allah.

Aku hanya ingin melakukan semua ini lagi dan Alhamdulillah, berjalan dengan lancar serta sampai di titik yang sekarang.

Meski demikian, KBM App juga menyediakan fitur Tip Penulis serta https://nafis1.my.id/donate masih terbuka sampai sekarang.

Begitulah caraku dan sama saja seperti kreator lainnya, kurasa. Aku belum mau "menjual" lagi, selain buku terbit. Untuk karya digital, masih bisa dibaca gratis, namun jika suka, kamu bisa mendukungnya.

Oh ya, satu lagi. 20 bab cuy, dengan setiap babnya sekitar 1000 kata. Enam Tanda Tanya jumlahnya 16 bab, Sandiwara Hikayat jumlahnya 12 bab. Dua karya tersebut adalah yang terakhir sebelum rehat selama lebih setahun sebagaimana kutulis di awal.

Berarti, karya ini setara dengan sebuah novela. Aku sekarang membagi karyaku menjadi puisi, cermin, cerpen, cerbung, novela, dan novel berdasarkan banyaknya jumlah kata.

Aku berharap dengan dipicu untuk menulis sebanyak ini, aku dapat membuat novel lagi. Sampai saat ini ditulis, hanya Detektif Sekolahan yang hanya aku hitung sebagai novel.

Akhir kalimat, doakan saja yang terbaik. Aku senang melakukan semua ini.

***

Walaupun sebenarnya, naskah "Hati Yang Terbelah" aku buat dengan tujuan mengikuti Star Writing Contest 2 di KBM App. Mungkin sudah ada yang mengetahui dan menyadarinya.

Sayangnya, saat pengumuman tiba (https://m.facebook.com/story.php?stor...), aku masih belum beruntung. Masuk 30 Naskah Terbaik pun tidak.

Karena hal ini, aku kembali bertanya. "Untuk apa aku melakukan semua ini? Apakah hanya demi kesenangan?" (https://m.facebook.com/story.php?stor...)

Cukup banyak kompetisi yang aku ikuti akhir-akhir ini, dan belum pernah merasakan posisi juara. Rasanya tempat tertinggi ini begitu susah untuk diraih meski dengan segala usaha.

Aku kembali menulis setelah sekian lama. Semangat terpendam sempat bangkit kembali sampai aku heran bisa merasakannya. Kenyataan yang tidak begitu manis, menyambut sebagai hasil berbagai pengorbanan.

Segala hal ini membuatku terus dilema, dengan ragu yang menutupi semuanya. "Aku harus melakukannya lagi atau tidak? Bagaimana jika aku kembali kecewa?"

Sepertinya mereka benar. Lebih baik aku berhenti saja.

Tapi aku belum bisa. Aku harus menjadi permata yang berharga, meski semuanya fana.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on August 06, 2023 05:31

September 23, 2022

"Sandiwara Hikayat" akan segera hadir!

30 September 2022. Google Play Books dan KaryaKarsa. Mulai dari dua belas ribu rupiah.

Sandiwara Hikayat menceritakan tentang seorang raja nan bijaksana bernama Sultan Amrullah dan kehidupannya. Hidup dalam keraton dengan Mangkubumi yang setia. Beristri dengan Nyai Ratu Amirah yang cantik jelita, dijaga dan dirawat oleh Dayang rupawan. Dengan kedua anak mereka yang diperdebatkan bahwa siapa yang akan menjadi pangeran, dan kompeni yang datang dengan mengaku hanya untuk berdagang.

Berawal dari draf Wattpad, penyempurnaan di KBM App, kini dalam bentuk e-book. Mohon dukungannya.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 23, 2022 07:32

February 11, 2022

IF is now on-going!

Setelah berbulan-bulan tidak bermain dalam genre misteri, aku kembali dengan karya baru berjudul IF!

IF adalah sekuel dari Detektif Sekolahan, yang secara kronologis dalam mystery universe di Wattpad menjadi urutan keempat.

Menceritakan Idris dan Firdaus yang sudah dewasa, kembali bersatu untuk memecahkan kasus-kasus lainnya sambil menelusuri ulang hal-hal yang pernah mereka lakukan bersama di masa lalu.

Tertarik untuk membaca? Ayo, ke Wattpad sekarang!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 11, 2022 20:43 Tags: if, on-going

January 24, 2021

Detektif Sekolahan: The Journey

Daftar Isi
BAB I – Sebelum
BAB II – Wattpad
Bagian Kesatu – Detektif Sekolahan
Bagian Kedua – 86: The Drama
BAB III – Buku
Bagian Kesatu – Buku Elektronik
Bagian Kedua – Buku Fisik
BAB IV – Visual Novel
BAB V – Penutup
---
BAB I
Sebelum

2015/2016. Saya mulai menulis saat MTs dan mempublikasikannya di Internet. Dulu ada sebuah pembangun blog bernama MyWapBlog, di sana salah satunya. Pada tahun itu, saya lagi suka-sukanya membaca riddle. Ya, sebuah teka-teki yang kebanyakannya mencari kejanggalan untuk menemukan pelaku kejahatan. Saya pun terinspirasi untuk menggabungkan empat riddle menjadi satu cerpen. Saya menamainya Riddle Bersambung, dan karya tersebut berakhir di episode kelima yang tidak terkait satu sama lain. Meski MyWapBlog sudah tutup, karya tersebut masih dapat dibaca dengan tulisan yang sudah diperbaiki di https://mnafis-almukhdi.blogspot.com/...

2016/2017. Sebuah pasar loak diadakan. Saya masih ingat membeli dua buah buku gambar dengan harga yang sangat murah, salah satunya saya gunakan untuk pelajaran Seni Budaya nantinya.
Di akhir tahun pelajaran, waktu luang mulai banyak. Saya bukanlah orang yang bisa menggambar sehingga tidak tahu mau diapakan buku satunya. Saya teringat memiliki teman yang bisa menggambar dengan baik. Bagi yang sudah mengikuti saya, tahu siapa dia—Muhammad Najib.
Saya meminta dia untuk membuatkan komik dengan naskah Riddle Bersambung: Episode 1 yang dimodifikasi. Judul dari Kasus itu menjadi “Liburan yang Mengerikan” dan Judul dari Komik itu adalah Kasus Saudara. Anda mungkin terkejut jika membaca Detektif Sekolahan nantinya.

2017/2018. Meski memasuki MA yang sama, saya dan Najib terpisah karena beda jurusan. Kami memiliki kesibukan masing-masing dan akhirnya susah bertemu untuk membahas proyek itu. Proyek komik itu akhirnya pupus.

2018/2019. Saya yang terus menulis memutuskan berhenti di tahun itu. Karya saya yang lain juga telah selesai sehingga saya tidak melakukan apa-apa, selain sekolah dan pekerjaan sebagaimana manusia lainnya. Meski demikian, saya masih teringat dengan proyek itu, terutama naskahnya.
---
BAB II
Wattpad

Bagian Kesatu
Detektif Sekolahan

2019. Pelajaran kosong saya manfaatkan untuk menulis di buku. Saya menulis awal dari Detektif Sekolahan. Judul Detektif Sekolahan saya pilih karena dua alasan. Alasan pertama adalah mencegah kesamaan jika saya hanya memberi judul Detektif Sekolah karena Dimas Abi sudah menulis buku tersebut dan kasusnya juga fokus di sekolah, tidak menjelajah ke luar. Alasan kedua adalah gabungan dari Detektif dan Anak Sekolahan—sebagaimana frasa yang sering saya dengar untuk menyebut siswa. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris pun, akan berbeda. Detektif Sekolah akan menjadi The School Detectives, Detektif Sekolahan akan menjadi The School(boy/girl) Detectives. Dengan judul itu, saya bisa mengembangkan ‘dunia’ dalam cerita kemana pun yang dikehendaki.

Saya masih ingat The Files of Young Kindaichi menjadi inspirasi terbesar sehingga memulai jalan cerita dari misteri sekolah terlebih dahulu. Saya bingung mencari tempat untuk mempublikasikannya karena blog bukan pilihan tepat untuk karya ini. Ya, saya terus teringat dengan naskah sampai memutuskan ingin mempublikasikannya.

Saya kemudian teringat tentang Wattpad dan mendaftar akun baru saat itu. Nama pengguna saya tidak bisa diambil dan ternyata saya sudah membuat akun pada 1 Desember 2016. Singkat cerita, saya berhasil mengambil akun lama itu lagi dan itulah yang digunakan sampai sekarang. Karya yang sempat ditulis di akun baru dipindahkan ke akun lama sehingga akun baru sudah tiada.
Saya memulainya dengan sampul buatan sendiri. Masih teringat betapa jeleknya. Saat itu, saya masih promosi di status WhatsApp saja sehingga hanya teman-teman sekelas yang mengetahuinya.

Juli 2019. Perubahan besar terjadi sehingga saya lebih memutuskan bulan itu sebagai debut resmi dari Detektif Sekolahan. Saya hanya bisa menghubungi teman saya, Muhammad Najib dari aplikasi WhatsApp dan memintanya untuk membuatkan Original Character for Main Character. Saya memintanya dua kali mengingat Detektif Sekolahan sempat debut sebagai dua buku dan direncanakan selesai dalam trilogi.

Anda tahu apa yang aneh dan membuat saya agak merinding? Kembali ke BAB I, saya menyebutkan bahwa sebelumnya kami telah bekerja sama untuk komik. Meski demikian, semua di balik layar tidak pernah sama sekali saya beritahukan dengan Najib. Saya hanya memiliki instruksi bahwa mereka ini bersaudara, hanya itu. Semua konsep dari kedua tokoh utama, baik dari nama maupun penampilan, saya tulis di selembar kertas. Ya, saya sudah menyiapkan nama Muhammad Idris dan Ahmad Firdaus sejak saat itu. Tapi yang membuat saya terkejut adalah, perbedaan warna mata pada kedua tokoh.
Saya masih ingat menyiapkan hal itu jika komik nanti berwarna namun sekali lagi tidak pernah memberitahunya. Dan lihatlah sampulnya sekarang. Wah, saya sendiri yang baru teringat atas hal ini sangat terkejut dan tidak menyangka bagaimana itu bisa terjadi. Saya tersadar atas hal ini saat menulis pembahasan ini.

Lanjut. Saya mulai bergabung ke berbagai grup Facebook yang berkaitan dengan Wattpad dan mulai promosi. Mungkin trik ini salah tapi jujur, bertukar vote adalah satu-satunya metode yang membuat karya ini mulai ramai. Pada titik saya menulis ini, saya benar-benar tidak menyangka perjalanan selama setahun akan membuahkan hasil yakni dibaca lebih dari sepuluh ribu kali.

Bagian Kedua
86: The Drama

Saya adalah penyuka misteri kriminal, apalagi tokoh utamanya kepolisian. Akhir-akhir ini, saya sering menonton serial televisi Amerika Serikat yang berjudul Chicago PD. Fokus kepada Unit Intelkam Distrik 21 Chicago dengan segala kasus yang mereka hadapi.
Saya sadar di Indonesia ada acara seperti 86 di NET. dan The Police di Trans7 namun saya terpengaruh opini bahwa polisi terlihat seperti aparat moral. Saya jarang menontonnya namun berharap mereka bisa menunjukkan prosedur penegakan hukum sebagaimana seharusnya.

Lantas saya berpikir, bagaimana kalau Indonesia membuat serial televisi itu juga dengan segala fiksinya. Tapi saya lupa kalau banyak penonton yang tidak bisa membedakan mana settingan dan mana yang asli. Ehem, Rumah Uya, ehem.

Saya teringat pernah memunculkan kepolisian di Detektif Sekolahan. Latar tempat sengaja saya ciptakan fiksi saat itu. Dan saya terpikir, mengapa tidak menciptakannya sendiri.

Dari sanalah, terlahir judul 86: The Drama. Ketika semua orang tahu, seharusnya program TV 86 itu nyata, maka The Drama adalah penegas bahwa karya ini hanyalah fiksi dan tidak ada maksud untuk menyudutkan pihak manapun. Malahan, ini adalah metode pendidikan dan—tanpa disadari—propaganda tentang kepolisian seharusnya.

Ringkasnya, 86: The Drama adalah spin-off dari Detektif Sekolahan dengan backstory pilot yang cukup ‘sukses’. Oh ya, kata backstory pilot saya pilih berdasarkan istilah dalam serial televisi, backdoor pilot ketika menguji coba siaran televisi baru dengan memasukkan pengaruhnya pada siaran yang sedang berlangsung.

Kesusahannya adalah riset mengenai SOP kepolisian yang agak terbatas. Agak takut kalau apa yang saya tulis berdasar interpretasi pribadi malah tidak sesuai dengan kenyataan.

Jujur, dengan ‘kesuksesan’ Detektif Sekolahan di Wattpad apalagi akhirnya dibiarkan masih terbuka, ditambah dengan niat trilogi saya yang masih kuat, saya berharap besar karya ini akan sukses juga. Promosi memang belum dilakukan dan terlihat sepi.

Jika Anda ingin membacanya, sila pergi ke https://bit.ly/86_karya. Pembahasan ini tidak akan dilanjutkan ke bab berikutnya tapi karya ini tetap akan disebutkan.
---
BAB III
Buku

Bagian Kesatu
Buku Elektronik

2020. Saya menyelesaikan Buku I dari Detektif Sekolahan saat itu, berakhir di Kasus 10. Entah kenapa saya saat itu berpikir bahwa karya ini harus dibukukan, bagaimana pun caranya. Di Hulu Sungai Utara sendiri, ada dua percetakan yang bisa mencetak buku. Saya menabung namun untuk mengumpulkan uang dalam nominal yang banyak agak susah mengingat saya membeli kuota dan cemilan untuk dimakan. Suatu hari, saya terpikir untuk membukukan ini dengan modal yang terkumpul mendekati seratus ribu rupiah.

Sebagai anak yang mencoba berbakti dengan orang tua, sudah seharusnya mendiskusikan sebuah keputusan. Aku bertanya kepada orang tuaku. Bukannya dukungan, aku malah mendapat pertanyaan “Untuk apa?” Ya ... aku hanya diam. Masih banyak diskusi lain yang dilakukan namun berakhir sama. Aku tidak ingin menceritakannya dahulu. Lah, kok curhat?

Entah dari mana, saya mengenal Google Play Book. Saya pun mengatur Detektif Sekolahan dan mempublikasikannya dengan harga beragam, mulai dari Rp. 500,00, Rp. 1.000,00 dan paling mahal Rp. 3.000,00. Tujuan saya mematok harga murah itu hanya satu, agar banyak yang membeli dan membacanya.
Istilah kerennya, self-publishing yang bahkan saya beri nama “Ad-Durr An-Nafis Publishing.” Anda bisa melihat apa saja yang sudah dipublikasikan di https://facebook.com/adn.publishing dan https://instagram.com/adn.publishing.

Bagian Kedua
Buku Fisik

Juli 2020. Saat itu saya menggabung dua buku menjadi satu dan mengakhiri Detektif Sekolahan di Kasus 17. Episode Perpisahan saat itu memiliki akhir yang berbeda dengan sekarang namun tetap dibiarkan terbuka dan pastinya menjadi awal dari karya lainnya yakni Kesalahpahaman (https://play.google.com/store/books/d...) yang sedang saya kerjakan ulang sehingga menjadi 86: Case Closed tapi harus menyelesaikan 86: The Drama terlebih dahulu.

Pada saat itu juga, saya mengetahui tentang Guepedia. Katanya mereka menerbitkan secara gratis dan tidak mewajibkan penulisnya untuk membeli. Saya tidak bisa menahan rasa ketertarikan dan memberanikan diri untuk memasukkan naskah saya ke sana. Saya menurunkan e-book yang seharga Rp. 3.000,00 itu untuk memenuhi syarat dan ketentuan yakni tidak menerbitkan dalam maksud menjual di bidang lain. Mereka tidak pernah bilang harus menghapus yang di Wattpad dan sekarang malah versi Wattpad yang lebih istimewa. Sekarang, versi Wattpad mencantumkan Author’s Note, Bonus, dan Special Case sebagai pengantar kepada 86: The Drama. Harganya Rp. 110.000,00 membuat saya berpikir apakah tujuan bisa terwujud?

Saya tidak yakin. Awalnya sangat membosankan, memulai layaknya diary bahwa hari ini adalah hari pertama. Saya tidak bisa memastikan apakah mereka akan semakin suka seiring terus membaca atau malah bosan. Saya sendiri sebagai penulis merasa bosan untuk menciptakan kasus baru yang berkaitan dengan perpustakaan namun tidak jadi dimasukkan karena polanya sama, hanya motif dan pelaku yang membedakannya. Terlebih, istilah ‘pembawa sial’ telah muncul di bagian mendekati akhir. Lah, kok curhat lagi?

Kembali ke pembahasan. Saat itu saya masih awam secara keseluruhan: di bidang Photoshop dan sejenisnya, saya mengira mereka akan menampilkan naskah dalam ukuran A4 sebagaimana yang disetor sehingga mengatur Photoshop dengan ukuran tersebut. Intinya banyak hal yang terjadi, di antaranya kesalahan saya yang lebih besar dibanding keputusan penerbit untuk menghapus wajahnya namun saya dan Najib terima.

Untuk Guepedia ini, sebenarnya saya tidak ingin orang tua saya tahu, terutama ibu saya. Bagi saya, itu hanya—apa ya ... aneh? Dulunya ibu saya juga sempat menjadi penulis dengan mengikuti lomba baca cerpen di MA yang sama dengan saya sekolah saat itu. MAN Amuntai -> MAN 1 Amuntai -> MAN 1 Hulu Sungai Utara. Perubahan nama terus terjadi untuk bangunan yang sama.

Tapi, apalah daya. Saya mengabarkan tentang pembukuan ini di Facebook, rupanya keluarga terdekat melihatnya dan mulai menyinggung hal itu di hadapan orang tua. Di satu sisi bangga, di sisi lainnya agak mengesalkan juga.
Kenapa kesal? Semakin lama, aku terus ditanya, “Sudah laku?” Ah, sh—Saya sudah berusaha dengan maksimal, melakukan promosi di berbagai tempat namun tidak begitu berhasil. Yang membeli buku ini masih satu orang yang bahkan tidak saya kenal siapa dia dan dari mana dia tahu Detektif Sekolahan karena mengaku tidak membaca versi Wattpad saya.

Saya merasa sangat tidak enak atas beberapa hal dan pada akhirnya memberikannya e-book Detektif Sekolahan yang lebih lengkap, versi sekarang yang berakhir di Epilog.
Di balik semua ini, saya sendiri belum bisa membeli buku tersebut. Harganya mungkin dapat dicapai namun ongkir berkata lain. Sebelumnya, saya memiliki pencapaian yang cukup bagus, menjadi kontributor terbaik pada Lomba Cerpen Tema Harapan yang diadakan oleh Penerbit Pustaka Tunggal.
Maksudnya adalah: dari 73 orang yang ikut, ada 36 orang yang dipilih dan salah satunya saya. Itu adalah pencapaian terbesar selama karir saya, bahkan saat debut ikut lomba cerpen.

Sebagaimana penulis lain—kecuali juara, saya hanya mendapatkan sertifikat. Entah kenapa, saya sangat menginginkan royalti dan di saat sulit seperti sekaranglah hal ini bisa digunakan. Cerpen yang saya buat berjudul Mimpi Kupu-kupu dengan subtema harapan yang tidak akan menjadi kenyataan dan bisa dibaca dalam karya Fake Hope di https://www.wattpad.com/story/2330223... untuk versi gratis dan https://play.google.com/store/books/d... untuk versi e-book.
Pencapaian saya tersebut sudah saya cantumkan di akun Linkedin: https://www.linkedin.com/in/m-nafis-a... dan saya tidak yakin bisa dibanggakan. Tetapi, ketika tidak membeli, bukankah itu bisa dianggap tidak menghargai karya sendiri? Benarkah saya seorang penulis jika saya tidak menghargai karya sendiri? Bukankah saya seharusnya membelinya jika uang cukup? Saya terus memikirkan hal tersebut.... Lah, kok curhat terus?

Kembali ke pembahasan. Saat saya promosi namun tidak berhasil menarik pembeli, itu membuat akhir-akhir ini berpikir untuk mencabut naskah dan mengembalikannya menjadi e-book saja karena saya pasti juga memilikinya. Seandainya saya sudah memiliki pekerjaan dan menghasilkan cukup uang, mungkin saya akan menerbitkannya di Hulu Sungai Utara saja.
---
BAB IV
Visual Novel

Januari 2021. Proyek ini diawali oleh kegabutan sebagai pengangguran akut setelah menghentikan semua karya tulis yang sedang berjalan. Saya terpikir sejak mulai sering menonton virtual youtuber dengan gaya video visual novel. Bercanda. Saya lupa apa yang menarik untuk membuat ini.
Software pertama yang saya gunakan adalah Microsoft Powerpoint, mengingat bisa disetel display-nya menjadi 16:9. Apalagi kalau mengetahui bahwa berkas dalam format PowerPoint Show (.PPSX) akan memainkan secara otomatis ketika dibuka. Codingnya terbilang gampang bagi yang sudah mengenal software tersebut sebelumnya.

Saya bahkan membuat splash screen sebelumnya: https://www.youtube.com/watch?v=6XbEl...

Untuk versi ini, saya publikasikan di Google Sites, tepatnya https://sites.google.com/view/detekti...

Dan ternyata tidak sesuai apa yang saya harapkan yakni memainkannya langsung dari peramban alias browser. Meski ditampilkan, nyatanya .PPSX tidak dimainkan secara otomatis. Untuk memainkan, terpaksa harus mengunduh berkasnya terlebih dahulu dan saya sadar tidak semua orang memiliki Microsoft Powerpoint terinstal di gawainya.

Saya pun mencari alternatif, berkaitan dengan HTML5, pakai JS, CSS atau apapun. Saya masih memiliki Github dan bisa menggunakan environment github-pages untuk menampilkannya.

Padahal bisa saja saya menggunakan engine terpopuler, Ren'Py tapi sayang, hanya untuk Windows XP, bukan untuk Windows 7.
Berbagai percobaan engine dilakukan:
1. Novelty yang ternyata hasilnya .xml dan mengharuskan pemain juga mengunduh software tersebut.
2. http://vn-canvas.sourceforge.net/star... yang requiring canvastext tapi sudah tidak ada lagi.
3. RenJS yang lelet dan dokumentasi susah dipahami.

Akhirnya Monogatari oleh monogatari.io terpilih dengan segala keuntungannya. Saya pun menggunakannya di Github dan mulai membangun agar bisa dipublikasikan dalam bentuk Github Pages. Splash screen yang saya buat sebelumnya ternyata masih bisa diterapkan menggunakan engine ini setelah loading asset.

Singkat cerita, saya selesai. Sebagaimana seharusnya, Kasus 1 dirilis terlebih dahulu di kedua versi. Saya terus membangun sambil menunggu dukungan. Sekarang bisa diakses di https://mnafisalmukhdi1.github.io/ds/ atau https://bit.ly/mnam_dsvn jika kepanjangan dan susah dihapal.

Kekurangan pada keduanya sama. Tidak ada sprites sebagai karakter dalam cerita, bahkan sekadar side-expression. Tidak ada musik dan minim suara. Itu berarti, ini bahkan tidak bisa disebut sebagai visual novel. Ini hanya presentasi yang menampilkan dialog, tidak lebih.

Apa alasannya? Saya belum mempunyai dana untuk membayar orang tertentu dalam membantu membangun visual novel ini. Saya bukanlah orang yang bisa menggambar, bukan pula produser musik meski produser mulai terpikir sebagai cita-cita akhir-akhir ini. Semua saya ambil dari yang internet sediakan dan itu mengurangi orisinilitasnya.
---
BAB V
Penutup

Isi dari bab ini kebanyakannya hanya ungkapan terima kasih dari saya. Terima kasih kepada Anda jika membaca sampai titik ini. Senang berkenalan dengan kalian, semoga bisa bekerja sama dengan baik. Inilah yang sebenarnya ingin saya bagikan di sini. Setidaknya saya lebih tenang dengan membagikan hal ini.

Terima kasih banyak, bagi Muhammad Najib dan maaf banget belum bisa ngasih komisi. Terima kasih banyak pula bagi yang telah mengikuti sampai sejauh ini. Saya masih bertahan di dunia kepenulisan dan selalu belajar untuk lebih baik, karena dukungan kalian meskipun kecil.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on January 24, 2021 02:32

November 28, 2020

86: The Drama is now on-going!

86: The Drama adalah sebuah sempalan (spin-off) dari novel Detektif Sekolahan. Berfokus ke berbagai kepolisian yang ada dalam cerita sebelumnya seperti Sukamawar, Kebun Melati dan Pasir Putih. Bercerita tentang berbagai perwira dari satuan tugas kepolisian resor kota yang berbeda pula menghadapi kasus yang sesuai dengan tugas mereka.

Ipda Marwan, seorang perwira baru yang tergabung dalam Satreskrim Polresta Sukamawar sering menghadapi kasus yang berhubungan dengan pertanahan. Iptu Nara, perwira pindahan yang tergabung dalam Satres Narkoba Polresta Sukamawar berhadapan dengan kasus perdagangan sabu yang terlihat kecil namun ternyata lebih besar daripada yang dia duga.

Semua kasus itu ternyata di dalangi oleh seorang oknum, Brigpol Kurniawan, seorang bintara pindahan Polresta Kebun Melati dan sekarang bagian dari Sat Sabhara Polresta Sukamawar yang ternyata anggota tersisa dari Winter Flowers.

Jujur, saya berniat merilis karya ini dalam bentuk buku pada bulan Desember atau Januari nanti. Namun karena beberapa hal, saya merasa hal itu menjadi mustahil atas beberapa alasan. Sehingga saya memutuskan untuk menerbitkan per bagian jika sudah jadi.

Cerita ini bisa dibaca di Storial, sehingga nanti Anda juga bisa mendukung saya dengan membeli bab berbayar atau sekadar memberi vote dan komentar.
1 like ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 28, 2020 18:03

November 26, 2020

Saya bergabung dengan KaryaKarsa!

Pertama, apa itu KaryaKarsa?
Berdasarkan halaman "Tentang Kami" pada situs web tersebut, KaryaKarsa adalah Platform Apresiasi Kreator tempat fans dapat langsung mendukung kreator favorit mereka dengan kesinambungan finansial. Sehingga, kreator bisa mendapatkan pendapatan bulanan langsung dari fans mereka untuk terus berkarya.

Ya, sekarang Anda bisa mendukung saya melalui situs web tersebut. Di sana, Anda bisa "membaca lebih dahulu" beberapa karya yang akan saya terbitkan nantinya, "konten eksklusif" yang hanya bisa dibaca di sana, atau "mengajak untuk menulis bersama" atau sekadar berbincang tentang kepenulisan.

Jadi, tunggu apa lagi? Sila pergi ke akun KaryaKarsa saya sekarang!
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on November 26, 2020 04:58

June 2, 2020

Di balik penulisan "Kesederhanaan Cinta"

Halo semua!
@mnafisalmukhdi1 disini
Bagaimana kabarnya?
Semoga baik-baik saja

Pada postingan ini, aku akan menceritakan bagaimana penulisan "Kesederhanaan Cinta", salah satu karyaku.

2016-2017. Rupanya dalam jangka waktu itu, aku begitu produktif. Anda mungkin bisa membaca kembali catatanku sebelumnya yang isinya kurang lebih sama seperti ini dan mengetahui apa yang juga kulakukan saat itu.

Singkat cerita, dimulai dari tugas membuat cerpen pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hobi menulisku yang sudah kumiliki sejak lama tersalurkan dengan adanya tugas ini.

Tokoh dan karakter yang ada pada cerpenku dulu itu, anda bisa melihatnya di versi sekarang. Fida dan ibunya, Ali dan ayahnya. Semua kuambil dari cerpen itu.

Meski judul yang nyentrik, "Miskin Tapi Beruntung". Sambutan guruku cukup bagus tentang ini. Beliau menanyakan sinopsis dari cerita itu dan ekspresi beliau hanya tersenyum saat itu.

Semua itu hanya menjadi kenangan, haha. Aku bahkan tidak tahu lagi kemana perginya buku yang berisikan cerpen itu. Tapi aku berusaha untuk tidak melupakannya.

Waktu terus berlalu, dan aku tidak seproduktif itu lagi. Semua itu hanya karena prinsip yang berasal dari egoku. Aku tidak mau dikenal orang hanya karena apa yang kulakukan di sekolah.

2019-2020. Saat-saat aku kembali menulis, setelah sekian lama aku tidak melakukannya. Detektif Sekolahan menjadi cerita pertama yang hidup kembali.

22 Jan 2020 - Info Line Webtoon masuk beranda FBku. Kontes membuat webtoon bertema "Mencuri Hati". Apapun genrenya, tetap harus diselipkan romansa.

Saat itu, aku teringat cerpenku itu. Ketika aku memasukkan sedikit unsur romansa disana. Aku berpikiran untuk ikut kontes itu. Sayangnya di dalam diriku tidak ada bakat menggambar sehingga aku tidak bisa.

Tahun 2020 menjadi tahun dimana aku mencoba keberuntunganku setelah sekian lama tidak menulis.

30 Jan 2020 - Info Lomba Cerpen "Muhasabah Diri" yang diadakan ROHIS BEM KEMA PERPUSINFO masuk beranda FBku.

Sebelumnya aku sudah mengikuti lomba Cerpen Harapan, Puisi Kenangan atau Kehilangan, Puisi Muhasabah Diri dan Semangat Berkarya. Dan sampai tanggal catatan ini ditulis, tidak ada yang kumiliki.

Aku takut ini terjadi lagi. Aku meminta saran kepada temanku. Kemudian setelah memikirkannya baik-baik, ya aku mengikutinya.

"Cukuplah Allah Bagi Kita" adalah judul yang kuberi kepada cerpen itu. Seharusnya tema utamanya Muhasabah, tulisanku malah mengarah kepada Hijrah. Muhasabah seolah hanya menjadi esensi dari cerita itu.

Cukup mengejutkan karena yang mengikuti lomba itu 425 orang termasuk aku. Harapan utamaku pupus, namun terselamatkan.

20 Mar 2020 - Pemenang lomba tersebut diumumkan. Dari 425 orang, hanya 20 orang yang dipilih dan tentu saja aku tidak akan berada di antara mereka. Tapi yang pasti, aku masih menyimpan cerpen itu.

Waktu terus berlalu. Aku masih memikirkan konsep menghidupkan cerpenku itu. Outline-nya sudah terbentuk, tinggal eksekusi dengan sebaik yang aku bisa.

14 Apr 2020 - Aku memulai. Wattpad kembali terpilih sebagai tempat dimana aku menulisnya.

Aku kali ini memberi judul "Kesederhanaan Cinta". Judul ini terbentuk dari dua kata, "Sederhana" dan "Cinta". Why not both?

Sederhana berasal dari nasib tokoh Fida dan Cinta adalah unsur yang dimasukkan ke dalam novel ini.

Nyatanya, novel ini secara garis besar menggabungkan alur kedua cerpen yang kusebutkan sebelumnya dan membuat sebuah alur alternatif yang aku sendiri tidak sadar memikirkannya.

30 Apr 2020 - Aku menyelesaikan novelku ini dengan hanya delapan bagian yang berkisar enam ratus sampai delapan ratus kata.

Aku tidak kejar halaman lagi. Seluruh emosiku kusalurkan kesana sehingga aku lebih puas dengan karyaku yang ini. Narasi dan dialog mulai seimbang. Insya Allah, tidak ada yang berlebihan kali ini.

Dan selayaknya Detektif Sekolahan: Buku I, aku meminta dukungan kalian dengan membeli ebooknya di Google Play. Dukungan kalian sangat berarti bagiku, karena berusaha dalam pandemi nampaknya hanya menjadi ide bodoh.

Mengejutkan sekali, pemenang kontes Line Webtoon diumumkan pada hari yang sama. Aku hanya tersenyum, aku tidak memedulikannya lagi karena semuanya sudah kutuliskan.

Tulisan adalah tempat untuk menyalurkan emosi, itulah pandanganku. Stay tuned terus dimanapun aku menulis, karena sekali lagi, dukungan kalian berarti.

Salam,
@mnafisalmukhdi1
M. Nafis Al-Mukhdi
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 02, 2020 16:29