To Ado Re, Tidore…
MATAHARI sepenggalah. Masih terhitung pagi, namun sinarnya sudah terik sekali saya rasakan. Saya ambil beanie dari dalam tas kecil. Dengan kedua tangan saya pasang benda berwarna hitam-ungu tersebut di kepala yang hanya ditutupi rambut super pendek. Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate kian jauh dari pandangan. Dua mesin tempel speed boat di sebelah saya meraung-raung memekakkan telinga. Tepat di bawahnya air laut seperti diaduk, bercipratan ke mana-mana. Segaris gelombang tercipta, menjadi semacam jejak sepanjang jalur yang kami lalui. Angin berhembus semilir. Aroma khas laut menguar. Kemana mata memandang yang terlihat hanya biru dan biru. Air laut, Pulau Tidore di hadapan dengan Gunung Marijang nan menjulang, langit cerah di atas, juga cat bagian dalam speed boat yang kami tumpangi, semua berwarna biru. Sungguh sebuah kebetulan yang menyejukkan mata. Baca tulisan sebelumnya: 1. Perjalanan Panjang Menuju Tidore 2. Mega Mendung di Langit Ternate Speed boat kuning yang ditumpangi rombongan perempuan terlihat mengambil jalur berbeda. Jauh di sisi kiri speed boat kami, posisinya lebih ke belakang. Samar-samar saya lihat Mbak Rien dan Mbak Zulfa selalu siaga dengan kamera masing-masing. Satu memegang Canon 70D, satu lagi Nikon D3300. Tadi saya sempat membayangkan dua speed boat ini bakal iring-iringan depan-belakang, atau bersisian. Tapi rupanya tidak begitu. Mungkin [...]
Published on February 06, 2018 07:48
No comments have been added yet.


