Risa Saraswati's Blog
August 17, 2015
BUKU TERBARU SAYA, RASUK.

Semenjak kepergian sang Ayah, Langgir Janaka __ Gadis remaja yang sering merasa kesepian__ merasa tidak ada satu hal pun dalam hidupnya berjalan dengan baik. Hari-harinya dipenuhi rutukan bagi nasib buruk. Kalimat "Tuhan tidak adil" Seolah menjadi mantra dalam batinnya.
Langgir iri dan ingin kisahnya lebih seperti para sahabatnya; Sekar Tanjung, seorang anak pungut yang dilimpahi kasih sayang keluarga angkatnya. Lintang Kasih yang punya orang tua kaya dan sering bepergian ke luar negeri. Juga Fransisca Inggrid, perempuan cantik yang selalu menemukan kemudahan dalam hidupnya.
Namun, bagaimana jika keinginan itu menjadi nyata? Rohnya merasuk dalam tubuh orang lain. Menjalani hidup sebagai mereka, lalu menelan suka duka yang bukan miliknya, sedangkan raganya sendiri tersembunyi entah dimana. Kini, Langgir sadar, harga yang dibayar untuk keinginan itu... Terlalu Besar.
"Hidup ini begitu semmrawut, hingga kerap kali aku mengutuknya! Mungkin KAU bosan mendengar hati ini menjerit dan memaki. Mereka bilang KAU mendengar semua keluh umatMU..., betul begitu? Lantas, dari sekian banyak garis hidup manusia yang KAU gambar, mengapa harus hidupku yang kau gores berliku?"
Judul : RASUK Tebal : 340 HalHarga : Rp 65.000Penulis : Risa SaraswatiPenerbit : BukuneRilis : September 2015
PREORDER : KETIK (nama + alamat lengkap + no. HP) SMS Ke 083821599761
Published on August 17, 2015 21:14
July 30, 2015
OPEN CASTING RATIMAYA SARASVATI!
Sarasvati tak pernah berhenti untuk terus berjalan. Mungkin itu yang membuatku dan teman-teman personil Sarasvati terus berusaha membuat sesuatu yang baru. Baru untuk kami maksudnya, bukan baru di dunia seni Indonesia. Sedikit ulasan sebelum aku terlalu jauh bercerita tentang project terbaru ini. Dulu, aku tumbuh besar mendengarkan cerita-cerita dalam kaset. Semacam Audiobookdimana cerita terlantun dari seseorang yang berakting melalui suaranya. Aku mengagumi cerita-cerita itu, hingga tak bosan mendengarnya berkali-kali. Dan cerita-cerita itu, membuahkan sebuah mimpi. Disisi lain, Sarasvati selalu menghadirkan sebuah cerita dalam setiap lagunya. Dari 1 lagu, ada 1 cerita. Mengalir bergitu saja. Saat pertunjukan kami, selalu saja ada talent-talent teater yang membantu merepresentasikan makna dibalik setiap lagu. Mimpi lainnya muncul, sebuah drama musikal! Boleh saja bermimpi bukan? Beberapa bulan belakangan ini, Sarasvati disibukkan oleh sebuah garapan baru, album baru. Setelah mendengar 10 materi album ini, tiba-tiba mimpi itu kembali bermunculan.
KENAPA TIDAK DIWUJUDKAN SAJA?
BISA TIDAK, YA?
ASAL ADA KEMAUAN BUKAN?
Berbekal keberanian meski agak nekat, akhirnya kami memutuskan untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu dalam album ini. Sebuah Album dengan musik dan audiobook di dalamnya, juga sebuah pertunjukan teatrikal untuk mementaskan apa yang ada di dalam audiobook itu. Bisa tidak, ya? Hal itu masih saja kupertanyakan, dalam kepalaku. Kami tak sendirian, ada sekelompok anak-anak muda kreatif asal kota Bandung yang membantu kami mewujudkan pertunjukan ini nantinya. Mereka menamakan diri mereka "Merchant Of Emotion", yang memang sudah malang melintang di seni pertunjukan drama audio visual. Kami meramu project ini bersama-sama. Jika Sarasvati sibuk dengan Album dan studio, mereka memfokuskan diri pada konsep pertunjukan. Project ini bernama, "Ratimaya". Aku pernah membahas tentang Ratimaya di postingan sebelumnya. Ratimaya berarti, bayangan keindahan. Ada sebuah cerita indah yang akan terbentuk dalam project ini. Dan aku yakin, kalian tak ingin melewatkannya...
Ssssshhh... Ada satu hal lagi. Bacalah baik-baik poster dibawah ini:
Seandainya kalian berminat untuk ikut serta dalam project ini. Kalian hanya cukup mengisi formulir disini : bit.ly/moe_occ3 dan lantas mengirimkan foto diri ke alamat email mayday@merchantofemotion.com
KENAPA TIDAK DIWUJUDKAN SAJA?
BISA TIDAK, YA?
ASAL ADA KEMAUAN BUKAN?
Berbekal keberanian meski agak nekat, akhirnya kami memutuskan untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu dalam album ini. Sebuah Album dengan musik dan audiobook di dalamnya, juga sebuah pertunjukan teatrikal untuk mementaskan apa yang ada di dalam audiobook itu. Bisa tidak, ya? Hal itu masih saja kupertanyakan, dalam kepalaku. Kami tak sendirian, ada sekelompok anak-anak muda kreatif asal kota Bandung yang membantu kami mewujudkan pertunjukan ini nantinya. Mereka menamakan diri mereka "Merchant Of Emotion", yang memang sudah malang melintang di seni pertunjukan drama audio visual. Kami meramu project ini bersama-sama. Jika Sarasvati sibuk dengan Album dan studio, mereka memfokuskan diri pada konsep pertunjukan. Project ini bernama, "Ratimaya". Aku pernah membahas tentang Ratimaya di postingan sebelumnya. Ratimaya berarti, bayangan keindahan. Ada sebuah cerita indah yang akan terbentuk dalam project ini. Dan aku yakin, kalian tak ingin melewatkannya...
Ssssshhh... Ada satu hal lagi. Bacalah baik-baik poster dibawah ini:

Seandainya kalian berminat untuk ikut serta dalam project ini. Kalian hanya cukup mengisi formulir disini : bit.ly/moe_occ3 dan lantas mengirimkan foto diri ke alamat email mayday@merchantofemotion.com
Published on July 30, 2015 07:51
July 22, 2015
SARASVATI
Sarasvati, nama ini diambil dari nama belakangku. Dulu, saat pertama kali mencetuskan ide untuk project ini, seorang sahabat bernama Dimas Ario (bassis pertama Sarasvati) memberikan referensi nama itu untukku. Katanya, "Sa, lo pake aja nama belakang lo. Tapi tulisan sanskrit, jadi ditulisnya Sarasvati". Hmmm boleh juga pikirku, karena rasanya terlalu narsis untuk memakai nama Risa atau Saraswati untuk project ini. Tak tahu sejak kapan project bernama Sarasvati ini lahir. Namun yang pasti, kami semua memilih tanggal 22 Juli 2010 sebagai hari kelahiran Sarasvati. Hari itu, 22 Juli 2010 sebuah project bernama Sarasvati untuk pertamakalinya tampil di depan 1000 orang pengunjung. Penuh tentu saja, aku yakin mereka semua begitu antusias melihat apa yang akan ditampilkan oleh seorang mantan vokalis band elektronik. Dan hari itu pula, album berjudul "Story Of Peter" lahir.
Aku rasa, keajaiban-keajaiban mulai muncul setelahnya. Sarasvati lahir menjadi sebuah band yang menggabungkan banyak sekali elemen di dalamnya. Aku ingat, begitu sulit menggabungkan 12 karakteristik personil band ini. Dengan latar belakang jenis musik yang berbeda, tempat tongkrongan yang berbeda, usia yang berbeda, sungguh keajaiban bisa menyatukan semuanya dalam sebuah panggung Sarasvati. Kejeniusan seorang Egi Anggara (Gitaris dan arranger pertama Sarasvati) dalam meramu musik di Sarasvati berhasil membentuk warna baru untuk musik Sarasvati. Sentuhan Keyboard Ferry Nurhayat dan Yura Yunita (keyboardis pertama sarasvati) juga tak bisa disangkal berhasil memberikan warna berbeda di project ini. Permainan xylophone yang dimainkan oleh Anggung Suherman (pemain xylophone sarasvati) menambah marak project ini, petikan gitar gitaris handal Hin-hin Akew (Gitaris Sarasvati) yang memang sudah sejak awal bermain di Sarasvati pun menambah warna musik project ini semakin kaya. Banyak nama-nama yang muncul di keluarga ini, ada coro sebagai drumer pertama, Diva sebagai keyboardis, Riana Rizki sebagai keyboardis, Tengku Irfansyah (sequencer), Diantra Irawan, Ay, Esti Cherbomb pun pernah didaulat untuk membantuku bernyanyi di Sarasvati. Hingga yang cukup berkesan adalah kehadiran sheryta arsalia (drumer kedua Sarasvati) yang datang menjadi bagian keluarga ini. Namun, seperti sebuah siklus. Ada yang datang, ada pula yang pergi. Mereka semua tak lagi bergabung di Sarasvati, namun kesan yang mereka tinggalkan tak pernah bisa hilang dari perjalanan Sarasvati. Hingga saat ini, tercatat ada 8 personil Sarasvati yang bertahan. Diantaranya aku sebagai vokalis, hinhin sebagai gitaris, Gallang pada bass, Papay di drum, gigi di sequencer, Marshella yang membantuku bernyanyi, iman jimbot pada alat musik tradisional, dan kevin sebagai yang termuda sebagai pemain keyboard (usianya baru 18 tahun).
Betapa banyak orang yang berbaik hati pada saat itu meramu album sarasvati yang tak punya label recording. Masih lekat di kepala bagaimana orangtua saya memberikan sumbangan alakadarnya untuk memproduksi CD Story of Peter, belum lagi teman-teman di studio rekaman yang kala itu melakukan rekaman pertama di studio Massive cigadung. Ada Cai yang membantu saat ngetake, lalu Ditto yang dengan baik hati ngemixing album itu, lalu Badot yang memastering album itu. Secara Gratis. Sarasvati adalah project yang sangat beruntung. Belum lagi, bung Ricky Arnold yang bersedia memotret saya secara cuma-cuma untuk album itu. O iya, jangan lupakan Stephen Dickinson yang menjadi ikon Peter di album itu, sssssshhh... Dia sudah remaja sekarang. Peran ibunya, yang tak lain sahabat saya Alison juga begitu penting dalam proses penggarapan album Story Of Peter.
Bersama project ini kami menggelar beberapa konser besar, di tahun 2011 - Mancawarna Sarasvati, 2012 - Nishkala Sarasvati, 2013 - Sunyaruri, 2014 - Astalaras Sarasvati, dan rencananya 2015 ini kami akan menggelar konser Ratimaya Sarasvati. Betapa banyak nama yang begitu berjasa dalam segala perjalanan kami ini. Ada Syauqy lukman sebagai Manager pertama kami, Iit dan Mas tri sebagai manager kedua kami, dan kini kami dimanageri oleh seorang laki-laki bernama butong. Sponsor, tentu saja. Ada banyak nama yang mensponsori seluruh acara kami. Menyenangkan sekali! Harus kusebutkan orang-orang yang berjasa membantu penampilan kami diatas panggung. Ada Adun, Trio, Acay, Benx, Andri, Utok, dan Ghera yang sampai saat ini masih setia menemani panggung-panggung kami. Sarasvati buatku adalah sebuah keajaiban, melalui sarasvati semua jalan yang kini kucapai berhasil terbuka. Tak hanya aku, "Sahabat-sahabat"ku pun pada akhirnya bisa ikut tertawa, menari, dengan musik yang dimainkan oleh sarasvati. Kebanyakan lagu-lagu yang kutulis terinspirasi oleh persahabatan kami. Ah, tak ada yang lebih menyenangkan dari ini.
Tak terhitung berapa nama yang pernah didaulat untuk berolaborasi bersama kami. Luar biasa, tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa kami akan tampil diatas panggung yang sama. Ada Tulus yang begitu indah bernyanyi bersamaku di lagu "Oh I Never Know", Cholil Efek Rumah Kaca di lagu "Mirror", Dewa Budjana yang bermain gitar dengan apik di lagu "Solitude", Ink Rosemary di lagu "Cerita Kertas dan Pena", ada Karinding Attack, Taishogoto, Keenan nasution, Fadly Padi, Mario Ginanjar, Syaharani, Sara Wijayanto, Vicky Mono, Bungsu Bandung, Uci Kubik, Esti Cherbomb, Munthe, Gail ex-YoviNuno, dan yang terakhir adalah Gran Kino band asal Prancis. Akan ada banyak nama lagi yang akan muncul di tahun-tahun selanjutnya, aku yakin itu. Mereka begitu baik menganggukkan kepalanya kepada kami saat kami meminta mereka semua untuk berkolaborasi. Berkali-kali aku dan teman-teman di Sarasvati berpikir untuk bubar. Namun pikiran itu sirna oleh orang-orang yang menamakan diri mereka "Sarasvamily". Nama itu muncul begitu saja, tanpa kami bentuk. Mereka tumbuh besar menjadi sebuah keluarga, bagian yang tak terpisahkan dari Sarasvati. Mereka selalu menjadi yang terdepan di barisan penonton, mengelu-elukan nama kami agar terus bertahan. Ini semua terjadi karena mereka. Aku tak bisa menyangkalnya. Hari ini, tepat 5 tahun Sarasvati terbentuk. Pagi tadi, sebuah paket berisi CD sampai kepada saya. Bagian depannya tertulis "Tribute to sarasvati". Ada sebuah paragraf tertulis disana, katanya:
"Selamat merayakan hari jadi yang ke 5 untuk Sarasvati band kesayangan kita. Ini adalah sebuah penghargaan yang kami bisa berikan untuk kalian. Tetaplah di dalam naungan Dewi Sarasvati yang penuh dengan pengetahuan dan seni. Maka dari itu, tetaplah berkarya dengan kualitas maksimal, penuh dengan pengetahuan, sehingga pantas untuk disebut sebuah karya seni. Sukses selalu, teruslah bersatu, dan berkeluargalah dengan baik (sarasvamily)"
Air mata menetes pagi ini, bersama paket CD berisi lagu-lagu Sarasvati yang dibawakan ulang oleh anggota keluarga kami, Sarasvamily. Aku tak berjanji ini akan bertahan selamanya, tapi selama masih ada kalian, kami (Sarasvati) akan berusaha untuk terus bertahan.

Aku rasa, keajaiban-keajaiban mulai muncul setelahnya. Sarasvati lahir menjadi sebuah band yang menggabungkan banyak sekali elemen di dalamnya. Aku ingat, begitu sulit menggabungkan 12 karakteristik personil band ini. Dengan latar belakang jenis musik yang berbeda, tempat tongkrongan yang berbeda, usia yang berbeda, sungguh keajaiban bisa menyatukan semuanya dalam sebuah panggung Sarasvati. Kejeniusan seorang Egi Anggara (Gitaris dan arranger pertama Sarasvati) dalam meramu musik di Sarasvati berhasil membentuk warna baru untuk musik Sarasvati. Sentuhan Keyboard Ferry Nurhayat dan Yura Yunita (keyboardis pertama sarasvati) juga tak bisa disangkal berhasil memberikan warna berbeda di project ini. Permainan xylophone yang dimainkan oleh Anggung Suherman (pemain xylophone sarasvati) menambah marak project ini, petikan gitar gitaris handal Hin-hin Akew (Gitaris Sarasvati) yang memang sudah sejak awal bermain di Sarasvati pun menambah warna musik project ini semakin kaya. Banyak nama-nama yang muncul di keluarga ini, ada coro sebagai drumer pertama, Diva sebagai keyboardis, Riana Rizki sebagai keyboardis, Tengku Irfansyah (sequencer), Diantra Irawan, Ay, Esti Cherbomb pun pernah didaulat untuk membantuku bernyanyi di Sarasvati. Hingga yang cukup berkesan adalah kehadiran sheryta arsalia (drumer kedua Sarasvati) yang datang menjadi bagian keluarga ini. Namun, seperti sebuah siklus. Ada yang datang, ada pula yang pergi. Mereka semua tak lagi bergabung di Sarasvati, namun kesan yang mereka tinggalkan tak pernah bisa hilang dari perjalanan Sarasvati. Hingga saat ini, tercatat ada 8 personil Sarasvati yang bertahan. Diantaranya aku sebagai vokalis, hinhin sebagai gitaris, Gallang pada bass, Papay di drum, gigi di sequencer, Marshella yang membantuku bernyanyi, iman jimbot pada alat musik tradisional, dan kevin sebagai yang termuda sebagai pemain keyboard (usianya baru 18 tahun).
Betapa banyak orang yang berbaik hati pada saat itu meramu album sarasvati yang tak punya label recording. Masih lekat di kepala bagaimana orangtua saya memberikan sumbangan alakadarnya untuk memproduksi CD Story of Peter, belum lagi teman-teman di studio rekaman yang kala itu melakukan rekaman pertama di studio Massive cigadung. Ada Cai yang membantu saat ngetake, lalu Ditto yang dengan baik hati ngemixing album itu, lalu Badot yang memastering album itu. Secara Gratis. Sarasvati adalah project yang sangat beruntung. Belum lagi, bung Ricky Arnold yang bersedia memotret saya secara cuma-cuma untuk album itu. O iya, jangan lupakan Stephen Dickinson yang menjadi ikon Peter di album itu, sssssshhh... Dia sudah remaja sekarang. Peran ibunya, yang tak lain sahabat saya Alison juga begitu penting dalam proses penggarapan album Story Of Peter.
Bersama project ini kami menggelar beberapa konser besar, di tahun 2011 - Mancawarna Sarasvati, 2012 - Nishkala Sarasvati, 2013 - Sunyaruri, 2014 - Astalaras Sarasvati, dan rencananya 2015 ini kami akan menggelar konser Ratimaya Sarasvati. Betapa banyak nama yang begitu berjasa dalam segala perjalanan kami ini. Ada Syauqy lukman sebagai Manager pertama kami, Iit dan Mas tri sebagai manager kedua kami, dan kini kami dimanageri oleh seorang laki-laki bernama butong. Sponsor, tentu saja. Ada banyak nama yang mensponsori seluruh acara kami. Menyenangkan sekali! Harus kusebutkan orang-orang yang berjasa membantu penampilan kami diatas panggung. Ada Adun, Trio, Acay, Benx, Andri, Utok, dan Ghera yang sampai saat ini masih setia menemani panggung-panggung kami. Sarasvati buatku adalah sebuah keajaiban, melalui sarasvati semua jalan yang kini kucapai berhasil terbuka. Tak hanya aku, "Sahabat-sahabat"ku pun pada akhirnya bisa ikut tertawa, menari, dengan musik yang dimainkan oleh sarasvati. Kebanyakan lagu-lagu yang kutulis terinspirasi oleh persahabatan kami. Ah, tak ada yang lebih menyenangkan dari ini.

Tak terhitung berapa nama yang pernah didaulat untuk berolaborasi bersama kami. Luar biasa, tak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa kami akan tampil diatas panggung yang sama. Ada Tulus yang begitu indah bernyanyi bersamaku di lagu "Oh I Never Know", Cholil Efek Rumah Kaca di lagu "Mirror", Dewa Budjana yang bermain gitar dengan apik di lagu "Solitude", Ink Rosemary di lagu "Cerita Kertas dan Pena", ada Karinding Attack, Taishogoto, Keenan nasution, Fadly Padi, Mario Ginanjar, Syaharani, Sara Wijayanto, Vicky Mono, Bungsu Bandung, Uci Kubik, Esti Cherbomb, Munthe, Gail ex-YoviNuno, dan yang terakhir adalah Gran Kino band asal Prancis. Akan ada banyak nama lagi yang akan muncul di tahun-tahun selanjutnya, aku yakin itu. Mereka begitu baik menganggukkan kepalanya kepada kami saat kami meminta mereka semua untuk berkolaborasi. Berkali-kali aku dan teman-teman di Sarasvati berpikir untuk bubar. Namun pikiran itu sirna oleh orang-orang yang menamakan diri mereka "Sarasvamily". Nama itu muncul begitu saja, tanpa kami bentuk. Mereka tumbuh besar menjadi sebuah keluarga, bagian yang tak terpisahkan dari Sarasvati. Mereka selalu menjadi yang terdepan di barisan penonton, mengelu-elukan nama kami agar terus bertahan. Ini semua terjadi karena mereka. Aku tak bisa menyangkalnya. Hari ini, tepat 5 tahun Sarasvati terbentuk. Pagi tadi, sebuah paket berisi CD sampai kepada saya. Bagian depannya tertulis "Tribute to sarasvati". Ada sebuah paragraf tertulis disana, katanya:
"Selamat merayakan hari jadi yang ke 5 untuk Sarasvati band kesayangan kita. Ini adalah sebuah penghargaan yang kami bisa berikan untuk kalian. Tetaplah di dalam naungan Dewi Sarasvati yang penuh dengan pengetahuan dan seni. Maka dari itu, tetaplah berkarya dengan kualitas maksimal, penuh dengan pengetahuan, sehingga pantas untuk disebut sebuah karya seni. Sukses selalu, teruslah bersatu, dan berkeluargalah dengan baik (sarasvamily)"
Air mata menetes pagi ini, bersama paket CD berisi lagu-lagu Sarasvati yang dibawakan ulang oleh anggota keluarga kami, Sarasvamily. Aku tak berjanji ini akan bertahan selamanya, tapi selama masih ada kalian, kami (Sarasvati) akan berusaha untuk terus bertahan.

Published on July 22, 2015 01:55
July 21, 2015
APA ITU RATIMAYA?
Ratimaya, nama indah ini mencuat begitu saja saat mataku melihat nama-nama indah bahasa sansekerta. Yang berarti bayangan keindahan. Membayangkan Ratimaya maka yang terlukis di dalam kepala adalah sosok seorang perempuan cantik, pendiam, dengan segudang pikiran-pikiran aneh yang ada di dalam kepalanya. Nama yang unik, pikirku. Saat mengemukakan tentang nama ini pada personil lain di Sarasvati, mereka pun berpikir bahwa ini adalah nama yang indah. Dan kami semua, mulai berkhayal tentang sebuah album dengan judul Ratimaya. Terkadang, keindahan yang ada di dalam kepala kita tak terlihat sama oleh apa yang ada di mata orang lain. Ratimaya, kami ingin dia benar-benar hidup! Entah bagaimana caranya, kami ingin membuatnya benar-benar bisa dirasakan, tak hanya di dengar. Setiap manusia pasti memiliki sisi keindahan yang berbeda menurut versi mereka masing-masing. Aku yakin, kau, kalian, kita semua, pernah sedetik memejamkan mata untuk melihat hal yang indah di dalam kepala. Setidaknya untuk menghibur diri saat kenyataannya tak seindah yang ada di dalam kepala. Hal yang sangat manusiawi. Album ini, buku ini, teater ini, entahlah harus kusebut apa. Tak ada yang bisa benar-benar tepat untuk mendeskripsikan sesosok Ratimaya versi kami, Sarasvati. Kepala kami semua bekerja keras, untuk menciptakan sebuah sosok seorang Ratimaya yang benar-benar hidup. Sudah kubilang, dia akan benar-benar lahir menjadi sosok baru dalam perjalanan panjang sebuah keluarga yang kusayangi bernama Sarasvati. Bekerjasama dengan beberapa talenta muda berbakat asal bandung, kami akan mewujudkan Ratimaya.

"Sebut saja anak ini "Ratimaya Sarasvati". Dia akan segera lahir, secepatnya. Mungkin dalam waktu hitungan dua bulan ke depan. Sebuah Album dan pertunjukkan yang akan berbeda dari sebelumnya."
Kami (Sarasvati) sudah mulai bekerja keras untuk Ratimaya. Beberapa bekerja di studio, beberapa bekerja di konsep, dan sisanya bekerja untuk pertunjukan yang akan ditampilkan. Ratimaya akan segera lahir, kalian hanya perlu bersabar menunggunya...
#JurnalRisa#RatimayaSarasvati

"Sebut saja anak ini "Ratimaya Sarasvati". Dia akan segera lahir, secepatnya. Mungkin dalam waktu hitungan dua bulan ke depan. Sebuah Album dan pertunjukkan yang akan berbeda dari sebelumnya."
Kami (Sarasvati) sudah mulai bekerja keras untuk Ratimaya. Beberapa bekerja di studio, beberapa bekerja di konsep, dan sisanya bekerja untuk pertunjukan yang akan ditampilkan. Ratimaya akan segera lahir, kalian hanya perlu bersabar menunggunya...
#JurnalRisa#RatimayaSarasvati
Published on July 21, 2015 00:13
July 20, 2015
JURNAL RISA
Sudah lama tidak berceloteh disini. Rasanya terlalu rindu. Mungkin karena disibukan oleh segala hal yang beberapa tahun belakangan ini mulai merecoki kehidupan saya. Halo, apa kabar? Saya tahu kalian mungkin rindu pada celotehan saya yang tidak penting ini. Kenapa harus jurnal risa? Baru saja belakangan ini mencari definisi kata jurnal yang berarti pencatatan segala sesuatu hal yang berhubungan dengan aktivitas. Semacam diary? Ya, mungkin memang seperti itu kira-kira. Saya ingin menyantumkan setiap postingan saya ini dengan tagar/hastag #jurnalrisa di media sosial. Ini akan menarik, sungguh saya tidak main-main. Mungkin mulai saat ini saya akan menceritakan banyak hal yang kalian semua ingin tahu dari kehidupan saya yang tentu saja menarik. Banyak hal menarik yang ingin saya bagi melalui #jurnalrisa. Diantaranya, perjalanan saya di tempat-tempat baru, bertemu dengan orang-orang baru, bertemu hantu-hantu baru, dan tentu saja jurnal karya-karya baru yang akan saya rilis entah karya pribadi atau karya bersama "Sarasvati". Ingat, sarasvati sajah tanpa Isyana. Grrrr... Kalian semua juga bisa menanyakan langsung apa saja seputar #jurnalrisa entah itu tentang hantu, pacar, atau harga beras di pasaran. Tahun ini, akan banyak sekali ide gila di kepala saya yang akan direalisasikan. Saya akan senang jika bisa membaginya dengan kalian semua.
SALAM JURNAL!
Risa Saraswati
SALAM JURNAL!
Risa Saraswati
Published on July 20, 2015 09:11
March 9, 2015
Gerbang Dialog Danur
Jika sebelumnya telah kurahasiakan segala hal yang berhubungan dengan mereka, kali ini segalanya telah berubah. Gerbang dialog antara aku dengan kelima sahabatku kubuka perlahan, dan membiarkan kalian semua untuk masuk ke dalamnya.
Ada Peter si anak remaja pendek yang sangat nakal, William pemain biola bijaksana, Hans si pembuat kue unggul, Hendrick sang primadona, dan si kecil Janshen bergigi ompong yang sangat cengeng. Kelimanya tinggal bersama keluargaku, dalam rumah peninggalan zaman Belanda milik nenek.
Hanya saja, tak pernah ada yang benar-benar mengenal mereka seperti halnya aku. Tak ada satupun orang di rumah yang tahu asal usul mereka semua. Mereka ada di sekelilingku, siang dan malam. Menjeratku dalam persahabatan aneh antara seorang anak manusia dengan 5 hantu anak-anak Belanda.
Bukan mimpi buruk yang kurasakan, melainkan hidup yang begitu indah dan penuh makna. Aku ingin kalian semua merasakan bagaimana rasanya menjadi sepertiku.
Selamat datang di dunia kami, telah kubuka gerbang dialog ini untuk kalian semua...

Gerbang Dialog Danur telah dibuka untuk kalian yang ingin ikut berbincang dengan mereka. Untuk mendapatkan bukunya, kalian bisa ikut pre-order-nya di link berikut:
1. http://bukubukularis.com/product/gerbang-dialog-danur/
2. http://www.parcelbuku.net/fiksi/keluarga/gerbang-dialog-danur/
3. http://www.buku-plus.com/detail/gerbang-dialog-danur-2375.html
4. http://www.bukukita.com/Buku-Murah-dan-Promo-2015/BUKU-PREORDER/133146-Gerbang-Dialog-Danur-(Preorder).html
5. http://kutukutubuku.com/2008/open/46957/kkb
Published on March 09, 2015 20:53
September 11, 2014
Lentera
Sedang duduk manis di atas kursi tepat di meja kantor saya, sambil menghabiskan menu catering makan siang, tiba-tiba terdengar rekan kerja memanggil saya. "Sa, Risa? Ada Abah Iwan! Cepet kesini!". Bergegas saya habiskan makanan, lalu berlari ke arah stage outdoor Padepokan, o iya... mungkin banyak yang belum tahu, saya bekerja sebagai staf pns di Padepokan Seni Mayang Sunda, disbudpar kota Bandung.
Abah Iwan Abdulrachman bagi saya adalah seorang inspirator. Sejak kecil, mata, kepala, telinga, dan pikiran saya banyak sekali dipengaruhi berbagai macam karyanya. Ayah saya mengidolakan beliau, berbagai quote menarik yang terucap dari Abah Iwan banyak dikutipnya dan diceritakan kembali kepada anak-anaknya untuk dijadikan pelajaran dan bekal untuk hidup kami. Lagu-lagu hasil karya Abah Iwan pada akhirnya pun banyak mengispirasi hasil karya saya. Melati Putih adalah salah satu karyanya yang berhasil saya dan band saya aransemen ulang, dan memasukkannya ke dalam album story of peter repackage. Dalam berbagai kesempatan, pada akhirnya saya banyak dipertemukan dengan Abah Iwan. Namun kali ini berbeda, bulan September ini tanggal 26, kantor dan dinas tempat saya bekerja menyelenggarakan konser tunggal untuknya, dan saya berperan serta untuk ikut menjadi panitia dalam pagelarannya. Tak ada yang lebih mencerahkan bulan September saya selain acara berjudul "Lantera di Mayang Sunda" ini.
Siang itu Abah datang dengan mengayuh sepedanya, konon dia baru saja menempuh perjalanan dari Jatinangor dengan menggunakan sepeda. Matanya berkeliling melihat bagaimana kondisi panggung tempat kelak konsernya akan digelar. Awalnya dia pesimis, "Takut ngga banyak yang dateng", ujarnya. Dengan tegas saya berkata, "Abah, harus optimis. Abah itu pengagumnya banyak, anak muda sekarang banyak sekali yang mengidolakan Abah. Saya malah takut membludak sehingga tak bisa tertampung di stage indoor". Begitulah kurang lebih awal perbincangan kami siang itu. Dilanjut dengan bersenda gurau bersama rekan PNS yang lain, dan membahas serius tentang bagaimana persiapan acara nanti. Pembicaraan mengerucut kepada judul yang dipilihnya, 'Lantera', yang merupakan bahasa sunda dari kata 'Lentera'.
"Tahu tidak kenapa Abah pilih judul Lantera untuk konser Abah nanti?", tanyanya kepada saya. Saya terdiam grogi, mau jawab takut salah. Dengan mantap dan bersemangat beliau menjelaskan kepada saya, dan kami semua yang ada disitu.
Coba bayangkan kalau kita berada didalam hutan, gelap sekali tak ada cahaya apapun disana. Lalu tiba-tiba ada sebuah Lentera jauh didepan sana, cahaya kecilnya yang mantap tak terusik oleh angin bahkan badai sebesar apapun, akan berarti untuk kita melangkah menapaki jalanan hutan yang gelap. Lentera lebih tangguh dibandingkan obor sekalipun. Obor memang lebih terang dan menyala, tapi akan padam jika terkena angin yang besar. Lain halnya dengan Lentera, dia tetap berdiri kokoh bahkan jika disimpan diujung perahu dalam lautan badai, cahayanya tetap menyala sehingga mampu menerangi nelayan yang sedang melaut.
"Ingat, Lentera tak bisa sembarangan dinyalakan, seseorang harus meminyakinya terlebih dahulu, membersihkan setiap detil dari ornamennya, dan yang paling utama adalah mengatur pijarnya", kata-katanya membuat kami semua mengangguk-angguk terdiam, entah kagum, entah kurang mengerti. Beliau melanjutkan lagi percakapannya...
Bayangkan jika setiap manusia di muka bumi Indonesia ini memiliki Lentera-Lentera sendiri dalam dirinya, bayangkan jika tak ada manusia yang kehilangan arah karena memiliki Lentera sendiri dalam hatinya, bayangakan jika negara ini diterangi oleh 200 juta lentera, atau bahkan lebih. Coba bayangkan, betapa menyalanya Indonesia, betapa terangnya kita di mata dunia. Jangan pernah mengharapkan sebuah Lentera untuk menerangi seluruh negeri ini, tak ada yang seperti itu. Lentera akan menyala sangat terang jika berkumpul dengan Lentera-Lentera lainnya...
Siang itu, setelah kata-katanya itu terucap. Lagi-lagi sosoknya semakin mengagumkan di mata saya, tak hanya saya, mungkin juga di mata beberapa rekan kerja saya di Padepokan Seni Mayang Sunda.
Kalimat itu terus berputar di dalam kepala saya, bagi saya... Tak usah bagi negeri ini, minimal untuk kehidupan saya... Lentera itu sedang berusaha saya nyalakan agar lebih terang, agar tak lagi tersesat.
Abah Iwan Abdulrachman bagi saya adalah seorang inspirator. Sejak kecil, mata, kepala, telinga, dan pikiran saya banyak sekali dipengaruhi berbagai macam karyanya. Ayah saya mengidolakan beliau, berbagai quote menarik yang terucap dari Abah Iwan banyak dikutipnya dan diceritakan kembali kepada anak-anaknya untuk dijadikan pelajaran dan bekal untuk hidup kami. Lagu-lagu hasil karya Abah Iwan pada akhirnya pun banyak mengispirasi hasil karya saya. Melati Putih adalah salah satu karyanya yang berhasil saya dan band saya aransemen ulang, dan memasukkannya ke dalam album story of peter repackage. Dalam berbagai kesempatan, pada akhirnya saya banyak dipertemukan dengan Abah Iwan. Namun kali ini berbeda, bulan September ini tanggal 26, kantor dan dinas tempat saya bekerja menyelenggarakan konser tunggal untuknya, dan saya berperan serta untuk ikut menjadi panitia dalam pagelarannya. Tak ada yang lebih mencerahkan bulan September saya selain acara berjudul "Lantera di Mayang Sunda" ini.
Siang itu Abah datang dengan mengayuh sepedanya, konon dia baru saja menempuh perjalanan dari Jatinangor dengan menggunakan sepeda. Matanya berkeliling melihat bagaimana kondisi panggung tempat kelak konsernya akan digelar. Awalnya dia pesimis, "Takut ngga banyak yang dateng", ujarnya. Dengan tegas saya berkata, "Abah, harus optimis. Abah itu pengagumnya banyak, anak muda sekarang banyak sekali yang mengidolakan Abah. Saya malah takut membludak sehingga tak bisa tertampung di stage indoor". Begitulah kurang lebih awal perbincangan kami siang itu. Dilanjut dengan bersenda gurau bersama rekan PNS yang lain, dan membahas serius tentang bagaimana persiapan acara nanti. Pembicaraan mengerucut kepada judul yang dipilihnya, 'Lantera', yang merupakan bahasa sunda dari kata 'Lentera'.
"Tahu tidak kenapa Abah pilih judul Lantera untuk konser Abah nanti?", tanyanya kepada saya. Saya terdiam grogi, mau jawab takut salah. Dengan mantap dan bersemangat beliau menjelaskan kepada saya, dan kami semua yang ada disitu.
Coba bayangkan kalau kita berada didalam hutan, gelap sekali tak ada cahaya apapun disana. Lalu tiba-tiba ada sebuah Lentera jauh didepan sana, cahaya kecilnya yang mantap tak terusik oleh angin bahkan badai sebesar apapun, akan berarti untuk kita melangkah menapaki jalanan hutan yang gelap. Lentera lebih tangguh dibandingkan obor sekalipun. Obor memang lebih terang dan menyala, tapi akan padam jika terkena angin yang besar. Lain halnya dengan Lentera, dia tetap berdiri kokoh bahkan jika disimpan diujung perahu dalam lautan badai, cahayanya tetap menyala sehingga mampu menerangi nelayan yang sedang melaut.
"Ingat, Lentera tak bisa sembarangan dinyalakan, seseorang harus meminyakinya terlebih dahulu, membersihkan setiap detil dari ornamennya, dan yang paling utama adalah mengatur pijarnya", kata-katanya membuat kami semua mengangguk-angguk terdiam, entah kagum, entah kurang mengerti. Beliau melanjutkan lagi percakapannya...
Bayangkan jika setiap manusia di muka bumi Indonesia ini memiliki Lentera-Lentera sendiri dalam dirinya, bayangkan jika tak ada manusia yang kehilangan arah karena memiliki Lentera sendiri dalam hatinya, bayangakan jika negara ini diterangi oleh 200 juta lentera, atau bahkan lebih. Coba bayangkan, betapa menyalanya Indonesia, betapa terangnya kita di mata dunia. Jangan pernah mengharapkan sebuah Lentera untuk menerangi seluruh negeri ini, tak ada yang seperti itu. Lentera akan menyala sangat terang jika berkumpul dengan Lentera-Lentera lainnya...
Siang itu, setelah kata-katanya itu terucap. Lagi-lagi sosoknya semakin mengagumkan di mata saya, tak hanya saya, mungkin juga di mata beberapa rekan kerja saya di Padepokan Seni Mayang Sunda.
Kalimat itu terus berputar di dalam kepala saya, bagi saya... Tak usah bagi negeri ini, minimal untuk kehidupan saya... Lentera itu sedang berusaha saya nyalakan agar lebih terang, agar tak lagi tersesat.

Published on September 11, 2014 01:58
September 2, 2014
Rencana Ajaib Tuhan
Sudah hampir satu tahun, aku mengabaikan segala sesuatu yang berhubungan dengan tulisan asalku, ceracau kacau balauku, dan berbagai kisah tak pentingku disini. Aku tahu, aku terlalu asik dengan duniaku yang lain hingga tak sadar bahwa dunia kicauanku ini adalah asal muasal dimana segalanya dimulai.
Rasanya sudah berpuluh tahun, bukan hanya satu tahun.
Terlalu banyak perubahan dalam hidupku dalam satu tahun ini, bisa kubilang... Ini adalah tahun yang campur aduk buatku. Segalanya mulai tercapai, segalanya mulai menjadi kenyataan. Namun, Jalanan tak semulus yang kumau, Tuhan rupanya punya banyak rencana ajaib untuk aku. Tak baik mengumbar hal buruk, akan kuceritakan beberapa hal menyenangkan yang telah kulalui belakangan ini.
Setelah buku ketigaku, rupanya tanganku yang gatal ini akhirnya berhasil menelurkan sebuah buku fiksi pertamaku berjudul "Ananta Prahadi", kisahnya banyak kalian baca disini... Tapi akhir kisahnya bisa kalian selesaikan dalam buku itu. Betapa aku menginginkan hidup yang sempurna seperti Tania. Bagi kalian mungkin dia adalah seorang monster, tapi bagiku dia adalah kesempurnaan. Sering aku berandai-andai, seandainya aku bisa bersikap seperti Tania, ah sudah lupakan.
Kalian bisa mendapatkan buku ini di toko-toko buku besar.
Bulan Mei kemarin, aku berhasil melakukan perjalananku. AKHIRNYA! Hanya itu yang bisa terucap dari hatiku. Bahagia, tentu saja. Akhirnya kesempatan untuk mewujudkan keinginan "Peter, Hans, Hendrick, Will, Janshen, bahkan Marianne, dan Norma". Kami pergi ke Belanda. Mereka bersenang-senang, aku juga tak luput bersenang-senang... Senang karena akhirnya aku bisa mewujudkan mimpi mereka. Tak banyak yang bisa kuceritakan dari perjalanan kami tempo hari. Mereka hanya tak ingin aku kembali berkoar tentang mereka.
Apa lagi yang harus kutulis, ya? Rasanya grogi, seperti baru pertamakali berkenalan.Mmmmh, Kalian masih mau melihat kicauanku disini?
Sekarang aku sedang tersenyum sendiri membaca kembali tulisan-tulisan lamaku sendiri disini, halaman demi halaman. Membuka sejuta kenangan bagaimana dan dimana aku menuliskannya. Hidupku terlalu cepat berubah.
Tuhan punya banyak rencana ajaib untukku, lagi-lagi kalimat itu kembali menyeruak. Kupikir akan begini, kupikir akan begitu, ternyata tak semuanya berjalan seperti yang kumau.
Semoga kita semua bahagia. Aku, kamu, mereka, kalian, semua bahagia...
Rasanya sudah berpuluh tahun, bukan hanya satu tahun.
Terlalu banyak perubahan dalam hidupku dalam satu tahun ini, bisa kubilang... Ini adalah tahun yang campur aduk buatku. Segalanya mulai tercapai, segalanya mulai menjadi kenyataan. Namun, Jalanan tak semulus yang kumau, Tuhan rupanya punya banyak rencana ajaib untuk aku. Tak baik mengumbar hal buruk, akan kuceritakan beberapa hal menyenangkan yang telah kulalui belakangan ini.
Setelah buku ketigaku, rupanya tanganku yang gatal ini akhirnya berhasil menelurkan sebuah buku fiksi pertamaku berjudul "Ananta Prahadi", kisahnya banyak kalian baca disini... Tapi akhir kisahnya bisa kalian selesaikan dalam buku itu. Betapa aku menginginkan hidup yang sempurna seperti Tania. Bagi kalian mungkin dia adalah seorang monster, tapi bagiku dia adalah kesempurnaan. Sering aku berandai-andai, seandainya aku bisa bersikap seperti Tania, ah sudah lupakan.

Kalian bisa mendapatkan buku ini di toko-toko buku besar.
Bulan Mei kemarin, aku berhasil melakukan perjalananku. AKHIRNYA! Hanya itu yang bisa terucap dari hatiku. Bahagia, tentu saja. Akhirnya kesempatan untuk mewujudkan keinginan "Peter, Hans, Hendrick, Will, Janshen, bahkan Marianne, dan Norma". Kami pergi ke Belanda. Mereka bersenang-senang, aku juga tak luput bersenang-senang... Senang karena akhirnya aku bisa mewujudkan mimpi mereka. Tak banyak yang bisa kuceritakan dari perjalanan kami tempo hari. Mereka hanya tak ingin aku kembali berkoar tentang mereka.

Apa lagi yang harus kutulis, ya? Rasanya grogi, seperti baru pertamakali berkenalan.Mmmmh, Kalian masih mau melihat kicauanku disini?
Sekarang aku sedang tersenyum sendiri membaca kembali tulisan-tulisan lamaku sendiri disini, halaman demi halaman. Membuka sejuta kenangan bagaimana dan dimana aku menuliskannya. Hidupku terlalu cepat berubah.
Tuhan punya banyak rencana ajaib untukku, lagi-lagi kalimat itu kembali menyeruak. Kupikir akan begini, kupikir akan begitu, ternyata tak semuanya berjalan seperti yang kumau.
Semoga kita semua bahagia. Aku, kamu, mereka, kalian, semua bahagia...
Published on September 02, 2014 21:43
December 3, 2013
(12.12.13) SUNYARURI...
Peter, Hans, Hendrick, Janshen, William, Norma, Marianne…
Aku berjanji, ini adalah tulisan terakhirku tentang kalian. Jangan membuatku khawatir lagi, tolonglah. Kupikir kalian kini mulai membenciku, kupikir kalian kini tak lagi peduli kepadaku…
Jangan menghilang dariku, aku begitu kesepian.
Mereka bilang ini alam kesepian, sunyi… tak ada apapun yang bisa kulihat, bahkan kudengar dari mulut kalian. Mereka yang lain mulai berdatangan… sementara kalian tetap hening bagai tak pernah saling mengenal.
Gerbang yang lama kubuka kini akan kututup lagi, entah sampai kapan.
Sampai jumpa di 12 Desember 2013, jika kalian memang masih menganggapku sahabat, datanglah. Akan kukenalkan kalian pada alam baruku, Sunyaruri.

Tiket bisa dibeli di @omuniuum 45rbinfo: silahkan cek www.sarasvatimusic.comtwitter: @sarasvatimusic
Published on December 03, 2013 22:52
November 8, 2013
ANANTA PRAHADI PART 11 (HANYA SECUIL.. HEHEHE)
Pierre masih terduduk merengkuhkan badannya dibawah kakiku, sambil memegangi sebuah kotak berisi cincin berwarna hitam dan mengarahkannya kepadaku. Entah perasaan apa ini, rasanya wajahku terbakar karena kini terasa begitu panas daripada sebelumnya. Bibirku bergetar hebat, entah karena terharu atau mungkin marah. Perasaanku campur aduk saat ini, kuarahkan tatapanku pada Anta, dan kulihat dia seolah menganggukkan kepalanya kepadaku. Tapi tatapan itu, tatapan yang Anta beri kepadaku bukanlah tatapan mata seorang Anta saat sedang mendukungku melakukan sesuatu. Bagiku, anggukan kepalanya merupakan sebuah isyarat bahwa ini adalah sebuah kesalahan. Kuangkat tanganku tinggi-tinggi, aku bisa melihat bagaimana Ayah, Ibu, Tiara, bahkan semua orang yang ada di meja makan ini membelalakkan matanya seolah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Tidak!!!!”, aku berteriak sangat keras pada Pierre, sementara tangan yang tadi kuangkat tinggi berhasil membuat kotak berisi cincin di tangannya berhamburan hingga terjatuh. Pierre tampak kaget atas reaksiku ini, wajahnya kini menengadah kearahku, tatapan matanya nanar seolah bertanya, “Kenapa Tania, kenapa?”.
“Kau ini gila! Aku pikir kamu mengerti aku, benar-benar memahamiku! Aku ini wanita bebas! Aku tidak suka diikat oleh hal semacam ini!! Kau boleh menyayangiku, aku juga tidak keberatan mulai menyayangimu. Tapi untuk hal seperti ini, sungguh sangat menjijikkan Pierre!”, tanpa menunggunya berkata-kata, aku meneriaki Pierre dengan segala pendapat yang ada di dalam kepalaku. Aku kembali berteriak, namun kali ini dengan sedikit terengah. “Tidak, Pierre! Terimakasih untuk tawaran baikmu ini, untuk saat ini aku tidak tertarik! Pergi kau dari rumahku! pergi!”, wajahku terasa lebih panas dari sebelumnya, dan air mata menetes dengan cepat. Aku tak mengerti apa yang sedang terjadi, karena di tengah kemarahanku ini tiba-tiba saja hatiku terasa begitu sakit menatap Pierre yang kini tampak menundukkan kepalanya sedih.
…
Hay teman-teman, ini Risa, maksud saya… ini saya menulis atas nama Risa hehehe. Mungkin selama ini kalian menunggu-nunggu, kapan sih ananta prahadi part 11 muncul? Dan saya yakin, sekarang kalian sedang membenci saya karena hanya menulis secuil bagian part 11 ini. Terimakasih telah membaca karya tulis iseng saya ini dan mengikutinya sejak part 1 hingga kini, ini adalah tulisan nonfiksi pertama saya… makanya, saya sempat tidak percaya diri untuk membiarkan teman-teman membacanya. Tapi terimakasih, ternyata respon kalian cukup positif terhadap tulisan Ananti Prahadi ini.
Saya sengaja menuliskan beberapa ringkasan tiap Partnya di blog ini, memancing respon kalian terhadap kisah Ananta Prahadi ini. Setelah tahu respon kalian positif, akhirnya saya menyetujui kisah ini dibukukan oleh sebuah penerbit. Tidak akan lama lagi kok, setelah buku saya “Sunyaruri” rilis, kalian akan segera bisa membaca buku “Ananta Prahadi” yang berencana akan di rilis awal tahun depan.
Masih ada sekitar 10 part setelah part 11 ini, semoga kalian sabar menunggunya yah. Sementara itu, kalian bisa membaca “Sunyaruri” dulu yang akan terbit bulan desember, buku terakhir dari kisah persahabatan saya dengan Peter Cs.
Kalian penasaran kan apa yang terjadi pada Tania, Ananta, Pierre, Sukma, bahkan Bi Eha? Tunggu nanti bukunya rilis yaaa… Btw, rasanya ingin ngacak-ngacak meja makan deh dengan kelakuan si Tania yang kebangetan!!! Uuurgh saat menulisnya pun saya merasa kesal oleh perempuan sinting itu!!! àpenulis mulai gila.
Sampai jumpa nanti dengan Ananta Prahadi,
Risa Saraswati
Published on November 08, 2013 20:12
Risa Saraswati's Blog
- Risa Saraswati's profile
- 1858 followers
Risa Saraswati isn't a Goodreads Author
(yet),
but they
do have a blog,
so here are some recent posts imported from
their feed.
