Burung-Burung Manyar Quotes
Burung-Burung Manyar
by
Y.B. Mangunwijaya4,079 ratings, 4.16 average rating, 434 reviews
Burung-Burung Manyar Quotes
Showing 1-14 of 14
“Tanah air ada disana, dimana ada cinta dan kedekatan hati, dimana tidak ada manusia menginjak manusia lain.”
― Burung-Burung Manyar
― Burung-Burung Manyar
“Perang tidak bisa dimenangkan dengan emosi. Tetapi perhitungan yang dingin.”
― Burung-Burung Manyar
― Burung-Burung Manyar
“Lama aku memandang ke semburan-semburan lidah api yang meleleh ke bawah itu. Elok, ya, indah. Banyak yang kejam keji tampak indah dari kejauhan.”
― Burung-Burung Manyar
― Burung-Burung Manyar
“Apakah aku sudah keterlaluan menjauhkan diri dari bangsaku? Apakah alasanku benar alasan jujur ataukah dalih menjauhkan diri dari bangsa yang masih hidup di dalam alam masa agrarian kuno ini? Yang masih primitif mendekati flora dan fauna rimba belantara? Itulah penderitaan jiwaku.”
― Burung-Burung Manyar
― Burung-Burung Manyar
“Ah, mengapa ada manusia kalah? Bolehkah tanpa berkhayal hampa kita mendambakan suatu dunia sesudah perang kemerdekaan ini, yang menghapus dua kata "kalah dan menang" itu dari kamus hati dan sikap kita?
Mungkinkah kalah dan menang itu diganti oleh satu konsep saja, unsur-unsur harmoni, kendati tempatnya bertentangan?”
― Burung-Burung Manyar
Mungkinkah kalah dan menang itu diganti oleh satu konsep saja, unsur-unsur harmoni, kendati tempatnya bertentangan?”
― Burung-Burung Manyar
“Tanah air adalah dimana tidak ada kekejaman antara orang dengan orang. Kalau adat atau kebiasaan suatu nasion kejam, kukira lebih baik jangan punya tanah air saja.”
― Burung-Burung Manyar
― Burung-Burung Manyar
“Manusia tanpa harapan, dia mayat berjalan”
― Burung-Burung Manyar
― Burung-Burung Manyar
“Aku terlambat. Dan bagi seorang berjiwa militer terlambat tidak sama artinya dengan pegawai kantor yang datang terlambat. Bagi orang-orang seperti aku ini, terlambat berarti lebih dulu terkena peluru, mampus.”
― Burung-Burung Manyar
― Burung-Burung Manyar
“Aku, lelaki KNIL yang sekasar ddan sehebat itu di muka kompiku, aku tidak tahan merasakan penderitaan ditinggal oleh seorang ibu dan seorang adik perempuan. Keduanya kaum yang rapuh, tetapi entah begitu kuasa justru mereka itu karena kerapuhan mereka. Aku teringat Mayoor Verbruggen, yang pernah berantakan mengalami penderitaan kekasih diambil orang lain. Sampai ia jadi bajingan, menurut katanya sendiri. Apakah aku akan menerima balasan karma dan menjadi bajingan juga?”
― Burung-Burung Manyar
― Burung-Burung Manyar
“Ya, inilah susahnya. Negeri ini tidak punya ahli matematika. Dan kalau punya, mereka toh tidak laku dalam dunia korup di negeri ini. Dari penyelidikan Anda, apakah tampak ada kesengajaan di dalam kebodohan ini?”
― Burung-Burung Manyar
― Burung-Burung Manyar
“Jangan keras-keras, ini off the record, tetapi ini bangsa kuli. Harus dijadikan bangsa kuli. Coba mereka kau injak, barulah mereka hebat bekerja, dan keluarlah daya akal mereka yang mengagumkan. Tetapi bila diberi hati dan dimanja sudahlah, kembalilah mereka menjadi anak kecil yang macam-macam saja merengek-rengek permintaan bukan-bukan tidak masuk akal.”
― Burung-Burung Manyar
― Burung-Burung Manyar
“Yang mereka prihatinkan bukan soal keberhasilan meraih angka di sekolah. Tetapi soal...ya, apalagi selain ini: calon jodoh. Anak lelaki pandai itulah ideal. Tetapi gadis yang pandai?”
― Burung-Burung Manyar
― Burung-Burung Manyar
“Apa arti kata pribadi dan keyakinan pribadi dan keyakinan harga diri dan nasion dan ibu dan segala istilah abstrak itu? Apa beda tentara dan gerombolan bandit? Apa beda seni kesatria dan nafsu membunuh? Apa perbedaan pahlawan kemerdekaan yang gugur dan serdadu penjajah yang mampus? Jelasnya, bagi yang mati itu? Nama harum, noda nasib? Semua jenderal yang menang disebut pahlawan, semua jenderal yang kalah disebut penjahat perang. Oleh siapa sebenarnya nama harum dan pujaan itu sebetulnya dibutuhkan? Oleh yang mati atau yang menjadi ahli waris ataua kelompok yang membutuhkan legitimasi? Pemerkokoh ideologi yang ditentukan apriori?”
― Burung-Burung Manyar
― Burung-Burung Manyar
“How is it possible for such a refined inner unity of heart and soul to be married to militaristic sadism, incredible cruelty, and an unquenchable thirst for power?”
― The Weaverbirds
― The Weaverbirds
