Sylvia's Letters Quotes

Rate this book
Clear rating
Sylvia's Letters Sylvia's Letters by Miranda Malonka
559 ratings, 4.01 average rating, 201 reviews
Sylvia's Letters Quotes Showing 1-28 of 28
“Kadang, lebih susah mencari tahu apa yang sebenarnya diri kita inginkan, daripada mencari tahu apa yang orang lain inginkan dari kita.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Rasanya lucu dan aneh sekali menonton pertumbuhan orang lain, yang kadang-kadang membuat kita tak sadar bahwa diri kita juga bertumbuh dan diawasi orang lain.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Selalu menyakitkan melihatmu dari kejauhan tanpa bisa menggapai, tapi obsesiku terhadapmu terasa menyenangkan. Memberiku napas. Memberiku sepercik semangat hidup.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Berhentilah mampir ke mimpiku,
Sylvi.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Berkali-kali aku menanyai diriku sendiri, apakah sudah cukup? Apakah aku sudah cukup kurus untuk menjadi bagian dari dunia, terutama duniamu? Kapan seharusnya aku berhenti? Dan aku tak pernah berhasil menjawab pertanyaan itu. Tak pernah.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Jadi, beginilah rasanya patah hati.
Rasanya seperti mati.
Atau lebih parah dari itu.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Aku kan nggak bisa mencegahnya. Tiba-tiba saja aku jatuh cinta, dan nggak bisa balik lagi.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Kalau sesuatu sifatnya merusak, maka tidak seharusnya kamu menganggapnya penting.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Semakin aku berusaha menggenggam kenyataan bahwa kamu adalah milikku, semakin aku takut kalau-kalau kenyataan itu akan dirampas pergi dariku.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Jadi manusia bebas itu adalah menjadi diri sendiri dan tidak terbebani standar orang lain, sekaligus menghormati makhluk lain dalam upaya mereka untuk jadi diri mereka sendiri. Tidak mengusik, tidak diusik. Tak ada yang dirugikan.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Kalau kamu merasa bodoh, berarti kamu sedang melakukan hal yang benar.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Aku percaya kita semua gila, namun kebanyakan orang begitu lihai menutupinya dengan kehidupan sok serius atau puasa tertawa.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Aku selalu kehilangan kewarasanku kalau kamu muncul. Kamu akan langsung tahu bahwa aku tergila-gila padamu dan kamu akan takut padamu, lalu membenciku. Tapi kalau aku tetap diam, aku akan mati digerogoti perasaanku sendiri.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Anak-anak selalu mengira dirinya benar dan menganggap orangtua tidak mengerti situasi mereka, tapi para orangtua justru terlalu memahami pikiran dangkal mereka sehingga tidak lagi memprotes.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Apakah itu berarti pandangan orang lain tentang saya amatlah penting? Sulit bagi saya untuk menjawabnya, karena terkadang saya begitu peduli pada penilaian orang-orang di sekitar saya, dan di saat lain saya melakukan segalanya tanpa merasa harus mendengarkan komentar mereka. Yang jelas, saya cukup fleksibel untuk bisa mengikuti arus, tanpa perlu terseret arus terlalu jauh.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Gara, kamu membuatku jadi ungu.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Kita sama-sama punya kapasitas untuk membuat perubahan. Yang perlu kita lakukan hanyalah menyadari, dengan sungguh-sungguh, siapa kita di Bumi ini. Dan kita bisa memulainya dengan langkah paling kecil sekalipun.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Rasanya aneh sekali berada begitu dekat denganmu, seolah semua jarak yang mengangguku akhir-akhir ini tak pernah ada. Hari ini, di sini, hanya aku, kamu, dan Pak Satpam di balik pagar.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Tidakkah hormon itu mengerikan, Gara? Karena hormonlah maka aku bisa menyukaimu, kan?”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Sylvi,” katamu. ”Kamu nggak inget, ya?”
”Inget apa?”
”Kita kan satu kelompok waktu MOS dulu.”
Apa?
”Kita lari keliling lapangan bola di belakang sekolah. Kamu pingsan.”
Apa?
”Kamu menarik-narik bajuku waktu aku menggendongmu ke tim PMR.”
Apa?
Kamu menunduk ragu-ragu, seolah agak tidak enak. ”Dan kamu bilang kamu cinta padaku. Ingat?”
Apa?
Lalu kamu tergelak kuat-kuat.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Tidak seperti definisi umum yang menggambarkan merah sebagai simbol keberanian, bagiku merah melambangkan kelemahan.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Dalam kamusku, kuning artinya energi yang garang seperti sinar matahari. Setiap sel tubuh yang membara dalam kalor. Dan terlalu kuning adalah emosi yang meluap-luap tak terkontrol, yang membakar dengan jahatnya, memusnahkan, membuat rusak, hangus.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Tiap kita berpapasan di koridor, aku jadi sakit perut dan mual setengah mati, sampai-sampai Lyla bertanya heran, "Kamu mau muntah sekarang? Kamu sebetulnya naksir atau jijik sih?”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Butuh lebih dari spontanitas dan keberanian untuk mencoba suatu hal yang tidak kita kenal.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Warna biru bagiku adalah semangat dan keingintahuan, karena ketika aku membayangkan kata 'semangat', yang muncul adalah gambaran lautan dalam yang memantulkan angkasa tak terhingga. Itulah esensi semangat.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Di luar hasratku yang mengebu-gebu untuk terus menulis tentang dirimu, bagiku menulis itu sendiri sudah menjadi seperti candu. Aku jadi bisa menata pikiran yang kacau, melepaskan emosi yang meluap-luap, dan rasanya sungguh menyenangkan.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Aku selalu menggambar dengan dominasi warna ungu tua kalau sedang bahagia, dan dengan pink kalau sedang sedih. Scarlet juga punya deretan warna pilihan dia sendiri dengan makna-makna yang hanya dia sendiri yang tahu. Pilihan-pilihan warna kami sama sekali tidak menyimbolkan makna warna yang umum, dan kami menyenangi hal itu.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters
“Kalau kamu sampai membaca surat ini, berarti sesuatu yang sangat aneh - atau sangat buruk - telah terjadi, karena aku nggak akan pernah menunjukkan surat-surat ini pada siapa pun.”
Miranda Malonka, Sylvia's Letters