Ja(t)uh Quotes

Rate this book
Clear rating
Ja(t)uh Ja(t)uh by Azhar Nurun Ala
294 ratings, 4.04 average rating, 34 reviews
Ja(t)uh Quotes Showing 1-9 of 9
“Cinta, tidaklah perlu kita maknai dengan kalimat-kalimat hiperbola. Ia sederhana. Awalnya ia ada sebagai rasa, lalu, bila kita berani, ia akan berkembang menjadi kata. Dan bagi mereka yang matang, ia akan terurai menjadi laku.”
Azhar Nurun Ala, Ja(t)uh
“Aku menunggu. Kamu menunggu. Meski terkadang menunggu tak seinci pun menyeret kita untuk bertemu di titik rindu. Tapi, ah, adakah yang lebih indah dan syahdu dari dua jiwa yang saling menunggu? Yang tak saling menyapa, tapi diam-diam mengucap nama dalam doa?”
Azhar Nurun Ala, Ja(t)uh
“Entah mengapa aku selalu suka teduh. Bukan hujan apalagi terik. Aku suka keterjagaan yang -meski kadang hampa tapi selalu- menentramkan. Seperti saat minum kopi. Seperti saat insomnia di malam hari.

Atau, seperti saat menatap bola matamu.”
Azhar Nurun Ala, Ja(t)uh
“Setelah jatuh, aku memilih jauh. Tapi jarak, sepertinya memang dicipta untuk dibuat luruh.”
Azhar Nurun Ala, Ja(t)uh
“Menjauh untuk menjaga."

Sampai pada baris tulisanku yang kesekian ini, aku masih belum bisa menerima konsep itu. Seperti konsep ‘rela menunggu untuk kebahagiaan’. Lagi-lagi, entahlah. Barangkali karena aku terlalu merindukanmu, hingga bahkan aku tak rela menunggu, terlebih lagi membuatmu menunggu.”
Azhar Nurun Ala, Ja(t)uh
“Aku hanya perlu belajar untuk terbiasa mengucap namamu. Dalam doa.”
Azhar Nurun Ala, Ja(t)uh
“Jadi izinkan aku mengenalmu, untuk kesekian kalinya. Aku ingin merasakan kembali bagaimana rasanya ketika pertaa kali jatuh cinta kepadamu. Aj\ku ingin mengenang dan mengingat-ingat momen itu, sampai aku lupa bahwa pada kenyataannya, kita tengah menjalani sebuah cerita tentang dua manusia lugu yang saling menunggu.”
Azhar Nurun Ala, Ja(t)uh
“Memandangimu dari sini, dari ruang maya yang tak mungkin kuraba. Menatap wajahmu dalam piksel yang terbatas: kau tampak ceria dan masih seekspresif dulu. Tiba-tiba aku bersyukur Jack Dorsey menemukan Twitter. Hingga aku yakin: di sana kau baik-baik saja. Setidaknya, masih bisa tersenyum.

Dan membuatku tersenyum.”
Azhar Nurun Ala, Ja(t)uh
“Kita menyatu. Meski hati kita tersimpan dalam rongga yang terpisah, kelak kita akan saling memapah menuju pagi yang selalu cerah.”
Azhar Nurun Ala, Ja(t)uh