Ngawur Karena Benar Quotes

Rate this book
Clear rating
Ngawur Karena Benar Ngawur Karena Benar by Sujiwo Tejo
452 ratings, 4.00 average rating, 40 reviews
Ngawur Karena Benar Quotes Showing 1-22 of 22
“para pemeluk agama pasti marah jika tahu aku mengatakan hal itu, karena mereka hanya memeluk agama, cuma meluk jadi cenggur. beda dengan penyetubuh/pengencuk agama yang paham dengan agamanya hingga bisa klimaks dengan Tuhan. Met pacaran ma Tuhan Cuuk!!”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Jika kegagalan adalah sukses yang tertunda, berarti bisa kita harapkan kebohongan adalah jujur yang tertunda .... Mengapa kalian pesimistis?”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Cinta itu takdir. Menikahi itu nasib. Kita bisa melawan nasib, tapi tidak takdir ... Hmmm ... Di dalam cinta, tidak ada yang salah. Ratu Kencono Wungu tak bisa disalahkan. Cinta itu ajaib. Datang dan perginya tak dapat kita rencanakan. Ratu tak salah jika selama masa penantian cintanya di luar rencana ternyata tumbuh ke Damarwulan.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Urakan berbeda dari kurang ajar. Urakan melanggar aturan termasuk aturan berfikir demi mengikuti hati nurani. Kurang ajar melanggar aturan hanya demi melanggar.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Karena hanya kebekuan yang susah memaafkan.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Harusnya kesabaran itu seperti keinginan, tak ada batasnya. Yang bertapal batas cuma kebutuhanl”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Ngawur karena benar" adalah jurus terakhir kita setelah mentok pada jurus-jurus lain yang konon sistematis, santun dan berbudi pekerti. Setelah kita endus bahwa di balik kedok tertata, sopan dab bertata krama itu ternyata adalah kepalsuan, ketika itulah ngawurisme bermula.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Bangsa Indonesia bangsa yang cepat nda ingat, walau Abraham Lincoln dan Bung Karno sudah mewanti-wanti jangan gampang lupa sejarah.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Bagaimana kalau uang jajan lebih besar ketimbang uang makan?”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Saya iri ke Menak Jinggo .... Hidup luntang lantung bagai gelandangan di bawah pohon tapi hatinya penuh cinta. Kami hidup enak di ruang AC, bergemilang duit, tapi cinta kami redup bahkan kering kerontang," ungkap seorang anggota dewan”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Minta maaf, dengan segenap konsekuensinya, harusnya mudah dilakukan oleh siapapun yang belum beku.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Lantas, sekali lagi, bagaimana kita akan mengubah suatu kelaziman kalau yang lazin itu sendiri tak kita sadari?”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Orang hidup, termasuk saya, toh lebih sering memperhatikan wajah dan sifat-sifat orang lain ketimbang detail-detail selebihnya.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Pas ditinju, refleks kita ngeles ke kiri atau ke kanan. Bagaimana kita akan mengubahnya dengan menunduk. Wong refleks itu kata para ahli gerakan tak sadar.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Ya kalau nggak bohong mana mungkin seorang lelaki bisa lompat sana lompat sini memadu kasih, bahkan ketika masih berhubungan perempuan-perempuan lain.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Menjadi suami atau istri yang gagal kerap dinilai tak menjaga kehormatan keluarga besar.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Bisikan musikal diberikan kepada orang bahkan semasih ia janin, dan setelah di liang lahat.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Bahkan dalam banyak kepercayaan dan agama, hal yang musikal dianggap lebih awal dan lebih akhir ketimbang teks kata-kata maupun rupa.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Ngawur karena benar" adalah jurus terakhir kita setelah mentok pada jurus-jurus lain yang konon sistematis, santun dan berbudi pekerti.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Semakin tidak menyadari kondisinya, maka semakin buruk kondisi jiwanya - Nova Riyanti Yusuf”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Lagu kebangsaan pastilah bukan semacam sistem demokrasi yang bisa didatangkan dari luar dan harus bisa dipakai oleh seluruh daerah yang tanpa sejarah demokrasi, karena lagu kebangsaan bukan demokrasi yang rasional dan bisa dicapai dengan pembelajaran. Lagu kebangsaan adalah urusan emosional.”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar
“Bukankah hanya pada saat mencemooh, putus asa, marah, dan sejenis itu kita menekankan suku kata terakhir pada kata-kata yang terdiri atas empat suku kata?”
Sujiwo Tejo, Ngawur Karena Benar