Goodreads Indonesia discussion
Kompas.com: Bahasa di Media Massa Semakin Gawat
date
newest »
newest »
Kayak polisi yang ngasih ijin Gayus buat nonton Hantuchova yak?-andri-
'nyari wig'
Aditya wrote: "sulit deh jaman sekarang, kalo orientasi pelaku media-nya cuma uang, uang, dan uang :("
*ngambil mic*Uang!
Lagi-lagi, UANG!!
*gaya nicky astria*
Aditya wrote: "sulit deh jaman sekarang, kalo orientasi pelaku media-nya cuma uang, uang, dan uang :("
*ngrebut mic*
It's all about the money
it's all about the dum dum duh dee dum dum
*gaya Meja*
It's all about the money
it's all about the dum dum duh dee dum dum
*gaya Meja*
masalah penyingkatan ini nih yang bikin koran Indonesia ga disukai oleh warga asing. Mereka lebih suka baca koran Malaysia yang walopun tata bahasanya agak lucu, tapi ga ada penyingkatan njelimet gitu.
Ronny wrote: "*ngrebut mic* It's all about the money
it's all about the dum dum duh dee dum dum
*gaya Meja*"
Sweetdhee wrote: "*ngambil mic*
Uang!
Lagi-lagi, UANG!!
*gaya nicky astria*
Aditya wrote: "sulit deh jaman sekarang, kalo orientasi pelaku media-nya cuma uang, uang, dan uang :(""
ternyata, lagunya didit lebih jadul dr mas Ronny :p
Sweetdhee wrote: "*ngambil mic*Uang!
Lagi-lagi, UANG!!
*gaya nicky astria*
Aditya wrote: "sulit deh jaman sekarang, kalo orientasi pelaku media-nya cuma uang, uang, dan uang :(""
Ronny wrote: "*ngrebut mic*
It's all about the money
it's all about the dum dum duh dee dum dum
*gaya Meja*"
*ngrebut mic,ikutan kontes nyanyi uang*
U..U..UU..Uaaang..
U..U..UU..Uaaang..
*gaya Naif*
Bisa jadi kaya' gini sih... hehehe....To Whom Sing Berkepentingan:
Since dua-tiga tahun anyar-anyar iki, lagi trend people nulis pakai bahasa campur-campur. If they finish first sentence nganggo English and then pindah using Bahasa Indonesia, masih enak diwocone.
Tapi yang sering is durung mari sak kalimat, they already change using Javanese, English, Bahasa, or even Pinyin. Wo bu ce tao, when these kind of trends become so popular nang Indonesia, ngalah-ngalahin wong Singaporean ajah. We also dunno who sing create trend kayak gini. Mungkin social jejaring such as twitter, pesbuk, sing nularken trend yang memusingkan kepala nek diwocone dengan lebih faster. Ce me yang? Apakah Ni sudah headache read tulisan di atas, wo te sirah sudah mau pecah. By the way awakmu or your friends juga wis ketularan ta?
(Dikutip dari bbm teman, dan tidak jelas siapa penulisnya) :-)
Wirotomo wrote: ....To Whom Sing Berkepentingan:
Since dua-tiga tahun anyar-anyar iki, lagi trend people nulis pakai bahasa campur-campur. If they finish first sentence nganggo..."
Pusing read na...
T______________________T
ahahahahahahahaWirotomo wrote: "Bisa jadi kaya' gini sih... hehehe....
To Whom Sing Berkepentingan:
Since dua-tiga tahun anyar-anyar iki, lagi trend people nulis pakai bahasa campur-campur. If they finish first sentence nganggo..."
Wirotomo wrote: "Bisa jadi kaya' gini sih... hehehe....mas..mas..niat banget sih kumpulin tulisannya ? tapi bagus kok, jd geli.
ada lagi nggak mas ? :P
*ketagihan*
media jaman skrg, bukan cuma bahasanya, cara kerja dan visinya pun tdk bertanggung jawab, seharusnya bisa membuat pintar bangsa, sekarang malah membuat bodoh pola pikir masyarakat dgn konsep berita yg harus gaya sinetron 'dramatis' yg dibuat-buat
To Whom Sing Berkepentingan:Since dua-tiga tahun anyar-anyar iki, lagi trend people nulis pakai bahasa campur-campur. If they finish first sentence nganggo English and then pindah using Bahasa Indonesia,.....
Huahaha.... kalah deh cinta laura!!!!
Bahasa Indonesia semakin menyedihkan karena pelaku dan pemakai Bahasa Indonesia tidak bisa menjaga harga diri dan martabat bahasa (cie.... sok banget!)
ana "a kecil" wrote: "mas Tomo.. yang Wo bu ce tao sama Ce me yang itu apa artinya?? *mata juling*"
yg pertama artinya saya tidak tau, yang kedua artinya, gimana?
lucu banget gado2 gitu..tapi miris juga ya..ckckckc..
nanya dong...kan skrg lagi heboh tuh masalah wikileaks. istilah sononya si Tante Wiki-Tukang-Gosip ini kan: whistleblower . Terus media nasional, K*MPAS, nerjemahin kata ini sebagai "peniup peluit"
apa gak aneh? emangnya pramuka, tiup2 peluit? [image error]
-----------------
What Does Whistleblower Mean ?
Whistleblowers are employees who speak about the misconduct of an organization to a fellow employee or a superior within the company. They may tell it to one person or several people at the organization.
A whistleblower may find something genuinely wrong or they may be just drawing false attention to prove a point. For the law to believe a whistleblower, she or he should prove that the organization has violated employment laws.There are two kinds of whistle blowers. The internal whistle blowers work within the organization and bring up issues that relate to their own working conditions. They typically report misconduct of other employees or even people in seniority. If the company has a proper complain addressing department, then the whistleblower may approach them.
An external whistleblower is anyone who reports the misdoings of government agencies, people or entities and also any organization including their own. They may report to lawyers, media, law enforcement agencies and watchdog agencies. ----------------------------------
maksudnya kan, nerjemahin itu bukan berarti saklek kan, whistle = peluit, blower = peniup. jadi deh.
kalo gitu mata kaki bahasa inggrisnya apa dong, feet eye? ya kan nggak.
soalnya definisi dalam bahasa Inggrisnya dg terjemahan "si peniup peluit", kan beda banget
pemakaiannya disama2in pulapadahal maknanya kan beda
kalo ada anak SD baca istilah itu, kan ribet ngejelasinnya, dikira artikel sepak bola ntar XD
yap. dg kekayaan kosakata yang dimiliki Bahasa Indonesia yang begitu teramat kaya, kenapa harus dipilih "peniup peluit" [image error]kesannya, si wartawan pencipta istilah itu
sebenarnya whistleblower kalau di tempatku sih biasanya disepadankan sama "pengkhianat" hahaha....oke Qui, daripada nyalahin wartawan, kamu punya ide kata apa sbg padanan whistleblower? :-)
pengadu: orang yang mengadukan
@Bung Tomo:Sebagai seorang whistleblower, saya gak boleh ngasih padanan kata Bung Tomo, soalnya kalau dari saya, bakal ngasih terjemahan: "Malaikat Penolong Penegak Kebeneran" [image error]
Secara kasar sih, bener kata Mas Ronny, kira-kira, tukang ngadu. Yah, misal ada anak nakal bernama si Badu, dan anak "baik" bernama si Inu (atau Budi, soalnya dalam buku SD, sifat baik dan jahat suka digunakan dg nama-nama ini, jangan pernah namai anak dg Badu). Nah, suatu hari, si Badu malak gundu yang dibawa si Inu di tempat pengajian. Lalu si Inu berteriak, "Ustaaaddddd... Si Badu tadi pas shalat gak bener, suka nendang-nendang kaki anak-anak...". Nah si Inu bisa dikatakan sebagai seorang whistleblower.
Kalau mau digunakan kata kiasan, yah wong jangan sesaklek "peniup peluit". Soalnya, saya gak pernah nemu kata kiasan ini di kamus peribahasanya JS Badudu yang monumental itu--atau sudah saatnya dibuat kata baru?
Jika ingatan tak menipu saya--ya Tuhan, terakhir baca pas masih SD--di buku Hulubalang Raja-nya Nur St. Iskandar, ada tokoh yang kerjaannya sebagai whistleblower. Pasti di tangan penulis lihai itu, ada kiasan yang tepat untuk menunjuk nama si tukang adu.
Eh, kalau terjemahannya sebagai pengungkap (kasus), bisa gak? Ah sudahlah, lagian, nilai bahasa Indonesia saya jeblok banget, gak kompeten buat nyari istilah yang tepat. Biar para ahli bahasa punya kerjaan buat nyari padanan yang tepat. [image error]
Amang wrote: "* screwdriver. Kata yang satu ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan ’pengemudi’, karena screwdriver dalam bahasa kita disebut ’obeng’. Memang masuk akal juga, karena screw bermakna ’sekrup’ dan drive bermakna ’menggiring’.always be wary of the Software Engineer who carries a screwdriver









Selasa, 9 November 2010 | 03:32 WIB
Jakarta, Kompas - Mantan Ketua Dewan Pers Atmakusumah Astraatmadja mengakui, bahasa di media massa sudah semakin gawat. Selain dipenuhi akronim yang membingungkan masyarakat, nama rubrik media massa, terutama di televisi, juga semakin dipenuhi bahasa asing.
”Saya tidak tahu, apakah kalau menggunakan bahasa Indonesia kurang percaya diri? Tetapi, yang paling membingungkan adalah penggunaan singkatan atau akronim, termasuk dalam judul,” ungkap Atmakusumah dalam diskusi peringatan delapan tahun Forum Bahasa Media Massa (FBMM) di Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS), Jakarta, Senin (8/11). Diskusi tersebut dipandu Ketua Umum FBMM TD Asmadi.
Terkait banyaknya penggunaan akronim itu, Asmadi mengakui, tak jarang pengelola media massa menggunakan akronim buatan mereka sendiri. ”Saya pernah membaca judul di sebuah media massa ternama, yaitu ’Frustasi, Cakep Gandir’. Bingung kan? Ternyata, judul itu maksudnya adalah frustrasi, calon kepala sekolah gantung diri,” ungkapnya.
Selain persoalan akronim dan penggunaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, Atmakusumah juga memprihatinkan bahasa asing yang diindonesiakan di media massa dan di masyarakat. Pengindonesiaan itu sering kali dipaksakan, bahkan salah. ”Ada istilah grand dalam bahasa Inggris yang diubah menjadi gran. Artinya apa?” kata dia lagi.
Dalam diskusi itu, peserta yang berasal dari wartawan, editor bahasa di media massa, editor dan penulis buku, serta pemerhati bahasa mengakui, Pusat Bahasa belum efektif untuk menyosialisasikan dan mendorong penggunaan bahasa Indonesia yang baik. Bahkan, Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikeluarkan Pusat Bahasa pun tidak berani dijadikan acuan karena lebih bernuansakan proyek.
Asmadi menambahkan, kini semestinya tidak lagi didorong pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi yang komunikatif dan berkaidah.
(TRA)
source: Kompas.com