Goodreads Indonesia discussion

175 views
Buku & Membaca > Cerita yang sama, penerbit yang berbeda?

Comments Showing 1-18 of 18 (18 new)    post a comment »
dateUp arrow    newest »

message 1: by Pris (new)

Pris (bungadinding) | 30 comments teman-teman goodreads,
kalau ke toko buku, merhatiin nggak belakangan ini ada beberapa buku yang diterjemahkan dari cerita yang sama, oleh pengarang yang sama, tapi diterbitkan oleh dua penerbit yang berbeda? yang aku liat beberapa judul dibawah ini:

1) Heidi, oleh Johanna Spyri, diterbitkan oleh Atria dan Bentang Pustaka
2) The Story Girl, oleh L.M. Montgomery, diterbitkan oleh GPU dan Bentang Pustaka
3) The Secret Garden, oleh Francis Hodgson Burnett, diterbitkan oleh Qanita dan GPU

aku bingung, kok bisa begitu ya? kok bisa ada 2 penerbit yang memegang rights dari cerita yang sama? apa perbedaan keduanya, apa ada perbedaan fundamental (misalnya apa ada perbedaan versi alur?). terus kalau boleh minta saran, lebih enak beli yang mana ya? kualitas terjemahan lebih baik yang mana, juga dari segi harga, tampilan buku dsb? aku pengen beli tapi jadi bingung banyak versinya gitu... hehe makasih yaa ^^


message 2: by Nenangs (new)

Nenangs | 2345 comments kalau judul yang sama oleh pengarang yg sama cuma beda penerbit, ya harusnya ngga akan ada beda versi alur cerita dong...:)

tinggal pinter milih mana yang lebih enak dibaca buat kita sendiri. kalau ada sinopsis di sampul belakang mungkin bisa sangat membantu memilih versi terjemahan mana yang lebih "pas" buat kita. mengetahui siapa pennerjemahnya bisa membantu,hanya saja ternyata ngga bisa jadi jaminan juga kalo penerjemah yang kita udah kenal ternyata menerjemahkan buku tersebut dengan pas.
kalo dari segi harga sama tampilan doang, yah tinggal dibandngin langsung kan? :)


 Δx Δp ≥ ½ ħ  (tivarepusoinegnimunamuhsunegiuq) | 3349 comments nambah:
1. Alice's Adventure in Wonderland-nya Carroll oleh Narasi, Elex ma Atria (belum edisi jadul oleh Pustaka Jaya)
2. Around the World in 80 Days-nya Verne oleh Elex dan Serambi
dan sang fenomena,
3. La Tahzan-nya Qarni yang entah diterbitkan oleh berapa penerbit. yg jelas pasti di atas 5 penerbit

biasanya karena hak ciptanya udah kadaluarsa terus bukunya aemang bagus, jelas jd inceran para penerbit

khusus utk buku2 yg dr Timur Tengah, konon hak ciptanya lebih longgar. misal Qaradhawi menghargai karyanya dg harga cukup murah (atau gratis? lupa lagi), karena diniatkan sbg buku agama untuk dakwah. makanya banyak banget buku2 dr Arab yang diterbitkan tumpang tindih. contoh mencolok yah La Tahzan itu. buku Qaradhawi yg "Membedah islam Ekstrem" juga diterbitkan oleh 2 penerbit: Mizan--dan lupa satu lagi, terutama saat isu2 bom bali meledak ke permukaan

mungkin itu secuil alasannya. kalo mengenai buku mana yg harus dibaca (dan terutama jd pertimbangan matang buat dibeli, syukur2 gratis :D) adalah kualitas. baik terjemahan, kualitas fisik buku, dll. soalnya beda penerbit, biasanya beda rasa terjemahan, meski tentu saja lebih dianjurkan baca yg aslinya :)


message 4: by Wirotomo (last edited May 07, 2010 05:52AM) (new)

Wirotomo Nofamilyname | 2404 comments Njawabnya untuk kasus 3 buku ini aja ya

1) Heidi, oleh Johanna Spyri, diterbitkan oleh Atria dan Bentang Pustaka
2) The Story Girl, oleh L.M. Montgomery, diterbitkan oleh GPU dan Bentang Pustaka
3) The Secret Garden, oleh Francis Hodgson Burnett, diterbitkan oleh Qanita dan GPU


Buku-buku ini diterbitkan oleh penerbit yang berbeda karena hak cipta yang dimiliki sang pengarang sudah berakhir. Jadi setiap orang bebas menerbitkan buku ini tanpa perlu mendapat ijin dari ahli waris sang pengarang. jadi ya terserah penerbitnya saja yang mau nerbitin. Saya nggak tahu ya di luar negeri, berapa tahun hak cipta itu berlaku (mungkin tergantung negaranya ya, sebagai contoh dari thread tentang bukunya Hitler, Mein Kampf, hak cipta di Jerman berlaku hingga 70 tahun setelah meninggalnya sang pengarang). Tapi di Indonesia, hak cipta berlaku sampai dengan 50 tahun setelah sang pengarang meninggal dunia.

FYI.
Frances Hodgson Burnett meninggal tahun 1924.
Johanna Spyri meninggal tahun 1901.
Lucy Maud Montgomery meninggal tahun 1942.

Mengenai perbedaan, mestinya nggak ada perbedaan, kecuali mengenai perbedaan terjemahan. Ada yg menerjemahkan dari bhs aslinya, ada yang dari terjemahan bhs Inggrisnya. Dan kemampuan dan style setiap penerjemah serta kemampuan editor bahasa di penerbitan itu kan berbeda-beda. Nah itulah yang membedakan.

Mengenai mana yg bagus, ini memang harus pakai cara "trial and always error" hehehe... harus dibaca dan dibandingkan. Atau kalau nggak ya ikutin aja informasi dari teman2 Goodreads yang sudah baca. Baru beli. :-)

Semoga nggak bingung lagi, Skie.


message 5: by Truly (new)

Truly (uyi_adi) | 1716 comments Aku pernah bikin repiu buat yang Haidi versi Bentang sama Atria. Kalo yang Taman rahasia baru yang Gramed. Lagi meluncur Story Girl

Mungkin karena pansga pasarnya beda, kerasa banget perbedaan antara kedua buku itu. Silahkan di cek aja yah....


message 6: by PutriIrena (new)

PutriIrena | 12 comments gw pernah tu nemu komik yg beda judul + beda penerbit, tapi isinya 100% sama. ckckckck


message 7: by Truly (new)

Truly (uyi_adi) | 1716 comments serius? bisa kasih tahu apa judulnya?
Soalnya setiap kali aku nemu pasti beda.
Malah kadang bedanynya jau.....h


message 8: by Ditta (new)

Ditta | 422 comments @ all: iya biasanya itu udah public domain jadi setiap penerbit berhak aja buat nerbitin yang sama..bagusan yg mana??hm,,,tergantung sih ya...(ga narsis sama penerbit sendiri kok ;p)sarannya mba truly ok juga tuh....


message 9: by Nenangs (new)

Nenangs | 2345 comments Putriamel wrote: "gw pernah tu nemu komik yg beda judul + beda penerbit, tapi isinya 100% sama. ckckckck"

Truly wrote: "serius? bisa kasih tahu apa judulnya?
Soalnya setiap kali aku nemu pasti beda.
Malah kadang bedanynya jau.....h"


salah satunya "kungfu kid" terbitan RG (atau SC? udah lupa) dan "kotaro" terbitan EMK.


message 10: by Indah Threez (new)

Indah Threez Lestari | 131 comments Komik yang isinya sama tapi beda judul beda penerbit? Itu sih banyak banget, liat aja di lapak-lapak majalah/komik (nggak perlu didaftar di sini judul-judulnya, bakal panjang banget). Kalau nggak ada isbn-nya, terus layout dan terjemahannya amburadul, udah pasti bajakan-lah.

Kalau 100% sama sampai ke terjemahannya, biasanya karena ada juga sih penerbit ga jelas yang nekad membajak komik terbitan Gramedia Grup terbitan jadul (dengan harapan pembaca komik sekarang nggak tau, barangkali). Jadi ingat komik Miriam-nya Kyoko Hikawa yang isinya jiplak abis dari terbitan Elex pernah beredar dengan judul beda.


message 11: by Yudhi (new)

Yudhi Herwibowo (yudhiherwibowo) | 14 comments kalo soal komik biasanya emang ada komik bajakannya yang terbit lebih dulu. berbeda dari bajakan novel yang tinggal memproses buku edisi indo-nya, kalo komik mereka tetap menerjemahkan dari edisi aslinya. sebuah penerbitan komik bajakan bahkan sampai memiliki beberapa mangaka (komikus) yang menggarap gambar2 untuk disensor. jalur distribusinya pun gak di jalur utama. mereka lebih ke agen2 koran/majalah yang bergerak langsung ke persewaan2 buku.

komik2 yang mengalami pembajakan terlebih dahulu antara : QED, kungfu boy legend, pluto (urasawa naoki yang bikin monster n 20h century boys), deahnote, bleach, one piece, ranma 1/2, kindaichi spesial, legenda naga new, dll. komik2 ini judul asli dan bajakannya sama.

yang judulnya beda banyakan komik2 serial cantik. biasanya kalo di komik serial cantik ada 2-3 cerita penerbit bajakan biasanya memakai judul yang lain dari aslinya. oya komik samurai x juga bahkan dulu pernah dibajak dengan judul Kenshin.

Penerbit bajakan ini bermain cepat. jadi begitu ada sebuah komik di jepang ngetop, mereka langsung berani menerbitkannya. sedang penerbit yang lebih besar butuh waktu lama karena harus mengurus ijinnya dulu.
beberapa penerbit bajakan bisa bertahan sampai tamat (mis : deathnote). namun kalo sudah ada penerbit yang dapet hak ciptanya, biasanya langsung menggeber terbitannya, komik bajakan biasanya kemudian terselip (ms : kungfu boy legend, one piece, bleach)


message 12: by Yudhi (new)

Yudhi Herwibowo (yudhiherwibowo) | 14 comments @ mas wirotomo : mas mau nanya, kalo kasus di indonesia gimana mas? buku2 sastra klasik kita kan sudah puluhan tahun, apa ada public domainnya juga?


message 13: by Nanny (new)

Nanny SA | 1353 comments Aku lihat ada buku yang pengarangnya sama, ceritanya kl sama juga, tapi judul dan penerbit berbeda..:

http://www.goodreads.com/book/show/38... , dan

http://www.goodreads.com/book/show/59...


message 14: by Wirotomo (new)

Wirotomo Nofamilyname | 2404 comments UU yang mengatur hak cipta di Indonesia adalah UU No. 19 tahun 2002
http://id.wikisource.org/wiki/Undang-...

Nah di pasal 29 dinyatakan bahwa hak cipta atas karya tulis berlaku hingga 50 tahun setelah penciptanya meninggal. Jadi setelah itu ya jadi public domain. Aku nggak tahu ya mengapa walau banyak sastra klasik Indonesia yg sudah jadi public domain, tapi sptnya nggak banyak yg nerbitin. Paling2 cuma Dian Rakyat, Balai Pustaka, dsj. Mungkin perubahan di Indonesia begitu cepat, shg yg klasik "tidak disukai" lagi oleh mayoritas pembaca saat ini shg tdk feasible utk diterbitkan oleh penerbit walau gratis.

Atau mungkin biaya hak cipta itu cuma biaya yg sangat kecil dari keseluruhan biaya penerbitan (lebih mahal biaya distribusi kan yg sampai 30-50%) sehingga nggak pengaruh ada atau tidak adanya biaya hak cipta itu.

Belum lama aku beli buku (bukan sastra klasik sih) nya Tan Malaka, Madilog. Penerbit Narasi menerbitkan ulang dengan sampul hardcover, tampil megah deh, tentu tanpa biaya hak cipta krn sudah jadi public domain (Tan Malaka meninggal tahun 1949), tapi tetep aja harganya Rp 100.000,- yang menurut saya mahal (tapi dibeli juga sih :-)). Jadi ya walau public domain, kalau mau nerbitin ulang ya harus pikir2 dulu. :-)





BAB III MASA BERLAKU HAK CIPTA
Pasal 29

(1) Hak Cipta atas Ciptaan:

a. buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain;

b. drama atau drama musikal, tari, koreografi;

c. segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni pahat, dan seni patung;

d. seni batik;

e. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

f. arsitektur;

g. ceramah, kuliah, pidato dan Ciptaan sejenis lain;

h. alat peraga;

i. peta;

j. terjemahan, tafsir, saduran, dan bunga rampai,

berlaku selama hidup Pencipta dan terus berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah Pencipta meninggal dunia.

(2) Untuk Ciptaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, Hak Cipta berlaku selama hidup Pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.


message 15: by Yudhi (new)

Yudhi Herwibowo (yudhiherwibowo) | 14 comments waaah makasih infonya mas.
tapi itu bila buku (karya seni) tersebut ga ada yang memegang hak ciptanya kan mas?
awalnya tak kira faktor utama kenapa buku2 sastra klasik indonesia gak ada yang menerbitkan di sini adalah karena pihak penerbit pemegang hak cipta buku tersebut gak mau melepasnya. misalnya buku siti nurbaya, kan masih diterbitkan oleh balai pustaka. padahal sudah 50 tahun lebih sepertinya.


message 16: by Wirotomo (new)

Wirotomo Nofamilyname | 2404 comments setahuku penerbit nggak punya hak cipta deh. paling-paling cuma izin eksklusif dari pengarang. Tapi nggak tahu deh, harus ditanyain sama teman2 yg jadi penerbit nih.

mengenai Balai Pustaka, nanti aku tanya temanku yg lagi ngerestruktur BP deh.


message 17: by Nenangs (new)

Nenangs | 2345 comments kalo ga salah, jaman dulu yang pegang hak cipta tu penerbit (buku) sama perusahaan rekaman (lagu).
belakangan setelah para pengarang (buku & lagu) lebih 'sadar' property, berubahlah hak cipta itu ke tangan para pengarangnya.


message 18: by Yudhi (new)

Yudhi Herwibowo (yudhiherwibowo) | 14 comments @ mas wirotomo & mas nenangs : iya sih aku ngerasanya gitu juga. tapi karena ini udah lama, mungkin bener kata mas nenangs ya, dulu hak cipta tuh dipegang penerbit...


back to top