Psychonauts Books
Showing 1-50 of 101

by (shelved 2 times as psychonauts)
avg rating 4.12 — 814 ratings — published

by (shelved 2 times as psychonauts)
avg rating 4.38 — 1,442 ratings — published 1979

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.91 — 192 ratings — published 1966

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.80 — 5 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.00 — 42 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.17 — 165 ratings — published 1997

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.91 — 74,299 ratings — published 1956

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.22 — 1,129 ratings — published 1981

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.73 — 22 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.56 — 9 ratings — published 2015

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.54 — 13 ratings — published 2021

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.69 — 439 ratings — published 2009

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.26 — 1,540 ratings — published 1962

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.10 — 3,703 ratings — published 1993

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.98 — 303 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.25 — 8 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.15 — 953 ratings — published 2018

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.06 — 34 ratings — published 2015

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.06 — 17 ratings — published 2014

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.92 — 2,079 ratings — published 2010

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.25 — 288 ratings — published 2009

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.19 — 4,301 ratings — published 1979

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.37 — 87 ratings — published 1998

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.78 — 299 ratings — published 2000

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.08 — 106 ratings — published 2004

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.80 — 5,687 ratings — published 1964

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.46 — 97,489 ratings — published 1959

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.87 — 366 ratings — published 2006

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.85 — 438 ratings — published 1969

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.06 — 3,451 ratings — published 2002

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.98 — 154 ratings — published 1969

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.30 — 480 ratings — published 1975

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.23 — 141 ratings — published 1985

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.28 — 1,192 ratings — published 1987

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.34 — 112 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.11 — 232 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.33 — 3 ratings — published 1998

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 0.0 — 0 ratings — published 2012

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.24 — 89 ratings — published 2024

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.67 — 9 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.76 — 155 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.80 — 5 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.24 — 5,990 ratings — published 2020

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.68 — 38 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.09 — 3,069 ratings — published 2019

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 3.75 — 4 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.20 — 530 ratings — published 2015

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.02 — 658 ratings — published

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.05 — 321 ratings — published 1956

by (shelved 1 time as psychonauts)
avg rating 4.21 — 29 ratings — published 1970
“Oleh akibat ketidak-berpihakan, ketidak-beruntungan, ketidak-terpilihan, ketidak-sesuaian, ketidak-terjawaban doa-doa, kegagalan, keterlepasan, isolasi dan kehilangan.
Perlahan kamu mulai menyadari sebuah fakta, bahwa kamu ternyata tidak spesial. Simply tidak ada yang spesial dari diri kamu. Biasa saja. Cuma satu dari milyaran organisme yang terserak di perairan purba yang tak berbatas. Biasa. Biasa. Biasa. Biasa. Biasa. Biasa. Dan biasa.
Seperti produk massal. Tissue toilet yang diganti setiap hari oleh petugas janitor. Lahir, mengkonsumsi, kerja, mengkonsumsi, berkembang biak, mengkonsumsi, kerja, mengkonsumsi lalu mati. Mati pun tidak pasti apakah tetap mati, ataukah kembali lagi ke bentuk awal, lahir. Begitu seterusnya. Berulang terus dan terus sampai entah kapan. Cuma serangkaian episode dari keberulangan setiap hari. Seperti sebuah roll film yang sama yang digunakan untuk merekam bermacam adegan yang berbeda setiap harinya.
Adegan pertama dihapus, lalu ditindih kembali untuk bertukar dengan adegan kedua. Adegan kedua berganti yang ketiga, dan begitu seterusnya. Sebuah keberulangan yang berbeda terus menerus, tetapi tetap pada hakikatnya adalah sebuah roll film yang sama. Dalam satu gulungan besar yang sama. Dalam satu format yang serupa. Sebuah kebeluman yang terus menerus.. Banal dan tanpa makna.. Lalu, apakah sesuatu yang selamanya “belum selesai” masih dapat dikatakan sebagai sesuatu yang spesial?
Spesial itu cuma akal-akalan pemasar. Kamu spesial kalau beli produk ini, kalau beli produk itu, kalau pakai parfum ini, kalau pakai kosmetik itu, kamu spesial itu kalau dalam sehari minimal ada satu kali transaksi digerai starbucks, kamu spesial itu kalau kamu pakai iphone 6 bahkan sebelum produknya keluar di pasar lokal, kamu spesial itu kalau kamu member fitness center, tentu kamu lebih spesial lagi kalau pakai personal trainer, kamu spesial kalau kamu fashionable, kalau kamu tech savvy, kalau kamu club hopper, kamu spesial itu kalau kamu kelihatan aktif berkeringat dalam trend lari kekinian yang hampir separuhnya berisi aktivitas narsis dan konsumsi bermacam produk running shoes, kamu spesial itu cuma kalau kamu pakai brand ini, pakai brand itu, kalau ini, kalau itu, kalau, kalau, kalau, kalau dan kalau..
Spesial itu cuma ada dalam quotes-quotes yang dikasih latar gambar pemandangan, kamu bisa comot-comot dari pinterest atau instagram lalu pasang sebagai profile picture di sosial media milikmu. Pun spesial bersemayam dalam kolase omong kosong yang dirangkum buku-buku swa-bantu atau dalam kutipan ayat dari kitab suci dalam status blackberry teman-teman kamu yang berusaha kelihatan religius, tapi jauh sekali dari makna religius dalam perilaku sehari-hari.
Jadi, dari pada ngga ada habisnya memikirkan jawaban dari pertanyaan mengapa kamu tidak spesial? Mungkin kamu harusnya berfikir, buat apa jadi spesial? Harus banget ya jadi spesial? Harus banget ya beda dengan yang lain? Apa perlu banget jadi beda? Emang kalau ngga ada satu pun dari kita yang spesial, kenapa? Kalau kita semua ternyata sama, memangnya kenapa? Kalau kita semua berebut jadi spesial, lalu siapa yang mau berada di posisi tidak spesial? kalau semua spesial, apakah masih spesial namanya?
Sudah, sekarang terima saja, bahwa ngga ada yang spesial dari diri kamu, dan seluruh kehidupan kamu yang begitu membosankan.. hidup ngga akan pernah repot-repot berusaha untuk menjaga perasaan kamu. Apalagi susah payah menempatkan kamu di posisi yang 'spesial'. Things happen because they need to happen.
Spesial itu cuma soal kamu memberi bentuk pada makna. Tentang bagaimana kamu ingin dimaknai, tentang bagaimana kamu ingin diperlakukan, tentang bagaimana (anehnya) kamu ingin menerima kembali perlakuan yang kamu inginkan justru dengan cara memberikan perlakuan itu kepada yang lain diluar diri kamu. Tentang omong kosong soal konsep memberi untuk merima lebih banyak..”
―
Perlahan kamu mulai menyadari sebuah fakta, bahwa kamu ternyata tidak spesial. Simply tidak ada yang spesial dari diri kamu. Biasa saja. Cuma satu dari milyaran organisme yang terserak di perairan purba yang tak berbatas. Biasa. Biasa. Biasa. Biasa. Biasa. Biasa. Dan biasa.
Seperti produk massal. Tissue toilet yang diganti setiap hari oleh petugas janitor. Lahir, mengkonsumsi, kerja, mengkonsumsi, berkembang biak, mengkonsumsi, kerja, mengkonsumsi lalu mati. Mati pun tidak pasti apakah tetap mati, ataukah kembali lagi ke bentuk awal, lahir. Begitu seterusnya. Berulang terus dan terus sampai entah kapan. Cuma serangkaian episode dari keberulangan setiap hari. Seperti sebuah roll film yang sama yang digunakan untuk merekam bermacam adegan yang berbeda setiap harinya.
Adegan pertama dihapus, lalu ditindih kembali untuk bertukar dengan adegan kedua. Adegan kedua berganti yang ketiga, dan begitu seterusnya. Sebuah keberulangan yang berbeda terus menerus, tetapi tetap pada hakikatnya adalah sebuah roll film yang sama. Dalam satu gulungan besar yang sama. Dalam satu format yang serupa. Sebuah kebeluman yang terus menerus.. Banal dan tanpa makna.. Lalu, apakah sesuatu yang selamanya “belum selesai” masih dapat dikatakan sebagai sesuatu yang spesial?
Spesial itu cuma akal-akalan pemasar. Kamu spesial kalau beli produk ini, kalau beli produk itu, kalau pakai parfum ini, kalau pakai kosmetik itu, kamu spesial itu kalau dalam sehari minimal ada satu kali transaksi digerai starbucks, kamu spesial itu kalau kamu pakai iphone 6 bahkan sebelum produknya keluar di pasar lokal, kamu spesial itu kalau kamu member fitness center, tentu kamu lebih spesial lagi kalau pakai personal trainer, kamu spesial kalau kamu fashionable, kalau kamu tech savvy, kalau kamu club hopper, kamu spesial itu kalau kamu kelihatan aktif berkeringat dalam trend lari kekinian yang hampir separuhnya berisi aktivitas narsis dan konsumsi bermacam produk running shoes, kamu spesial itu cuma kalau kamu pakai brand ini, pakai brand itu, kalau ini, kalau itu, kalau, kalau, kalau, kalau dan kalau..
Spesial itu cuma ada dalam quotes-quotes yang dikasih latar gambar pemandangan, kamu bisa comot-comot dari pinterest atau instagram lalu pasang sebagai profile picture di sosial media milikmu. Pun spesial bersemayam dalam kolase omong kosong yang dirangkum buku-buku swa-bantu atau dalam kutipan ayat dari kitab suci dalam status blackberry teman-teman kamu yang berusaha kelihatan religius, tapi jauh sekali dari makna religius dalam perilaku sehari-hari.
Jadi, dari pada ngga ada habisnya memikirkan jawaban dari pertanyaan mengapa kamu tidak spesial? Mungkin kamu harusnya berfikir, buat apa jadi spesial? Harus banget ya jadi spesial? Harus banget ya beda dengan yang lain? Apa perlu banget jadi beda? Emang kalau ngga ada satu pun dari kita yang spesial, kenapa? Kalau kita semua ternyata sama, memangnya kenapa? Kalau kita semua berebut jadi spesial, lalu siapa yang mau berada di posisi tidak spesial? kalau semua spesial, apakah masih spesial namanya?
Sudah, sekarang terima saja, bahwa ngga ada yang spesial dari diri kamu, dan seluruh kehidupan kamu yang begitu membosankan.. hidup ngga akan pernah repot-repot berusaha untuk menjaga perasaan kamu. Apalagi susah payah menempatkan kamu di posisi yang 'spesial'. Things happen because they need to happen.
Spesial itu cuma soal kamu memberi bentuk pada makna. Tentang bagaimana kamu ingin dimaknai, tentang bagaimana kamu ingin diperlakukan, tentang bagaimana (anehnya) kamu ingin menerima kembali perlakuan yang kamu inginkan justru dengan cara memberikan perlakuan itu kepada yang lain diluar diri kamu. Tentang omong kosong soal konsep memberi untuk merima lebih banyak..”
―

“Ancient and modern psychonauts (people who use natural psychedelic plants and mushrooms for spiritual purposes) have known about the Aeons for thousands of years. They design life-forms (for more information on this practice, consult the works of Rudolf Joseph Laurence Steiner). Their spiritual purpose in originating genetic life-forms is for the purpose of uttering an infinity of Divine Expressions. The Aeons created the Human Genome.”
― Alien Parasites: 40 Gnostic Truths to Defeat the Archon Invasion!
― Alien Parasites: 40 Gnostic Truths to Defeat the Archon Invasion!