Takkan lari jodoh dikejar? (a.k.a curcol penerjemah “struggling”)

vsh0036lSejak dulu saya serba “nanggung” dalam segala hal :) Waktu masih sekolah, peringkat saya di kelas konsisten antara 2 dan 3, tapi tidak pernah ranking 1. Saat kuliah D3, nilai mata kuliah semua A, tetapi tidak berhasil meraih hadiah siswa terbaik di kelas (jatuh ke teman yang nilainya juga A semua). Di kantor pertama dan ketiga sebagai penerjemah dalam tim, secara tidak resmi saya juga menjadi “second best”. Bukan berarti saya berambisi menjadi “the best”–saya cuma merasa lucu (dan penasaran) saja dengan semua kebetulan ini.


Ini bukan berarti saya “nanggung” dalam berusaha (atau setidaknya menurut saya begitu :) ) Waktu sekolah, penyebab “kekalahan” saya adalah matematika, dimana nilai saya sering jeblok meskipun sudah les dan belajar rumus sampai botak. Saat kuliah, saya kalah tipis dalam beberapa pelajaran. Di kantor, saya entah kurang cepat atau kurang banyak menguasai kosa kata bahasa Inggris.


Sekarang pun, dalam penerjemahan buku, saya termasuk tipe “struggling”. Saya mulai konsisten menekuni bidang ini sejak tahun 2009, jadi bukan benar-benar pemula, tetapi dalam hal pengembangan portofolio, saya masih kalah dari banyak penerjemah yang lebih baru. Sebagai manusia, saya tahu ini bisa menimbulkan emosi negatif, seperti putus asa dan/atau merasa rumput tetangga lebih hijau. Jadi saya berusaha mengakui bahwa saya masih harus banyak belajar dan membeli buku-buku terjemahan rekan-rekan lain tersebut untuk mempelajari kelebihannya. Harus saya akui mereka memang memiliki kreativitas lebih tinggi dalam mengolah kalimat serta menguasai lebih banyak diksi. Saya pun berusaha lebih keras di setiap proyek dan melatih diri dengan membuat sampel baru setiap kali melamar di penerbit.


Namun keputusasaan kadang tak urung melanda, misalnya saat penerbit/editor tidak kunjung memberi kesempatan mencoba genre lain meskipun saya sudah berusaha membuktikan diri, atau tidak menghubungi lagi padahal terjemahan sebelumnya dan hubungan kerja tidak bermasalah. Apalagi jika penerjemah lain seperguruan lancar menerima order atau mudah beralih ke genre favorit, saya jadi bertanya-tanya apakah ada sesuatu pada hasil kerja atau diri saya yang tidak disukai editor/penerbit. Pernah saya merasa tidak berjodoh dengan penerjemahan buku dan ingin berhenti. Mungkin seperti dengan matematika dulu, saya tidak bisa mendapat nilai bagus sekeras apa pun berusaha, karena kemampuan berhitung saya memang terbatas. Namun, entah karena bebal atau terlalu cinta, saya tetap menerjemahkan buku sampai sekarang, meskipun tersendat-sendat :p


Saya sebenarnya ragu menulis postingan ini, karena bisa jadi membuat order semakin menjauh. Tetapi saya tidak bermaksud menyinggung atau menyalahkan siapa pun. Saya tahu betul jatuh-bangun saya sepenuhnya perbuatan saya sendiri dan campur tangan Tuhan. Saya hanya berusaha jujur pada diri sendiri dan berbagi pengalaman dengan rekan yang (mungkin) mengalami hal sama. Semoga ke depannya saya bisa menjadi penerjemah yang lebih baik…dan (mudah-mudahan) lancar rezeki :)


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 03, 2014 05:27
No comments have been added yet.