Ketika bertemu klien “reseh”
Menjadi penerjemah mungkin tingkat stresnya tidak setinggi, katakanlah, agen penjualan atau pemasaran yang setiap hari harus menghadapi kelakuan antik berbagai jenis orang. Tetapi namanya memasarkan jasa, pasti pernah bertemu klien yang kurang menyenangkan. Seperti yang saya alami baru-baru ini, dan ironisnya dengan sesama penerjemah.
Beberapa bulan lalu saya melihat iklan sebuah kantor penerjemah yang mencari outsourcer untuk bekerja sama. Saya tertarik karena kantor cabangnya cuma satu blok dari rumah saya, sehingga bisa memudahkan pembicaraan tentang pekerjaan. Jadilah saya mengirimkan CV, dan kantor pusatnya di Jaksel menelepon saya untuk menanyakan tarif. Saya beritahu tarif dan perincian halaman jadi, dan mereka pun memberi order terjemahan bahasa Indonesia ke Inggris. Setelah terjemahan diserahkan, mereka mendadak memberitahu kalau saya harus menggunakan font standar dari mereka (Arial), yang lebih kecil dari yang saya gunakan (Arial Unicode MS). Tentu saja saya mendebat habis-habisan, karena sejak awal mereka tidak pernah menyatakan keberatan dengan standar font saya. Mereka sempat mengatakan mereka tidak punya font tersebut, padahal setahu saya font itu ada di semua versi Windows. Saya juga meneruskan email percakapan kami dimana saya menyebut lagi spesifikasi halaman target dan tidak ada keberatan dari mereka. Singkat cerita mereka akhirnya menerima tarif awal saya dan membayar sesuai tagihan.
Jumat sore kemarin saya menerima order lagi dari mereka, 7 halaman dengan deadline Sabtu malam. Teringat pengalaman tempo hari, saya tanya lewat email dan SMS ukuran font dan halaman jadi apa yang mereka mau, dan mereka bilang pakai ukuran kemarin saja. Maka saya kerjakan tugas tersebut, yang sebenarnya cuma butuh setengah hari tetapi sempat bikin panik karena error di CAT tool yang saya pakai. Singkat cerita saya menyerahkannya tepat waktu, tetapi mereka bikin kejutan lagi dengan mengatakan halaman jadi yang diterima cuma 7 halaman sedangkan di invoice 11 halaman. Memang kemarin itu dokumen dikirim lewat Note II karena internet laptop sedang ngadat. Saya cek ulang, siapa tahu salah kirim dokumen sumber, tetapi ternyata tidak. Saya buka dokumen di laptop dan di hape, kedua-duanya 11 halaman. Saya telepon mereka, dan mereka bilang sudah pakai font yang saya pakai tetapi dokumennya memang cuma 7 halaman. Saya minta orang kantor cabang di dekat rumah saya datang mengecek sendiri, namun mereka bilang sedang pergi (sebenarnya “kantor cabang” itu rumah anak sang penerjemah pendiri kantor ini). Akhirnya saya konversi dokumen word itu ke pdf, sehingga jumlah halaman dan ukuran font menjadi permanen, dan saya email kembali ke mereka. Tidak ada respon. Pagi ini setelah internet laptop jalan, saya kirim ulang pula dokumen word-nya, dengan pesan agar mereka memastikan pengunduhan dokumen benar-benar komplet. Tidak ada respon juga.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, saya setengah menduga mereka masih akan ngeyel atau mendiamkan saja email (dan invoice) saya. Terus terang kemarin saya sudah jengkel sekali, karena menghabiskan waktu setengah hari Sabtu plus sempat stres berat karena CAT tool ngadat. Saking emosi, kepingin rasanya membagikan pengalaman ini di grup FB HPI (tanpa sebut nama tentunya). Tetapi ibu saya bilang tidak perlu cari ribut gara-gara jumlah uang tidak seberapa, dan kalau memang klien sengaja macam-macam, mereka toh akan kualat nantinya. Saya rasa benar juga. Kalau saya memperpanjang urusan, kerugian psikisnya bisa-bisa lebih besar dari kerugian materinya. Untung juga tagihannya tidak seberapa sehingga saya lebih mudah mengikhlaskan. Mungkin ini juga semacam peringatan untuk tidak lagi bekerja sama dengan klien ini.
Saya memutuskan tetap menumpahkan uneg-uneg di postingan ini, supaya tidak jadi penyakit. Tetapi ini (semoga) terakhir kalinya saya memikirkan masalah ini. Dan sekarang saya akan beralih ke pekerjaan lebih menyenangkan: menerjemahkan novel.
Update: Klien mengabarkan jumlah halaman jadi menjadi 10 setelah “dirapikan”. Karena halaman ke-11 memang isinya cuma 1/2 halaman kurang, saya terima. Invoice pun langsung dibayar, dengan angka genap sempurna. Syukurlah. Meskipun begitu, sepertinya cukup sekian dulu dengan klien ini…dua perbedaan pendapat di awal kerja sama sepertinya tanda kami kurang cocok


