sudah ada
Seorang teman bertanya, “Kenapa kok buzzernya GW diserang karena yg diangkat angkat adalah modal ganteng doang tapi buzzer Anies Baswedan ga pernah diserang karena modal ngomong doang?”
Jawaban saya sederhana, “Karena kami nggak pernah mengumbar umbar soal kehebatan beliau dalam berorasi, tapi selalu prestasi beliau dan opini beliau yang semoga akan menggambarkan bagaimana Anies Baswedan sesungguhnya. Sesuatu yang dengan cukup percaya diri kami bisa banggakan ketimbang beberapa calon lain”
Memang betul, selain kami memang tidak berbayar sehingga terasa tulus, kami juga tidak mengangkat fakta bahwa capres pilihan kami ini hebat dalam berbicara.
Yang kami angkat ketika ditanya “Anies Baswedan? Siapa itu?” adalah selalu ”Ketua Komite Etik KPK. 1 dari 100 intelektual dunia versi majalah Foreign Policy. 1 dari 500 tokoh muslim paling berpengaruh dunia versi Royal Islamic Strategic Center Yordania…. orang baiklah pokoknya”
Kalau saya ditanya mengapa saya pilih beliau, jawabannyapun sama, karena saya percaya, dibutuhkan Presiden yang mampu membuat rakyatnya mau turun tangan dalam membangun Indonesia, dalam menyelesaikan masalahnya, dalam mengoptimalkan potensinya. Karena hanya beliau yang jelas jelas memiliki rekam jejak secara konsisten mampu menggerakkan putra putri terbaik bangsa untuk turun tangan. Lalu saya akan ceritakan soal “Indonesia Mengajar” dan “Kelas Inspirasi” dan bagaimana keduanya adalah bukti bahwa sejak lama ribuan orang menyatakan bersedia untuk turun tangan, ketika Pak Anies Baswedan yang meminta,
Lalu apakah kemampuan berbicara itu tidak penting?
Sebaliknya, menurut saya malah sangat penting.
Faktor penentu semakin penting atau tidaknya adalah kebutuhan zaman.
Ketika Indonesia baru merdeka, kita semua butuh Pemimpin yang berbicara tidak seperti orang terjajah, Pemimpin yang ketika bicara suaranya lantang dan menggelegar sebagaimana suara orang yang merdeka. Pemimpin yang dagunya mendongak dan jari telunjuknya mengarah ke udara, di mana arogansinya jadi arogansi bangsanya. Dibutuhkan percaya diri yang luar biasa untuk seorang yang lama terjajah bisa menjadi arogan. Percaya diri itu diwakili oleh Bung Karno.
Mungkinkah kita kembali membutuhkan pemimpin yang mampu menggerakkan massa ketika beliau berbicara?
Mungkinkah kita kembali butuh pemimpin yang ketika berbicara, beropini, mewakili kita semua?
Mungkinkah kita kembali membutuhkan “penyambung lidah rakyat?”
Entahlah, biar rakyat yang menentukan. Yang pasti kalau rakyat butuh, calonnya sudah ada
Pandji Pragiwaksono's Blog
- Pandji Pragiwaksono's profile
- 130 followers

