The Vague Temptation Part 2

Alexa membelalakkan matanya kebingungan ketika lelaki bermata abu-abu itu menyeretnya, melalui lorong tembusan dari toilet menuju ke pintu belakang bar. Tidak ada seorangpun di sana dan tidak ada orang yang bisa dimintai tolong. Biasanya memang ada bodyguard yang berjaga di bagian belakang bar, tetapi karena malam ini bar cukup ramai oleh pengunjung, semua bodygyard bertugas di depan.
Pada akhirnya Alexa hanya bisa pasrah, membiarkan lelaki itu setengah menyeretnya dengan langkahnya yang lebar-lebar, tetapi ketika pada akhirnya langkah lelaki itu terhenti, Alexa langsung menyentakkan tangannya dan melepaskan diri dari lelaki itu. Lelaki itu membiarkannya lepas dengan mudah, tetapi masih berdiri di depannya seakan mencegah Alexa lari.

Ekspresi ketakutannya pasti terbaca karena senyum dingin langsung muncul di bibir si mata abu-abu.
"Jangan mimpi. Aku tak akan menyentuhmu.." matanya menelusuri tubuh Alexa dengan tatapan mencemooh, "Tapi akan kupertimbangkan kalau kau sudah mandi bersih dan menghilangkan bau bir dan rokok dari dalam."
Alexa langsung beringsut mundur. Tetapi punggungnya menabrak tembok, wajahnya berubah pucat pasi tidak karuan, apalagi ketika lelaki yang berdiri di depannya itu membungkuk ke arahnya, semakin merapatkan tubuhnya dan kemudian kedua lengannya membentang dengan telapak menempel ke tembok di kiri dan kanan Alexa.
Hidung lelaki itu hampir bersentuhan dengan hidung Alexa, ketika berbicara suaranya setengah mendesis.
"Periksa rekening bankmu. Aku sudah mengisi uang lebih dari cukup untuk membayar hutang ayahmu. Dan sekarang kau harus pulang, tinggalkan tempat ini dan jangan pernah kembali lagi." Bibirnya sangat dekat dengan bibir Alexa, "Dan ingat baik-baik wajahku, aku ingin pada saatnya nanti kau membalas budi dengan memilihku."
Lalu seperti yang dilakukannya malam kemarin, lelaki itu membalikkan badan begitu saja dan meninggalkan Alexa sendirian.
Alexa berdiri tegang, menunggu sampai tubuh si mata abu-abu itu menjauh pergi, kemudian setelah yakin bahwa lelaki itu tak akan kembali, tubuh Alexa seolah kehilangan daya, kakinya tidak bisa menahan tubuhnya sehingga dia langsung merosot lemas di tanah.
Apa kata laki-laki itu tadi? Uang di rekeningnya?
Darimana lelaki itu tahu nomor rekeningnya? Dan darimana lelaki itu tahu bahwa Alexa bekerja di tempat ini untuk membayar hutang ayahnya?
***
"Tunggu sebentar ya." Alexa tersenyum meminta maaf kepada rekan-rekannya yang berada dalam satu mobil, dia telah meminta supir untuk berhenti sebentar di depan atm di tepi jalan dengan alasan ingin mengambil uang.
Malam sudah menunjukkan pukul dua. Gelap semakin pekat dan suasana sangat sunyi, hampir tidak ada satu orangpun di jalanan. Kalau saja tidak ada teman-teman kerjanya di dalam mobil yang menunggu di tepi jalan, Alexa pasti ketakutan harus memasuki ruang atm sendirian.
Dengan ragu, Alexa memasukkan kartu atmnya, dan memilih informasi saldo.
Beberapa detik kemudian, angka informasi saldonya keluar, membuatnya ternganga......
Alexa ingat sekali saldo atmnya hanya satu juta sekian, sisa tabungannya yang selalu terambil dan habis untuk kebutuhan sehari-hari, dan juga untuk membayar hutang judi ayahnya.
Sekarang... setidaknya ada sembilan digit angka di saldonya yang datangnya entah dari mana.....
Jadi benarkah yang dikatakan si mata abu-abu itu? Kalau memang dia yang memberikan uang ini kepada Alexa, apa untungnya buat dia?
"aku ingin pada saatnya nanti kau membalas budi dengan memilihku"
Kata-kata itu langsung terngiang-ngiang di telinga Alexa, membuatnya bertanya-tanya...
***
Pagi harinya ketika bekerja di kantor, Alexa masih membawa pertanyaan itu di benaknya. Dia belum berani mengambil uang itu, meski sekarang dia menyimpan kartu atm-nya baik-baik supaya selalu aman. Jantungnya bahkan berdebar setiap mengintip kartu atm itu di dompetnya, membayangkan betapa banyaknya uang yang berada di rekeningnya.
Mungkinkah semalam hanya mimpi? Apakah jangan-jangan ketika dia memeriksa saldonya nanti, ternyata uang itu tidak pernah ada di rekeningnya dan hanyalah sebuah halusinasi?
Alexa harus memastikan sekali lagi, dan setelah yakin bahwa uang itu benar-benar ada dan tidak hilang dari rekeningnya, barulah dia akan memikirkan langkah lebih lanjut.
"Hari ini si cucu haram datang."
Rosa tiba-tiba saja berbisik di telinganya, membuat Alexa terlonjak karena kaget.
Dia mengerutkan keningnya, mencoba mencerna kata-kata Rosa, lalu teringat percakapan mereka kemarin tentang 'presiden direktur' mereka yang baru dan akan datang hari ini.
"Kau harus berhenti memanggilnya seperti itu Rosa, atau kita akan dipecat." entah kenapa Alexa ikut berbisik, membuat Rosa tertawa dan mengedipkan sebelah matanya,
"Katanya dia sangat tampan."
Alexa hanya menganggukkan kepalanya dan mencoba fokus kembali pada pekerjaan di layar komputernya. Rosa tidak akan berhenti bergosip karena dia sangat penasaran dengan wajah presiden direktur baru mereka, dan bahkan setelah dia berhasil melihat wajah presiden direktur mereka, perempuan itu pasti juga akan tetap bergosip kali ini dengan topik yang berbeda.
"Alexa." suara panggilan yang tegas itu membuat Alexa mendongakkan kepalanya, dia mengerutkan keningnya ketika Pak Hanan, kepala bagian administrasi muncul dari pintu ruangannya dan memanggilnya.
Seketika itu juga Alexa berdiri, "Iya pak?"
"Kemari sebentar."
Pak Hanan tidak pernah memanggil staffnya, untuk komunikasi dengan anak buahnya, dia selalu melakukan dengan supervisor-supervisor yang berada di atas Alexa. Panggilan ini tentu saja sedikit mengejutkan dan membuat jantung Alexa berdebar, takut kalau dia melakukan kesalahan....bahkan Rosapun menatapnya dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu ketika Alexa melangkah memasuki ruangan pak Hanan. Alexa harus memberikan penjelasan kepada Rosa nanti, karena dia tahu perempuan itu tak akan berhenti mencecarnya sebelum mendapatkan gosip yang paling hangat. Tapi itu nanti, sekarang Alexa harus menghadapi pak Hanan dulu.
Dia mengetuk pintu ruang kaca pak Hanan dengan gugup, kepala bagiannya itu memberi isyarat tangan supaya Alexa masuk.
"Duduklah." gumamnya dengan suara berat, matanya mengamati Alexa dengan tajam membuat Alexa semakin gugup.
Alexa menurut dan duduk, lalu terdiam di hadapan pak Hanan. Menunggu.
Kepala bagiannya itu membetulkan letak kacamatanya, lalu menatap Alexa dengan serius.
"Saya mendapatkan instruksi dari atas tentang mutasimu." Pak Hanan mengambil kertas di mejanya dan menyerahkan kepada Alexa, "Rupanya perusahaan memutuskan untuk memindahkanmu ke bagian personalia, terus terang saya tidak tahu alasannya, karena keputusan ini datang langsung dari atas. Jadi sekarang kamu menghadap dulu ke kepala bagian personalia untuk urusan surat-surat dan mutasimu. Jangan lupa bawa surat ini." Pak Hanan mengangsurkan surat itu kepada Alexa yang menerimanya dengan kebingungan luar biasa, "Cepatlah, kau ditunggu di sana." gumam pak Hanan kemudian setengah mengusir.
Alexa langsung berdiri, masih memeluk surat itu di tangannya. "Terimakasih pak." gumamnya sebelum keluar, sementara pak Hanan sudah sibuk kembali menekuri pekerjaannya.
Rosa langsung menyambutnya ketika Alexa menuju mejanya.
"Ada apa? tidak biasanya pak Hanan memanggil staf seperti kita ke ruangannya?"
"Aku di mutasi." Alexa menjawab cepat, mencoba menghindari pertanyaan Rosa. Tetapi tentu saja Rosa tidak menyerah,
"Di mutasi? tapi bagaimana bisa? kenapa? ke bagian mana? Kau mau kemana Alexa?" Rosa setengah berteriak ketika Alexa melangkah ke luar ruangan divisi administrasi.
Alexa menoleh sedikit, merasa malu karena Rosa berteriak-teriak memanggilnya, dia tersenyum meminta maaf kepada staff yang lain,
"Ke bagian personalia, untuk urusan surat-surat mutasi, aku juga dipindah ke bagian personalia." jawabnya ringkas sambil cepat-cepat pergi sebelum Rosa memberondongnya dengan berbagai pertanyaan lagi.
***
Ruang personalia lengang di lantai empat gedung kantor besar itu sunyi, beberapa pegawai tampak serius menekuri pekerjaannya di depan komputer, bahkan tidak ada yang menoleh ketika Alexa membuka pintu ruangan itu dan berdiri kebingungan di depan pintu.
"Cari siapa?" seorang perempuan yang kebetulan mejanya berada di dekat pintu bergumam ketika melihatnya, Alexa tidak mengenalnya. Yah gedung ini memang sangat besar dan menampung ratusan pegawai, sehingga Alexa tidak mengenal semuanya kecuali yang berhubungan dengannya dalam hal pekerjaan.
"Eh saya Alexa, katanya diminta menemui kepala bagian personalia?"
Perempuan itu mengerutkan keningnya, "Pak Firman maksudmu?"
Alexa menganggukkan kepalanya.
"Pak Firman ada di ruang meeting besar di sebelah, tadi dia berpesan kalau ada staff bernama Alexa mencarinya, disuruh langsung ke sebelah," Dan kemudian dengan tidak peduli, perempuan itu kembali menekuri pekerjaannya dan mengabaikan Alexa.
Setelah menganggukkan kepalanya gugup - yang tidak mendapatkan tanggapan dari perempuan itu - Alexa keluar lagi dari ruangan personalia dan berdiri bingung di lorong.
Ruang meeting besar yang dikatakan perempuan tadi apakah ruangan yang ada di balik pintu besar yang ada di ruang sebelah divisi personalia ini?
Alexa berdiri sejenak ragu-ragu di depan pintu. Tetapi setelah menghela napas panjang, dia memutuskan mengetuk pintunya.
"Siapa?" Terdengar suara yang dalam di sana. Alexa berdehem gugup mendengarnya dan langsung menjawab.
"Pak Firman? Maafkan saya... ini Alexa, staff dari bagian administrasi..."
"Masuklah." sebelum sempat Alexa melanjutkan perkataannya, suara di dalam sudah menyahut menyuruhnya masuk hingga mau tak mau Alexa memberanikan diri membuka pintu ruangan meeting besar itu.
Ketika pintu ruangan terbuka, hanya ada satu orang yang duduk di sana, tepat langsung di hadapannya yang berdiri di tengah ambang pintu.
Dan lelaki itu bukanlah pak Firman.
***
"Kau pasti terkejut, maafkan aku. Duduklah Alexa." Lelaki itu mengisyaratkan dengan gerakan tangannya, "Dan tutup pintunya."
Alexa mau tak mau menuruti perkataan lelaki itu, pelan-pelan masuk dan menutup pintu di belakangnya. Setelah meragu sejenak, dia akhirnya melangkah duduk di kursi besar itu di depan meja besar tempat lelaki itu duduk di baliknya.

Dilihat dari pakaiannya ... sepertinya lelaki itu memegang kedudukan tinggi di perusahaan ini, tetapi kenapa Alexa tidak pernah melihatnya? Dan kenapa lelaki itu mengetahui namanya serta seolah memang ingin bertemu dengannya?
Lelaki itu tersenyum menyadari pengamatan Alexa, dia lalu menyandarkan dirinya di kursinya yang besar dan menyilangkan lengannya,
"Kenalkan aku Nathan, aku adalah presiden direktur yang baru di perusahaan ini."
Mulut Alexa menganga..... ini... si cucu haram yang dikatakan oleh Rosa itu? ah salah, Alexa tidak boleh menyebutnya begitu....dengan cepat Alexa mengkoreksi dirinya sendiri.
Jadi inilah presiden direkturnya yang baru?
Lalu apa maksudnya dia menemui Alexa seperti ini?
Bersambung ke Part 3
Published on June 18, 2013 02:25
No comments have been added yet.
Santhy Agatha's Blog
- Santhy Agatha's profile
- 483 followers
Santhy Agatha isn't a Goodreads Author
(yet),
but they
do have a blog,
so here are some recent posts imported from
their feed.
