Another 5% Part 9
Untuk Maggie yang sedang berulang tahun, hari ulang tahunmu sama dengan ibuku ^__^ selamat ulang tahun ya semoga kebahagiaan dan keindahan selalu menyertai kehidupanmu :)
Gabriel termenung di ruangannya, menatap kotak kecil bekal sederhana di mejanya. Dia hanya tercenung menatap makanan di depannya.
Dia sendiri tidak tahu kenapa secara impulsif dia meminta bekal itu dari Selly. Tetapi melihat kotak bekal itu... Mengingatkannya kepada ibunya di masa lalu, ibunya selalu membuatkannya kotak bekal kecil semacam ini ketika Gabriel berangkat ke sekolah....
Mungkin semua ini hanyalah karena dorongan otaknya untuk mengulang kembali kenangan itu, ke masa-masa hidupnya yang tidak rumit, sebagai bocah kecil yang punya banyak impian... Yang kemudian dihancurkan oleh beban kekuatan kegelapan yang menggerogoti hatinya sedikit demi sedikit.Jemari Gabriel bergerak pelan mengambil sendok dan mencicipi makanan buatan Selly. Dia lalu memejamkan matanya, mengenang....
"Anda memakan masakan perempuan itu?"
Gabriel tersentak, membuka matanya dan menatap tajam ke arah Carlos yang tiba-tiba saja sudah berdiri di pintu. Gabriel tidak pernah terkejut sebelumnya karena kedatangan siapapun, tetapi kali ini dia benar-benar terkejut. Pikirannya tenggelam di masa lalu sehingga tidak waspada.
"Seharusnya kau permisi dulu sebelum masuk, Carlos." Gumam Gabriel tak kalah tajam.
Carlos beringsut, sedikit takut.
"Saya hanya ingin menyampaikan kabar penting, tuan."
"Kabar apa?"
"Buku itu sudah sampai ke tangan Rolan, dan Marco sudah menemuinya."
Gabriel langsung tersenyum mendengar kabar itu, senyuman puas yang tampak buas.
"Bagus, berarti waktunya sebentar lagi. Biarkan bocah ingusan itu bermain-main dan berlatih dengan kekuatannya dulu, dan setelah itu dia harus menghadapiku."
***
"Jadi kau ingin merayakan di mana?" Rolan tersenyum, menarik pinggang Selly supaya mendekat dan mengecup dahinya.
Mata Selly berbinar,
"Aku tidak percaya kita akhirnya merayakan ulang tahunku di luar." Besok adalah hari ulang tahun Selly, selama beberapa tahun terakhir ini ulang tahun mereka, baik Selly maupun Rolan selalu mereka rayakan dengan sederhana di rumah sakit. Selly akan membawa kue sederhana dan mereka akan meniup lilin bersama, perayaan yang sedikit membawa kesedihan karena pada waktu itu hari ulang tahun seperti memperingatkan dengan sinis bahwa masa mereka bersama semakin sedikit.
Tetapi sekarang tidak begitu lagi, Rolan sudah sembuh, sehat dan bahagia dan mereka akan bisa merayakan ulang tahunnya dengan sepenuh hati, merayakan kebersamaan mereka.
"Ya, dan kita akan membuatnya istimewa. Semuanya. Aku akan memesan makan malam romantis dan kita akan menghabiskan waktu bersama."
"Terimakasih Rolan." Mata Selly berkaca-kaca. Membuat Rolan mengecup pipinya dan mengusap air matanya dengan lembut,
"Hei kenapa menangis. Ayo tersenyum, aku berjanji kita akan banyak tertawa nanti."
Rolan mungkin harus mencemaskan bagaimana melatih kekuatannya sebelum sang pemegang kekuatan kegelapan menyerangnya. Tetapi itu bisa dipikirkannya nanti, sekarang waktunya memikirkan untuk membahagiakan Selly.
***
Gabriel termenung di ruangannya, dia mengingat lagi puisi tentang pengorban sang cinta sejati, dan bertanya-tanya. Benarkah nyawa yang diminta untuk menggantikan 5% kekuatan itu? Jadi bagaimanapun Rolan tidak akan mungkin mengorbankan kekasihnya bukan?
Gabriel yakin Rollan tidak akan membiarkan Selly kehilangan nyawanya. Tetapi bagaimana kalau di saat mendesak nanti, Selly mengorbankan nyawanya dengan kemauan sendiri tanpa seizin dan tanpa sebisa ditahan oleh Rolan....? Hal itu mungkin saja terjadi bukan?
Kalau begitu semuanya tergantung pada Selly, dan Gabriel harus melakukan sesuatu.
***
"Jadi kita akan kemana?" Selly menenggelamkan tubuhnya dalam rangkulan Rolan.
Rolan mengecup pucuk kepala Selly, tersenyum lembut, "Aku akan mengajakmu ke restoran tempat pertama kita berkencan dulu, kau masih ingat?"
Tentu saja Selly ingat. Restoran itu bernama "Spring Season." terletak di pinggiran kota yang sejuk, dulu ketika Rolan masih sehat, dia membawa Selly makan malam di sana di kencan pertama mereka, dan di tempat yang sama itulah, Rolan menyatakan cintanya kepada Selly.
"Aku ingat." Selly tersenyum bahagia. Dia sudah lama sekali tidak ke restoran itu, sejak lama setelah Rolan sakit, otomatis Selly tidak pernah kemana-mana, seluruh waktunya dipakai untuk menjenguk dan menunggui Rolan di rumah sakit, tetapi dia sama sekali tidak menyesali seluruh waktu yang terlewatkan itu, karena dia menghabiskannya bersama Rolan, lelaki yang sangat dia cintai.
"Aku akan menjemputmu, besok malam kita makan malam di sana ya, kenakan gaunmu yang paling bagus, dan berdandanlah secantik mungkin." Rolan menunduk, menatap mata Selly yang bercahaya dan penuh cinta, dia tidak bisa menahan dirinya untuk mengecup bibir ranum kekasihnya itu, memujanya dengan penuh sayang.
***
"Kau tampak bahagia." Gabriel menatap Selly dan tersenyum, "Berbinar-binar."
Pipi Selly langsung merah padam. "Benarkah?" jemarinya menyentuh pipinya yang panas dengan gugup, Ya ampun, dia benar-benar tidak sabar menunggu makan malam romantis perayaan ulang tahunnya bersama Rolan nanti malam, dan mungkin hal itulah yang membuat Selly berbinar-binar.
"Ya. Dan aku tahu hari ini hari bahagiamu." Gabriel benar-benar tersenyum sekarang, "Selamat ulang tahun Selly."
Selly menatap Gabriel takjub, tidak menyangka bahwa bosnya itu mengetahui hari ulang tahunnya,
"Anda mengetahuinya?" dia mengungkapkan apa yang ada di benaknya.
"Tentu saja." Gabriel menjawab tenang, "Ada di data karyawan bukan?"
Selly menganggukkan kepalanya, ah iya, betapa bodohnya dia. "Terimakasih, Sir." Selly bergumam cepat, dan dia sungguh-sungguh berterimakasih atas perhatian bosnya itu kepadanya.
Gabriel tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Jadi, adakah acara perayaan ulang tahun yang meriah?'
Selly langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak, hanya perayaan sederhana bersama calon suami saya." mata Selly berbinar penuh cinta ketika membayangkan Rolan, "Yah, anda tahu ini adalah saat bersama kami setelah sekian lama, ketika kondisi badan calon suami saya benar-benar sehat."
Ekspresi Gabriel tidak terbaca setelahnya, "Selamat." gumamnya datar, "Semoga malammu nanti menyenangkan."
***
Rolan menatap dirinya di cermin dan memasang jasnya. Dia menatap bayangan dirinya yang sehat dan tampak hidup serta penuh vitalitas, berbeda sekali dengan dirinya yang dulu.
Kata-kata Marco terngiang di benaknya, dan mau tak mau, melihat keadaannya sekarang ini, Rolan mempercayai Marco... sesiangan tadi lelaki itu membuatnya mempelajari buku aturan semesta itu, dan besok... Marco akan membimbingnya berlatih menggunakan kekuatannya dengan benar, untuk menghadapi Gabriel yang sangat berbahaya itu...
Tapi itu akan dipikirkannya besok. Rolan menatap kotak beludru kecil yang ada di dalam genggamannya, lalu memasukkannya ke saku dengan bersemangat.
Malam ini dia akan melamar Selly.
Sebuah lamaran yang pasti indah di hari ulang tahun kekasihnya itu, di restoran tempat mereka pertama berkencan dan saling menyatakan cinta. Dan mereka akan terikat dalam ikatan suci, hidup bahagia selamanya.
Rolan akan merengkuh Selly dalam pelukannya dulu, memilikinya. Baru setelah itu dia akan berpikir untuk menghadapi Gabriel yang jahat.
Sambil menahan debaran di dadanya, Rolan memasukkan cincin itu ke dalam saku jas-nya
Dan bersamaan dengan itu, ponselnya berbunyi, Rolan mengangkatnya dan mengerutkan keningnya,
Telepon dari rumah sakit?
Rolan mengangkatnya, dan suara dokter Beni yang sudah sangat dikenalnya langsung menyahut dengan panik,
"Rolan? Datanglah ke rumah sakit segera! Sabrina... Sabrina kritis, kondisinya parah, dan dia memanggil-manggil namamu.!"
***
Selly mematut dirinya di depan cermin, dia tersenyum dan pipinya merona. Ah ya, semoga saja Rolan memuji kecantikannya ini, dengan gaun warna peach yang baru dibelinya, khusus untuk acara makan malam bersama Rolan...
Tadi dia pulang cepat dari kantor - untunglah sedang tidak banyak pekerjaan - dan kemudian langsung pulang, berdandan dan mempercantik diri. Selly ingin tampil sempurna malam ini, khusus untuk Rolan.
Jantungnya berdebar sambil melirik jam di dinding kamarnya, sebentar lagi Rolan pasti akan datang menjemputnya...
Lalu tiba-tiba ponsel di mejanya berbunyi, Selly mengambilnya dan melihat nama Rolan di sana, dia tersenyum lebar dan mengangkatnya,
"Rolan? apakah kau sudah di depan? aku sudah siap...."
"Selly..." Suara Rolan tampak tegang, dari backsound suara di belakangnya, sepertinya lelaki itu sedang di jalan, "Kau... bisakah kau berangkat sendiri ke restoran? aku sudah melakukan reservasi untuk pukul tujuh. KIta bertemu di sana ya?"
Selly mengerutkan keningnya bingung, dia tidak keberatan datang ke restoran sendiri, tetapi kenapa Rolan merubah rencana mereka mendadak, "Tapi... kenapa Rolan? Ada apa?" pikiran buruk menyeruak di benaknya, apakah terjadi sesuatu? apakah Rolan sakit?
"Bukan apa-apa... aku akan mampir ke rumah sakit dulu sebelum ke restoran..."
"Apakah kau sakit Rolan?" Selly setengah berteriak panik.
"Bukan, bukan aku, tapi Sabrina." suara Rolan putus-putus karena sedang di jalan, lalu Klik. Percakapan mereka terputus begitu saja.
Selly masih terpaku dengan ponsel di telinganya, jantungnya berdebar kencang, tetapi kali ini dengan perasaan berbeda.
Sabrina....?
Rasa cemburu dan cemas yang sama menyeruak di benaknya. Tetapi Selly berusaha menyingkirkannya dengan segera, menyalahkan dirinya karena begitu tega mencemburui Sabrina yang sakit keras. Rolan sendiri sudah mengatakan kepadanya bukan bahwa dia mencemaskan Sabrina lebih karena empati karena pernah mengidap penyakit yang sama?
Dan Selly percaya kepada Rolan. Lelaki itu hanya mampir ke rumah sakit untuk menengok Sabrina, setelah itu dia pasti datang ke restoran dan memenuhi janji makan malam dan merayakan ulang tahun Selly bersama. Selly percaya bahwa Rolan akan menepati janjinya. Karena Rolan mencintainya.
Selly meraih tas tangannya, lalu menelepon taxi untuk menjemputnya ke rumah dan mengantarnya ke restoran tersebut.
Bersambung ke part 9

Gabriel termenung di ruangannya, menatap kotak kecil bekal sederhana di mejanya. Dia hanya tercenung menatap makanan di depannya.
Dia sendiri tidak tahu kenapa secara impulsif dia meminta bekal itu dari Selly. Tetapi melihat kotak bekal itu... Mengingatkannya kepada ibunya di masa lalu, ibunya selalu membuatkannya kotak bekal kecil semacam ini ketika Gabriel berangkat ke sekolah....
Mungkin semua ini hanyalah karena dorongan otaknya untuk mengulang kembali kenangan itu, ke masa-masa hidupnya yang tidak rumit, sebagai bocah kecil yang punya banyak impian... Yang kemudian dihancurkan oleh beban kekuatan kegelapan yang menggerogoti hatinya sedikit demi sedikit.Jemari Gabriel bergerak pelan mengambil sendok dan mencicipi makanan buatan Selly. Dia lalu memejamkan matanya, mengenang....
"Anda memakan masakan perempuan itu?"
Gabriel tersentak, membuka matanya dan menatap tajam ke arah Carlos yang tiba-tiba saja sudah berdiri di pintu. Gabriel tidak pernah terkejut sebelumnya karena kedatangan siapapun, tetapi kali ini dia benar-benar terkejut. Pikirannya tenggelam di masa lalu sehingga tidak waspada.
"Seharusnya kau permisi dulu sebelum masuk, Carlos." Gumam Gabriel tak kalah tajam.
Carlos beringsut, sedikit takut.
"Saya hanya ingin menyampaikan kabar penting, tuan."
"Kabar apa?"
"Buku itu sudah sampai ke tangan Rolan, dan Marco sudah menemuinya."
Gabriel langsung tersenyum mendengar kabar itu, senyuman puas yang tampak buas.
"Bagus, berarti waktunya sebentar lagi. Biarkan bocah ingusan itu bermain-main dan berlatih dengan kekuatannya dulu, dan setelah itu dia harus menghadapiku."
***

Mata Selly berbinar,
"Aku tidak percaya kita akhirnya merayakan ulang tahunku di luar." Besok adalah hari ulang tahun Selly, selama beberapa tahun terakhir ini ulang tahun mereka, baik Selly maupun Rolan selalu mereka rayakan dengan sederhana di rumah sakit. Selly akan membawa kue sederhana dan mereka akan meniup lilin bersama, perayaan yang sedikit membawa kesedihan karena pada waktu itu hari ulang tahun seperti memperingatkan dengan sinis bahwa masa mereka bersama semakin sedikit.
Tetapi sekarang tidak begitu lagi, Rolan sudah sembuh, sehat dan bahagia dan mereka akan bisa merayakan ulang tahunnya dengan sepenuh hati, merayakan kebersamaan mereka.
"Ya, dan kita akan membuatnya istimewa. Semuanya. Aku akan memesan makan malam romantis dan kita akan menghabiskan waktu bersama."
"Terimakasih Rolan." Mata Selly berkaca-kaca. Membuat Rolan mengecup pipinya dan mengusap air matanya dengan lembut,
"Hei kenapa menangis. Ayo tersenyum, aku berjanji kita akan banyak tertawa nanti."
Rolan mungkin harus mencemaskan bagaimana melatih kekuatannya sebelum sang pemegang kekuatan kegelapan menyerangnya. Tetapi itu bisa dipikirkannya nanti, sekarang waktunya memikirkan untuk membahagiakan Selly.
***

Gabriel yakin Rollan tidak akan membiarkan Selly kehilangan nyawanya. Tetapi bagaimana kalau di saat mendesak nanti, Selly mengorbankan nyawanya dengan kemauan sendiri tanpa seizin dan tanpa sebisa ditahan oleh Rolan....? Hal itu mungkin saja terjadi bukan?
Kalau begitu semuanya tergantung pada Selly, dan Gabriel harus melakukan sesuatu.
***
"Jadi kita akan kemana?" Selly menenggelamkan tubuhnya dalam rangkulan Rolan.
Rolan mengecup pucuk kepala Selly, tersenyum lembut, "Aku akan mengajakmu ke restoran tempat pertama kita berkencan dulu, kau masih ingat?"
Tentu saja Selly ingat. Restoran itu bernama "Spring Season." terletak di pinggiran kota yang sejuk, dulu ketika Rolan masih sehat, dia membawa Selly makan malam di sana di kencan pertama mereka, dan di tempat yang sama itulah, Rolan menyatakan cintanya kepada Selly.
"Aku ingat." Selly tersenyum bahagia. Dia sudah lama sekali tidak ke restoran itu, sejak lama setelah Rolan sakit, otomatis Selly tidak pernah kemana-mana, seluruh waktunya dipakai untuk menjenguk dan menunggui Rolan di rumah sakit, tetapi dia sama sekali tidak menyesali seluruh waktu yang terlewatkan itu, karena dia menghabiskannya bersama Rolan, lelaki yang sangat dia cintai.
"Aku akan menjemputmu, besok malam kita makan malam di sana ya, kenakan gaunmu yang paling bagus, dan berdandanlah secantik mungkin." Rolan menunduk, menatap mata Selly yang bercahaya dan penuh cinta, dia tidak bisa menahan dirinya untuk mengecup bibir ranum kekasihnya itu, memujanya dengan penuh sayang.
***

Pipi Selly langsung merah padam. "Benarkah?" jemarinya menyentuh pipinya yang panas dengan gugup, Ya ampun, dia benar-benar tidak sabar menunggu makan malam romantis perayaan ulang tahunnya bersama Rolan nanti malam, dan mungkin hal itulah yang membuat Selly berbinar-binar.
"Ya. Dan aku tahu hari ini hari bahagiamu." Gabriel benar-benar tersenyum sekarang, "Selamat ulang tahun Selly."
Selly menatap Gabriel takjub, tidak menyangka bahwa bosnya itu mengetahui hari ulang tahunnya,
"Anda mengetahuinya?" dia mengungkapkan apa yang ada di benaknya.
"Tentu saja." Gabriel menjawab tenang, "Ada di data karyawan bukan?"
Selly menganggukkan kepalanya, ah iya, betapa bodohnya dia. "Terimakasih, Sir." Selly bergumam cepat, dan dia sungguh-sungguh berterimakasih atas perhatian bosnya itu kepadanya.
Gabriel tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Jadi, adakah acara perayaan ulang tahun yang meriah?'
Selly langsung menggelengkan kepalanya, "Tidak, hanya perayaan sederhana bersama calon suami saya." mata Selly berbinar penuh cinta ketika membayangkan Rolan, "Yah, anda tahu ini adalah saat bersama kami setelah sekian lama, ketika kondisi badan calon suami saya benar-benar sehat."
Ekspresi Gabriel tidak terbaca setelahnya, "Selamat." gumamnya datar, "Semoga malammu nanti menyenangkan."
***

Kata-kata Marco terngiang di benaknya, dan mau tak mau, melihat keadaannya sekarang ini, Rolan mempercayai Marco... sesiangan tadi lelaki itu membuatnya mempelajari buku aturan semesta itu, dan besok... Marco akan membimbingnya berlatih menggunakan kekuatannya dengan benar, untuk menghadapi Gabriel yang sangat berbahaya itu...
Tapi itu akan dipikirkannya besok. Rolan menatap kotak beludru kecil yang ada di dalam genggamannya, lalu memasukkannya ke saku dengan bersemangat.
Malam ini dia akan melamar Selly.
Sebuah lamaran yang pasti indah di hari ulang tahun kekasihnya itu, di restoran tempat mereka pertama berkencan dan saling menyatakan cinta. Dan mereka akan terikat dalam ikatan suci, hidup bahagia selamanya.
Rolan akan merengkuh Selly dalam pelukannya dulu, memilikinya. Baru setelah itu dia akan berpikir untuk menghadapi Gabriel yang jahat.
Sambil menahan debaran di dadanya, Rolan memasukkan cincin itu ke dalam saku jas-nya
Dan bersamaan dengan itu, ponselnya berbunyi, Rolan mengangkatnya dan mengerutkan keningnya,
Telepon dari rumah sakit?
Rolan mengangkatnya, dan suara dokter Beni yang sudah sangat dikenalnya langsung menyahut dengan panik,
"Rolan? Datanglah ke rumah sakit segera! Sabrina... Sabrina kritis, kondisinya parah, dan dia memanggil-manggil namamu.!"
***

Tadi dia pulang cepat dari kantor - untunglah sedang tidak banyak pekerjaan - dan kemudian langsung pulang, berdandan dan mempercantik diri. Selly ingin tampil sempurna malam ini, khusus untuk Rolan.
Jantungnya berdebar sambil melirik jam di dinding kamarnya, sebentar lagi Rolan pasti akan datang menjemputnya...
Lalu tiba-tiba ponsel di mejanya berbunyi, Selly mengambilnya dan melihat nama Rolan di sana, dia tersenyum lebar dan mengangkatnya,
"Rolan? apakah kau sudah di depan? aku sudah siap...."
"Selly..." Suara Rolan tampak tegang, dari backsound suara di belakangnya, sepertinya lelaki itu sedang di jalan, "Kau... bisakah kau berangkat sendiri ke restoran? aku sudah melakukan reservasi untuk pukul tujuh. KIta bertemu di sana ya?"
Selly mengerutkan keningnya bingung, dia tidak keberatan datang ke restoran sendiri, tetapi kenapa Rolan merubah rencana mereka mendadak, "Tapi... kenapa Rolan? Ada apa?" pikiran buruk menyeruak di benaknya, apakah terjadi sesuatu? apakah Rolan sakit?
"Bukan apa-apa... aku akan mampir ke rumah sakit dulu sebelum ke restoran..."
"Apakah kau sakit Rolan?" Selly setengah berteriak panik.
"Bukan, bukan aku, tapi Sabrina." suara Rolan putus-putus karena sedang di jalan, lalu Klik. Percakapan mereka terputus begitu saja.
Selly masih terpaku dengan ponsel di telinganya, jantungnya berdebar kencang, tetapi kali ini dengan perasaan berbeda.
Sabrina....?
Rasa cemburu dan cemas yang sama menyeruak di benaknya. Tetapi Selly berusaha menyingkirkannya dengan segera, menyalahkan dirinya karena begitu tega mencemburui Sabrina yang sakit keras. Rolan sendiri sudah mengatakan kepadanya bukan bahwa dia mencemaskan Sabrina lebih karena empati karena pernah mengidap penyakit yang sama?
Dan Selly percaya kepada Rolan. Lelaki itu hanya mampir ke rumah sakit untuk menengok Sabrina, setelah itu dia pasti datang ke restoran dan memenuhi janji makan malam dan merayakan ulang tahun Selly bersama. Selly percaya bahwa Rolan akan menepati janjinya. Karena Rolan mencintainya.
Selly meraih tas tangannya, lalu menelepon taxi untuk menjemputnya ke rumah dan mengantarnya ke restoran tersebut.
Bersambung ke part 9
Published on June 08, 2013 11:11
No comments have been added yet.
Santhy Agatha's Blog
- Santhy Agatha's profile
- 483 followers
Santhy Agatha isn't a Goodreads Author
(yet),
but they
do have a blog,
so here are some recent posts imported from
their feed.
