Embrace The Chord Part 6


Rachel benar-benar terkejut. Dia ternganga menatap ke arah Jason. Sementara seluruh mata memandangnya.
Apa yang dikatakan Jason tadi? Apakah lelaki itu menjebaknya sehingga tidak bisa menolak di tengah begitu banyak orang?
Rachel melemparkan tatapan marah kepada Jason, tetapi lelaki itu hanya tersenyum simpul dan menatap Rachel dengan tak tahu malu.
Pada akhirnya, mau tak mau Rachel melangkah ke panggung penuh dengan dorongan untuk mencaci maki Jason di depan umum. Tapi tentu saja dia tidak bisa melakukannya. Rasa frustrasi membuatnya menatap Jason dengan marah dan mengancam, tetapi Jason malah menatapnya dengan ekspresi geli,
"Apakah kau membawa biolamu?"
"Tidak." Rachel menjawab cepat sambil menggertakkan gigi.
Jason terkekeh, "Aku membawa dua, kau boleh pinjam punyaku." Jason mengedikkan kepala kepada pegawainya dan orang itu dengan tergoph-gopoh membawakan dua tempat biolanya kepada mereka.
Jason mengambil satu, sebuah biola warna cokelat kemerahan, membuat Rachel ternganga,
"Itu Stradivarius?" Rachel tetap menanyakan pertanyaan itu meskipun dia sudah tahu jawabannya, tentu saja dia tahu dia telah membaca semua artikel tentang biola ini dan sekarang melihat secara langsung biola ini di depan matanya membuatnya seolah bermimpi. Biola Stradivarius adalah biola yang amat sangat langka, tidak bisa diduplikasi, karena pembuatnya, Antonio Stradivari berhasil menerapkan teknik yang misterius dan rahasia, sehingga tidak akan pernah ada yang bisa meniru caranya,  

Sang pembuat biola ini telah membakar habis semua dokumen-dokumen tentang cara-cara dan ramuan biolanya itu sebelum akhirnya dia meninggal dunia.  Biola Stradivarius terkenal memiliki suara paling jernih dan volume terbesar, dengan nada yang paling murni yang membuat mereka terlihat hampir 'hidup' di tangan seorang maestro pemain biola. Dan sekarang, dari sekitar 1.100 instrumen musik karyanya seperti gitar, biola, viola dan cello, hanya 650 saja yang masih ada hingga saat ini, dan khusus untuk biola diperkirakan hanya tinggal 100 buah saja yang masih tersisa, dan Jason ternyata memiliki salah satu dari seratus itu. 
Jason menganggukkan kepala seolah tidak peduli dengan ketakjuban Rachel,
"Ini warisan dari ayahku. Kau pakai yang satunya." Lelaki itu mengedikkan bahunya ke arah kotak yang belum dibuka. Dan Rachel dengan penuh rasa ingin tahu membuka kotak biola itu. Seketika itu juga dia sadar, bahwa itu adalah biola yang selalu dipakai oleh Jason. Rachel selalu melihat Jason memainkan biola ini di setiap rekaman video penampilan Jason. Itu adalah biola Paganini yang terkenal. Berbeda dengan Stradivarius yang menciptakan suara indah dengan sendirinya, biola Paganini sangat sulit dimainkan, karena ada perbedaan yang kontras antara nada tinggi dengan nada rendahnya. 
"Kau membiarkanku memakainya?" Rachel ternganga, "Jemarinya menelusuri permukaan biola itu yang begitu halus. Ini adalah salah satu biola tua berumur hampir empat ratus tahun... Dan termasuk biola yang paling sulit dimainkan. 
Bisakah dia menggunakannya?
Jason tersenyum, menarik perhatian Rachel.
"Aku yakin kau pantas menggunakannya. Ayo, kita harus memberikan pertunjukan yang luar biasa kepada orang-orang ini." Matanya menajam, "Bach's Chaconne,  bisa?"
Rachel mengerutkan keningnya, Jason rupanya tak tanggung-tanggung, Bach's Chaconne  adalah karya solo biola oleh Johann Sebastian Bach, Chaconne Partita in D minor for solo violin adalah bagian penutup dari keseluruhan musik, yang katanya ditulis untuk mengenang isteri pertama Johann Sebastian Bach yang telah meninggal sebelumnya. Musik ini penuh dengan nada yang sulit dan teknik tingkat tinggi, memaksa sang violinist menguasai seluruh aspek dalam bermain biola untuk memainkannya. Tetapi jika dimainkan dengan sempurna, hasilnya akan sepadan karena bisa membuat siapapun yang mendengarnya merasakan kesedihan itu, kenangan itu, dan hanyut dalam musik indah yang menyayat hati.
Rachel ragu, biarpun dia pernah mempelajarinya beberapa waktu yang lalu, dia masih ingat seluruh nadanya. Matanya melirik ke arah penonton yang menunggu, dan terpaku ke arah Calvin yang tersenyum lebar sambil mengedipkan persetujuan kepadanya.. Sementara Anna merapat erat di pelukannya dan sebelah lengan Calvin merangkul pinggang feminim Anna dengan intim.
Tiba-tiba Rachel merasakan dorongan semangat di benaknya, keinginan untuk menunjukkan kepada Calvin bahwa dia berharga, bahwa dirinya cukup menarik untuk dilihat dan dikejar... Bahwa Calvin seharusnya menyadari perasaan Rachel.
Rachel mengangguk ke arah Jason yang menunggunya, "Aku siap."
Jason tersenyum, melihat semangat yang menyala di mata Rachel. "Kalau begitu, mari kita buat mereka semua terpesona."
Lelaki itu berdiri dengan begitu tampan dan mempesona, bahkan dia sebenarnya tidak perlu memainkan biola untuk membuat penonton terpesona, penampilannya yang luar biasa tampan, dengan tuxedo hitam yang membalut tubuhnya dan rambutnya yang disisir rapi ke belakang dengan postur tegak posisi memegang biola sudah pasti bisa membuat semua orang tergila-gila.
Jason memulai nada awal, Rachel menyusul untuk melengkapinya. Dia menggesek biola indah milik Jason dan terpana akan keindahan nada yang dihasilkannya, sangat berbeda dengan biola yang biasa dipakainya. Kemudian permainan biola Jason yang begitu indah membawa Rachel ke dalam dunia musik yang membius.
Semuanya menghilang, para penonton, panggung yang tinggi, ruangan yang penuh orang seakan menghilang semua. Rachel merasakan dirinya berdiri bersama Jason, di sebuah padang rumput yang luas, menatap pasangan yang sedang jatuh cinta duduk di rerumputan sambil berangkulan, dan mereka berdua memainkan musik yang indah itu, musik kenangan akan cinta sejati seseorang.
Rasanya begitu cepat, Rachel bermain biola sambil memejamkan matanya, dan kemudian Jason memainkan nada penutup, Rachel mengiringinya dengan sempurna. Dan  kemudian..... selesai.
Jason berdiri dan memegang biola dengan sebelah tangannya, tersenyum menghadapi penonton. Sementara Rachel membuka matanya, napasnya sedikit terengah, dan langsung berhadapan dengan wajah-wajah takjub di sana, beberapa bahkan ada yang ternganga.
Lalu Jason tertawa, dia meletakkan biolanya dan bertepuk tangan. Tepuk tangan itu memecah keadaan, dan membawa tepuk tangan berikutnya yang susul menyusul, suasana riuh rendah oleh tepuk tangan yang membahana memenuhi ruangan. 
Sementara itu Jason tertawa, tampak takjub sekaligus senang, dia mendekat ke hadapan Rachel, berdiri di sana, 
"Kau sangat hebat!" gumamnya antusias, dan kemudian tanpa disangka Jason membungkuk dan meraih pinggang Rachel, sedikit mengangkat tubuh mungil perempuan itu, lalu mencium bibirnya!
Jason mencium bibir Rachel di atas panggung, di hadapan ratusan penonton yang masih diliputi ketakjuban akan permainan biola yang begitu indah dan sempurna. Suara tepuk tangan makin riuh rendah mengiringi ciuman mereka, sampai kemudian Jason melepaskan bibir Rachel, tidak peduli akan wajah Rachel yang bingung dan pucat pasi, lelaki itu masih merangkul pinggang Rachel dan tertawa, kemudian membawa Rachel membungkuk kepada seluruh penonton.
*** 
Jason menciumnya lagi! 

Rachel masih setengah terpana setengah bingung ketika menuruni panggung. Orang-orang berebutan menyalami dan memberinya selamat karena mendapat kehormatan bermain dengan Jason serta diangkat sebagai murid bimbingan khususnya. Beberapa mengatakan betapa irinya mereka akan kesempatan yang diperoleh oleh Rachel itu.
Tetapi yang berkecamuk di benak Rachel adalah bibirnya yang panas dan membara akibat kecupan Jason yang tanpa ampun. Lelaki itu bersemangat dan melumat bibirnya tanpa permisi. Jason sudah merenggut ciuman pertamanya, dan sekarang bahkan dia juga mengambil ciuman keduanya!
Rachel merengut, merasa semakin kesal ketika menyadari bahwa Jason juga menjebaknya, dia sengaja mengumumkan kesediaan Rachel - yang sudah pasti dikarangnya - di depan umum, membuat Rachel sekarang tidak bisa menolaknya.
Well, ternyata Jason bukan hanya lelaki arogan dan bertemperamen buruk, tetapi juga pemaksa dan licik untuk mendapatkan keinginannya, terlebih lagi, lelaki itu tukang cium sembarangan!
Rachel masih mengerutkan keningnya ketika Jason mendekat ke arahnya, beberapa orang masih melirik ke arah mereka, mencoba mendengarkan percakapan mereka dengan penuh ingin tahu.
"Kau harus mempunyai waktu tiga jam sehari untuk berlatih bersamaku." gumamnya arogan dan memaksa.
Rachel membuka mulutnya dengan marah, hendak membantah, tetapi bersamaan dengan itu, interupsi datang menyela.
"Jason!" Arlene menghampiri mereka berdua dengan tergesa, "Astaga, bagus sekali sayangku, kau bermain dengan begitu indah, gesekan jarimu yang sempurna membuatku sangat bergairah." Lalu seolah sengaja, Arlene merangkulkan lengannya di leher Jason dan menciumnya.
Sementara itu Rachel menatap dengan jijik. Astaga, Jason mungkin sudah terlalu lama hidup di luar negeri sehingga menganggap sebuah ciuman itu bukanlah hal yang tabu dilakukan di depan umum. Apalagi mengingat beberapa waktu yang lalu, lelaki itu menciumnya di atas panggung dan sekarang dia berciuman di tengah pesta dengan kekasihnya. Rachel harus jauh-jauh dari Jason, kalau tidak lelaki itu mungkin akan merusak kepolosannya.
Jason sendiri membalas ciuman Arlene, dan ketika selesai, dia mengangkat alisnya menatap Arlene,
"Untuk apa ciuman itu Arlene?" Jason tersenyum,
Arlene melirik ke arah Rachel dengan penuh arti. Tentu saja ciuman itu untuk menunjukkan kepada anak ingusan yang beruntung menjadi murid istimewa Jason itu, bahwa Arlene memiliki Jason. Perasaan cemburu membuat Arlene lupa diri, cemburu dan waspada, karena Jason tidak pernah memberikani perhatian dan keistimewaan seperti yang diberikannnya kepada Rachel sebelumnya.
Dan Rachel menerima pesan dari Arlene dengan jelas, dia hanya mencibir. Kenapa perempuan itu sepertinya takut kepadanya? padahal dia sama sekali tidak berpikiran untuk mendekati Jason. Tidak selama bumi masih berputar!
"Untuk ucapan selamat sayang, kau hebat seperti biasanya dan membuatku tergila-gila." Arlene menyapukan jemari lentiknya ke pipi Jason, lalu dengan gerakan sengaja seolah melecehkan Rachel, dia menolehkan kepalanya, berpura-pura baru menyadari kehadiran Rachel dan mengangkat alisnya, "Dan selamat juga untukmu, kau harusnya bersyukur bisa menjadi murid Jason." gumamnya ketus setengah menghina.
Rachel mencibir, "Saya tidak pernah minta kok, terimakasih." Setelah menganggukkan kepalanya mencoba sopan, Rachel membalikkan badannya dan tergesa menjauh sejauh mungkin dari Jason.
Sementara itu mata Jason terus mengawasi sampai Rachel menghilang, hal itu tidak luput dari pandangan Arlene, membuat hatinya panas. Dia harus bisa menarik perhatian Jason lagi!
"Apakah kau tertarik padanya?" pada akhirnya Arlene tidak bisa menahan diri, dia mencoba mengalihkan perhatian Jason dengan bertanya.
Rupanya berhasil karena Jason menatap Arlene lagi, "Apa maksudmu?"
"Perempuan ingusan itu." Arlene memandang ke arah Rachel pergi, "Apakah kau tertarik kepadanya?"
Jason langsung tertawa. "Tertarik kepadanya? tentu saja Arlene, kau pasti tahu bahwa aku selalu tertarik dengan siapapun yang memiliki bakat besar di bidang musik, terutama biola. Anak itu adalah berlian yang belum terasah, dan di tanganku dia akan menjadi berkilauan." Jason melirik Arlene dan tersenyum, "Apakah kau cemburu?"
Arlene mengerucutkan bibirnya dengan manja, "Tentu saja, kau memperhatikannya terus dari tadi."
Jason tertawa lagi, mengecup bibir Arlene dengan ringan, "Jangan kuatir sayang, saat ini aku sepenuhnya milikmu." bisiknya dengan mesra, membuat senyum Arlene melebar dan matanya berbinar penuh cinta.
Saat ini aku sepenuhnya milikmu, jadi nikmatilah selagi bisa... Jason bergumam dalam hati, dan bibirnya tersenyum sinis membayangkan saatnya nanti dia menghancurkan hati Arlene, seperti yang selalu dilakukannya kepada perempuan-perempuan lainnya.
***
Rachel berhadapan dengan Calvin yang masih merangkul pinggang Anna dengan mesra, lelaki itu tersenyum lebar,
"Jadi Jason yang cerdik membuatmu mau tidak mau menerima tawarannya." gumamnya setengah geli.
Rachel langsung cemberut, "Dia lelaki licik." desisnya pelan.
"Kau tidak boleh berkata begitu tentangnya." Anna tiba-tiba menyahut, tampak tidak suka, "Seharusnya kau beruntung dia mau membimbingmu, banyak orang di sini yang mau melakukan apa saja supaya bisa menjadi murid bimbingan khusus Jason, dan kau seolah tidak menghargainya dan tidak tahu terimakasih."
Rachel memucat mendengar kata-kata ketus Anna kepadanya, dia juga menerima tatapan kebencian Anna kepadanya, dan sebelum bisa berkata apa-apa, Anna tib-tiba mendongak dan menatap Calvin penuh penyesalan,
"Kurasa aku harus segera pulang, papaku sudah memberi isyarat sejak tadi." gumamnya lembut, lalu mengecup pipi Calvin, "Terimakasih atas dansanya yang menyenangkan sayang."
Calvin menganggukkan kepalanya, mengecup jemari Anna sebelum perempuan itu melangkah pergi. Lelaki itu lalu menatap Rachel yang masih menatap kepergian Anna dengan bingung dan kemudian mengangkat bahu,
"Maafkan kata-kata ketusnya tadi." gumam Calvin lembut, "Kau tahu, Anna juga termasuk penggemar Jason, dia memang pemain piano dan dia memuja kejeniusan Jason, dia pernah bercerita salah satu impiannya adalah mendapatkan kesempatan untuk resital piano dan biola duet bersama Jason...." Calvin mencolek ujung hidung Rachel dengan menggoda, "Kau adalah orang paling beruntung di ruangan ini, hanya saja kau tidak menyadarinya."
Beruntung? 
Rachel mengedarkan pandangannya dan menemukan Jason tengah mengecup bibir Arlene lagi dan lagi. Dia mengerutkan keningnya, apakah semua orang dibutakan oleh kejeniusan Jason sehingga tidak memperhatikan betapa buruknya sikap lelaki itu?
*** 
"Jadi kau akan menjadi murid khusus Jason, akhirnya." mama Rachel tersenyum puas, senang karena apa yang dia harapkan menjadi nyata. 
Rachel menyesap susu cokelatnya dan cemberut, hari ini dia akan mengikuti kelas khusus untuk 20 siswa terpilih yang akan diajar sendiri oleh Jason. Setelah itu, 19 murid lain boleh pulang dan hanya dia sendiri yang akan mendapatkan tiga jam tambahan bersama Jason.
Tiga jam berduaan bersama lelaki arogan itu... semoga Rachel bisa menahankannya. Dengan cepat dia meneguk susunya, berdiri, bersiap menghadapi semuanya.
Lalu ada suara mobil berderum di halaman depan rumah mereka. Rachel dan mama Rachel saling berpandangan. 
Siapa yang bertamu sepagi ini? 
Dan kemudian suara ketukan pintu terdengar, Rachel-lah yang duluan berdiri dan membuka pintu itu.
Dan kemudian dia terpana.
Jason berdiri di sana dengan ekspresi datarnya yang biasa.

Bersambung ke Part 7


3 likes ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on June 05, 2013 01:40
No comments have been added yet.


Santhy Agatha's Blog

Santhy Agatha
Santhy Agatha isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Santhy Agatha's blog with rss.