Sweet Enemy Part 13 END

Lama setelah mereka menumpahkan perasaan, Keyna mendongakkan kepalanya dan menatap Jason, matanya penuh airmata, tetapi kemudian Jason mengusapnya dengan jemarinya, dengan penuh rasa sayang.
“Apakah Sophia itu adalah ibu kandung kita?” Keyna teringat perempuan cantik yang selalu berdandan dan pergi ke pesta-pesta, tidak pernah ada di rumah dan meninggalkan Keyna dan Jason kecil di tangan para pembantu. Dia tahu bahwa ibunya dulu tidak mempedulikan mereka, tetapi dia tidak menyangka kalau ibunya setega itu menculiknya hanya demi harta.
“Dia memang bukan ibu yang punya hati.” Jason mengernyit sedih. “Kau tahu kenapa aku membenci perempuan? Karena aku membencinya. Dia menjualku hanya semi uang untuk bersenang-senang di luar negeri. Aku harap setelah ini kita tidak akan perlu berurusan dengannya lagi.”
Davin yang sejak tadi hanya diam dan mengamati pun mengernyit ketika mendengar kisah itu lagi. Ibu macam apa yang tega menjual anaknya demi uang? Ibu macam apa yang tega menyandera anaknya sendiri demi tebusan? Well Davin memang belum pernah menemui hal semcam ini, tetapi dia menemukannya dalam kasus Keyna dan Jason. Tiba-tiba saja dia merasa beruntung, meskipun ibunya selalu sibuk dan jarang punya waktu, setidaknya ibunya selalu menjaganya.
Davin berpikir mungkin ini waktu yang tepat untuk menyela,
“Aku tidak mau mengganggu reuni kalian.” Davin memilih menatap Jason, masih tidak berani menghadapi kenyataan di mata Keyna, dia tidak siap kalau perempuan itu ternyata menatapnya penuh kebencian. “Apakah kau datang kemari untuk menjemput Keyna?”
Jason mengangguk, dan meskipun sudah melepaskan pelukannya, dia tetap merangkul Keyna dengan posesif,
“Aku sudah berbicara dengan orang tuaku. Orang tua angkatku.” Gumamnya mengoreksi dengan senyum miris, “Mereka tidak keberatan aku membawa Keyna tinggal di rumahku, mereka malah senang karena selama ini tidak ada anak perempuan di rumah. Dan aku pikir, aku adalah satu-satunya keluarga Keyna yang tersisa, kami harus tinggal bersama.”
Davin menghela napas panjang, “Aku tidak berhak melarang sebuah keluarga untuk bersatu.” Gumamnya pedih, “Maafkan aku atas semua kejadian di masa lalu yang memporakporandakan keluarga kalian.”
Jason menatap Davin lama, lalu tersenyum kecut, “Tidak apa-apa Davin, tanpa adanya kejadian itu, keluargaku mungkin tetap akan porak poranda, ibuku adalah manusia jahat, entah bagaimana caranya dialah yang menjadi penyebab utama hancurnya keluarga kami, bukan kau.”
Sebuah maaf. Davin memejamkan matanya, lega mendengarkan jawaban Jason itu. Lalu kemudian dia melirik ke arah Keyna, perempuan itu menunduk dan tidak menatap matanya, membuat Davin kecewa.
“Kurasa kau mungkin ingin mengemasi pakaianmu.” Jason menyentuh siku Keyna lembut, membuat Keyna mengangguk dan melangkah pergi dari ruangan itu.
Lama kemudian Jason dan Davin saling bertatapan,
“Dia membenciku. Aku menceritakan semuanya tadi pagi, dan dia membenciku.” Gumam Davin pedih, menatap ke arah pintu dimana tubuh Keyna menghilang.
“Pada awalnya pasti begitu.” Jason bergumam memaklumi, “Aku juga begitu pada awalnya, tetapi kemudian aku memahami bahwa semua itu bukan karena salahmu, seperti yang kukatakan tadi, dengan atau tanpa adanya dirimu, keluarga kami pasti akan hancur.” Jason tersenyum tenang dan mengulurkan tangannya, “Kuharap setelah ini kita bisa berdamai dan bersahabat seperti semula.”
Davin membalas uluran tangan itu, “Pasti Jason.”
Lalu mereka melangkah duduk di sofa, dan Jason mengamati kegelisahan Davin.
“Kau memikirkan Keyna?”
“Dia bahkan tidak mau menatapku.” Davin merenung.
Jason terkekeh, “Sepertinya kau jatuh cinta kepada adikku.”
Davin tidak menjawab, tetapi tidak juga membantah, dia menatap Jason dengan tatapan menantang, “Apakah kau akan menghalanginya?”
“Tergantung.”
“Tergantung apa?” sela Davin penasaran
‘Tergantung seberapa besar niatmu untuk membahagiakannya.”
“Sangat.” Davin menjawab dengan tulus, “Aku tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya dengan perempuan manapun.”
“Dan aku tidak pernah melihatmu seperti ini dengan wanita manapun.” Jason tersenyum, menyadari ketulusan Davin. “Kalau begitu semua tergantung Keyna.”
Jason dan Davin tidak menyadari, bahwa Keyna masih berdiri di balik pintu. Mendengarkan percakapan mereka dengan jantung berdegup kencang.
Apakah maksud dari percakapan ini? Apakah Davin mencintainya? Pemikiran itu membuat dadanya membuncah oleh perasaan hangat.
*** Setelah tas Keyna siap, pelayan memasukkannya ke mobil Jason. Nyonya Jonathan sedang ada urusan bisnis sehingga Keyna berpamitan dan mengucap terimakasih melalui telepon, berjanji akan berkunjung segera setelah urusan bisnis Nyonya Jonathan selesai.
Jason berdiri di depan Davin di pintu, mengamati betapa kikuknya Davin dan Keyna, lalu mengangkat bahunya geli.
“Well, aku akan menunggu di mobil kalau kalian ingin berpamitan.” Gumamnya pelan sambil tersenyum dan melangkah menuju mobil hitamnya di parkiran.
Sementara itu Davin menatap Keyna dalam-dalam,
“Hati-hati, ya.” Gumamnya pelan, sepenuh perasaannya, ada yang hilang di dalam hatinya ketika mengetahui bahwa Keyna tidak akan tinggal di rumahnya lagi, tidak akan pulang ke rumahnya lagi.
“Iya.” Keyna menjawab kaku, “Selamat tinggal.” Gumamnya cepat-cepat, lalu membalikkan tubuhnya dan setengah berlari ke mobil, meninggalkan Davin.
Davin sendiri hanya terperangah ditinggalkan begitu saja, dia menatap Keyna dengan pedih, lalu membalikkan tubuhnya hendak memasuki rumah, tidak tahan melihat punggung Keyna yang makin menjauh.
Sementara Keyna setelah beberapa langkah merasa ragu. Dia membalikkan tubuh, dan melihat punggung Davin yang sudah berbalik hendak memasuki rumah,
“Davin!” serunya, lalu sebelum Davin sempat membalikkan tubuhnya, Keyna berlari ke arah Davin dan menubruk tubuhnya dari belakang, memeluknya erat-erat, membuat Davin terpana.
“Terimakasih sudah menjagaku selama ini.” Bisik Keyna pelan, membuat jantung Davin berdegup liar. Lelaki itu langsung membalikkan tubuhnya, dan memeluk Keyna erat-erat.
“Kau memaafkanku? Kau tidak menyalahkanku karena semuanya?” Davin berbisik di atas puncak kepala Keyna, jemarinya lalu mendongakkan kepala Keyna supaya menghadapnya, Keyna sedang tersenyum, menatapnya dengan malu-malu,
“Semula aku memang terkejut.” Keyna tersenyum ragu, “Tetapi kemudian aku sadar bahwa itu semua bukan salahmu.”
Davin memejamkan matanya lega, “Syukurlah.” Dengan lembut di sentuhnya dagu Keyna dengan jemarinya, “Tahukah kau bahwa setiap waktu yang kuhabiskan bersamamu, membuatku semakin mencintaimu?”
Keyna menggelengkan kepalanya, pipinya merona merah, “Aku tidak tahu... bagaimana mungkin seorang kau bisa jatuh cinta kepadaku?”
Davin memutar bola matanya, “Seorang aku?” gumamnya geli, “Kau seolah menganggap aku ini alien atau apa. Aku semula bertekad menjadi kakakmu, yang bisa menjagamu dengan baik. Tetapi kemudian aku menyadari ada sesuatu yang lebih.” Pelukan Davin makin erat, “Apakah kau juga merasakan hal yang sama untukku?”
Apakah dia merasakan hal yang sama? Keyna terpaku. Ya. Dia selalu merona kalau membayangkan Davin. Bukankah itu artinya dia memiliki perasaan yang lebih kepada lelaki ini?
“Aku tidak tahu... tetapi sepertinya aku menyukaimu.”
“Menyukaiku?” Davin mengernyit menggoda, “Aku mengatakan bahwa aku mencintai dan tergila-gila kepadamu, tetapi kau mengatakan bahwa kau hanya menyukaiku?”
“Eh... aku tidak tahu.” Keyna mengalihkan tatapannya, tidak tahan dengan pandangan tajam yang dilemparkan Davin. Sikap itu membuat Davin merasa gemas, dia lalu mengecup dahi Keyna, turun ke hidungnya, lalu ke bibirnya,
“Mungkin ini bisa membuatmu memutuskan.” Davin menundukkan kepalanya, lalu melumat bibir Keyna dengan penuh cinta. Keyna otomatis merangkulkan lengannya di leher Davin , membalas ciumannya.
Mereka berciuman dengan penuh perasaan di teras rumah itu, lupa akan sekeliling mereka, dan baru terpisah ketika klakson mobil Jason berbunyi,
“Apakah kalian akan terus-menerus berciuman dan membuatku menunggu di sini?” teriak Jason jengkel dari jendela mobilnya.
Davin dan Keyna tertawa, masih berdekatan dengan bibir terasa panas bekas ciuman mereka. Davin mengecup dahi Keyna lagi dengan lembut, lalu melirik ke arah mobil Jason.
“Sebaiknya dia tidak usah pindah dari sini.”
Jason langsung mengeluarkan kepalanya dari jendela, “Dengan kau yang mencintainya? Tidak, aku tidak akan membahayakan kesucian Keyna dengan membiarkannya tinggal di sini, siapa yang tahu kalau kau memutuskan akan menyerangnya malam-malam?”
Davin merengut mendengar perkataan Keyna, “Aku tidak akan melakukan hal serendah itu.” Nada tersinggung dalam suaranya membuat Keyna tertawa.
Tetapi rupanya Jason sudah bertekad bulat, “Kau boleh mengajak Keyna tinggal bersamamu setelah kau menikahinya. Sebelum itu dia tinggal bersamaku, dan kau hanya bisa mengunjunginya dengan sopan di ruang tamu.” Jawab Jason keras kepala.
Keyna tertawa, menatap Jason dalam senyuman, “Sebaiknya aku pergi.”
Davin menganggukkan kepalanya, mengecup jemari Keyna sebelum melepaskannya, “Aku akan datang berkunjung. Setiap hari.” Bisiknya mesra sambil menatap Keyna penuh tekad, membuat pipi Keyna memerah. Ketika Keyna meninggalkan rumah itu, hatinya sungguh berbunga-bunga.***
“Davin menyatakan cinta kepadamu dan sekarang kalian berpacaran?” suara Sefrina agak meninggi di seberang sana dan membuat Keyna mengernyit. Dia tadi segera menelepon Sefrina untuk mengabarkan bahwa dia sudah pindah ke rumah Jason, kemudian karena perasaannya begitu bahagia, dia menceritakan semuanya kepada Sefrina, ingin berbagi kepada sahabatnya.
Tetapi tanggapan Sefrina sama sekali tidak diduganya, dia mengira Sefrina akan tertawa dan menggodanya, alih-alih yang didengarnya adalah nada tinggi seperti... Kemarahan?
“Apakah... Kau tidak setuju, Sefrina?” tanya Keyna hati-hati.
Sejenak suasana di seberang sana terdengar hening, lalu kemudian Sefrina tertawa, “Aku cuma kaget Keyna, aku sangat bahagia mendengarnya. Selamat ya,” gumamnya dalam gelak tawa, membuat Keyna merasa lega.*** Dilain pihak, ketika Sefrina menutup percakapan dengan Keyna, dia sudah tidak bisa menahan diri lagi, matanya nyalang membakar dan hidungnya kembang kempis terengah-engah. Dia berteriak keras-keras memenuhi seluruh rumah. Dengan marah dibantingnya seluruh barang di kamarnya, membuat suara gaduh yang menakutkan, apalagi diiringi dengan jeritan dan teriakan-teriakan yang mengerikan.
“Aku akan membunuhmuuuuu...!!!”***
Davin sedang menyelesaikan pekerjaannya di depan komputer ketika salah seorang pelayan mengetuk pintunya, dia mengernyit.
“Ada tamu untuk anda Tuan, Nona Sefrina ingin bertemu anda di ruang tamu.”
Kerutan di dahi Davin semakin dalam. Sefrina? Ingin menemuinya? Mungkin pelayannya salah dengar, mungkin yang ingin ditemui oleh Sefrina adalah Keyna, apakah Sefrina belum tahu bahwa Keyna sudah pindah dari mansion ini?
Benak Davin langsung menghangat ketika membayangkan Keyna. Dia sudah merindukan Keyna padahal baru setengah hari mereka berpisah. Tetapi tidak apa-apa, beginilah pasangan yang sehat seharusnya. Saling merindukan.
Davin tiba-tiba teringat tentang Sefrina dan memutuskan untuk menemui perempuan itu.
Sesampainya di ruang tamu, dia melihat Sefrina sudah duduk di sana. Sefrina tampak sangat cantik dengan pakaian yang sangat rapi dan dandanan yang sempurna, penampilannya tenang dan anggun, tetapi sayang, dia bukan tipe Davin, hati Davin sudah terpikat pada Keyna dan dia bersyukur ayahnya dulu membatalkan pertunangannya dengan Sefrina.
“Hai Sefrina.” Davin duduk di depan Sefrina, menatap perempuan itu dengan ramah, “Pelayanku bilang kau ingin menemuiku, mungkin dia salah dengar? Kalau kau mencari Keyna dia sekarang tinggal di rumah Jason, kau pasti tahu kalau Keyna adalah adik kandung Jason bukan?”
“Aku tahu.” Sefrina tersenyum samar, “Keyna pasti bercerita kepadaku, dia selalu berbagi semua denganku. Aku kesini untuk menemuimu Davin.”
“Menemuiku? Tentang apa?”
“Kau pasti tahu bahwa kita sudah ditunangkan sejak kecil.” Sefrina tersenyum lembut, “Lalu pertunangan itu dibatalkan secara sepihak oleh ayahmu. Aku bukannya ingin menyalahkan ayahmu atau apa, lagipula aku tidak merasakan pengaruhnya ada atau tidak ada pertunangan itu. Bahkan ketika aku kembali ke negara ini aku sama sekali tidak peduli dan tidak memikirkanmu, sampai kemudian aku bertemu dengan Keyna dan baru tahu bahwa dia tinggal bersamamu, tetapi itupun tidak masalah untukku, kuharap kau jangan merasa tidak enak.”
Davin tersenyum hangat, “Aku senang kau membahasnya Sefrina, pembatalan pertunangan itu memang terasa mengganjal di antara kita, apalagi kau adalah sahabat Keyna... Dengan begini mungkin kita bisa meluruskan semuanya dan menghilangkan rasa tidak enak.”
Sefrina menganggukkan kepalany, “Oke. Tapi masih ada satu hal lagi, aku pikir kau pasti tidak tahu kenapa ayahmu membatalkan pertunangan itu secara sepihak.”
“Kenapa?” Davin mengernyitkan keningnya, merasa ingin tahu.
Tiba-tiba senyum Sefrina tampak mengerikan, perempuan itu mengeluarkan benda berkilau dari tas tangannya yang ternyata adalah sebuah pisau daging ukuran kecil yang tampak sangat tajam.
“Karena aku gila.” Sefrina menyeringai sambil mengacungkan pisau itu. “Aku didiagnosa menderita kegilaan turunan, seperti ibuku yang mati bunuh diri karena gila, ibuku bukan mati karena kecelakaan, dia mati karena kegilaannya mendorongnya melompat di tangga. Aku tidak sakit, selama ini papa mengurungku ke luar negeri karena malu kepadaku. Tetapi aku pandai berakting dan bersikap baik, sehingga akhirnya papa luluh dan membiarkanku pulang ke negara ini dan bersekolah di sekolah umum.” mata Sefrina menyala, “Lalu aku melihat Keyna dan jatuh cinta pada pandangan pertama, aku mendekatinya dan yakin bahwa dia juga mencintaiku. Dia mencintaiku!!!” Sefrina mulai menjerit, “Tapi kau lalu datang mengganggu. Kalian semua laki-laki hanya pengganggu, aku akan membunuhmuuuuu...!!” Sefrina berteriak keras seperti auman hewan liar, lalu berdiri dan mengacungkan pisaunya ke arah Davin yang masih duduk terperanjat.*** Keyna sedang berusaha menyesuaikan diri di rumah Jason. Kedua orangtua Jason sangat baik dan menyempatkan diri menyambut Keyna, tetapi mereka juga orangtua yang sibuk, sama seperti papa dan mama Davin. Jason mengantarkannya ke sekeliling rumah supaya dia terbiasa, dan ternyata sudah menyiapkan kamarnya, kamar yang cantik dan feminin yang sangat Keyna sukai.
“Kuharap kau kerasan tinggal di sini.” Jason tersenyum lembut sambil menyiapkan biolanya. Dia selalu berlatih setiap hari. Bedanya dulu dia berlatih dalam kesendirian, sekarang ada Keyna yang menungguinya.
Tiba-tiba telepon di rumah mereka berbunyi. Jason yang mengangkatnya, dia tampak bercakap-cakap, lalu mendadak wajahnya berubah serius, ketika menutup telepon, dia langsung mengajak Keyna.
“Keyna kita harus ke rumah Davin segera, ada hal serius di sana.”***Jason tidak mengatakan apa-apa tentang Davin, membuat Keyna panik setengah mati, benaknya panik memikirkan segala kemungkinan. Apakah ada kebakaran? Ada perampokan? Ada kejahatan? Apakah Davin sakit?
Akhirnya mereka sampai di rumah Davin, di sana tampak ramai banyak mobil diparkir, salah satunya ambulans dan mobil polisi, Keyna dan Jason langsung berlari menghambur ke mansion itu segera setelah mereka turun dari mobil.
“Keyna! Sayangku!” teriakan yang sangat dikenal Keyna membuatnya terpaku bingung. Itu Sefrina, tetapi bukan Sefrina yang biasanya. Perempuan itu dipegangi oleh dua orang paramedis yang setengah berusaha menyeretnya keluar, Sefrina yang ini tampak berantakan, rambutnya acak-acakan dan matanya nanar, dia menatap Keyna seperti orang mabuk, “Aku sudah membunuh Davin, dia penghalang cinta kita, sekarang kita bisa saling mencintai... Sekarang kita bebaaass...” paramedis itu berhasil menyeret Sefrina keluar dibantu rekannya, sementara Sefrina masih terus mengoceh tidak karuan.
Keyna merasa ngeri atas pemandangan di depannya. Kenapa Sefrina seperti itu? Dan dia bilang dia sudah membunuh Davin? Jantung Keyna berdebar kencang tidak karuan, dengan langkah tergesa dia menuju ke dalam mansion.
Napasnya langsung lega melihat Davin duduk di sofa, sedang dirawat oleh paramedis, sementara Jason ada di sampingnya. Lengannya tampak terluka oleh bekas sayatan dan sedang di perban.
“Davin!” Keyna bergumam cemas, berjongkok di depan Davin, “Kau tidak apa-apa? Dan kenapa Sefrina seperti itu? Diakah pelaku semua ini?”
Davin terkekeh, “Ternyata dia gila, dia gila dan dia berhasil menyembunyikannya dengan baik.” Davin menatap Keyna lembut, “Sebenarnya aku sudah curiga sejak lama ketika mengetahui bahwa Sefrina mendekatimu.” Dia berdehem pelan, “ Sefrina eh... adalah mantan tunanganku di masa kecil...”
“Tunangan?” Keyna dan Jason bergumam bersamaan, merasa bingung.
“Ya.. tetapi entah karena alasan apa, papaku membatalkan pertunangan itu... kurasa dari kata-kata Sefrina tadi, sepertinya papaku membatalkan pertunangan itu karena tahu tentang penyakit Sefrina.” Mata Davin tampak sedih, “Dia bilang dia gila... karena itulah dia diasingkan di luar negeri oleh papanya.”
Karena itulah Sefrina tidak suka membicarakan penyakitnya. Keyna langsung terkenang ke percakapan mereka waktu itu.
“Apakah dia kembali karena ingin menemuimu? Bekas tunangannya?” Keyna langsung menarik kesimpulan, “Aku.. karena merasa Sefrina sahabatku langsung meneleponnya dan menceritakan hubungan kita.” Pipinya kali ini benar-benar merah padam. “Mungkinkah Sefrina cemburu dan memutuskan untuk menyerangmu?”
Davin tampak geli sendiri, “Sefrina memang cemburu, tetapi tidak seperti yang kau pikirkan. Dia bilang dia bahkan tidak memikirkan pertunangan kami di masa kecil, Sefrina jatuh cinta kepadamu Keyna. Dan dia merasa aku ini penghalang, jadi dia berusaha menyerangku. Beruntung aku dibekali ilmu bela diri yang cukup, hasil usaha papaku untuk menghindarkanku dari percobaan penculikan, dan ternyata kemampuan itu terpakai juga.” Davin menatap menyesal ke arah luka di lengannya, “Tetapi memang susah menghadapi perempuan gila yang nekad.
“Sefrina jatuh cinta pada Keyna?” Kali ini Jason yang berseru, lelaki itu tampak begidik, “Pantas aku selalu merasa ada yang aneh tentangnya, aku tidak pernah menyukainya meskipun dia selalu berusaha tampil manis di luarnya. Ada sesuatu di dalam dirinya yang membuatku merinding. Apalagi ketika dia meminta tidur di kamar Keyna malam itu. Aku merasakan sesuatu yang ganjil.”
“Aku juga, tetapi aku melupakannya begitu saja, aku pikir dia benar-benar mencemaskan Keyna.” Davin menghela napas panjang,
Keyna masih tertegun, shock atas semua yang terjadi. Sefrina... dia tidak menyangka kalau Sefrina seperti itu. Oh Astaga. Sefrina mencintainya? Sefrina sebenarnya gila? Dia bahkan tidak punya firasat sedikitpun tentang hal itu.
“Lain kali hati-hati kalau memilih teman.” Goda Davin lembut ketika melihat Keyna masih merenung karena shock, hal itu membuat Jason yang mendengarnya ikut terkekeh.
Keyna tersenyum malu, “Aku pikir... aku terlalu senang sehingga tidak waspada, karena hanya Sefrina yang mau berteman denganku. Lagipula selama persahabatan kami dia benar-benar baik... aku tidak menyangka bahwa dia ternyata seperti ini.” Gumam Keyna dengan nada menyesal.
“Aku tahu.” Davin mengulurkan tangannya dan memberi isyarat supaya Keyna mendekat, Keyna langsung melakukannya. “Mungkin memang pada awalnya Sefrina ingin berteman denganmu, tetapi kemudian semuanya berubah menjadi kegilaan yang mengerikan, menurutku dia memang labil dan harus dirawat.”
“Semoga dia baik-baik saja.” Keyna mendesah, bayangan Sefrina yang ditarik petugas paramedis ke dalam mobil membuatnya merasa kasihan. Sefrina begitu cantik, begitu sempurna penampilan luarnya, kenapa dia harus berakhir seperti itu?
“Tenang saja, mamaku sudah menelepon papa Sefrina, dia akan menjemput Sefrina di rumah sakit. Aku rasa papa Sefrina akan membawanya kembali ke luar negeri.”
“Mungkin itu yang terbaik.” Jason menggumam, “Menurutku dia belum sepenuhnya sembuh, sangat berbahaya kalau dia berinteraksi dengan orang-orang dan kemudian tidak dapat menahan emosinya seperti kejadian barusan.” Jason melirik luka di lengan Davin, “Untung saja kau tidak apa-apa.”
“Aku akan meminta mama untuk mendesak papa Sefrina agar membawanya kembali ke luar negeri,” Davin menyetujui, “Kalau tidak bisa berbahaya bagi Keyna.” Davin menatap Keyna dengan lembut. Pipi Keyna memerah menerima tatapan itu, tatapan penuh cinta yang intens dan tidak disembunyikan lagi, dulu dia bahkan tidak bisa menebak apa yang ada di dalam benak Davin , lelaki itu selalu memasang tampang datar dan tidak terbacam tetapi kemudian, ketika memutuskan untuk membuka hatinya, Davin tidak tanggung-tanggung, lelaki itu dengan terang-terangan menatap Keyna penuh cinta, hingga membuat Keyna salah tingkah.
“Jangan menatapnya seperti itu.” Jason yang bergumam, ‘Kau akan membuatnya makin memerah seperti kepiting rebus.”
Davin tertawa, tetapi Keyna benar-benar memerah seperti kepiting rebus. Lalu lelaki itu memeluk Keyna dengan sebelah tangannya yang tidak terluka, tidak mempedulikan Jason yang cemberut melihatnya,
“Aku tidak melihatmu baru sebentar dan sudah merindukanmu.”
Keyna menatap Davin sambil tersenyum, “Aku juga, Davin.”
“Aku tidak merindukanmu sama sekali Davin.” Jason menyela, berusaha mengganggu pasangan itu, membuat Davin meliriknya dengan mencela
“Apakah kau tidak punya kegiatan lain selain mengganggu kami?” gumam Davin ketus.
“Tidak.” Jason mendongakkan dagunya, menantang,
Davin mendengus, lalu dia memutuskan mengabaikan Jason dengan memeluk Keyna erat-erat.
“Semoga setelah semua musuh dikalahkan, tidak ada lagi yang menghalangi kita.”
Jason mengeluarkan suara mencibir yang sengaja dikeraskan, membuat Keyna tersenyum geli.
Berapa bahagianya dirinya, memang banyak musuh yang mengintai diam-diam, dia juga hampir celaka dan sedih memikirkan bahwa pelakunya adalah ibunya sendiri. Tetapi setidaknya semua kejadian itu membawanya kepada ujung yang membahagiakan, Keyna bisa bertemu kakak kandungnya yang tak bisa dibantah lagi amat sangat menyayanginya, dan dia bisa menemukan Davin, lelaki yang sangat dicintai dan mencintainya.
Dia punya Davin, dia punya Jason, Rasanya hidupnya begitu lengkap, dan dia tidak ingin apa-apa lagi.
END
Published on February 25, 2013 11:36
No comments have been added yet.
Santhy Agatha's Blog
- Santhy Agatha's profile
- 483 followers
Santhy Agatha isn't a Goodreads Author
(yet),
but they
do have a blog,
so here are some recent posts imported from
their feed.
