Sweet Enemy Part 5

"Aku dengar kau tidak masuk kuliah. Tadi aku menjemputmu di kampus." Jason bergumam pelan sambil menaiki tangga, "Maaf aku cemas, jadi aku datang kemari."
Keyna menganggukkan kepalanya, "Untunglah kau datang Jason. Aku tidak bisa masuk karena aku merawat Davin."
Jason mengerutkan keningnya, "Davin sakit? Sakit apa?"
"Sepertinya dia sedang flu dan batuk.... dia sedang tidur di atas."
"Dokter sudah memeriksanya?"
"Sudah, dan aku juga sudah memberinya obat."
Lelaki itu menganggukkan kepalanya, "Jangan cemas Keyna, aku akan menginap di sini, untuk menemani kalian."
Keyna menghembuskan nafasnya lega. Setidaknya kalau ada lelaki dewasa lain di rumah ini, dia bisa tenang kalau nanti Davin kenapa-napa. Jason adalah sahabat Davin dia pasti akan menjaganya.
***
"Kau datang kesini hanya untuk mengejekku?" Davin menatap tajam, terbatuk-batuk sebentar.
Jason terkekeh dan mengangsurkan segelas air kepada Davin untuk meredakan batuknya, "Wah, aku datang untuk menjagamu, kebetulan tadi siang aku mampir dan begitu masuk, Keyna datang dengan cemas mengatakan kalau kau sakit."
"Keyna mencemaskanku?" Davin bergumam, membayangkan Keyna. Tatapan lembut Davin itu tidak lepas dari pengamatan Jason yang tajam,
"Yah siapapun juga akan cemas kalau mendengar suara batukmu yang keras dan kering itu."
"Aku tertular salah satu staffku mungkin. " Davin mengerang, "Sial, mungkin aku lelah dan daya tahanku turun."
"Yang penting kau minum obatmu. Sakitmu akan sembuh kalau kau banyak istirahat."
***
"Aku memasak sup." Keyna mengintip di pintu, sambil membawa nampan.
Davin melirik Keyna dan mendengus. "Aku tidak mau sup-mu, rasanya pasti tidak enak."
Keyna berdiri mematung sambil membawa nampan dengan bingung. Lelaki ini memang sangat ketus, tetapi ketika dia sakit, sikap ketusnya berubah menjadi menjengkelkan, Keyna menghela napas panjang, dia harus sabar menghadapi Davin, lelaki ini sedang sakit.
Keyna memasak sup jagung, sosis dan ayam. Kuah kaldunya menguarkan aroma harus ke seluruh penjuru ruangan, membuat Davin merasakan perutnya keroncongan, tetapi dia memalingkan mukanya, berpura-pura bersikap dingin.
Jason yang melihat pemandangan itu tersenyum geli, dia berdiri dari kursinya dan menghampiri Keyna, mengambil nampan itu darinya,
"Tidak apa-apa Keyna, aroma supmu sangat harum, aku jadi lapar."
Keyna menatap Jason dengan menyesal, "Eh.. tapi aku hanya membuat satu mangkuk." Dia membuat sup itu khusus untuk Davin. Dia tidak berpikiran kalau Jason juga ingin karena di ruang makan, koki telah menyiapkan makan malam untuk Jason. Oh astaga dia sungguh tidak sopan kepada Jason...
Jason terkekeh melihat penyesalan di mata Keyna, dia meletakkan nampan itu di meja, "Tidak apa-apa. Toh Davin tidak menginginkannya, jadi aku pasti boleh mencicipinya. Benar kan Davin?" Jason melirik ke arah Davin yang tetap diam
Dengan gaya ala pencicip makanan, Jason menghirup aroma sup itu, "Hmm harum sekali, rasanya pasti seenak aromanya." diarihnya sendok hendak mencicipi.
"Jangan!" Davin berseru tiba-tiba, membuat gerakan Jason terhenti.
"Ada apa Davin?" Jason terlihat geli, Keyna bisa melihat itu di matanya.
"Aku harus minum obat, jadi kupikir aku akan memakan sup itu."
Kali ini Jason benar-benar tampak menahan tawa, "Kau mau disuapi siapa? Aku atau Keyna?"
Davin memandang Jason dan Keyna berganti-ganti dengan muram, lalu ,mendengus, "Tidak, aku bisa makan sendiri."
"Kalau begitu aku keluar dulu" Keyna tersenyum dan mundur ke pintu.
"Terimakasih Keyna." Gumam Jason pelan. Ketika Keyna melirik Jason, lelaki itu mengedipkan matanya dan tersenyum. Membuat Keyna membalas senyumannya dengan senyuman lebar.
***
Malam itu hujan turun dengan begitu derasnya. Dan petir menyambar-nyambar. Sambaran petir diikuti suara gemuruh membuat jendela kaca bergetar dengan begitu kerasnya.
Davin terbangun mendengar suara berisik itu, dan langsung teringat kepada Keyna, dia ingat betapa takutnya Keyna terhadap petir, betapa tubuhnya gemetaran seakan menanggung rasa sakit yang amat sangat.
Dengan panik, Davin mencoba bangun, tetapi kepalanya pening, membuatnya jatuh lagi ke atas ranjang. Dipanggilnya Jason yang tampaknya tertidur di sofa dengan suara keras, Jason mengenakan earphone di telinganya untuk mendengarkan musik, sehingga suara keras itu tidak langsung membuatnya bangun
"Jason! Jason Bangun!" Davin akhirnya berteriak dengan lebih keras, lengannya menggapai dan berhasil menyentuh Jason, mengguncangnya keras,
Jason menggeliat, setengah terjaga mendengar panggilan Davin, dia melepaskan earphone-nya dan mengerutkan kening bingung, tetapi kemudian langsung terjaga ketika petir menyambar lagi, menimbulkan suara yang luar biasa kerasnya,
Lelaki itu langsung tegak berdiri,
"Jason! Keyna! Keyna takut akan suara petir..."
"Aku tahu." Jason setengah melompat dan berlari keluar dari kamar Davin.
***
Petir datang lagi menyambar-nyambar, menimbulkan bayangan cahaya yang menakutkan di kamar. Keyna bersembunyi di pojok, bersandar di kaki ranjang, kakinya dilipat di atas karpet dan tangannya menutupi kedua telinganya. Seluruh tubuhnya gemetar ketakutan. Keringat dingin membasahi tubuhnya, membuatnya ingin pingsan.
Lalu suara petir menyambar lagi. dan lagi. dan lagi
Keyna memekik ketakutan setiap petir itu berbunyi. Dia mulai menangis. Oh Ya Ampun. Apa yang harus dia lakukan? Petir ini sepertinya tidak akan berhenti menyambar dalam waktu yang lama, karena hujan masih turun dengan derasnya. Kaki keyna terlalu lemah untuk berdiri, dan dia tidak bisa mengharapkan Davin datang kepadanya, memeluknya seperti malam itu.
Petir menyambar lagi. membuat Keyna menjerit kencang,
Pada saat itulah pintu terhempas dengan kasar, Jason berdiri di sana, terengah-engah karena setengah berlari. Dan mereka berdua bertatapan.
***
Kaki keyna terlalu lemas untuk berdiri menghampiri Jason, dia tetap menutup kedua telinganya ketika petir itu menyambar lagi dan lagi, menimbulkan suara keras yang memekakkan telinganya.
Jason melangkah pelan, dan berjongkok lembut di sebelah keyna,
"Hei... jangan takut, ada aku di sini."
Seluruh tubuh Keyna gemetaran dan berkeringat dingin, Keyna menangis dan Jason mengusap air matanya dengan lembut. Ketika petir menyambar lagi, Keyna memekik dan menenggelamkan wajahnya di dada Jason. Lelaki itu langsung memeluknya erat, mengusap punggungnya, mencoba menenangkannya.
Jason mengecup puncak kepala Keyna lembut, lalu melepas earphone yang masih tergantung di lehernya. Dipakaikannya earphone itu ke kedua telinga Keyna.
Suara musik yang familiar mengalun di telinganya. Nadanya... ini nada yang dinyanyikan anak kecil itu di mimpinya.... ini.. ini adalah rekaman permainan biola Jason. Keyna merasakan aroma yang familiar itu melingkupinya. Dia mendongak dan menatap Jason dengan bingung.
Jason tersenyum kepada Keyna. Lalu memeluk Keyna erat-erat.
"Sekarang petir tidak akan menakutimu lagi." Dipeluknya Keyna dan dibuainya dalam pelukannya sampai Keyna tertidur lelap
***
Ketika bangun keesokan harinya, Keyna sendirian. Dia tertidur di karpet, tetapi selimut menyelubungi tubuhnya dan membuatnya hangat.
Di telinganya masih mengalun earphone yang mengalunkan lagi itu dari pemutar musik warna hitam yang tergeletak di lantai
Keyna tercenung. Lagu ini. Dia tidak mungkin salah, ini adalah lagu yang selalu muncul di dalam mimpi-mimpinya.
Apakah Jason anak lelaki kecil di mimpinya itu?
Tetapi kenapa? Bagaimana bisa?
Bersambung ke Part 6
Published on February 01, 2013 02:17
No comments have been added yet.
Santhy Agatha's Blog
- Santhy Agatha's profile
- 483 followers
Santhy Agatha isn't a Goodreads Author
(yet),
but they
do have a blog,
so here are some recent posts imported from
their feed.
