Dari Tempatku Menulis Puisi
dari tempatku menulis puisi,
ada kenangan yang masih melintas sekelebat bayang,
seperti dekat namun ingin pergi
dari tempatku menulis puisi,
ada jarum jam yang seolah menertawakan
lalu menegurku sambil menanyakan,
‘dimana ‘cinta selamanya’ yang dia janjikan?’
dari tempatku menulis puisi,
fotomu di dinding kamarku masih menghiasi,
kau merangkul pundakku penuh arti
dari tempatku menulis puisi,
tergeletak sebuah dompet berisikan fotomu,
foto yang sama ketika kita mengikrarkan janji
dari tempatku menulis puisi,
kulihat selembar kertas bertuliskan ‘aku sayang kamu’
kusimpan sebagai teman sepi,
kuingat kau berkata,
‘kau tak pernah sendiri’
dari tempatku menulis puisi,
aku masih mengingatmu,
berharap kita masih seperti dulu,
berharap kau berkata,
‘akan kuusahakan semuanya untukmu’
tapi kutahu,
cinta adalah melepaskan apapun yang melekat padamu,
membiarkannya terbang menuju kematangan,
membiarkannya pergi mencari kebahagiaan
lalu akan kutuliskan puisi lagi,
agar hatiku tenang,
agar kau tetap di ingatan
karena sungguh aku ingin kau ada,
: walau tidak nyata ada di depan mata.
Tangerang, 19 Desember 2011
- Tia Setiawati Priatna