Verna dan Hujan - The Epilog

Created on, Bandung December 17, 2012 Disclaimer : Bandung dengan hujannya yang ( hampir ) setiap hari melahirkan cerita ini. Mau tak mau membuat saya merenungkan hujan dari dua sisi, Hujan yang mendatangkan kebahagiaan bagi manusia yang mencintainya sepenuh hati, dan hujan yang mendatangkan kesedihan bagi manusia yang belum bisa melepaskan masa lalunya.            Anak kecil berambut ikal lebat itu berjalan menelusuri teras, dan menatap halaman yang sangat hijau dengan taman yang tertata indah itu dengan bahagia. Hujan turun rintik-rintik, dan suara kodok yang bersahut-sahutan menembus hujan sangat menarik perhatiannya. Langkahnya terhenti ketika menemukan sesosok lelaki yang selalu dipanggilnya 'Om' sedang duduk di teras sambil mengamati hujan. "Om sedang apa?", tanyanya dibalik senyum ceria anak-anak Bayu menoleh dan membalas senyuman Rio, yang baru berusia empat tahun, "Om sedang menatap hujan sayang, sini duduk di sebelah om." Rio duduk di sebelah Bayu dan bertopang dagu menatap hujan, lalu setelah lama dalam keheningan, dia merasa bosan. "Bosan om." , gumanya sambil cemberut.
Bayu tergelak mendengar gumaman Rio, dielusnya kepala Rio dengan tangan palsunya. "Rio kenapa ke sini? bukannya main sama Sasha dan lain-lain?" "Oh iya, Rio disuruh mama manggil om Bayu, makanannya sudah siap katanya.", Bocah itu menatap tangan Bayu yang sedang mengelus kepalanya, "Om.... tangan om kok keras?" Bayu tersenyum lembut sambil menatap tangan palsunya yang berwarna lebih pucat dari tangan aslinya, "Ini tangan palsu sayang, Om kan tangannya yang asli tidak bisa dipakai lagi, jadi sama pak dokter diganti dengan tangan palsu, supaya om bisa tetap beraktivitas seperti biasa." Sejenak Bayu menatap cemas kepada Rio, khawatir anak itu akan menjadi ketakutan atau jijik karena dia bertangan palsu. Bayu sudah biasa menerima pandangan aneh dari orang-orang disekitarnya, mereka semua bereaksi dengan reaksi yang berbeda-beda ketika melihat Bayu bertangan palsu, ada yang menerimanya dengan baik, tetapi tak jarang ada pula yang tidak bisa menyembunyikan tatapan kasihan atau sengaja menjauh.  Rio memandang terpesona pada tangan Bayu itu. "Waaaahhh om kayak robot yah, kereeeennn." serunya gembira Jawaban Rio itu membuat Bayu terkekeh, disela tawanya dia menunjukkan tangannya pada Rio. "Lihat ini, bisa digerak-gerakkan lho." Bayu menggerak-gerakkan jemari tangan palsunya dan disambut dengan tepuk tangan kagum Rio. "Rio, kenapa lama sekali manggil om Bayunya?" Tanza muncul di teras itu, Dan Rio begitu mendengar suara Tanza langsung berlari menghampirinya, dengan segera Tanza menggendong Rio dan mengecup dahinya, "Papa, om Bayu ternyata punya tangan robot." Tanza melirik Bayu meminta maaf, "Maafkan Rio Bayu, dia memang begitu, sangat ingin tahu." Bayu terkekeh dan mengangkat bahu, "Tak apa, aku malah senang, dia bilang tanganku keren." Mereka lalu tertawa bersama, ini adalah reuni kedua mereka setelah hampir tiga tahun tidak berjumpa. Tanza pindah dari kota itu setahun setelah menikah dengan Sarah, karena menerima pekerjaan setelah lulus kuliah, dan mereka tetap menjalin persahabatan lewat email dan telepon. Sekarang, Tanza dipindah kembali ke kota mereka oleh kantornya, dia dan isterinya serta Rio anak semata wayangnya ahkirnya pindahan kembali ke sebuah rumah mungil hanya berselisih tiga blok dari rumah Bayu dan Verna, dan sekarang sambil merayakan pindahan, mereka bereuni di rumah baru Tanza. "Masuk yuk, isteriku sudah teriak-teriak dari tadi nyuruh kita makan." Tanza tersenyum geli membayangkan Sarah yang begitu bahagianya bisa kembali ke kota kelahirannya, dan sangat bersemangat bisa satu kota dengan Verna. Verna dan Sarah bersahabat sejak sebelum Verna menikah dengan Bayu, dan Sarah juga yang dulu selalu menemani Verna di kala kehamilan pertamanya. Ketika Tanza mengajak Sarah pindah rumah, kelihatan sekali kalau Sarah sangat sedih kehilangan persahabatannya dengan Verna. "Terimakasih Tanza, kami jadi merepotkan sepertinya, apalagi Sarah sampai memasak masakan yang begitu banyak dan enak buat menyambut kedatangan kita." Tanza mengecup Rio lagi yang harum bedak dan minyak kayu putih,  "Tidak apa-apa Bayu, Sarah senang memasak apalagi memasak untuk kalian, dia sudah dari pagi bangun dan mengolah bahan-bahan makanan dengan bersemangat." Mereka berjalan bersisian memasuki rumah, Verna menyambut mereka di ruang tamu, wajahnya merona merah karena bersemangat dan terlihat montok karena sedang mengandung anak kedua mereka di usia kehamilannya yang ke-enam bulan, dua langsung menggenggam tangan Bayu, "Melihat hujan lagi sayang?" Bayu mengangguk, "Pemandangan tamannya begitu hijau dan indah, dengan disiram air hujan jadi semakin membahagiakan, aku tidak mau melewatkan pemandangan itu.", dengan lembut Bayu menyentuh pipi Verna, "Pipimu memerah dan berkeringat." Verna tergelak, "Aku membantu Sarah mengeluarkan kue cokelat dari oven." dengan lembut Verna mengelus perutnya dan menatap Bayu dengan sayang, "Aku sehat-sehat saja sayang." Tanza berdehem untuk memecah kemesraan itu, Verna dan Bayu langsung tersenyum malu-malu, "Aku senang melihat kalian." Tanza mengangkat alisnya menggoda, "Syukurlah kalian berbahagia ya." Dengan lembut Verna mengangguk, "Dan syukurlah kau juga berbahagia Tanza." Saat itu Sarah keluar dari ruang tengah, dan menatap semuanya, "Kenapa kalian semua termenung di sini? ayo kita makan, masakannya sudah siap." ajaknya dengan nada ceria. Mereka memasuki ruang tengah rumah itu, dimana seluruh hidangan sudah ditata dengan rapi di atas meja. Sarah memang pandai memasak, dan dia senang memasak untuk sahabat-sahabatnya. Bayu mengambil sup jamur yang dibuat Sarah di meja, di sebuah mangkuk kecil dan mencicipinya, lalu dia memutar bola matanya, "Wow. Pantas kau sepertinya tambah berisi Tanza, masakan isterimu luar biasa." Tanza tertawa dan melirik Verna, "Kau sendiri juga sepertinya bertambah berisi, apakah itu karena Verna sudah belajar memasak? setahuku dulu dia cuma bisa bikin mie instant, itupun diragukan." "Aku sudah bisa memasak." Verna melirik kesal kepada Tanza lalu terkekeh, "Setelah kursus yang melelahkan dengan ibunya Bayu, rasanya malu sekali waktu itu ketika semua masakan yang kumasak hasilnya hancur...." "Sekarang masakanmu sudah lumayan kok sayang." Bayu menghibur dan memeluk pundak Verna. Verna tergelak lagi, "Dan karena sekarang Sarah sudah di sini, aku bisa belajar memasak dengannya." Kali ini giliran Sarah yang tertawa, "Hei, tidak bisa gratis, kau harus menggantinya dengan menemaniku jalan-jalan bersama Rio dan Sasha." Verna mengangguk, lalu mengernyit, "Dimana Sasha?", matanya mencari-cari anak perempuannya itu. Tadi Sasha ikut membantunya menyiapkan kue dengan gembira, "Tidur.", gumam Sarah mengedipkan matanya, "Dia terlalu bersemangat membantu kita memasak tadi dan kelelahan, jadi ketiduran di sofa depan televisi." Verna melirik ke sofa yang terletak di ruangan sebelah, ruangan khusus televisi dan melihat anak perempuannya yang mengenakan gaun putih berpita itu dan tampak sangat menggemaskan ketika tertidur pulas di sofa.  Tanza memindahkan Rio ke gendongan Sarah yang kemudian mengambilkan makanan untuk disuapkan kepada anaknya. Mereka makan dalam kebahagiaan diiringi alunan suara gemericik hujan di luar. "Oh ya, Nadia akan pulang tahun depan." Tiba-tiba Verna teringat kabar gembira yang diterimanya tadi pagi ketika Nadia menelepon. "Oh ya? dia akan datang bersama suami barunya?" Tanza tersenyum, "Aku cuma melihat wajah suami barunya lewat email yang dikirim Nadia, menyesal sekali aku tahun kemarin tidak bisa berangkat ke Jepang, menghadiri pernikahannya." Verna tersenyum, "Iya, dia ingin memperkenalkan suami barunya kepada tempat kelahirannya, dan kepada kita semua." Tanza merenung, "Apakah Nadia bahagia Verna?"  Sejak Nadia berangkat ke Jepang memang Tanza sangat jarang bertemu dengan Nadia, karena kesibukan kuliah Nadia dan kemudian pekerjaannya di Jepang,  Nadia sangat jarang pulang. Dia hanya pulang satu tahun sekali, dan itupun tepat kebetulan Tanza tidak bisa datang berkunjung. Verna menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan Tanza, dia mengingat senyum cerah Nadia di hari pernikahannya di jepang, dia tampak sangat mencintai calon suaminya waktu itu dan matanya benar-benar berbinar seperti perempuan yang jatuh cinta. Pada saat itu, Verna dan Bayu sangat bersyukur karena ahkirnya Nadia menemukan lelaki yang benar-benar dicintainya, "Dia sangat bahagia Tanza, dan katanya dia saat ini sedang hamil tiga bulan." "Wah." Tanza menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya sekaligus senang, "Aku sungguh tak menyangka kita semua akan berada di titik ini, berdiri bersama dan mengenang masa lalu dengan berbahagia, Tuhan memang maha baik, memberikan skenario yang begitu indah untuk kita." "Ya." Verna mengangguk lagi, "Tuhan memang Maha baik.". diliriknya Bayu yang sedang mendekati puterinya dan membangunkannya untuk di ajak makan, diliriknya Sarah yang sedang menyuapi Rio dengan penuh kasih sayang, dielusnya perutnya yang sedang mengandung calon buah hatinya dan Bayu, dibayangkannya suara Nadia yang penuh kebahagiaan di teleponnya tadi pagi, lalu ditatapnya Tanza yang sepertinya berpikiran sama dengannya, "Aku mensyukuri semua yang terjadi di masa lalu, hingga menempatkan kita pada keadaan yang sekarang. Tanza tersenyum setuju, "Semuanya tidak bisa lebih baik lagi dari sekarang kan?" Pertanyaan itu tidak perlu di jawab lagi. Tuhan sudah menyiapkan skenario sendiri-sendiri untuk umatnya, kadangkala skenario itu berliku-liku dan penuh bebatuan yang terjal, tetapi ketika manusia mampu melewati segala ujian itu, bisa saling memaafkan, saling berterima kasih dan saling mensyukuri, biasanya Tuhan akan memberikan akhir yang indah untuk semuanya. Seperti kisah Verna, dan hujannya, dan orang-orang yang ada di dalam hatinya.... :)  End of Epilog  Baca Part 1 : http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/10/verna-dan-hujan-part-1.html 

Baca Part 2 :http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/11/verna-dan-hujan-part-2_5.htmlBaca Part 3 : http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/12/verna-dan-hujan-part-3_5787.html#more

Baca Part 4 : http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/12/verna-dan-hujan-part-4.html
Baca Part 5 : http://anakcantikspot.blogspot.com/2012/12/verna-dan-hujan-part-5.html 
1 like ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 16, 2012 20:12
No comments have been added yet.


Santhy Agatha's Blog

Santhy Agatha
Santhy Agatha isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Santhy Agatha's blog with rss.