Sweet Enemy - Special One Shoot By Request

Prolog :
Kemarin, seorang sahabat meminta tolong kepadaku untuk membuat sebuah oneshoot fanfiction :) aku mempostingnya di sini juga tetapi tentu saja dengan nama cast yang sudah kusesuaikan.Ceritanya sederhanya, karena dimaksudkan hanya sebagai oneshoot saja, Tidak menutup kemungkinan cerita ini dikembangkan sendiri oleh masing-masing yang terinspirasi, silahkan mari berkreasi sebebas-bebasnya  :) Ahkirnya, Semoga bisa menjadi hiburan yah *peluk erat semuanya*     “Itu dia orangnya baru datang”,  Erland menunjuk dari jendela di lantai paling atas mansion itu , “Dia anak miskin itu, yang dipungut oleh mama Devin ” “Mana?” Jason ikut-ikutan mengintip di jendela dan mengernyit, “Sepertinya dia biasa-biasa saja? Apa yang membuat mama Devin  memungutnya?” “Karena dia anak kesayangan di sekolah yang didirikan oleh mama Devin, nilai-nilai pelajarannya paling sempurna, dan otaknya jenius, meskipun dia datang dari keluarga miskin, dengar-dengar ayahnya baru meninggal karena kecelakaan di tempat kerja, dan dia tidak punya siapa-siapa lagi, karena itulah Nyonya Jonathan memutuskan menjadi penyandang dananya” Jason melirik ke arah Devin yang tampak tidak tertarik, sedang menenggelamkan diri dalam buku bacaanya. Lelaki itu tampak begitu dingin, muram dan tidak tersentuh, hanya beberapa orang yang bisa berdekatan dengannya, Jonathan Devin putera dari konglomerat nomor satu di negara ini, Jason dan Erland adalah sebagian yang beruntung. Mereka dekat bukan karena Devin membuka diri, tetapi karena kedua orangtua mereka memang bersahabat dan mereka sudah berkenalan sejak kecil. Devin bukanlah orang yang dekat dengan kedua orangtuanya. Papanya tidak pernah ada di mansion, sibuk dengan bisnisnya, dan Mamanya lebih senang berkeliaran di luar dengan kegiatan amal dan kebaikan hatinya, merasa bahagia karena dipuja orang sebagai pribadi yang darmawan. Meskipun Devin sangat menghormati kedua orang tuanya itu Dan Keyna, orang yang mereka bicarakan itu tentunya menjadi subjek  terbaru mamanya untuk menuai pujian dari semua orang. Devin mengernyit kesal. Mamanya selalu membuatnya repot, dan sekarang, dia menampung anak gelandangan itu di sini, di mansionnya. Devin harus selalu berinteraksi dengan anak gelandangan dari keluarga miskin itu. “Tapi dia cantik”, Jason bergumam lagi, kali ini mengamati dengan lebih intens, “Devin, kau benar-benar tidak ingin melihatnya?” “Tidak.”, Devin mengangkat kepalanya dari buku, merasa terganggu karena kedua temannya itu mengganggu konsentrasinya membaca, “Toh aku akan bertemu dengannya nanti, dia akan tinggal di mansion ini.” Erland mengernyit, “Mamamu memutuskan supaya dia tinggal di mansion keluarga Jonathan? Aku pikir dia hanya akan menanggung biaya hidup dan pendidikannya.” “Keyna tidak punya rumah, karena ayahnya begitu miskin dan tidak mampu membayar hutang, rumah mereka disita oleh Bank, karena itu mama memutuskan menempatkannya di sini”, Devin mencibir, membayangkan betapa senangnya Keyna mendengar keputusan mamanya. Anak gelandangan itu pasti tidak akan melepaskan kesempatan sekalipun supaya bisa tinggal di mansion mewah, mansion keluarga Jonathan. Tinggal tunggu waktu saja sebelum anak gelandangan itu mencoba menggerogoti harta namanya. Semua orang sama, semuanya mengincar harta keluarga Jonathan. Begitupun anak gelandangan itu, Devin sangat yakin Keyna punya rencana buruk untuk menggerogoti kekayaan keluarganya. “Kau tidak menyukainya ya?” Jason menangkap sorot kebencian di mata Devin. Dengan acuh Devin mengangkat bahunya, “Aku tidak suka semua gelandangan miskin pengincar harta.” Jason dan Erland saling melemparkan pandangan tahu sama tahu, akan gawat bagi Keyna, kalau Devin tidak menyukainya. Karena Devin terkenal kejam dan tak berbelas kasihan kepada orang-orang yang tidak dia suka. ***
Dia sudah berusaha menolak ketika Nyonya Jonathan memintanya tinggal di Mansion keluarga Jonathan yang terkenal itu, setelah Keyna tinggal sebatang kara karena kematian ayahnya. Tetapi Nyonya Jonathan bersikeras, dan Keyna tidak bisa menolaknya, Nyonya Jonathan sudah membiayai sekolahnya, Keyna sangat berhutang budi kepadanya. Saat ini, sebatang kara di dunia ini Keyna sepenuhnya tergantung kepada kebaikan hati Nyonya Jonathan. Dia masih ingin sekolah, dan menyelesaikan pendidikannya. Itulah impian ayahnya, supaya Keyna menjadi anak pintar dan berpendidikan, sehingga bisa hidup lebih baik daripada ayahnya yang tidak mengenal bangku sekolahan. Digenggamnya kalung perak di lehernya, kalung itu sederhana, dengan liontin bulat yang bisa dibuka, di dalamnya ada foto Keyna bersama ayahnya. Kalung perak itu adalah benda miliknya yang paling berharga, satu-satunya peninggalan ayahnya, hadiah ulang tahunnya yang ke tujuh belas, dan dibeli ayahnya dari seluruh uang tabungannya selama bekerja sebagai buruh bangunan. Seorang pelayan menjemputnya ke depan pintu dan membungkukkan tubuhnya dengan formal, “Selamat datang, Nyonya Jonathan sudah menginformasikan kedatangan anda, silahkan masuk, kamar anda sudah disiapkan.” Keyna menatap pelayan itu dengan gugup, “Eh… apakah Nyonya Jonathan ada di mansion?” Pelayan itu menggeleng, “Beliau tidak ada di mansion jam-jam segini, biasanya di malam hari beliau baru ada, itupun kalau tidak ada undangan-undangan jamuan makan malam penting, tetapi saat ini Tuan Muda ada di mansion. Mari saya antar anda ke kamar anda.” Keyna mengangguk gugup, membiarkan pelayan itu mengambil kopernya, sejenak Keyna merasa malu karena koper bututnya tampak tidak pantas berada di dalam mansion semewah ini. Tetapi pelayan laki-laki itu tampaknya tidak memperhatikannya. Dengan ragu Keyna mengikuti pelayan itu melangkah menaiki tangga lingkar dengan pegangan keemasan yang berkilau menuju lantai dua. “Ini kamar anda, semoga anda betah di sini.”, Pelayan itu membukakan sebuah pintu besar dan mempersilahkan Keyna masuk. Keyna masuk, lalu terpesona. Astaga. Luas kamar ini munkin sama dengan luar mansion kecil yang dia tinggali bersama ayahnya dulu, bahkan mungkin lebih besar. Interiornya mewah, bergaya eropa dengan nuansa keemasan. Karpet yang melingkupi seluruh lantainya juga begitu tebal, sampai-sampai Keyna merasa malu karena sepatu jeleknya tampak tidak pantas untuk menginjak karpet kamar itu. “Silahkan anda beristirahat dulu, kalau anda butuh sesuatu tinggal tekan intercom di samping ranjang, kami akan menyediakannya. Oh ya, nanti malam silahkan turun ke bawah untuk makan malam, Nyoya Jonathan ingin bercakap-cakap dengan anda nanti.” Keyna mengangguk, dan pelayan itu melangkah pergi setelah meletakkan koper Keyna di kamar, meninggalkan Keyna sendirian, berdiri ditengah ranjang dan terpana, seolah-olah sedang berada di negeri dongeng. Suara pintu terbuka mengagetkan Keyna dari lamunannya, dia menoleh ke pintu dan terpana. Sosok yang berdiri di depannya adalah sosok yang paling tampan yang pernah Keyna lihat. Lelaki itu bersandar di pintu kamarnya yang sudah ditutup dan menatap Keyna dengan pandangan penuh penghinaan, “Kuharap kau nyaman di kamar ini”, suara yang keluar begitu dingin, dan tanpa sadar Keyna memundurlan langkah menjauh. “Kau.. kau siapa? Kenapa kau masuk ke kamarku tanpa permisi?” Devin mengangkat alisnya jengkel, “Kenapa aku harus meminta permisi kepadamu? Ini mansionku.” Keyna tertegun, jadi inilah dia, Devin Jonathan, pewaris tunggal kerajaan bisnis keluarga Jonathan yang terkenal itu. Keyna sering mendengar namanya disebut-sebut di berita atau di tabloid-tabloid. Jonathan Devin putera mahkota kerajaan bisnis Jonathan yang berkepribadian buruk dan sering bertengkar dengan wartawan. Keyna dulunya tidak pernah tertarik dengan berita-berita itu, dia terlalu sibuk belajar di pagi hari dan kerja sambilan di malam harinya, tetapi satu yang pasti. Jonathan Devin yang asli jelas lebih tampan dari apa yang ditayangkan di televisi atau di tabloid-tabloid. “Aku kesini untuk memperingatkanmu.”, Devin melemparkan pandangan mencemooh kepada Keyna, “Kau pasti merasa beruntung sekali karena mamaku mengizinkanmu tinggal di mansion kami. Tapi kau jangan terlalu berbesar hati, aku akan menendangmu langsung dari mansion ini segera setelah kau lulus sekolah nanti, karena tempat yang pantas untukmu bukanlah di mansion ini, tetapi di tempat kumuh, bersama para gelandangan sejenismu!”, Devin mengernyit menatap Keyna, lalu membalikkan tubuh dan melangkah pergi meninggalkan kamar Keyna, dengan pintu berdebam di belakangnya. *** “Sepertinya kalian sangat rukun”, Jason tertawa geli ketika dia dan Devin berpapasan dengan Keyna di lorong mansion, lalu Keyna hanya menganggukkan kepalanya dan bergegas menjauh, sementara Devin hanya menatap dengan pandangan dingin. Devin melemparkan pandangan marah kepada Jason, “Jangan bercanda, aku benar-benar terganggu dengan kehadirannya di mansion ini.” “Tapi kau tidak berbuat apa-apa untuk mengusirnya dari sini.” “Hmmm…”, Devin tampak berpikir, “Jangan salah, aku sedang membuat sebuah rencana.” “Rencana apa?”, Jason menatap Devin dengan pandangan tertarik “Rencana yang bisa membuat mama mengusirnya dari mansion ini.” *** Mansion itu heboh, ketika di pagi harinya Nyonya Jonathan berteriak malah karena salah satu kalung rubi favoritnya hilang. Kalung itu adalah benda yang berharga, selain karena harganya yang tak ternilai, kalung itu adalah kalung warisan yang diturunkan secara turun temurun kepada pengantin keluarga Jonathan. Seluruh isi mansion begitu heboh, seluruh pelayan ribut mencari kalung itu, dan ketika tak juga ditemukan, mereka mulai saling menuduh. “Dulu tidak pernah ada barang yang hilang di mansion ini.” “Iya dulu mansion ini sangat aman” “Atau jangan-jangan karena anak itu? Kau pernah lihat kan? Anak angkat nyonya Jonathan yang ditempatkan di lantai dua itu, kemarin dia datang dan kalung Nyonya hilang, sungguh suatu kebetulan.” “Betul juga, sebelum kedatangan anak itu, mansion ini tidak pernah terdengar ada kejadian pencurian apapun.” Devin kebetulan lewat dan mendengar percakapan para pelayan yang saling berbisik-bisik itu. Dia tersenyum. Bagus. Bara sudah dinyalakan, tinggal menunggu angin menghembus supaya apinya membakar Keyna. Dengan langkah tenang Devin melangkah memasuki ruang kerja mamanya yang kebetulan sedang ada di rumah, “Aku dengar kalung mama hilang.” Devin langsung menyapa dan duduk di kursi, di seberang meja kerja mamanya. Nyonya Jonathan mengangkat kepalanya dari berkas dihadapannya dan mengerutkan alisnya, “Benar-benar kecerobohan luar biasa, kalung itu warisan turun temurun keluarga Jonathan, kalau para pelayan itu tidak bisa menemukannya, mama akan memecat mereka semua.” “Mama sudah lapor polisi?” “Belum”, Nyonya Jonathan bersedekap, “Mama ingin para pelayan mencarinya dulu, kalau sampai malam mereka tidak bisa menemukannya, mama akan menghubungi polisi.” Devin mengangkat bahunya, “Bukankah ini suatu kebetulan?” “Kebetulan apa?” “Bahwa kalung mama hilang setelah anak gelandangan itu masuk ke rumah ini.” “Devin Jonathan! Jaga bicaramu.”, suara Nyonya Jonathan meninggi, “Kau tidak tahu apa yang kau tuduhkan. Keyna adalah anak baik di sekolah, dan dia jenius dengan nilai tertinggi, bagaimana  mungkin kau mencurigainya mengambil kalung itu?” “Aku tidak mencurigainya, aku hanya berpikir bahwa itu suatu kebetulan.”, Devin menatap mamanya dengan penuh perhitungan, “Kalung itu tidak ketemu sampai sekarang, dan kamar anak gelandangan itu adalah satu-satunya tempat yang belum diperiksa pelayan, tidak ada ruginya kan mama memeriksa kamar anak itu?” Nyonya Jonathan termenung mendengar perkataan anak tunggalnya itu. Benar juga, tidak ada ruginya kan kalau dia memerintahkan pelayannya memeriksa kamar Keyna? *** Keyna sedang belajar dan mencoba memecahkan soal aritmetika yang rumit ketika pintu kamarnya terbuka dan beberapa pelayan masuk, diikuti Nyonya Jonathan sendiri dan Devin yang menatapnya dengan sinar kebencian yang aneh di belakangnya. “Nyonya Jonathan?”, Keyna langsung berdiri dari kursi belajarnya. Nyonya Jonathan hanya menatapnya datar, “Kau tidak keluar ya seharian ini?” “Iya Nyonya Jonathan, sepulang sekolah saya langsung belajar di kamar.” Keyna menatap wajah-wajah yang menatapnya itu dengan bingung. Ada apa? Kenapa semua orang menatapnya dengan aneh. Nyonya Jonathan berdehem sebentar dan menggumam, “Kalau begitu kau mungkin belum dengar, kalung rubiku hilang entah kemana pagi tadi, dan seluruh penjuru rumah sudah dicari, tinggal kamar ini yang belum.” Tiba-tiba pandangan Nyonya Jonathan tampak malu, “Maafkan aku Keyna, mungkin kami terpaksa memeriksa kamarmu, aku harap kami tidak akan menemukan kalung itu disini.” Wajah Keyna pucat pasi antara perasaan terhina dan sedih. Kalung Nyonya Jonathan hilang, dan dia sebagai pendatang yang datang dari kelas miskin, harus menghadapi penghinaan karena dicurigai. Dengan pedih Keyna mengangkat dagunya, “Silahkan periksa kamar ini.” Ketika para pelayan bergerak memeriksa seluruh bagian kamar, Keyna sungguh yakin bahwa mereka tidak akan menemukan apapapun di kamar ini. Keyna sungguh tidak mengambil kalung rubi itu, bahkan dia tidak terpikirkan sama sekali akan bentuk kalung rubi itu. Tetapi kemudian, seorang pelayan membuka laci pakaian Keyna dan terkesiap. Semua menoleh ke arah suara itu dan tertegun. Di laci baju itu, dibawah pakaian-pakaian Keyna, ada kalung rubi itu tergeletak di sana. Wajah Nyonya Jonathan berubah-ubah antara kekecewaan dan kemarahan, “Aku sudah berbuat baik kepadamu, aku tidak menyangka kau melakukan perbuatan yang begitu tidak terpuji.” Keyna pucat pasi, sungguh tidak menyangka kenapa kalung itu ada di sana, dia sungguh tidak tahu. Bagaimana bisa? Bagaimana mungkin? Kemudian dia menangkap sinar kemenangan dan seringai menghina sekilas dari Devin dan dia sadar. Lelaki itu pernah mengancam akan mendepaknya keluar dari mansion ini. Keyna sangat yakin ini adalah pekerjaan Devin untuk memfitnahnya. “Nyonya… saya sungguh-sungguh tidak mengambil kalung itu.” Suara Keyna bergetar karena semua pelayan dan Nyonya Jonathan menatapnya dengan menuduh, “Saya tidak tahu bagaimana bisa kalung itu berada di sana.” “Apa kau pikir kalung itu bisa jalan sendiri?”, gumam Devin dengan pandangan menghina. Nyonya Jonathan menghela nafas panjang. “Kita bicarakan ini nanti, Keyna, kau ikut ke ruanganku, aku harus mengevalusi kebijakanku memberikan bantuan kepadamu, kau sungguh-sungguh mengecewakanku!”, dengan marah Nyonya Jonathan membalikkan badannya dan pergi, para pelayan langsung mengikutinya. Sementara itu Devin tetap tinggal di sana, bersedekap dan menatap Keyna dengan santai, “Well sepertinya kau akan lebih cepat didepak dari sini, tidak perlu menunggu sampai kau lulus sekolah.” Gumamnya mengejek. Mata Keyna berkaca-kaca antara perasaan malu dan marah luar biasa, “Kau sungguh jahat!”, desisnya penuh emosi. Tanpa perasaan Devin terkekeh dan kemudian matanya berubah kejam ketika melangkah mendekati Keyna, membuat Keyna memundurkan langkahnya setengah takut, Devin terus mendekat sampai Keyna terjebak di tembok, “Tempatmu bukan di sini, tempatmu di sana di tempat kumuh bersama para gelandangan, aku sudah pernah bilang kan? Jadi jangan bermimpi kau bisa tinggal dan menikmati kemewahan di mansion ini.”, Tatapan Devin tiba-tiba tertarik ke kilatan cahaya dari dada Keyna, matanya beralih dan menemukan kalung perak yang sangat bagus di sana. “Kalung apa itu?”, tangannya meraih kalung itu dan Keyna dengan defensif berusaha melindungi kalung peninggalan ayahnya, tetapi Devin memaksa sehingga rantai kalung itu lepas, dan Devin merenggut kalung itu dalam genggaman tangannya, “Jangan!!”, Keyna berusaha berteriak dan meraih kalung itu, tetapi tubuh Devin terlalu tinggi. Devin menatap kalung itu, lalu dengan jahat mengantonginya, “Sepertinya kalung itu sangat berharga ya? Aku akan mengambilnya, sebagai hukuman karena kau mencuri kalung ibuku.” “Aku tidak mencuri kalung itu, aku tahu kau yang memfitnahku!!”, Keyna berteriak, berusaha mengejar Devin, “Kembalikan kalungku!” “Tidak, aku memutuskan akan memilikinya.”, dengan kejam Devin membalikkan langkah dan meninggalkan Keyna yang menangis di belakangnya. *** Sore sudah beranjak malam ketika Keyna turun dari bis. Dia diusir dari mansion itu karena di tuduh mencuri, dan Nyonya Jonathan mengatakan akan mencabut semua bantuannya kepada Keyna, serta Keyna harus berterimakasih kepadanya karena Nyonya Jonathan memutuskan tidak akan melaporkan Keyna kepada polisi, karena kalau tidak, Keyna akan dipenjara. Sekarang Keyna berdiri di dekat kompleks rumah kumuh, rumahnya yang dulu. Dan bingung harus berbuat apa. Dia tidak punya rumah karena rumahnya bersama ayahnya dulu sudah disita, dan dia tidak punya siapa-siapa. Dan… perutnya lapar, tapi dia juga tidak punya uang, yang dia bawa ketika keluar dari mansion Nyonya Jonathan hanyalah pakaian-pakaiannya. Sambil menekan perutnya yang mulai terasa perih, Keyna melangkah ke emperan sebuah toko yang sudah tutup. Dan duduk di sana. Seperti melengkapi kepedihannya, hujan turun dengan derasnya, meniupkan hawa dingin dan cipratan air yang mulai membasahinya, emperan toko itu ternyata tidak cukup melindunginya. Lapar dan sakit hati, Keyna teringat akan ayahnya dan menangis. Diingatnya ketika ayahnya pulang sambil membawa jatah makan siang di proyek bangunannya untuk Keyna, ayahnya berpuasa tidak makan siang supaya bisa membagi jatah makan siangnya dengan Keyna, mereka lalu makan sepiring berdua, meskipun hanya makanan sederhana, tetapi karena dimakan dengan penuh rasa syukur dan bahagia, terasa begitu nikmat. Ayahnya adalah sosok malaikat dalam hidup Keyna, meskipun mereka tidak beruntung dalam hal keuangan, tetapi mereka berbahagia dalam kesederhanaan, bisa memiliki satu sama lain.  Keyna selalu mengingat pesan ayahnya supaya dia selalu menjaga hatinya, “Kita ini orang miskin Keyna, tetapi jangan sampai kita juga miskin hati. Isilah hatimu dengan kebaikan, maka kau akan menjadi orang kaya di hadapan Tuhan.” Dan sekarang ayahnya sudah tiada. Kecelakaan di tempat kerja, ayahnya tertimpa batu ketika sedang mengopernya ke atas, ayahnya berkerja sebagai buruh bangunan di sebuah proyek pembangunan apartement, dan ayahnya meninggal seketika.  Di tengah hujan deras ini, hati Keyna hancur mengingat ayahnya, dan kalung Liontin kenangan ayahnya sudah direnggut oleh Devin yang jahat itu. Air mata Keyna mengalir deras. Rasanya lebih baik dia mati saja. *** “Mama masih kecewa dengan Keyna, mama tidak menyangka dia akan berbuat seperti itu.”. Nyonya Jonathan mendesah sedih sambil menatap makan malamnya, hujan deras turun di luar, dan dia hanya berdua dengan Devin di meja makan yang besar itu. Tuan Jonathan sedang dalam perjalanan bisnisnya di luar negeri. Devin mendengus kesal, “Yah, mama seharusnya tahu, orang miskin biasanya memang tergoda menjadi pencuri ketika mereka dihadapkan pada barang-barang berharga.” Nyonya Jonathan menggelengkan kepalanya, “Dulunya mama berpikir Keyna akan berbeda.”, Nyonya Jonathan mendesah, “Kau tahu, kita berhutang budi kepadanya.” Hutang Budi? Devin mengernyit Nyonya Jonathan menatap Devin dan tersenyum lembut, “Kau masih kecil waktu itu, mungkin kau lupa.”, Nyonya Jonathan mulai bercerita, “Dulu ada seorang pemain biola terkenal, namanya Robert, dia  berasal dari keluarga miskin, tidak mengenal sekolah, tetapi sangat berbakat, dia sahabat papamu.” Devin tidak mengingatnya, tetapi entah kenapa ada dorongan samar-samar ingatan di benaknya. “Suatu hari, ada penculik, kau waktu itu sedang berumur 5 tahun, kau bermain-main sendirian di lorong kantor papamu, di saat yang sama, Robert sedang mengunjungi papamu untuk persiapan kunjungannya ke austria, dia menerima kontrak kerja untuk tampil di konser-konser besar di seluruh dunia, masa depannya sangat cerah.” Tatapan Mata nyonya Jonathan menerawang, mengenang masa lalu, “Dan dia menemukan penculik itu sedang berusaha menculikmu, penculik itu sudah menyekap dan membawamu, tetapi Robert mencegahnya…”, Nyonya Jonathan menghela nafas panjang, “Penculik itu membawa pisau… dan melukai Robert… tetapi dia berhasil menyelamatkanmu, petugas keamanan datang dan penculik itu ditangkap, kau selamat, kembali dalam pelukan kami.” “Dimana Robert sekarang ma?”, Devin mengernyit, dia tidak pernah mendengar pemain biola terkenal bernama Robert sampai sekarang. Kalau dia memang berbakat dan bermasa depan saat itu, pasti sekarang dia sudah di elu-elukan dan terkenal sampai penjuru dunia. Nyonya Jonathan menyusut air matanya, “Robert….. penculik itu mencabik tangan kirinya dengan pisau, dan mengenai urat yang paling penting, luka itu membuat Robert tidak akan pernah bisa bermain biola seumur hidupnya, karirnya hancur dan seluruh masa depannya hancur, papamu sebenarnya berusaha menolongnya, tetapi dia menolak semua bantuan dari papamu, dia menghilang.”, Nyonya Jonathan menatap Devin sendu, “dua puluh tahun kemudian, tanpa sengaja aku bertemu dengan Keyna dan melihat kemiripannya dengan Robert…..” “Apakah maksud mama…?”, wajah Devin memucat ketika berhasil menarik kesimpulan. “Ya Devin, Keyna adalah anak perempuan Robert, dan kita punya hutang budi yang begitu besar kepada keluarga mereka, karena menyelamatkanmulah Robert kehilangan masa depannya, membuatnya dan anak perempuannya hidup miskin selama ini.”, tiba-tiba tatapan mata Nyonya Jonathan berubah tajam, “Mama tahu bukan Keyna yang mencuri kalung mama.” Wajah Devin yang sudah pucat mendengar informasi itu semakin memucat, “Apa?” “Kau yang melakukannya.”, Nyonya Jonathan menatap tajam, “Mama tahu Keyna tidak akan berbuat begitu, dia terlalu jujur dan polos untuk mencuri.” “Kalau begitu kenapa mama mengusirnya dari mansion ini?” suara Devin berubah cemas. Dia telah salah paham selama ini, dia telah membuat Keyna terusir dari rumah ini,  karena pandangan jahatnya pada kemiskinan Keyna. Padahal semua penderitaan yang  menimpa Keyna, semuanya berakar kepadanya! Karena ayah Keyna berusaha menyelamatkannya! “Mama ingin kau belajar dari kesalahanmu, supaya kau tidak gegabah bertindak, dan menilai orang dari kaya dan miskinnya… Devin, mau kemana kau.” Devin bahkan tidak menoleh ketika tergesa meninggalkan ruangan, “Aku akan mencari Keyna!” Dan Nyonya Jonathan duduk di ruang makan itu, melap bibirnya dengan elegan dan tersenyum, Devin rupanya telah belajar menjadi dewasa. *** Devin mengumpat-umpat sepanjang perjalanan, hujan deras ini menghalangi perjalanannya mencari Keyna ke daerah perumahan kumuh, tempat rumah Keyna dulu berada, Devin tahu alamat ini dari mamanya. Ketika sampai, Devin makinfrustrasi, karena lokasi perumahan kumuh itu sangat jelek, dan penuh dengan gang sempit yang saling berdesak-desakan, dan tidak bisa dimasuki mobil. Dengan marah Devin keluar dari mobilnya, membiarkan tubuhnya diterpa hujan, lalu berdiri mengitarkan pandangan ke sekeliling. Bagaimana dia bisa menemukan Keyna di sini? Bagaimana dia bisa menemukan alamat lama rumah Keyna? Devin yakin Keyna pasti kembali ke sini, dia tidak punya siapa-siapa, bekas rumahnya bersama ayahnya dulu pasti menjadi tujuan utamanya. Sejenak rasa cemas dan bersalah menyesaki dadanya. Tuhan, kalau sampai Keyna kenapa-kenapa, maka Devin akan menanggung rasa bersalah seumur hidupnya. Matanya menyipit ketika menemukan sesuatu yang bergerak-gerak di emperan toko di sudut sana, dengan penuh harapan, Devin berlari menembus hujan ke sana. Di temukannya Keyna sedang duduk meringkuk kedinginan di emperan toko itu, bekas-bekas air mata ada di pipinya. Semula Keyna tidak mengenali lelaki yang tiba-tiba berdiri menjulang di depannya, seolah muncul begitu saja dari tirai hujan, tetapi begitu mengenali bahwa lelaki itu adalah Devin, tatapannya berubah waspada, “Kenapa kau kemari?” Devin langsung berlutut sampai kepala mereka hampir sejajar, “Maafkan aku.” Keyna mengernyit, “Apa?” “Aku sungguh menyesal, maafkan aku, kuharap kau mau pulang kembali ke mansion bersamaku.” Pulang ke mansion? Untuk kemudian disiksa oleh Devin kembali dengan kebenciannya? Tidak! “Tidak! Aku tidak mau!”, wajah Keyna berubah keras kepala, “Aku bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang-orang kaya seperti kalian, aku akan mencari pekerjaan sambilan dan rumah sementara besok, kau… kau tidak akan pernah bisa menyakiti dan menghina orang-orang miskin seperti aku lagi!” Hati Devin terasa dirobek oleh perkataan Keyna yang penuh kepedihan itu, “Keyna, aku minta maaf.” Bisiknya lembut, “Aku telah salah paham selama ini, Mama sudah menjelaskan semuanya kepadaku, dan aku menyesal, ini…”, Devin mengeluarkan Liontin Keyna dari tangannya, “Ini liontinmu, aku lihat ada foto ayahmu di sana, ini pasti sangat berharga untukmu, kukembalikan kepadamu.”, dengan tak kalah lembut Devin menggenggamkan Liontin itu di jemari Keyna. Keyna langsung menerima kalung itu dan menggenggamnya erat-erat. Oh Terimakasih Tuhan! Kalung itu ahkirnya kembali kepadanya. Tetapi dia tetap menatap Devin dengan waspada, “Ke.. kenapa kau berubah pikiran secepat itu?”, pikiran buruk berkecamuk di benak Keyna, apakah Devin punya rencana jahat yang lain untuknya. “Keyna, percayalah, aku sungguh menyesal, kumohon kau ikut aku pulang kembali ke mansion, akan aku ceritakan semuanya, aku bersumpah akan memperlakukanmu dengan baik sekarang.” Devin mulai frustrasi, berusaha meyakinkan Keyna. Kemudian cerita itu mengalir dari bibirnya, cerita tentang bagaimana Robert ayah Keyna menyelamatkan Devin, dan betapa seluruh keluarga Jonathan, terutama Devin berhutang budi kepada ayah Keyna Setelah mendengar cerita itu, Keyna tertegun. Benarkah ini semua? Tetapi Devin tidak mungkin berbohong, lelaki itu tampak benar-benar tulus kepadanya. “Kalau begitu…kau tidak akan berbuat jahat kepadaku lagi?” “Aku berjanji, kau bisa pegang kata-kataku.” Keyna menghela nafas panjang, “Aku… aku bisa hidup sendiri tanpa bantuan keluarga kalian.” “Aku tidak akan mengizinkanmu melakukannya!”, suara Devin meninggi, “Kumohon Keyna, apakah kau ingin menyiksaku dalam penyesalan?, kumohon ikutlah pulang ke mansion bersamaku, izinkan aku membalas budi dan menebus kesalahanku.” Keyna termenung. “Kumohon Keyna.” Nada frustrasi mulai mewarnai suara Devin, lelaki itu tampak benar-benar tersiksa. Ahkirnya Keyna menganggukkan kepalanya yang langsung disambut dengan desahan lega Devin, Lelaki itu melepaskan jaketnya dan memakaikannya di kepala Keyna, “Tapi kau akan basah…” “Tidak apa-apa, aku lebih kuat daripada kau.”, dengan lembut Devin menghela Keyna dan mereka berlari menembus hujan masuk ke mobil. Aku akan memperlakukanmu dengan baik Keyna, kau akan di sayangi sepenuh hati. Akan aku tebus masa-masa penuh penderitaanmu, karena kemiskinan, akan kubuat kau bahagia sepenuhnya. Mungkin aku tidak bisa mengucapkan terimakasih secara langsung kepada ayahmu, tetapi Ayahmu akan tenang di sana, karena kau ada dalam penjagaanku. Janji Devin dalam hati, sambil tersenyum lembut menatap Keyna, lalu melajukan mobilnya, menembus hujan, kembali ke arah mansion. TAMAT  
1 like ·   •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on December 12, 2012 12:30
No comments have been added yet.


Santhy Agatha's Blog

Santhy Agatha
Santhy Agatha isn't a Goodreads Author (yet), but they do have a blog, so here are some recent posts imported from their feed.
Follow Santhy Agatha's blog with rss.