Dia orang paling pick me yang kamu kenal.

Dia orang paling pick me yang kamu kenal.
Dia selalu ingin menunjukkan kalau dia paling berprestasi, paling pintar, paling jago, paling beda. Seakan dia haus akan validasi orang lain.
Seakan, ingin mendengar orang-orang berteriak, “Kamu keren banget!”
Kadang, dia merendahkan dirinya, berharap dipuji kemudian.
Kadang, dia berlagak seperti pahlawan di hidup orang.
Dan, kamu kesal banget sama dia.
So, here’s the thing…
Dia pick me… karena hidupnya sesedih itu.
Mungkin, dia merasa butuh membuktikan segala prestasi ini, karena dia butuh dihargai; karena, mungkin, seumur hidupnya, dia tidak tahu bagaimana rasanya dihargai.
Mungkin, dia ingin terlihat begitu pintar, karena seumur hidupnya, dia tidak pernah dianggap di perkumpulannya sendiri.
Mungkin, dia ingin terlihat sukses, karena selama ini, dia selalu direndahkan, dibuat merasa tidak layak.
Ketika dia pick me, itu adalah cara dia membela dirinya, tapi itu malah semakin membuktikan betapa menyedihkan hidup masa lalunya, akhirnya melampiaskan semua yang dia tidak dapatkan dulu, sehingga, sekarang, di lingkup sosial, dia jadi tidak disukai juga.
Mungkin, dia harus ingat bahwa validasi dan pujian orang lain tidak selaras dengan kualitas dirinya.
Seperti pohon akan tetap tumbuh meski tak ada yang bertepuk tangan melihat prosesnya.
Seperti bunga yang layu akan tetap layu meski jutaan manusia memberinya afirmasi dan pujian.
Kualitas diri seseorang tidak terletak pada validasi dan pujian.
Tapi, kita juga jangan serampangan berteriak, ‘Dasar pick me!’
Karena, bisa saja, kita juga masalahnya.
Bisa saja, hidup kita yang terlalu pahit, hati kita yang terlalu cemburu melihat seseorang benar-benar mencapai impian mereka, mencintai hidup mereka, berada di kehidupan yang sebenarnya kita juga ingin. They are thriving and winning and celebrating. “Dasar pick me,” adalah satu-satunya defensifnya kita untuk merasa lebih baik.
Padahal hidup kita bisa saja lebih baik karena kita tidak butuh terlihat pick me untuk diterima.
Anyway, this world will be a better place if we are more humble than this… dan jangan pick me dan jangan juga serampangan teriak orang lain pick me.
— Alvi Syahrin
