Nikotopia's Blog, page 2
December 10, 2015
My New Omnibook. Loading. . .
Saya sudah memasangnya foto Iklan Buku Omnibook terbaru saya di Facebook Cover, Di Twitter Cover juga. Memang sih lebay, sebutlah Pamer, tapi ini tehnik marketing saya dalam meng-Grab calon pembaca buku Omnibook saya. Judul Bukunya masih rahasia, bahkan penulisnya. Saya hanya bisa memberi inisial 7 Penulis. Cluenya:DP. / N. / SC. / MR. / AR. / SBK./ NDP : Penulis sekaligus wartawan yang handal.N : Penulis Perempuan yang karyanya lebih banyak di media cetak majalah remaja.SC : Penulis Kumcer yang judulnya ada hubungannya dengan Pesan eletrik pada ponsel. MR : Sahabat SC, Kumcernya ada hubungannya dengan kata ‘Bunian’AR : Penulis Teenlit Gramedia, sedang mengerjakan Novel terbarunya. ia juga Penulis Script.SBK : Penulis Novel BestSeller, pernah menjuarai beberapa lomba mengarang Cerber di Majalah Wanita ternama. N : Dia yang nulis catatan ini (^___^) v
Pasti ada yang sudah bisa menebak. Nah... Saya ingin berbagi cerita tentang proses dari Perjalanan Omnibook ini, saya akan terus membuat catatan Buku ini, sampai nanti Buku ini tiba ke tangan pembaca. Nah...
Awalnya saya berkenalan dengan Mbak Truly dari BBI di Acara Mas Yudhi Herwibowo, OPMI Halaman Terakhir. Lalu saya ngobrol tentang buku dan pengalaman Mbak Truly yang pergi ke Solo ke tempat Mas Yudhi. Selesai acara, kami makan malam bersama, ngobrol ngalor-ngidul etan-kulon, dan silahturahmi itu terus berjalan sampai saya malam-malam menginbox beliau.
Saya curhat banyak tentang buku-buku yang didiskon, yang tidak laku, saya merasa ngeri sebenarnya, melihat lesunya minat baca anak-anak muda zaman sekarang, hingga sampai saya mengatakan memiliki Kumcer Keroyokan yang ingin saya kirim ke Penerbit. Mendengar itu, Mbak Truly langsung mengatakan punya kenalan di Penerbit. Dan dia mau bantu saya.
Sumpah saya sakjane rikuh sekali, astaga Mbak Truly baik banget mau bantu. Tapi untuk karma baik, saya harus menyambut ketulusan Mbak Truly. Karma baik, akan berbuah baik. Ia dengan gaya khasnya mengenalkan saya pada Mas S--Bip(Sensor)--Executive Produser dari Penerbit--Bip (sensor)--(*Nanti Covernya udah jadi saya kasih tahu, Pak Produser dan Editornya v(^__^) hohoho...
Nah kami pun saling berkenalan via messenger. Apalagi gaung saya disambut baik oleh Mas S, saya merasakan energi beliau begitu Prima. Dengan sopan saya pun mengatakan memiliki kumpulan cerpen dan satu novelette sebagai final dari kisah-kisah cerpen di dalamnya. Beliau tertarik dan mengenalkan saya pada Editor yang sangat ia percayai. Editornya, Seorang Penyair yang bukunya mendapat penghargaan Penulis dan Buku Puisi Terfavorit di Anugerah Pembaca Indonesia 2015. (ini Clue, pasti sudah ada yang tahu, Hahaha ya pokoknya itulah.)
Maka saya disuruh untuk mengirim via email dan menunggu jawaban, sebelum saya kirim 30 menit saya merevisi sedikit layout dan font. Serta hal-hal yang dulu terlewat oleh saya sebagai Editor awal untuk Kumcer ini. Setelah dikirim perasaan gelisah menyelimuti saya.
Buku Kumcer ini Unik, Absurd kalo saya bilang. Dan saya suka yang Absurd-Absurd sejak lama. Dari baca buku Franz Kafka Metamorfosis saya makin dalam menyukai yang absurd. Lalu saya membaca buku Maggie Tiojakin Saat Kita Tersesat Di Luar Angkasa, asik-asik ceritanya, makin membuat saya jatuh cinta. Bahkan saya kaget, ada buku Kumcer berjudul Kapal Selam Mimpi karya Fazamatahari. Dia menempelkan kata Aneh di Book Cover. Yang jelas itu bikin saya penasaran. Baru membaca Mimpi Hutan Pinus saya sudah menyukainya.
Tidak berselang lama, dari masa menunggu, Mas S. Menginbox messenger saya dan memberi keputusan bahwa, Omnibook ini akan diterbitkan, dengan ketentuan-ketentuan, dan tentu saja harus revisi. Saya tidak langsung mengiyakan tapi mengajak ngobrol lebih dalam lagi tentang Pangsa Pasar Kumcer Keroyokan ini dengan Mas S dan Mas Editor. Banyak masukan yang saya dapat, dan itu sungguh membuka lagi mata saya tentang dunia penerbitan.
Ketika ditanya, Target pasar, saya menjawab ini cocok dibaca anak SMA kelas 1 hingga yang Paruh baya. Target utama Pembaca Young Adult. Lalu ditanya siap Revisi oleh Mas Editor. Saya bilang siap. Revisi saya tidak pernah takut dengan Revisi. Yang paling saya nikmati adalah ketika bukumu diapprove untuk dicetak, ada Perasaan lega luar biasa, rasanya gunung es di dalam diri saya meleleh. Rasa hangat di dada lahir, perasaan ringan melambungkan hati saya. Rasanya seperti pintu kesempatan terbuka lebar. Semua perasaan itu tak tergantikan, terbayar sudah kerja keras, berjuang habis-habisan. Saya bersyukur sekali.
Yang paling menarik adalah, ketika Mas S, menginbox saya secara pribadi menanyakan perihal Cinta, Belahan Jiwa dan Reinkarnasi di cerita saya. Katanya saya New Age banget, hahaha saya belum banyak mengetahui tentang Reinkarnasi sebanyak beliau. Saya hanya berdasarkan membaca dan memang menyukai konsep Reinkarnasi New Age yang hal ini memang umum diketahui.
Tidak hanya itu, saya, Mas S dan Mas Editor berpusing-pusing ria mencari judul yang tepat untuk nama buku kumcer ini. Judul yang saya ajukan bukan ditolak, kurang catchy dan kurang meng-Grab pembaca. Hingga akhirnya Mas S, mencetuskan bahwa judul buku ini adalah—Bip(sensor)—kami berdua bilang itu judul yang sangat bagus, dan target untuk Young Adult kena banget.Dan Mas Editor dengan cerdas mengatakan judul Kumcer ini antithesis judul buku dari Pengarang Spanyol, GGM yang bukunya paling fenomenal.
Setelahnya, saya diharapkan mengantri, karena Mas Editor sedang mengedit buku Penulis yang saya kenal. Mas M.Z. Saya menjawab setia menunggu.
Hingga catatan ini saya buat, saya masih ditahap menunggu. Tetapi saya tidak hanya diam menunggu, diam-diam saya bergerak secara underground, lewat WA dan BBM saya menawari teman-teman yang mau Pre Order buku saya. Alhasil ada 3 teman yang pesan. Ada yang pesan 2 dan 5 buku. Mereka menodong tanda-tangan, saya tertawa. Sungguh hati ini dipenuhi kebahagiaan.
Bagaimana tidak, ketika bukumu dibeli oleh pembaca rasanya mereka mengapresiasi karya kita. bahkan kritik sekalipun, itu adalah apresiasi terbaik.
Sebelum saya mengakhiri, saya sangat berharap ada banyak lagi Penulis menulis cerita Absurd seperti Maggie Tiojakin, Fazamathari, semoga Omnibook saya dan teman-teman juga masuk areal Absurd. Berharap genre Absurd ini menjadi trend.
Tahun 2016 Kumcer Absurd paling dicari. Amiiinnnn...
Perkembangan buku ini akan saya senantiasa tulis. Jadi ikuti terus perjalanan Proses sebuah buku hingga nanti buku saya dan teman-teman, ada di tangan anda.
Selamat menikmati Hidup.TabikN
Published on December 10, 2015 09:51
December 3, 2015
Bertemu Hesse di Goethe
Kesunyian menyergap ketika saya memasuki ruangan penuh kursi dan beberapa orang yang membawa mimpi. Sunyi yang kuyup. Nyaman melingkup. Ada tumpukan buku memijarkan cahaya, berbisik halus seperti undangan untuk dibaca. Seorang wanita bersuara tulus, dengan sedikit humor menawarkan buku itu. Saya membeli dan terpaku.
Gong berbunyi buru-buru saya menyapa kopi, di meja luar ada wanita cantik menawarkan sekerat roti. Roti dari jerman. Terima kasih saya mengurai senyuman.
Saya ajak kopi duduk dalam gelas kertas, bersama kertas acara dan buku bersampul batik yang menguarkan wangi cahaya.
Wanita cantik membuka kelambu acara. Melesatkan kebahagiaannya atas kedatangan kami semua. Sesaat saya membayangkan kami adalah perkumpulan Dead Poet Society.
Sunyi menepi, ketika Pak Trum membaca satu sajak Hesse dalam bahasa jerman, Pak Agus membacakan terjemahan. Saat itu saya memejam, ada gaung dari jauh, bertemulah saya dengan Hermann Hesse yang teduh.
Obrolan pun terjadi, saya mencoba bertanya tentang sajak Hesse yang saya cintai dan pertemuan saya dengan Hesse lewat Siddhartha, Journey To The East, dan Demian. Lalu waktu mengelabui, di balik pintu kaca, malam tersenyum penuh arti. Acara pun harus undur diri.
Semoga kelak bisa bertemu, Pak Trum dan Pak Agus R. Sarjono lagi. Yang membukukan karya Penyair-Penyair Jerman yang mencintai Puisi.
29.11.2015.
Published on December 03, 2015 22:29
Curhatan dan Review buku Halaman Terakhir Yudhi Herwibowo
Saya di Prusa...! (*pengucapannya: Pruso *Saya diberitahu Mas Yudhi Herwibowo)
Sumaryah menceritakan apa yang terjadi pada dirinya saat menceritakan pada Djaba Kresna penuh emosi, menitikkan air mata dan amarah yang tak kuasa ia tumpahkan karena merasa sia-sia.
Siapa yang diprusa? Prusa? Kata apa itu? (baca Buku Halaman Terakhir kalo ingin tahu.)
Lalu cerita bergulir ketika wartawan Djaba Kresna menuliskan penderitaan Sumaryah, koran lokal jogja menjadi laris manis karena berita tentang Sumaryah. Apalagi ketika Hoegeng membaca berita itu di Koran, hatinya tergerak dan ia memerintahkan dua anak buah terpercayanya untuk menyelidiki kasus Sumaryah. Petualangan pun di mulai. Banyak intrik, sulitnya memecahkan kasus, sebab kasus itu diputar oleh mereka yang punya kuasa. Tidak hanya itu, satu kasus lain belum selesai, kembali menyeruak kasus lain yang mengguncang Hoegeng. Hingga akhirnya Hoegeng mendapat sebuah surat, surat yang tidak ia baca semua setiap baris kata di halamannya itu. ia hanya melihat sedikit ke bagian akhir, di halaman terakhir. Surat apa? kasus yang bagaimana? Kenapa Hoegeng mendapatkan surat itu?
Buku ini sangat rekomendasi untuk dialami pembaca. Buku yang mengalir, ringan, dan cepat. Hingga tak terasa buku setebal ini bisa kita tuntaskan.
Sungguh berkesempatan membaca Halaman Terakhir karya Mas Yudhi Herwibowo, saat saya mendaftar di OPMI (Obrolan Pembaca Media Indonesia) beruntungnya saya terpilih, dan Mbak Yani dari Media Indonesia menghubungi saya, akan mengirimkan Buku Novelisasi Hoegeng ke rumah.
Di tengah himpitan banyak Deadline: Deadline Script Kelas Internasional, Deadline leha-leha, Deadline Gegoleran Di Kasur, membuat saya harus menuntaskan semua Deadline ini! Alhasil, satu Deadline berhasil tercapai, Deadline Script, sisa duanya belum terlaksana (hahay)
Saya agak khawatir dengan leletnya saya membaca, karena saya start pukul 21:00WIB padahal besok acaranya, di Crematology Coffee Roaster pukul 15:00WIB. Saya pun berdoa: Semoga saya besok makin ganteng ajah, loh salah! Semoga kelar bacanya. Lalu teringat sahabat bilang baca scanning, saya pun mencoba. Alhasil yes! 439 Halaman tuntas dibaca, sebenarnya 436, sisanya gambar iklan buku Noura... ya harus dilihatlah.
Oke Cukup ngomyang*-nya. (*Ngemeng Curcol)
(*Mas Yudhi asik menjelaskan sedikit proses kreatifnya dan yang memakai baju orange adalah Mbak Yani dari Media Indonesia)Buku Halaman Terakhir, pikir saya ini akan menjadi novel yang membosankan, yang namanya Novelisasi seorang tokoh, pasti akan ditulis dari tokoh lahir sampai meninggal, dengan garis lurus seperti itu saja. Tapi hal itu tidak ditulis oleh Mas Yudhi Herwibowo. Mas Yudhi begitu piawai membuat cerita bergerak cepat, sebab per satu-bab halamannya sedikit, mungkin diketik sekitar 5 lembar A4, itu sebuah taktik agar membaca juga tidak bosan. Sebab sudah berada di bab selanjutnya. Plot selalu loncat ke tokoh-tokoh yang terjaring dalam satu masalah yang sama. Bahasa yang sangat mudah dicerna, tanpa metafora yang rumit, dan dengan akhir bab yang di beberapa tempat nge-hook. Itulah enaknya Novel ini.
Selesai membaca saya bergumam: Tokoh yang banyak ini, mengingatkan saya pada Novel-Novel Dan Brown. Bila di dalam Film mengingatkan pada Serial CSI. Di Indonesia pernah ada serial: Dunia Tanpa Koma, dan serial Enigma Net TV.
Cerita tentang Pak Hoegeng di dalam Novel ini mengangkat kasus pemerkosaan Sumaryah, gadis penjual telur Di Yogyakarta, dan Kasus Sim Kuning penjualan mobil mewah secara underground. Dalam Novel ini cerita tidak hanya berfokus pada Hoegeng, ada Djaba Kresna wartawan yang begitu berempati pada Sumaryah yang diprusa4 orang, yang ternyata ujung kasus ini---Biiipp *Sensor*
Lalu kisah Sim Kuning yang ternyata ujung dari konflik ini bermuara pada---Biiip *Sensor*
Selesai membaca, saya sedikit sedih, geram pada kasus-kasus yang *menghela napas dan ikut berempati pada Pak Hoegeng. Sebab dua kasus besar itu penuh intrik yang dibuat oleh---Biiipp *sensor* siapa yang tidak geram, ketika Hoegeng berjuang bersama dua anak buahnya mencari pemerkosa Sumaryah, apalagi Djaba Kresna berhasil mendapatkan 4 nama pemerkosa tetapi Kasus ini malah *menghela napas* dan itu pun terjadi dengan Kasus Sim Kuning.
Ketika datang di acara OPMI saya mendapat banyak informasi dari Pengarangnya, Mas Yudhi Herwibowo. Dari pemilihan tokoh novelisasi, penggarapan novel, hingga akhirnya diterbitkan. Saya ikut tergugah ketika Mas Yudhi bilang ia sempat terharu melihat kisah Hoegeng ditayangkan di Kick Andy Metro TV.
Menurut saya buku ini layak menjadi buku bacaan untuk Anak-Anak Sekolah Menengah Atas dan semua orang, buku ini memberitahu bahwa Indonesia pernah memiliki sosok Polisi yang sangat jujur. Sejarah haru mencatat nama Hoegeng, bangsa Indonesia harus tahu. Untuk apa? untuk meluhurkan kejujuran dan semangatnya.
Secangkir kopi dan roti bakar rasa cokelat keju, teman yang tepat saat anda membaca buku Halaman Terakhir ini.
Acara Opmi saat itu pada tanggal 31 Oktober 2015.Review ini ditulis 02-03 Desember 2015.
Published on December 03, 2015 00:07
November 28, 2015
Minka, Kohaku, dan Mataair Airmata
Dear Friends
Saya menulis cerita ini sebab di Group KinoMedia Writer Academy, sedang ada yang namanya Tantangan menulis cerita sesuai peraturan dari Admin Minka.
Peraturannya adalah meneruskan Minka yang tokoh utama jatuh karena apa dan boleh memasukkan satu karakter dari film mana pun.
Selesai deadline Kelas Internasional saya pun mencoba mengetiknya dengan buru-buru, karena baterei ponsel sisa 45% ditemani lagu James Blunt dan Soundtrack Spirited Away. saya pun menulis, dan jelas tokoh yang saya masukan disini, Haku Sang Roh Sungai Kohaku di film Spirited Away ia cowok tampan bermata tajam, dengan rambut lurus dan berpakaian kimono lelaki. Tapi wujud aslinya adalah Naga Putih, dengan dua surai di wajah, berbulu hijau muda dari kepala hingga ekor.
Saya penggemar berat Karya Hayao Miyazaki, Spirited Away, Ponyo, The Borrorwer Arriety yang paling jadi favorite saya. Hayao Miyazaki selalu menyentuh isu tentang lingkungan, namun dilapisi fantasy ceritanya. seperti Spirited Away tentang sungai yang kotor, Arriety tentang punahnya Bangsa Manusia kecil karena Iklim.
Maka ketika di Group Kino ada tantangan memasukkan tokoh film saya pun ikut ambil bagian. Memeriahkan.
Dan dibawah inilah Cerita buatan saya. Daaaannn... tunggu Tanggal Mainnya, semoga lancar perjalanan karya terbaru saya, Omnibook/Kumpulan Cerpen semoga juga sama kerennya seperti Karya Hayao Miyazaki.
Gambar di atas diambil di Instagram dengan menuliskan Spirited Away, Lalu diedit dengan Aplikasi PicsArt.
Minka, Kohaku, dan Mataair Airmata
--Ode to Hayao Miyazaki & Studio Ghibli.
Itu adalah sore yang sangat membuatku kesepian. Saat aku duduk disalah satu ayunan di sudut taman, imajinasiku membawaku berlayar sendiri dalam dunia asing tanpa kawan. Tak kuduga leher bajuku ada yang menarik ke belakang, membuyarkan lamunan dan aku terjerembab. Kurasakan sedikit ngilu dipunggung, amarah berdebur dihati. Dengan cepat aku bangkit dan akan kusembur makian pada orang yang membuatku jatuh. Saat berbalik, aku terhenyak, tidak memercayai apa yang aku lihat. Di hadapanku, seekor naga putih dengan dua surai panjang di wajah, dan bulu berwarna hijau muda yang meliuk anggun bagai api dari kepala, punggung hingga ekor. Aku tahu, ia adalah---
Hallo, Minka. Aku Kohaku, aku berbicara lewat bahasa hati, Kita tidak perlu berbicara lagi. Biar hati kita dan alam semesta saja yang memahami. Aku tercekat, suaranya rendah dan merdu, seperti bagian dari suara gemuruh air terjun yang melodius. Membius. Suaranya bergema di dalam diriku. Aku tersihir melihat Kohaku yang matanya tersenyum memandangiku. Kohaku segera berbaring ditanah. Naiklah ke punggungku, Minka. Aku mendadak rikuh. Maka aku berbisik, ta-tapi. Kohaku tertawa pelan. Ayolah, Waktu sekarang berlari lebih cepat dari angin. Dan lagi kita Hidup untuk merasakan banyak hal di bumi bahkan di khayangan. Ada sesuatu yang berharga yang ingin kubagikan padamu, Minka. Percayalah padaku, teman. Entah bagaimana kata-katanya sanggup membuatku percaya. Maka aku menaiki punggungnya, tanpa bisa kukendalikan aku memekik ketika Kohaku bangkit dan tubuhnya menyentak, tanganku mencengkeram erat bulu hijaunya, lalu kami melesat di udara. Angin menerpa lembut wajahku, rambutku melecut-lecut dibuai tarian angin. Ada sensasi ringan di dalam diriku. Jadi inikah rasanya kebebasan? Di depanku pemandangan paling menakjubkan, melihat matahari sore diantara awan-gemawan.
Minka, aku ingin bercerita tentang Para Roh Penjaga Sungai kini mereka tampak kotor, tubuh mereka ditutupi sampah-sampah, hingga mereka membusuk. Mendengar hal itu aku merasa ngilu, aku sadar memang masih banyak sekali manusia yang membuang sampah ke sungai. Iya, Minka aku pun tidak bisa menyalahkan manusia. Beberapa dari mereka lupa, bahwa air adalah sumber kehidupan. Bahwa air begitu berharga lebih dari intan permata. Aku menyadari juga hal itu. Tanpa dinyana, aku memekik merasakan hatiku turun ke perut, sebab Kohaku meluncur turun dengan cepat. Disekelilingku awan-awan seperti melesat meninggalkanku. Dengan sekali meliuk Kohaku berhenti meluncur dan di bawah sana, kami melihat lautan yang pinggiran pantai dipenuhi sampah. Aku nanar melihat sampah-sampah itu mengambang di permukaan air. Sadarkah engkau Minka, bahwa sampah-sampah ini berasal dari peradaban manusia dan kami para Roh Penjaga tidak berdaya untuk menghancurkan sampah-sampah itu. Tugas kami hanya menjaga sungai mengalir menuju samudera. Kamu tahu Minka, siklus air yang berputar, dari laut menguap menjadi awan dan jatuh ke bumi untuk ditakdirkan mengalir menjadi sungai dan kembali ke samudera. Aku mengangguk pelan. Sesaat mataku menangkap sesuatu diantara sampah yang mengapung. Kohaku, disana! Tunjukku. Tolong kamu terbang rendah, aku melihat seekor burung camar! Kohaku meliuk lalu terbang ke arah yang aku tunjuk. Saat sebelum mendekat hatiku begitu pedih. Seekor burung camar terbelit potongan leher botol minuman di kepalanya dan sebagian tubuhnya ditutupi minyak hitam, seperti oli. Tanpa bisa kutahan lagi, aku meloncat turun dari punggung Kohaku. Aku tidak peduli kuyup, aku terus berenang diantara sampah-sampah, mendekati burung camar yang berjuang mengepakkan sayap. Aku meraihnya dan perlahan aku mencoba melepaskan potongan leher botol plastik dari kepalanya. Tubuhnya kubasuh air laut, tetapi percuma hanya membuat tubuhnya makin hitam dan lengket. Kohaku segera meluncur ke dalam air dan tak kuduga ia muncul naik dengan aku dipunggungnya kembali. Kami merayap lagi ke langit. Sebaiknya kita taruh dia disarang yang hangat. Kohaku berkata lembut, kurasakan ada kehangatan mengambang di mataku, lalu jatuh menggores pipi. Aku terisak dan memeluk burung camar yang tidak berdaya.
Kohaku terbang menuju tebing dan disana ada lubang dengan sarang yang lama ditinggalkan. Ia akan aman disana, Minka. Maka aku pun menaruh burung camar itu di dalam sarang, dan sesaat burung camar itu berkoak lemah, seolah mengucapkan terima kasih. Sungguh aku sesenggukan, Kohaku pun melesat kembali pergi meninggalkan terbing. Kurasakan angin menampar-nampar wajahku, dan baju basahku pun perlahan mengering. Minka, aku ingin kamu membantuku. Sebab aku benar-benar membutuhkan bantuanmu. Tanganku bergerak menghapus airmata. Bantuan apa, Kohaku? Bisik hatiku. Kohaku lalu meliukan tubuhnya dan melesat secepat kilat. Aku menunduk berpegangan erat. Hingga kami sampai di atas sebuah gunung, dan kami terbang merendah. Kami memasuki hutan lebat, melewati pepohonan tinggi dan akhirnya Kohaku mendarat di sebuah telaga hijau yang airnya bening, sinar matahari mencoba menerobos lewat sela-sela dedaunan pohon-pohon. Membuat aku bisa melihat batu-batu didasar telaga. Galur-galur cahayanya jatuh ke permukaan telaga. Ini mataair airmata, ujar Kohaku. Kemudian kudengar suara gema geraman berat dan ditengah telaga airnya bergolak, dari bawah muncul kepala naga dengan bulu berwarna biru cerah. Kenalkan ia sahabatku, Banyu Biru. Aku melambaikan tangan pada Banyu Biru yang matanya tersenyum balik kepadaku, dan aku bingung kenapa dari mata biru itu keluar airmata. Kenapa ia menangis, Kohaku? Tanyaku. Kohaku terkekeh, ia menangis bahagia, Minka, sebab airmatanya adalah kemurnian segara gunung. Mata air ini pun untuk kehidupan manusia, Banyu Biru menangis bahagia demi Manusia agar air terus ada. Aku tercenung mendengarnya. Minka, suara lembut Banyu Biru ternyata ia naga perempuan. Maukah kau menjaga air, sungai dan laut agar tidak kotor? Aku terenyuh lalu aku mengangguk. Terima kasih, Minka. Banyu Biru membungkukkan kepalanya. Aku mengurai senyum paling tulus. Kohaku memberi isyarat agar aku naik kembali ke punggungnya. Hatimu sebening airmataku, tulus dan baik. Ucap Banyu Biru. Kohaku lalu melesat cepat meliuk melewati pepohonan dan kembali mengangkasa.
Kohaku, aku bahagia kamu memperlihatkan hal terpenting di dunia ini. Tiba-tiba saja aku mendengar bunyi lembut yang menggelitik telinga, bunyi gemerincing ribuan bel mungil. Entah suara dari mana, saat aku melihat ekor Kohaku, sisik-sisik putih tubuh Kohaku memburai lepas, aku panik. Kohaku! Kohaku! Tanganku licin, aku berteriak sebab angin membuatku jatuh dari punggungnya, aku berusaha terbang, agar tidak jatuh ke bumi. Namun mataku terus melihat seluruh tubuh Kohaku berubah menjadi lelaki seumuranku. Ia tersenyum dan melesat menangkap tanganku. Jangan takut, Minka aku tidak akan pernah membuatmu jatuh. Tubuhku gemetaran. Kamu harus nikmati terbang bebas bersamaku, ucap Kohaku. Lalu kami melesat cepat, Kohaku membentangkan tangannya. Ayo Minka bentangkan tanganmu juga. Aku mencoba membentangkan tangan dan aku pun tertawa merasakan nikmatnya terbang bersama Kohaku. Hidup memang penuh petualangan terhebat. Aku percaya itu. Kami pun melayang rendah, kembali ke taman. Ada perasaan sedih menyusup ke hatiku. Kohaku mengusap pipiku, jangan sedih, jangan merasa kau tidak punya kawan. Aku kawanmu, Minka. Mataku kembali berkaca-kaca, wajah tampan Kohaku memburam. Aku menundukkan kepala. Minka, aku pasti akan datang lagi, tapi berjanjilah padaku. Maukah kamu menceritakan ini pada teman-temanmu, tentang mata air, tentang sungai, tentang laut. Ceritakanlah pada mereka, air adalah sumber kehidupan, tanpanya kita semua tidak mungkin hidup. Kita harus menjaganya, jangan dikotori dengan sampah. Pun aku, tanpa air, aku akan menghilang hanya menjadi debu. Kali ini aku terisak membayangkan Kohaku menjadi debu. Kurasakan Kohaku mendekatiku dan ia meleburkanku dalam pelukannya. Kau mirip Chihiro, rapuh namun disaat yang lain begitu tangguh. Kohaku melepaskan pelukan. Mataku meneteskan aliran sungai paling deras. Sampai bertemu lagi, Minka. Kohaku mundur selangkah dan wajah Kohaku yang dengan senyum manis menghilang, tergantikan wujud Naga Putih dengan bulu hijau. Aku segera berlari dan memeluk wajah naga Kohaku. Aku pasti akan mengabari semua teman-temanku, semua orang dan semua penulis di bumi, untuk menjaga air, sungai dan laut. Terima kasih, Kohaku. Terima kasih. Kudengar Kohaku terkekeh pelan, Minka, selamat menikmati, Hidup. Sampai jumpa lagi. Aku melepas pelukan, Kohaku berbalik dan melesat terbang menghilang di balik awan berwarna persik. Aku pun harus pulang. Hatiku disusupi bahagia dan keindahan yang tak kupahami. Ada denyut yang kupahami seperti Cinta. Ya aku bahagia. Kukepakkan lembut tangan, aku melayang. Menikmati sisa sore yang hampir tandas dilahap malam. Aku kembali ke khayangan.
29 November 2015, Suatu siang sehabis hujan deras.
Published on November 28, 2015 22:07
February 16, 2015
Omnibook Astrolo(ve)gi.
Cuma satu kata, Legaaaa....Ya, akhirnya buku terbaru saya bersama 10 teman lainnya terbit juga.Ini dia...ASTROLO(VE)GIBuku ini bisa dibeli di toko Buku Online.Cek: www.bukabuku.com (dapat diskon yang lumayan)Dan Toko Buku Online lainnya.
Berikut Sinopsis Buku Astrolo(ve)gi:
Selamat datang di Astrolo(ve)gi.Barangkali kau masih ingat, pada suatu masa remaja, kau pernah jatuh cinta dengan seseorang, namun malu untuk mengungkapkannya. Diam-diam kau mencari tahu apa zodiaknya, lalu mencoba untuk menguji: apakah zodiak kalian cocok satu sama lain? Bila ya, bermalam-malam kau berdoa agar ia mendekatimu. Bila tidak, kau tetap tak peduli, terus berdoa agar ramalan itu salah.
Barangkali kau juga masih ingat, pada suatu hari yang cerah, kau lebih percaya pada ramalan bintang ketimbang ramalan cuaca. Ramalan cuaca bilang, di siang hari nanti hujan akan turun dengan deras, tetapi ramalan bintangmu bilang: kau akan bertemu dengan seorang lelaki spesial siang ini. Kau tetap pergi keluar rumah, ternyata hujan turun dengan deras dan seorang lelaki tiba-tiba menghampirimu, menawarimu untuk melanjutkan perjalananmu. Di bawah payung, berdua.
Barangkali kau juga tak bisa mengelak: bahkan ketika sudah berusia dewasa pun, kau masih mencuri-curi baca rubrik zodiak di majalah bulanan kantormu. Meski kau sudah ragu pada kebenarannya, kau masih merasa bahwa kadang ramalan itu bisa memberi sedikit harapan di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota.
Inilah Astrolo(ve)gi... Rahasia hati dari 12 rasi bintang yang bercerita tentang cinta itu sendiri: jatuh cinta, cinta rahasia, patah hati, cinta masa kecil yang muncul kembali, juga cinta yang tak kesampaian.Dan, kami mengucapkan selamat datang ke dalam dunia cinta yang sesungguhnya.
(^____^) VSemoga kita bisa bertemu lagi di karya berikutnya yah.
TabikNikotopia
Published on February 16, 2015 23:25
Apa Zodiakmu? Cek di Astrolo(ve)gi
Cuma satu kata, LEGAAAAAA...
Ya, akhirnya buku terbaru saya bersama 10 teman lainnya terbit juga.
Ini dia...
ASTROLO(VE)GI
Dan buku ini sudah ada di toko buku Gramedia seluruh Indonesia.
Berikut Sinopsis Buku Astrolo(ve)gi:
Selamat datang di Astrolo(ve)gi.
Barangkali kau masih ingat, pada suatu masa remaja, kau pernah jatuh cinta dengan seseorang, namun malu untuk mengungkapkannya. Diam-diam kau mencari tahu apa zodiaknya, lalu mencoba untuk menguji: apakah zodiak kalian cocok satu sama lain? Bila ya, bermalam-malam kau berdoa agar ia mendekatimu. Bila tidak, kau tetap tak peduli, terus berdoa agar ramalan itu salah.
Barangkali kau juga masih ingat, pada suatu hari yang cerah, kau lebih percaya pada ramalan bintang ketimbang ramalan cuaca. Ramalan cuaca bilang, di siang hari nanti hujan akan turun dengan deras, tetapi ramalan bintangmu bilang: kau akan bertemu dengan seorang lelaki spesial siang ini. Kau tetap pergi keluar rumah, ternyata hujan turun dcengan deras dan seorang lelaki tiba-tiba menghampirimu, menawarimu untuk melanjutkan perjalananmu. Di bawah payung, berdua.
Barangkali kau juga tak bisa mengelak: bahkan ketika sudah berusia dewasa pun, kau masih mencuri-curi baca rubrik zodiak di majalah bulanan kantormu. Meski kau sudah ragu pada kebenarannya, kau masih merasa bahwa kadang ramalan itu bisa memberi sedikit harapan di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota.
Inilah Astrolo(ve)gi... Rahasia hati dari 12 rasi bintang yang bercerita tentang cinta itu sendiri: jatuh cinta, cinta rahasia, patah hati, cinta masa kecil yang muncul kembali, juga cinta yang tak kesampaian.
Dan, kami mengucapkan selamat datang ke dalam dunia cinta yang sesungguhnya.
(^____^) V Jika kamu sudah membeli buku ini, semoga berkenan memberikan review di Goodreads, dengan klik disini ---> Astrolo(ve)gi
Semoga kita bisa bertemu lagi di karya berikutnya yah. Mari berkembang bersama kami, Para Penulis Astrolo(ve)gi dan Keep Calm and Be Fabulous.
TabikNikotopia
Published on February 16, 2015 23:25
November 14, 2014
Curcol & Review Supernova: Gelombang
Review ini, lebih banyak curcol saya akan Buku Supernova: Gelombang yang selesai saya baca. Banyak detil di buku ini yang saya komentari dan Prediksi saya pada Supernova Intelegensi Embun Pagi. Jadi ini sangat Spoiler. Ingat saya sudah memperingatkan, bahwa ini Spoiler. Bila anda belum baca Buku Supernova, jangan baca tulisan saya. Lebih baik baca dulu semua novel Supernova, baru silahkan mampir ikut berspekulasi dengan saya.
Mari kita mulai perjalanan ini.
Saya selalu suka dengan Sajak pembuka di halaman setelah Daftar Isi. Dee selalu membuat sajak menarik yang mewakili setiap karakter.
Pada keping 43. Saya sangat terpukau dengan Gio yang masih terus mencari Diva. Hingga ia bertemu lagi dengan The Man with red Montera, Amaru. Yang menjelaskan keberadaan Diva, dengan secarik kain dan 4 batu. Itu keren gilak!
Ada kalimat The Man with red Montera, yang membuat saya waspada: “Tetap berhati-hati, Senor. Bukan Cuma pemandu yang tepat yang diberikan untuk kalian. Melainkan, juga musuh-musuh yang tepat.” Dan The Man with red Montera menyuruh Gio menuju Lembah Urubamba untuk menemui seseorang yang akan membuka ingatannya. Tunggu, Amaru bilang kalian? ingatan? Jangan-jangan Gio salah satu; S. Siaaaaal--- adegannya bikin jantungan, Gio hanya ditinggalkan batu dengan simbol (). Jantung saya berdegup kencang.
Keping 44. Awal saya kaget, loh kok Ichon? Bukannya Alfa yah tokohnya. Kenapa Ichon, kalau nama panggilan jauh banget dari Alfa. Dan tentu saja saya kontan terbahak Ichon dari Thomas Alfa Edison, kejutan yang menggelegarkan tawa saya, Dee memang bisak ajah kalo ngasih nama Tokoh!
Namun entah mengapa masa-masa Alfa di Sianjur Mula-Mula alurnya begitu terburu-buru. Kemunculan Si Jaga Portibi yang magis pada saat upacara Gondang. Lalu mimpi Alfa terjatuh di tembok batu, dengan gambar simbol yang ia kenal. Dan ada celah cahaya di atasnya. (*mohon diingat Mimpi Alfa adalah hal paling penting dari Novel ini)
Lalu Nai GomGom yang seolah kesurupan, seperti Guru Ramal Harry Potter, Trelawney. Memberikan pertanda pada Alfa. Dan twisted karakter si Ompung Togu Urat, serta kejutan Ompung Ronggur Panghutur yang menceritakan siapa Alfa sebenarnya!
Momen paling besar ketika Alfa duduk di dek kapal, dan bernyanyi bersama Frank Sinaga dan memilih nama Alfa Sagala. Itu adalah PlantingAlfa, bahwa dia akan pergi ke New York. The City That Never Sleep.
Kepindahan Alfa ke Jakarta, menjadi loncatan besar. Sayang Dee tidak menceritakan Alfa yang bergadang dan menikmati kesendiriannya, menulis TTS atau mendentingkan gitar. Golden Momen ketika kesunyian menjadi sahabat Alfa dan membuat adegan Alfa jatuh tidur secara tidak sengaja dan bermimpi. Kembali melihat tembok batu itu dengan lebih jelas, dan Si Jaga Portibi. Di Jakarta pun hanya selintas lewat saja.
Ketika dengan mudah, seperti memang sudah ditakdirkan. Saat Eten diperintahkan Ayahnya bekerja di sana, itu membangkitkan lagi hasrat Alfa akan New York. Eten gentar, Alfa bertaruh pada dirinya sendiri. Dengan mengajukan diri. Dan Alfa pun berhasil ke New York.
Dari sini saya ingat, Formula Hero Journey yang selalu diterapkan Dee di Akar, Petir dan Partikel. Begitu pula pada Gelombang. Jadi kalau ada yang bilang sama dengan Partikel, menurut saya itu karena formula alur yang digunakan. Terlebih lagi secara Karakter, Akar, Petir dan Partikel punya ciri sendiri, satu hal yang sama, semua karakter ini punya selera humor yang bagus menurut saya.
Perjuangan Alfa di Hoboken, dan New York. Semua terasa biasa. Tidak ada planting Alfa jatuh tertidur dan bermimpi, apalagi Si Jaga Portibi tidak muncul. Hanya sekilas bayangan saja. Tidak ada keanehan yang berarti. Pun di tengah kehidupan Alfa di New York, tidak ada adegan yang menaikan adrenalin lagi. mulai dragging.
Dee tidak memberikan detil info, entah apa saya yang terlewat, bahwa ia akan bermimpi bila tidur dalam kurun waktu satu jam. Info ini Alfa sebutkan di Somniverse. Saya mengharapkan informasi ini ada di saat Alfa di Jakarta.
Ada satu adegan yang saya sukai, momen di mana Alfa bermain gitar di club untuk memenangkan kompetisi. Dan dia tidak menang, hanya juara favorit. Perasaan Alfa di adegan ini menjadi acuan saya pada ending review ini. Tentang tidak selamanya kita bisa mendapatkan apa yang kita mau, meski kamu hebat melebihi apapun.
Adrenalin pun naik kembali ketika Troy dan Carlos memberikan kartu nama untuk hadiah ulang tahun Alfa. Satu hal yang saya pelajari dari Dee, beliau punya formula ketika Tokoh Utama bertemu dengan Tokoh Penting lainnya, ia akan menggunakan satu adegan magis, dan sayangnya adegan di kasih kartu nama oleh Troy dan Carlos di ultah Alfa sangat biasa sekali. Tidak senampar, ketika Ferre hendak menolak semua wartawan yang ingin mewawancaranya dan melihat kupu-kupu putih masuk dari jendela melayang sejenak lalu keluar lagi. Biasanya Dee menggunakan hal magis itu, seperti di Petir sebelum ketemu Ibu Sati dikira rumahnya, rumah berhantu.
Ketegangan kembali naik, ketika Alfa akhirnya bertemu dengan Ishtar. WHAT! Ishtar, Star yang tetek-nya ditatto sama Bodhi? Isthar Summer.
Cerita mengalir begitu cepat, Saat bercinta dengan Ishtar, Ingatan Alfa seperti mengetahui siapa Isthar sebenarnya. Dan Alfa pun bermimpi: ada Ishtar dan Si Jaga Portibi. Setelah sadar dan ditinggalkan Ishtar. Alfa masuk ke Somniverse. Gegara ia tertidur 5 Jam, dan itu membuatnya panik. Nicky dan Dr. Collins membantu Alfa, untuk belajar Lucid Dream. Sebab Alfa shock melihat rekaman dirinya yang ternyata tubuhnya mencari cara untuk membunuh dirinya sendiri saat tidur. Hingga Alfa bermimpi, ia mulai menyadari sesuatu, mimpinya sebuah informasi.
Dan lagi-lagi, sayang banget ada adegan yang dibuat biasa saja, nggak berkesan, saat Alfa membeli buku bekas Di Upper East Side. Buku Milam Bardo yang ditulis Dr. Kalden Sakya. Dari buku itu, Alfa mencoba banyak tehnik agar bisa memahami mimpinya.
Hingga Alfa bermimpi lagi, di tempat yang sama tembok yang menjulang tinggi, lalu ada Si Jaga Portibi dan kapur, Alfa berusaha mencoret tembok dengan kapur. Namun Alfa kembali terbangun dengan keadaan yang menyakitkan. Dan belum tahu apa arti Mimpinya. (*Clue-nya di mimpi yaaah diingat) Alfa mendapat penjelasan dari Dr. Colin, bahwa ada satu kasus Kalden Sakya tidak kembali ke New York. Satu kasus dimana Kalden Sakya menghilangkan seorang Oneironauts. Maka Alfa pun menyuruh Carlos untuk mencari tahu keberadaan Kalden Sakya.
Memang seperti Repetitif, namun Mimpi-Mimpi Alfa mulai berkembang. Paling mengejutkan Alfa bermimpi di suatu tempat dengan tanah yang berpasir dan berkilau. Ada beberapa bangunan dengan atap meliuk melayang jauh di atas Alfa. Salah satu bangunan yang simbolnya begitu akrab Alfa lihat. Meletuplah kata, “Asko.” O-ow! Asko itu dimensi lain? Dan sepertinya tebakan saya di Partikel tentang portal yang menuju Dimensi Lain, jangan-jangan ke Asko.
Alfa pun bertemu dengan seorang Perempuan dengan tubuh tinggi semampai, garis muka tajam, mengenakan gaun kelabu dengan bagian tepi putih dan bebat kain putih dipinggang. Dan cara bicaranya seperti pada Surat untuk Akar dan Partikel. Oh tidaaakk, jangan-jangan ini, DIVA! Dan ya setelah masuk ke Asko kedua kali, Perempuan itu menjawab, Gugus sebelum kalian. Penjaga Kandi di Asko. Kode nama, Bintang jatuh! Jreng! Apaaaa gue bilang, ini Divaaa! Alfa masuk kembali ke mimpinya yang tembok menjulang tinggi, kali ini ia menyadari siapa Si Jaga Portibi, dan tembok yang berdenyut hidup. Alfa menyadari bahwa tempat tembok itu bernama; Antarabhava.
Aaakkkk! Bener-bener, akhirnya sang Supernova muncul di Asko. Sebangunnya Alfa dari Asko, ia menggambar tentang realitas, semacam penjelas seperti The Man with red Montera, tetapi dengan bahasa gambar yang dimana ada tangga spiral. Di mana Asko dan realitas kita adalah dua dunia dalam satu koin. RectoVerso. Dari situ Alfa sadar, itu bukan mimpi. Tetapi memang Alfa ditakdirkan untuk bisa masuk ke Asko dan ada sesuatu di sana. Shirata satu kata kunci yang harus Alfa ketahui dan hanya Kalden Sakya yang tahu.
Lewat Rodrigo, Alfa tahu keberadaan Kalden Sakya di Tibet. Namun tidak dengan keberadaan Ishtar. Maka berangkatlah ke Tibet dengan sedikit drama di mana Nicky pengen ikut, yang bisa saya tebak sejak menawarkan pelukan, Nicky ngebet sama Alfa. Dan diperkuat perkataan Carlos.
Di Tibet, Alfa dipandu oleh Pemba-la, orang yang sanagat Alfa percaya. Ia mulai mencari keberadaan Kalden Sakya. Hingga Alfa putus asa dan saat makan di sebuah kedai. Ini momen magis! Karena sang pemilik kedai memberikan semangkuk Mie. Alfa bingung dan memanggil si pemilik kedai, dan Alfa bilang tidak pesen mie. Si pemilik kedai pun mengatakan Alfa sering memesan makanan ini, Alfa ngeyel bilang belum pernah ke kedai ini. Si pemilik kedai mengucapkan kata, “Ah you Forget. It’s ok. Eat. No pay.” Ini plantiiingg pasti bakal ada yang lebih jederlagi deh pasti!
Saat hendak belanja alat musik. Alfa dicopet, bukan dompetnya tetapi carik kain yang menyimpan 4 batu! Alfa terkejut. Ia mengejar, namun udara tipis Tibet tidak bisa membuatnya lincah berlari dan Alfa terengah-engah. Memasuki sebuah lorong tinggi dan bau kotoran, hanya ada celah di atas kepala Alfa dengan cahaya matahari menyorot. Sialan logis banget adegan ini, Dee bener-bener deh gemes saya! Alfa tersadar saat ia merasakan sesuatu di kantung seharusnya carik kain berisi batu itu. Saat ia merogoh kantungnya, ada kapur di sana. Deng! Nah kan apa hayo ini!
Alfa tersadar, pada tembok ada tiga coretan kapur, sama yang ada di dalam Mimpi yang selalu menghantuinya. Dan Alfa melihat celah atas yang dimasuki cahaya matahari, lalu di depan pintu tak terduga Alfa menemukan simbol lingkaran dengan cuatan ombak di tengah yang berwarna orange. Alfa masuk dan disambut pencopet cilik yang mengambil batu-batunya. Dan di sana Kalden Sakya menyambut Alfa.
Yang paling mengerikan adalah, Kalden Sakya berkata, bahwa lorong tembok tinggi, lalu kapur dan simbol di depan pintu adalah semua permintaan Alfa. Alfa sudah merancang kehidupannya sebagai Alfa Sagala—dari ia lahir sampai ia berdiri di depan Kalden Sakya—di kehidupan sebelumnya. Mimpi-mimpi tentang tembok itu dari kecil hingga besar adalah petunjuk akhir menuju Kalden.
Sungguh saya shock! Apalagi Kalden Sakya mengatakan tentang Tulpa: batu-batu yang dibawa Alfa, Gugus yang memancar untuk mengenali gugus lain. Tulpa yang selalu menemani bila Alfa reinkarnasi, berganti tubuh dan Si Jaga Portibi adalah Tulpa yang selalu menemani Alfa.
Lalu ada Harbinger/Peretas, Infiltrant, dan Savara. Kalden Sakya menjelaskan semuanya, betapa dunia realitas sekarang, adalah penjara, dan beruntung mereka yang amnesia. Bagi Kalden Sakya menjadi Infiltran adalah kutukan. Bila ia kaum Amnesia, ia bisa jatuh cinta pada Bumi berkali-kali. Dan Alfa adalah kaum Amnesia, yang saya yakin Bodhi, Elektra, dan Zarah adalah kaum Amnesia. Dan mereka punya rencana besar ketika mereka ingat satu sama lain.
Infiltrant adalah mereka yang tetap menyambung informasi untuk Kaum Amnesia. Informasi agar mereka ingat siapa mereka sebenarnya dan ada rencana besar yang akan mereka lakukan. Lalu Savara, kaum yang menyamar dengan sikap baik dan nampak tersamarkan kejahatannya, yang tujuannya untuk membunuh kaum Amnesia. Agar gagal dalam mewujudkan rencana mereka.
Namun misi belum kelar, Captain! Kalden pun mengajak Alfa ke pondoknya tempat ia retreat. Menyuruh Alfa kembali ke Asko dan ia bisa membantu Alfa bertahan lama di Asko dengan Shirata yang dibutuhkan Alfa. Namun tidak di Lhasa, terlalu banyak Savara. Maka berangkatlah, Kalden Sakya, Alfa, Norbu, Nicky dan Pemba-la. Sampai di desa Norbu, Kalden menyuruh Alfa untuk berangkat berdua, dan terjadi konflik batin Alfa, teringat tentang hal Togu Urat. Alfa takut Kalden Sakya adalah Savara. Maka Alfa mengajak Pemba-la.
Sampai di jembatan yang rapuh, Pemba-la membuat kepercayaan Alfa menghilang pada Kalden. Dan Pemba-la mengajak untuk menyeberangi jembatan dan menyuruh Alfa meninggalkan Kalden. Dan saat itu. Pemba-la menusuk pisau ke dada Alfa, namun tidak kena. Alfa langsung sadar, Pemba-la Savara, Kalden menolong Alfa dan Pemba-la jatuh ke sungai di bawah jembatan dengan ketinggian yang dapat membunuh siapapun yang berani loncat.
Alfa panik dan menjelaskan, Sarvara tidak pernah bisa mati. (*Clue lagi nih) Sampai di pondok Alfa yang kaget melihat ada Nicky, dan sedikit konflik. Agak ribet menurut saya. Pun memulai tertidur, dengan berbekal mantra yang Alfa baca di buku Mulam Bardo. Alfa kembali ke Asko. Dan disana, Alfa masuk ke dalam lingkaran yang melayang di udara, kandi Alfa.
Alfa pun akhirnya menyadari siapa ia sebenarnya. Ia sudah mengunduh semua informasi. Ternyata lingkaran melayang itu adalah gelombang dan Alfa adalah lingkaran itu dalam wujud Manusia.
Yang paling shocking lagi. Saat Alfa berhadapan dengan Bintang Jatuh. Alfa bertanya ngapain Bintang Jatuh di sini, karena yang mendesain Asko adalah Alfa. WHAATTT! Alfa arsitek dari Asko. Dan ia akan menemukan kelima temannya. Gugus Oktahedral.
Ini yang bikin saya berpikir. Kenapa Bintang Jatuh terusir. Sang Gugus sebelumnya.
Dan pada ending Gelombang yang makin mengejutkan, saat Alfa terbang ke Jakarta. Salah satu penumpang yang duduknya di sebelah Alfa telat datang. Dan memperkenalkan diri, ia bernama Kell. Apalagi Alfa merasakan denyut yang memberinya alarm, ada Infiltrant, Savara atau Harbinger di pesawat yang ia tumpangi.
JRENG!
Sungguh cerita Gelombang memang sangat Mind-Blowing. Dee mengembangkan lagi dunia Supernova. Banyak istilah baru yang dibuka di Gelombang, seperti Sarvara, Infiltrant, Harbinger. Dee memang bisak ajah! Bikin saya penasaran!
Prediksi saya:
Gio adalah salah satu Harbinger. (*Ya iyalah semua juga udah tahu) Dari 6 orang. Bodhi, Elektra, Zarah, Alfa, Gio dan satu lagi spekulasi saya adalah Ferre. Karena dia Ksatria.
Kell bisa berarti dua hal. Infiltrant atau Sarvara. Tetapi saya lebih yakin adalah Sarvara. Ingat kata-kata Amaru dan Kalden tentang musuh yang tepat. Setiap Harbinger memiliki Sarvara yang tepat. Dan Kell pernah mati kena ranjau. Kenapa Kell, Dee sepertinya ingin di Intelegensi Embun Pagi, pembaca akan terluka hatinya, sebab Dee membuat pertarungan besar antar karakter yang tadinya saling mengasihi, memercayai dan mencintai.Menjadi musuh mereka.
Gambarannya begini:Kell adalah Sarvara untuk Bodhi.Ishtar adalah Sarvara untuk Alfa.Mpret kemungkinan Sarvara Elektra.Firas adalah Sarvara untuk Zarah Diva adalah Sarvara untuk Ferre dan Gio. Salah satu dari Ferre atau Gio akan mati. Gio kelihatannya, karena lebih dramatik, pembaca cewek juga tahu Gio kece badai dari muka sampai kaki.
Masih spekulasi lain. Surat untuk Akar dan Partikel itu yang bikin Diva, untuk memancing semua masuk ke Asko dan pertarungannya di Asko yang baru ciptaan Alfa.
Pertanyaan saya, ketika Akar, Petir, Partikel dan Gelombang sudah saling bertemu, termasuk Gio dan Ferre. Lalu mereka masuk ke Asko. Terus apa arti Matahari Kelima akan terbenam, apakah ada bencana besar? Melihat timeline yang ada di Novel Supernova, Spekulasi saya apakah ini ada hubungannya dengan tsunami di Aceh?
Diva sang Gugus Pertama, Bintang Jatuh? Mereka mengumpulkan para Harbinger untuk apa?
Apalagi di Gelombang, Alfa bertanya kenapa Bintang Jatuh ada di sini, Di Asko? Karena Alfa tidak percaya pada Bintang Jatuh. Lalu mereka berdua menghilang.
Saya merasa, nanti Supernova Intelegensi Embun Pagi, bakal twist ending. Spekulasi saya seperti Komik RG Veda Clamp, (*saya lupa-lupa ingat baca tahun 2001 waktu itu dan komiknya hilang dipinjem temen yang juga menghilang entah di mana)
Tentang si kecil Ashura yang dibuang ke Kekkai dan ditemukan oleh Yasha, mereka mencari tahu tentang Gugus 7 Bintang dan mengumpulkan mereka untuk melawan Raja yang menguasai langit dan dunia. Tetapi sebenarnya, saat Gugus berkumpul dan hendak melawan. Ashura membunuh semua Gugus untuk diambil kekuatannya dan menjadi Ashura. Ternyata Raja Langit dan Dunia itu pun kekasih dari Ayah Ashura. Dan memohon agar membunuh semua Ashura agar tidak terjadi takdir Ashura. Membinasakan semua Klan. tetapi raja langit juga mati. dan Ashura hanya bisa takluk oleh Yasha, yang selalu ada disampingnya setiap saat. (*kalo nggak salah)
Ruang spekulasi Grand Finale Supernova makin membesar. Dee memang bikin saya gregetan, dan ia berusaha membuat cerita tidak tertebak.
Sebelum saya tutup curcolan ini, saya menyadari satu hal. Banyak pembaca di luar sana selain saya banyak berharap, Supernova Gelombang harusnya begini dan ini. Namun akhirnya saya ngeh: Dee Lestari membuat Supernova tidak untuk mengenyangkan harapan kita. Tapi membuat kita penasaran. Dee sudah merancang konsep ini tahun 2001, DNA-nya sudah ada. Tugas Dee meriset dan menambahkan informasi dalam DNA Supernova yang kemudian merekahkan dalam bentuk adegan.
Namun karya Dee yang Supernova. Termasuk mengubah pandangan saya terhadap Hidup. Saya merasa dulu belum menemukan kata yang tepat, tentang saya yang sejatinya mencari, meretas jalan untuk tahu sebenarnya untuk apa kita di Bumi ini? Lalu Karya Supernova Dee menjadi peta, menjadi informasi, penghiburan, serta menemukan Kata yang tepat untuk diri saya: Pathfinder. Dan saya salah satu Pathfinder, seperti kebanyakan Pathfinder yang di luar sana dan pernah saya temui pada perjumpaan yang tidak terduga.
Satu lagi, saya adalah Pembaca Dee yang juga ter-aDEEksi. Buat fans yang lebih berat, garis keras, dan hardcore, dari saya. Please jangan maksa dan nanya kapan Intelegensi Embun Pagi keluar, itu seperti maksa dan memburu Dee. Biar waktu yang menjodohkan kita. Percaya deh, itu akan Indah pada Waktunya.
Untuk Mbak Dee Lestari, Be Save, Be Healty as always. Selamat berproses kembali. Kami semua menunggu Supernova: Intelegensi Embun Pagi. Dalam gejolak kami masing-masing.
Namaste _/|\_
Nikotopia
Published on November 14, 2014 03:43
August 10, 2014
My Adventure in 5 Country - Part 1
Ini adalah janji saya di status Facebook pada teman-teman, menuliskan perjalanan saya ke 5 Negara di Asia Tenggara. Sebab keterbatasan waktu dan dana, saya tidak bisa membelikan oleh-oleh, tetapi semoga tulisan ini menjadi memento tersendiri dan memberikan kehangatan di hati.Banyak hal yang akan saya ceritakan di sini, barangkali agar terlihat singkat, saya akan membuat beberapa bagian. Di setiap bagian, cerita tentang satu negara yang saya kunjungi, dan apa yang saya alami di sana. Dan di akhir bagian, saya akan menuliskan Itinerary. So, inilah pengalaman saya.
PART 1Preparing.
Dewi Pramita, Editor Script Trans TV adalah orang yang paling cekatan, dalam banyak hal. Sebab dia–lah Andhika dan saya bisa pergi ke luar Negari. Dewi telah membooking tiket dari Febuari 2013, dan mendapatkan tiket harga murah. Ada satu hal yang saya ingat dari kata-katanya; Traveler yang berhasil adalah mereka yang pergi dengan budget minim, survive dan berhasil pulang. Maka Dewi telah mengajarkan perjalanan ini untuk Survive di Negara orang dengan Budget minim. Dan lagi kami akan 10 hari menempuh 5 negara.
Dari menukar uang Rupiah ke Money Changer yang saat itu USD naik, itu membuat kita agak hadeeehh, mahal banget. Lalu saya belanja keperluan, seperti: Tolak Angin 6 sachet, sabun mandi, Energen 5 sachet, Minyak Angin Fresh Care, Bubur Instan 3, STMJ 5 sachet, Vitamin Ester-C 2 sachet, Roti, dan botol minum kecil, saya tidak banyak bawa makanan, sebab pikir saya obat-obatan atau penjaga stamina lebih penting, makanan bisa beli di sana, pun mahal yang penting makan nasi. Apalagi Andhika sudah menjadi agen warung, dan ia berkata membawa banyak snack dan makanan, jadi saya boleh nebeng ngemil.
Yang paling hectic, saat itu Hari kedua Lebaran dan saya belum menukarkan uang Rupiah ke Dollar. Saya bingung, haduh, mana budget saya hanya 3 juta rupiah. Alhasil Andhika membantu mencari Money Changer terdekat dan berhasil menukarkan uang.
Jakarta - Singapore
Persiapan lancar, lalu tanggal 31 Juli 2014, kami berkumpul di Terminal 2. Perjalanan ke Singapore lancar, sampai Di Changi Airport, kami mencari air minum yang otomatis ada di sudut-sudut, mengisi botol air kami. Wifi di bandara luar biasa kenceng! Saya puas mengupload foto di Instagram.
Dengan MRT, kami pergi ke Orchid Park, ke tempat Singa berekor ikan yang menyemburkan air. Waktu kami tidak begitu banyak hanya memiliki satu jam dan kembali menempuh ke Johor Bahru, untuk menginap di Johor Bahru. Kami berfoto-foto ria, menikmati angin semilir, aroma air, suasana yang riuh dengan lampu, orang-orang bule disekitar kita, banyak berfoto dan ngobrol. Telinga saya banyak menangkap obrolan dari orang lokal dan bule-bule dari berbagai Negara, saya tidak mengerti apa yang mereka ucapkan tetapi yah saya disadarkan saya berada di Melting Pot Singapore.
Belum puas motret, selfie (kebiasaan mental narsis) dan menikmati Merlion dari dekat, kami kembali berlari, mengejar waktu, melewati lorong hotel, memasuki jalur bawah tanah, jalur menyeberangi jalanan di atas kita. Dan kembali menaiki MRT. Menggunakan kartu yang dibeli seharga 10 Singapore Dollar. Di dalam kereta, saya melihat banyak orang lokal (kebanyakan tiong hoa), Melayu, Bule, bahkan ada yang duduk tepat di sebelah saya telah menjadi warga Singapore, berasal dari Indonesia, mereka ngomong gue-elo. Terbetik di pikiran saya, Singapore yang sistematis, dan rapi, serta bersih, orang-orangnya seperti taat peraturan. Menjadikan suasana kota ini begitu dingin, seperti frigid. Saya tidak menemukan energi meluap dari kebudayaan Singapore. Atau waktu saya yang begitu sedikit, sebenarnya di belahan Singapore lain ada kebudayaan tradisional yang belum saya lihat. Dan ini juga jadi satu tujuan saya pergi ke negeri orang, melihat kebudayaan yang mereka miliki. Akar dari kehidupan mereka.
Ada teman saya mengatakan Singapore kota yang membosankan, Boring City, saking terlalu canggihnya. Saya bilang ke dia, “Elo udah bolak-balik Singapore makanya bilang begitu, nah gue, belom pernah.”
Tapi dari suasana yang saya rasakan, ya, Singapore sangat modern dan melampui Jakarta, hingga membuat saya merasa dingin pada Singapore.
Perjalanan terus ditempuh, kami menggunakan bus untuk ke perbatasan Singapore dan Malaysia. Dan jalanan begitu macet. Sedikit melelahkan. Tetapi saya menyemangati diri, bahwa sampai hotel, mandi terus tidur.
To Be Continued, Part 2. . .
Published on August 10, 2014 23:30
June 24, 2014
Bertemu Teman-Teman Penulis dan Editor Buku
Bertemu penulis yang bukunya pernah saya lihat dan saya beli, rasanya membuat hati ini dipenuhi bunga-bunga warna-warni yang bermekaran. Ditambah langit biru cerah, dengan tumpukan awan-awan yang seperti gula-gula kapas putih. Senang. Itu yang bergelenyar di dalam diri saya.
Hari itu bersama Mbak Kunti. Maunya juga sama Andhika Rahmadian, yang terus dipaksa ikut, Hahahaha tapi memang nasib kita yang selalu diberkahi deadline, jadi Dhika nggak bisa ikut. Saya tahu dia ingin, kelak ada bagianmu kok Dhik, tenang saja.
Dengan menyeret Mbak Kunti yang lagi semangat menyelesaikan Novel Perdananya, saya janjian untuk bertemu di Menteng Huis.
Ternyata eh Ternyata, Menteng Huis itu, tempat saya dan Natalie Spence makan di situ. Howalaaahhh iki tha jenenge Menteng Huis. Haduuuhh jan ndesone aku iki, ra weruh daerah Jakarta Pusat, mung wani mblasuk wae. Hahahaha. Pokoke reti lewat kono.
Seminggu sebelum acara, Mbak Nana mengontak saya untuk ikut, tetapi saya saat itu jelas takut diberi Deadline pekerjaan saya. Namun saya ingin ikut. Ingin Dunia kepenulisan saya meluas lagi, bertemu Penulis kan seperti meluaskan cakrawala sosial kita juga. Dan apalagi juga bertemu editor buku. Mbak Nana. Beliaulah yang juga mengeditori buku keroyokan saya “Culun Love Story”.
Saya yang nekad, dan saat itu Deadline, saya naik motor dari rumah ke Jakarta Pusat dan butuh waktu 2,5 Jam. Akhirnya sampai, sedikit nyasar, dikiiitt nggak banyak, karena ngejar Mbak Kunti yang naik kereta, takut dia kenapa-kenapa soalnya sendirian. Saya melesat buru-buru, dan saat melewati perempatan, Mbak Kunti melambaikan tangan dengan kalem di pinggir jalan. Untunglah ketemu.
Saya pun memarkirkan sepeda motor dan segera ke tempat janjian. HEMA Holland Resto. Dan disana sudah ada: Intan Kirana, Muhammad Mahdy, Hendri, Mbak Mira, dan Mbak Nana. Saya dan Mbak Kunti segera bergabung. Cynthia pun datang, katanya ia baru dari tempat kondangan. Lalu kami meleleh dalam obrolan seru. berapi-api, penuh letupan semangat dan ide. Sungguh menyenangkan.
Apalagi Jam 4 Sore, Dodi Prananda pun datang. Dia ikut bergabung. Ngobrol makin seru. Kami berbicara tentang Branding, Buku yang kami suka dan tidak disangka kok bisa bikin saya tidak suka, lalu tentang ide yang bisa aja dicomot banyak orang, dengan tegas saya bilang ide itu mahal, jadi jangan bagi-bagi. Hahahaha
Diawali Mbak Mira yang pamit pulang, lalu Intan, Mahdy dan Cynthia, lalu Hendri. Saya, Mbak Kunti, Dodi & Mbak Nana masih bertahan sebentar. Sampai akhirnya kami pun saling pamit pulang.
Yang tersisa. . . perasaan bahagia. Saya bisa kenal teman-teman baru, editor buku, saya bisa share apa yang saya punya, saya juga mendengarkan dunia yang teman-teman perlihatkan. Rasanya saya mengapung di udara. Waktu seolah tiada. Dan saya. . .
Manusia yang diselimuti cinta.
Sampai ketemu lagi yah teman-teman. Saat bertemu nanti, kita ngobrol tentang karya-karya kita yang berhasil tembus media.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta.
Namaste _/|\_
Published on June 24, 2014 11:49
May 25, 2014
Falun Dafa Minggu Ke 3
Saya agak sibuk belakangan ini, jadi agak telat posting minggu-minggu saya berkultivasi di Falun Dafa.Nah untuk minggu ke 3 saya mengikuti Fakun Dafa, saya agak telat datang, dan minggu ke 3 adalah minggu teramai menurut saya.
Karena Falun Dafa merayakan hari raya Falun Dafa, atau ulang tahunnya. Dan kultivasi pun diadakan di Taman Kota 2, BSD – Serpong. Agak jauh memang tapi, tidak hanya itu, Andhika membawa serta, ibunya dan dua adiknya, Arin dan Damar. Saya cukup senang, karena seperti piknik keluarga. Apalagi si Niki dan Ocha, adik dan pacar adik saya juga ikut. Rame!
Hanya saja, Andhika dan keluarga agak telat datang maka kami telat mengikuti 4 perangkat kultivasi, dan hanya mengikuti perangkat yang ke 5. Tapi tidak apa-apa. Saya sudah sangat niat datang.
Selesai latihan kami berfoto bersama dengan praktisi dan beberapa orang yang mengikuti kultivasi. Apalagi saya juga bertemu, Pak Gito dan Dokter Ratna—beliau istri Pak Gito. Ditambah lagi saya dipinjamkan buku Zhuan Falun oleh Pak Gito. Wah lumayan, sambil menunggu beli sendiri, rencananya membeli di Gramedia.
Kami ngobrol banyak, bahkan Ibu Andhika ikut nimbrung. Sampai akhirnya kami lapar dan sarapan nasi uduk. Setelah sarapan kami mengelilingi taman kota 2, dan pergi ke ujung dalam taman di mana banyak penjual bunga dan tambulapot (tanaman buah dalam pot).
Kami berfoto-foto ria, dan akhirnya pamit pulang. Tapi malah mampir ke Mc’D dulu, karena kurang tidur saya pesen kopi.
Sampai akhirnya kami beneran pamit pulang.Great day!
Published on May 25, 2014 07:02


