Stephanie Zen's Blog, page 3
July 23, 2013
Wake Up Call
Beberapa hari yang lalu, saya baru tidur jam 5 pagi karena apply-apply kerja via Internet. Sebagai orang yang baru tidur jam segitu, saya berharap bisa bangun (at least) jam 12 siang, yang mana sebenarnya sah-sah saja karena saya toh nggak ada kerjaan, hehe.
Tapi rencana saya beauty sleep, eh… tidur dengan pantas dan layak, berantakan karena jam 10 kurang, teman saya telepon. Rrrgghh… mengintip nama di layar HP dengan mata yang baru bisa membuka segaris, saya menjawab teleponnya sambil ngomel dalam hati. Tentu saja, dengan phone manner yang pantas: suara bantal.
“Nyam, hoahm, ckkdkcdkcdk… Halo?”“Zen, baru bangun ya kamu?”“Hei, aku baru tidur jam lima pagi tadi, tau?”
Dan teman saya bukannya memaklumi terus bilang oo-gitu-ya-udah-ntar-deh-ngobrol-lagi, eeh malah merepet soal camp (we’re gonna have a youth camp this weekend) dan ngoceh-ngoceh nyuruh saya cari kerja. I was like… ngomong deh, ngomong aja, aku nggak yakin saat benar-benar bangun nanti aku akan ingat kamu ngomong apa aja di telepon. Hahaha.
Yah, singkatnya, setelah teman saya selesai mengoceh, saya membenamkan kepala di bantal, berharap bisa tidur lagi, yang mana gagal total, karena saya tipe yang sekalinya kebangun dari tidur pasti nggak akan bisa kembali tidur -_-
Masih gedebak-gedebuk di ranjang, setengah jam kemudian saya mendengar HP saya berbunyi lagi. Bukan nama temen saya yang muncul di layar kali ini, melainkan sederet nomor tak dikenal yang sepertinya… nomor kantor. Langsung terduduk di tepi ranjang, saya menjawab telepon itu dengan phone manner yang pantas. Nope, kali ini (untungnya) bukan suara bantal.
Telepon itu berakhir dengan janji interview kerja di hari Senin (yang sudah saya lakoni kemarin dan thank God hasilnya memuaskan banget). Hal itu membuat saya mengirim WhatsApp pada teman saya, yang setengah jam yang lalu membuat saya keki dan ngomel-ngomel.
“Terima kasih karena sudah membangunkankuuu.”Teman saya, mungkin mengira saya nyindir dan masih bete karena dibangunin, membalas, “Maap lah.”Saya bilang, “Ehhhh, ini serius, bukan nyindir. Karena barusan ada telepon buat interview, dan karena aku sudah bangun, aku dihindarkan dari menjawab telepon itu dengan suara bantal, hahaha.”Merasa di atas angin, teman saya bilang, “Hahaha. Tuh, makanya bangun pas jam kerja.”
Satu-dua hari kemudian, baru saya menyadari sesuatu.
Tuhan juga sering kasih wake up call, seperti yang dilakukan teman saya itu. To be honest. wake up call itu GAK ENAK. Hahaha. “Dibangunkan” saat kamu tengah nyaman menikmati sesuatu, rasanya pasti “ganggu” banget! But God’s wake up call always comes with a plan: He’s telling you that a great opportunity is coming, and you’ll missed it if you don’t respond quickly.
Misalnya Tuhan nggak biarkan teman saya telepon waktu itu ya… mungkin saya akan jawab telepon dari perusahaan yang menawarkan job interview itu dengan suara parau yang langsung bikin mereka ilfil (calon pegawai apaan nih jam segini masih molor?? Hahaha!), atau yang lebih parah lagi… saya mungkin nggak akan menjawab telepon itu sama sekali karena masih asyik berkelana di lala land! Eww.
Tapi Tuhan terlalu baik, Dia nggak mau membiarkan saya melewatkan kesempatan itu, jadi Dia mengirimkan wake up call (literally, haha!) dalam bentuk teman saya yang telepon dan ngoceh-ngoceh hingga saya nggak bisa tidur lagi :p
So, jangan protes kalau Tuhan sedang melakukan hal yang sama terhadapmu. Dicolek-colek saat kamu merasa hidupmu sudah sangat nyaman? Respond to it! You totally have no idea what He has in mind for you!
Tapi rencana saya beauty sleep, eh… tidur dengan pantas dan layak, berantakan karena jam 10 kurang, teman saya telepon. Rrrgghh… mengintip nama di layar HP dengan mata yang baru bisa membuka segaris, saya menjawab teleponnya sambil ngomel dalam hati. Tentu saja, dengan phone manner yang pantas: suara bantal.
“Nyam, hoahm, ckkdkcdkcdk… Halo?”“Zen, baru bangun ya kamu?”“Hei, aku baru tidur jam lima pagi tadi, tau?”
Dan teman saya bukannya memaklumi terus bilang oo-gitu-ya-udah-ntar-deh-ngobrol-lagi, eeh malah merepet soal camp (we’re gonna have a youth camp this weekend) dan ngoceh-ngoceh nyuruh saya cari kerja. I was like… ngomong deh, ngomong aja, aku nggak yakin saat benar-benar bangun nanti aku akan ingat kamu ngomong apa aja di telepon. Hahaha.
Yah, singkatnya, setelah teman saya selesai mengoceh, saya membenamkan kepala di bantal, berharap bisa tidur lagi, yang mana gagal total, karena saya tipe yang sekalinya kebangun dari tidur pasti nggak akan bisa kembali tidur -_-
Masih gedebak-gedebuk di ranjang, setengah jam kemudian saya mendengar HP saya berbunyi lagi. Bukan nama temen saya yang muncul di layar kali ini, melainkan sederet nomor tak dikenal yang sepertinya… nomor kantor. Langsung terduduk di tepi ranjang, saya menjawab telepon itu dengan phone manner yang pantas. Nope, kali ini (untungnya) bukan suara bantal.
Telepon itu berakhir dengan janji interview kerja di hari Senin (yang sudah saya lakoni kemarin dan thank God hasilnya memuaskan banget). Hal itu membuat saya mengirim WhatsApp pada teman saya, yang setengah jam yang lalu membuat saya keki dan ngomel-ngomel.
“Terima kasih karena sudah membangunkankuuu.”Teman saya, mungkin mengira saya nyindir dan masih bete karena dibangunin, membalas, “Maap lah.”Saya bilang, “Ehhhh, ini serius, bukan nyindir. Karena barusan ada telepon buat interview, dan karena aku sudah bangun, aku dihindarkan dari menjawab telepon itu dengan suara bantal, hahaha.”Merasa di atas angin, teman saya bilang, “Hahaha. Tuh, makanya bangun pas jam kerja.”
Satu-dua hari kemudian, baru saya menyadari sesuatu.
Tuhan juga sering kasih wake up call, seperti yang dilakukan teman saya itu. To be honest. wake up call itu GAK ENAK. Hahaha. “Dibangunkan” saat kamu tengah nyaman menikmati sesuatu, rasanya pasti “ganggu” banget! But God’s wake up call always comes with a plan: He’s telling you that a great opportunity is coming, and you’ll missed it if you don’t respond quickly.
Misalnya Tuhan nggak biarkan teman saya telepon waktu itu ya… mungkin saya akan jawab telepon dari perusahaan yang menawarkan job interview itu dengan suara parau yang langsung bikin mereka ilfil (calon pegawai apaan nih jam segini masih molor?? Hahaha!), atau yang lebih parah lagi… saya mungkin nggak akan menjawab telepon itu sama sekali karena masih asyik berkelana di lala land! Eww.
Tapi Tuhan terlalu baik, Dia nggak mau membiarkan saya melewatkan kesempatan itu, jadi Dia mengirimkan wake up call (literally, haha!) dalam bentuk teman saya yang telepon dan ngoceh-ngoceh hingga saya nggak bisa tidur lagi :p
So, jangan protes kalau Tuhan sedang melakukan hal yang sama terhadapmu. Dicolek-colek saat kamu merasa hidupmu sudah sangat nyaman? Respond to it! You totally have no idea what He has in mind for you!
“For I know the plans I have for you,” declares the Lord, “plans to prosper you and not to harm you, plans to give you hope and a future.” (Jeremiah 29:11)
“Blessed is the one whom God corrects; so do not despise the discipline of the Almighty.” (Job 5:17)
Published on July 23, 2013 00:49
March 18, 2013
You're My #1
Hayooo ngaku, sebagian dari kita, jika disuruh mengucapkan bunyi 10 Hukum Taurat a.k.a 10 Perintah Allah, selalu mulai dengan “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku”, bener nggak? Padahal, ada “kata-kata pendahuluan” yang diucapkan Tuhan Allah sebelum memberikan 10 Hukum Taurat itu. Yuk, kita cek dulu Keluaran 20:
Kita sering melupakan apa yang diucapkan Tuhan di ayat 2, "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.” Ngapain sih Tuhan pakai harus menjelaskan siapa diri-Nya segala? Bangsa Israel harusnya sudah tahu dong Tuhan itu siapa?
Yes, they knew, but God had few reasons why He should “introduce” Himself again before the Israelites. Dia harus memberi alasan, mengapa Ia berhak memberikan 10 Hukum Taurat pada bangsa Israel. Perintah-perintah dalam 10 Hukum Taurat itu beneran nggak gampang lho, terutama hukum pertamanya, tapi Allah berhak mendapat tempat nomor satu di hati kita karena:
1. Siapa diri-Nya.
Nama Tuhan yang dipakai di dalam “akulah TUHAN” di sini adalah “YHWH atau Yehova”. Nama Yesus dalam bahasa Ibrani juga adalah “Yehova” yang artinya “menyelamatkan”. Jadi, dengan menyebutkan nama-Nya, Tuhan mau bilang, “Aku penyelamatmu”, bukan “Aku Tuhan yang kejam maka kamu harus mematuhi Aku!”
2. Apa yang telah Dia lakukan.
Misalnya nih ya, ada orang asing yang minta menjadi prioritas dalam hidup kita, padahal orang itu nggak pernah melakukan apa-apa buat kita, dan dia bukan siapa-siapa kita, tentu dia nggak layak mendapat prioritas dalam hidup kita. Tapi Tuhan layak mendapatkannya. Di bangsa Israel, karena Dia sudah membebaskan mereka dari perbudakan. Di hidup kita, karena Dia sudah membebaskan kita juga dari perbudakan dosa, dengan memberikan Yesus di kayu salib.
By the way, this is what I love about the Bible. It’s relevant few years ago, it’s relevant today. It will still always be relevant tomorrow and forever, no matter what. Jika Alkitab hanyalah sebuah buku yang ditulis oleh manusia, tidak ada The Great Designer di baliknya, Alkitab nggak akan tetap relevan hingga sekarang.
Contoh kecil aja nih ya, jika ada novel saya yang akan dicetak ulang, ada kalanya saya harus merevisi novel saya karena ada hal-hal yang mungkin sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Misal, penggunaan pager. Who’s using pager nowadays, rite? Even the cavemen don’t!
Nah, itu terjadi karena novel-novel saya hanya buku yang diilhami oleh hikmat manusia. Nggak seperti Alkitab, which is the Word of God Himself. Pernah dengar Alkitab direvisi saat akan cetak ulang? Nggak, kan?
Oke, balik ke topik “jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku”. Kalau tadi kita sudah tahu kenapa Allah layak memberikan perintah itu, sekarang kita harus tahu, apa sih maksud perintah ini?
Anyone, or ANYTHING! Nggak ada satupun hal, atau pribadi, yang boleh menginterupsi hubungan kita dengan Tuhan. Dalam bahasa aslinya, bentuk “allah lain” dalam Keluaran 20:3 itu plural, jamak, bukan hanya satu. Allah lain bukan sebatas patung yang kita sembah, tapi hal yang bisa menjadi andalan dan sumber kesenangan kita selain Tuhan. Nih, kita bisa lihat contoh allah-allah lain dalam kehidupan kita:
Pacar/gebetan bisa menjadi sumber insecurity kita. Kalau dia nggak balas BBM atau Whatsapp, kita langsung ngamuk, “mana nih si kutu kupret nggak balas-balas?” lalu kita jadi bad mood. Hey, don’t let your happiness depend on something you may lose! Nggak lucu banget deh, berbunga-bunga karena satu orang, tapi bisa nangis darah karena orang yang sama. It’s unhealthy for you!
Banyak orang yang menjadikan harta sebagai “tuhan”nya. Menghabiskan waktunya hanya untuk mencari harta, atau menjadikan harta sebagai andalannya.
Karier atau pendidikan. Bukan berarti kita nggak boleh mengejar karier atau prestasi. Tapi yang Tuhan mau adalah dalam pengejaran akan karier maupun prestasi itu, kita juga melibatkan dia. Lebih dari itu, kita MENGUTAMAKAN Dia. Pemilihan perusahaan tempat bekerja, sekolah, JC, Poly, kampus… kita mengutamakan kehendak-Nya dibanding kehendak kita sendiri.
Pelayanan TIDAK SAMA dengan Tuhan! Pelayanan bisa mempunyai motif lain yang bukan Tuhan semata: popularitas (melayani cuma karena pengen “tekenal” di gereja), pelampiasan ego (I love to preach, I’m gonna preach! Hello… I know you love to preach, but you gotta love JESUS!), menyalurkan hobi (daripada di rumah atau kost nggak ada keyboard or piano, mending main di gereja). Bahkan hal yang, katanya, dilakukan untuk Tuhan pun, belum tentu benar-benar kita lakukan bagi-Nya.
Ritual keagamaan, seperti perjamuan kudus. Kita melakukan perjamuan kudus sebagai pengingat akan apa yang Tuhan lakukan. Bukan berarti kalau ada yang sakit lalu diberi perjamuan kudus, kerasukan setan diberi perjamuan kudus. Lama-lama perjamuan kudus malah menjadi allah kita, menggantikan tempat Allah sendiri. Sama seperti orang Farisi yang begitu “mendewakan” hari sabat, tapi lalu melupakan Sang Pemilik hari Sabat sendiri, kita akan menjadi tidak berkenan di hadapan Allah.
Kita mungkin menertawakan bangsa Israel zaman dulu yang terus menerus dicobai untuk menyembah patung-patung yang terbuat dari kayu atau batu, atau bahkan dari emas atau perak. Kok bego banget sih mereka? Masalahnya adalah mereka bayangkan bahwa barang-barang yang tidak berguna itu bisa menggantikan Tuhan dan memberikan mereka kebahagiaan.
Coba kita bayangkan “allah” modern kita yang sekarang bisa menggantikan Tuhan, alias hal-hal selain Dia yang menjadi idaman hati kita: sebuah Rolls Royce baru, tas rancangan desainer, rumah baru, pacar atau gebetan yang membuat kita merasa bahwa kita tanpanya hanyalah butiran debu…
Setiap orang memiliki pencobaan tersendiri atas “allah lain di hadapan-Ku” ini. Satu yang perlu kita sadari, tidak akan pernah ada ada ujung bagi allah-allah lain ini. Semua pemujaan pada hal selain Allah pada akhirnya hanya akan meninggalkan perasaan pahit dan tertipu, karena seperti halnya ilah-ilah orang Israel yang dibuat oleh tangan, setiap allah lain itu menjadi debu di tangan kita.
Sekarang, bagaimana menghindari hadirnya allah-allah lain dalam hidup kita ini?
Always start a new day by talking to God before you talk to anyone else.. including your handphone! Bangun pagi jangan yang pertama dicari BlackBerry atau smartphonenya dulu, tapi Tuhan :)
Ada apa-apa, cerita sama Tuhan dulu. Aku tahu pasti kita punya seseorang yang selalu menjadi “ember curhat” kita. Ada apa-apa, kita selalu cerita sama dia dulu. Entah teman, saudara, atau ortu kita. Satu hal yang perlu kita ingat, mereka nggak mungkin selalu ada setiap waktu. Di lain pihak, Tuhan selalu ada setiap waktu. He says, I will never forsake you nor abandon you. He is available 24/7. Don’t take it for granted!
Rasul Paulus, orang Yahudi dengan status sosial yang sangat tinggi di zamannya, menulis:
Ia menyadari bahwa setelah mengenal Kristus, dia menganggap semua status sosialnya tidak berarti lagi, bahkan hanya senilai sampah! Setiap kali kita memiliki allah lain, ingatlah perkataan Paulus ini dan belajarlah darinya. Pada akhirnya kita akan menyadari bahwa semuanya itu hanya sampah.
Saya tahu bahwa menjadikan Tuhan sebagai nomor satu di hidup kita itu nggak mudah. Tapi ingatlah, Tuhan tidak pernah meminta kita untuk melepaskan sesuatu kecuali terlebih dahulu Dia tunjukkan betapa berharganya Pemberian yang telah dia berikan pada kita. Dia tidak pernah meminta kita menyerahkan boneka jelek di tangan kita sebelum Dia meletakkan bayi Yesus yang hidup dan berharga di palungan. Dia nggak pernah meminta kita hidup bagi-Nya, sebelum Dia sendiri memberikan hidup Anak-Nya yang tunggal di kayu salib.
If He demands us to put Him as our number one, believe me, He has first put us as His number one.
Tuhan memberkati :)
20:1 Lalu Allah mengucapkan segala firman ini:
20:2 "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
20:3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
Kita sering melupakan apa yang diucapkan Tuhan di ayat 2, "Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.” Ngapain sih Tuhan pakai harus menjelaskan siapa diri-Nya segala? Bangsa Israel harusnya sudah tahu dong Tuhan itu siapa?
Yes, they knew, but God had few reasons why He should “introduce” Himself again before the Israelites. Dia harus memberi alasan, mengapa Ia berhak memberikan 10 Hukum Taurat pada bangsa Israel. Perintah-perintah dalam 10 Hukum Taurat itu beneran nggak gampang lho, terutama hukum pertamanya, tapi Allah berhak mendapat tempat nomor satu di hati kita karena:
1. Siapa diri-Nya.
Nama Tuhan yang dipakai di dalam “akulah TUHAN” di sini adalah “YHWH atau Yehova”. Nama Yesus dalam bahasa Ibrani juga adalah “Yehova” yang artinya “menyelamatkan”. Jadi, dengan menyebutkan nama-Nya, Tuhan mau bilang, “Aku penyelamatmu”, bukan “Aku Tuhan yang kejam maka kamu harus mematuhi Aku!”
2. Apa yang telah Dia lakukan.
Misalnya nih ya, ada orang asing yang minta menjadi prioritas dalam hidup kita, padahal orang itu nggak pernah melakukan apa-apa buat kita, dan dia bukan siapa-siapa kita, tentu dia nggak layak mendapat prioritas dalam hidup kita. Tapi Tuhan layak mendapatkannya. Di bangsa Israel, karena Dia sudah membebaskan mereka dari perbudakan. Di hidup kita, karena Dia sudah membebaskan kita juga dari perbudakan dosa, dengan memberikan Yesus di kayu salib.
By the way, this is what I love about the Bible. It’s relevant few years ago, it’s relevant today. It will still always be relevant tomorrow and forever, no matter what. Jika Alkitab hanyalah sebuah buku yang ditulis oleh manusia, tidak ada The Great Designer di baliknya, Alkitab nggak akan tetap relevan hingga sekarang.
Contoh kecil aja nih ya, jika ada novel saya yang akan dicetak ulang, ada kalanya saya harus merevisi novel saya karena ada hal-hal yang mungkin sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman. Misal, penggunaan pager. Who’s using pager nowadays, rite? Even the cavemen don’t!
Nah, itu terjadi karena novel-novel saya hanya buku yang diilhami oleh hikmat manusia. Nggak seperti Alkitab, which is the Word of God Himself. Pernah dengar Alkitab direvisi saat akan cetak ulang? Nggak, kan?
Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi Firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya. (Yesaya 40:7)
Oke, balik ke topik “jangan ada padamu Allah lain di hadapan-Ku”. Kalau tadi kita sudah tahu kenapa Allah layak memberikan perintah itu, sekarang kita harus tahu, apa sih maksud perintah ini?
Anyone, or ANYTHING! Nggak ada satupun hal, atau pribadi, yang boleh menginterupsi hubungan kita dengan Tuhan. Dalam bahasa aslinya, bentuk “allah lain” dalam Keluaran 20:3 itu plural, jamak, bukan hanya satu. Allah lain bukan sebatas patung yang kita sembah, tapi hal yang bisa menjadi andalan dan sumber kesenangan kita selain Tuhan. Nih, kita bisa lihat contoh allah-allah lain dalam kehidupan kita:
Pacar/gebetan bisa menjadi sumber insecurity kita. Kalau dia nggak balas BBM atau Whatsapp, kita langsung ngamuk, “mana nih si kutu kupret nggak balas-balas?” lalu kita jadi bad mood. Hey, don’t let your happiness depend on something you may lose! Nggak lucu banget deh, berbunga-bunga karena satu orang, tapi bisa nangis darah karena orang yang sama. It’s unhealthy for you!
Banyak orang yang menjadikan harta sebagai “tuhan”nya. Menghabiskan waktunya hanya untuk mencari harta, atau menjadikan harta sebagai andalannya.
Karier atau pendidikan. Bukan berarti kita nggak boleh mengejar karier atau prestasi. Tapi yang Tuhan mau adalah dalam pengejaran akan karier maupun prestasi itu, kita juga melibatkan dia. Lebih dari itu, kita MENGUTAMAKAN Dia. Pemilihan perusahaan tempat bekerja, sekolah, JC, Poly, kampus… kita mengutamakan kehendak-Nya dibanding kehendak kita sendiri.
Pelayanan TIDAK SAMA dengan Tuhan! Pelayanan bisa mempunyai motif lain yang bukan Tuhan semata: popularitas (melayani cuma karena pengen “tekenal” di gereja), pelampiasan ego (I love to preach, I’m gonna preach! Hello… I know you love to preach, but you gotta love JESUS!), menyalurkan hobi (daripada di rumah atau kost nggak ada keyboard or piano, mending main di gereja). Bahkan hal yang, katanya, dilakukan untuk Tuhan pun, belum tentu benar-benar kita lakukan bagi-Nya.
Ritual keagamaan, seperti perjamuan kudus. Kita melakukan perjamuan kudus sebagai pengingat akan apa yang Tuhan lakukan. Bukan berarti kalau ada yang sakit lalu diberi perjamuan kudus, kerasukan setan diberi perjamuan kudus. Lama-lama perjamuan kudus malah menjadi allah kita, menggantikan tempat Allah sendiri. Sama seperti orang Farisi yang begitu “mendewakan” hari sabat, tapi lalu melupakan Sang Pemilik hari Sabat sendiri, kita akan menjadi tidak berkenan di hadapan Allah.
Kita mungkin menertawakan bangsa Israel zaman dulu yang terus menerus dicobai untuk menyembah patung-patung yang terbuat dari kayu atau batu, atau bahkan dari emas atau perak. Kok bego banget sih mereka? Masalahnya adalah mereka bayangkan bahwa barang-barang yang tidak berguna itu bisa menggantikan Tuhan dan memberikan mereka kebahagiaan.
Coba kita bayangkan “allah” modern kita yang sekarang bisa menggantikan Tuhan, alias hal-hal selain Dia yang menjadi idaman hati kita: sebuah Rolls Royce baru, tas rancangan desainer, rumah baru, pacar atau gebetan yang membuat kita merasa bahwa kita tanpanya hanyalah butiran debu…
Setiap orang memiliki pencobaan tersendiri atas “allah lain di hadapan-Ku” ini. Satu yang perlu kita sadari, tidak akan pernah ada ada ujung bagi allah-allah lain ini. Semua pemujaan pada hal selain Allah pada akhirnya hanya akan meninggalkan perasaan pahit dan tertipu, karena seperti halnya ilah-ilah orang Israel yang dibuat oleh tangan, setiap allah lain itu menjadi debu di tangan kita.
Sekarang, bagaimana menghindari hadirnya allah-allah lain dalam hidup kita ini?
Always start a new day by talking to God before you talk to anyone else.. including your handphone! Bangun pagi jangan yang pertama dicari BlackBerry atau smartphonenya dulu, tapi Tuhan :)
Ada apa-apa, cerita sama Tuhan dulu. Aku tahu pasti kita punya seseorang yang selalu menjadi “ember curhat” kita. Ada apa-apa, kita selalu cerita sama dia dulu. Entah teman, saudara, atau ortu kita. Satu hal yang perlu kita ingat, mereka nggak mungkin selalu ada setiap waktu. Di lain pihak, Tuhan selalu ada setiap waktu. He says, I will never forsake you nor abandon you. He is available 24/7. Don’t take it for granted!
Rasul Paulus, orang Yahudi dengan status sosial yang sangat tinggi di zamannya, menulis:
Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus. (Filipi 3:7-8)
Ia menyadari bahwa setelah mengenal Kristus, dia menganggap semua status sosialnya tidak berarti lagi, bahkan hanya senilai sampah! Setiap kali kita memiliki allah lain, ingatlah perkataan Paulus ini dan belajarlah darinya. Pada akhirnya kita akan menyadari bahwa semuanya itu hanya sampah.
Saya tahu bahwa menjadikan Tuhan sebagai nomor satu di hidup kita itu nggak mudah. Tapi ingatlah, Tuhan tidak pernah meminta kita untuk melepaskan sesuatu kecuali terlebih dahulu Dia tunjukkan betapa berharganya Pemberian yang telah dia berikan pada kita. Dia tidak pernah meminta kita menyerahkan boneka jelek di tangan kita sebelum Dia meletakkan bayi Yesus yang hidup dan berharga di palungan. Dia nggak pernah meminta kita hidup bagi-Nya, sebelum Dia sendiri memberikan hidup Anak-Nya yang tunggal di kayu salib.
For God so loved the world that he gave his one and only Son, that whoever believes in him shall not perish but have eternal life. (John 3:16)
If He demands us to put Him as our number one, believe me, He has first put us as His number one.
Tuhan memberkati :)
Published on March 18, 2013 11:15
January 31, 2013
Because of You
Kayaknya ini jangka waktu terlama saya nggak update blog, hehe. Enam bulan, bow! Padahal kemarin lagi nganggur-nganggurnya, kuliah udah beres, tinggal nyari kerjaan, tapi ya itu.. selalu menunda untuk menulis -.-
Anyway, tahun ini sub tema gereja saya di sini adalah “go out” alias pergi menjangkau orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Bukan sekedar menambah kuantitas jemaat, tapi yang lebih penting adalah meningkatkan kualitas jemaatnya. Ini membuat saya teringat apa yang disampaikan teolog Jerman, Dietrich Bonhoeffer:
And I once read somewhere, that the true meaning of Christianity is discipleship. Begitu pentingnya pemuridan atau pengabaran Injil ini, sehingga saat Yesus datang untuk kedua kalinya nanti, Ia nggak akan bertanya berapa banyak perusahaan yang kita miliki, seberapa besar rumah yang sudah kita bangun, atau jumlah mobil mewah yang kita koleksi. Ia hanya akan bertanya, “Adakah Kudapati iman di bumi?” (Lukas 18:8) Seberapa banyak orang yang telah kamu perkenalkan kepada-Nya?
Waktu doa malam di gereja minggu lalu, saya diingatkan oleh bacaan di dalam Lukas 14:16-24 ini:
Siapa tokoh utama yang muncul dalam perjamuan ini? The man who was preparing the great banquet, you may say. Tapi kemarin saya dibawa untuk lebih mengenal satu tokoh lagi dalam bacaan ini: si hamba.
Coba tempatkan dirimu dalam posisi si hamba. Kamu hamba orang kaya, kamu sudah terbiasa dikirim oleh majikanmu ke rumah koleganya (yang tentunya sesama orang kaya) untuk mengundang mereka datang ke pesta yang diadakan oleh tuanmu. Terbiasa datang ke rumah-rumah gedongan untuk mengundang orang kaya, ada kebanggaan tersendiri yang menyelip di hatimu.
Tapi kali ini, para kolega tuanmu itu tak bisa datang ke pesta, dan tuanmu (yang murka akan hal itu), menyuruhmu pergi ke segala jalan dan lorong kota untuk mengundang orang miskin, orang cacat, orang buta, dan lumpuh, agar datang ke pestanya.
Harga dirimu terusik. Kamu, yang biasa bertemu dengan orang-orang kaya dengan pakaian dan tas rancangan desainer, mereka yang mungkin dari radius seratus meter saja kamu sudah bisa kamu cium wangi semerbak parfumnya, kini harus ke kolong jembatan yang gelap dan kotor, mengundang para gelandangan dan gembel yang baunya sudah nggak keruan karena hanya Tuhan saja yang tahu kapan terakhir mereka mandi.
Apakah tuanmu sudah gila?
Tapi, meskipun menggerundel (mungkin sambil menutup hidung juga), kamu toh pergi juga ke kolong jembatan dan perkampungan kumuh untuk mengundang orang-orang itu, seperti perintah tuanmu.
"Parable of the Great Supper" by Harold Copping
Ketika para orang miskin itu, orang cacat dengan tongkat bikinannya sendiri yang sudah butut, kakek buta yang dituntun oleh seorang anak kecil berpakaian compang-camping, dan seluruh penduduk perkampungan kumuh berduyun-duyun memasuki rumah megah tuanmu dengan takjub, kamu mungkin membatin dalam hati, berapa banyak Domestos Nomos (bukan iklan berbayar :p) yang harus kamu habiskan untuk mengepel lantai rumah dan membasmi semua kuman dan noda lumpur yang dibawa oleh telapak-telapak kaki itu dari beceknya kolong jembatan ke lantai marmer mengilap rumah tuanmu.
Seakan semua itu belum cukup, ketika melihat makanan masih berlimpah meski semua tamu dekil itu sudah makan sampai nggak kuat makan lagi, tuanmu menyuruhmu pergi ke semua perempatan jalan untuk mengundang anak jalanan, mas-mas tengil yang biasa mengamen dengan kecrekan dan suara falsnya, dan pengemis-pengemis yang selalu berkeliling menadahkan tangannya ke mobil-mobil saat lampu lalu lintas berganti merah.
Kamu menghela napas. Tidakkah tuanmu berpikir, bahwa kamu mungkin saja dipalak oleh para preman jalanan ketika pergi ke perempatan jalan dan mengundang orang-orang itu? Kenapa tuanmu tidak merasa cukup dengan semua orang miskin-cacat-buta-lumpuh ini, dan masih harus mengundang anak jalanan, pengamen, pengemis, dan para preman… siapapun yang kamu jumpai di sana?
Tapi sekali lagi, meski sambil mengernyit dan mengomel, kamu menuruti perintah tuanmu. Dan ya, kali ini rumah tuanmu terisi penuh… semua orang makan sampai kenyang (bahkan sampai membungkus makanan untuk dibawa pulang!), masih tidak percaya akan rejeki nomplok yang menimpa mereka hari ini.
Di tengah pesta, tuanmu menghampirimu. Ia menepuk bahumu, lalu berkata, “Thank you for let me use you. Because of you, others are here today.”
Ketika melihat senyum di wajah tuanmu… kamu sadar, ia bisa saja menyuruh hamba lain untuk mengundang orang-orang miskin tadi, tapi ia memilihmu. Ia orang kaya yang berkuasa, ia bisa tetap mengundang siapapun hanya dengan menggunakan nama besarnya, tapi ia memberimu kesempatan untuk ikut terlibat.
Akun @Jahja_Gani yang saya follow di Twitter pernah menulis tweet ini: God’s perfect plan will always prevail. But isn’t it so sweet when He allows us to be a part of it?
Tuhan bisa memakai orang lain yang lebih cantik, ganteng, kaya, atau pintar darimu untuk memberitakan kabar keselamatan. Ia bisa mengirim malaikat-Nya untuk memberitakan kabar sukacita, seperti yang Ia lakukan dua ribu tahun lalu, ketika mengirim malaikat untuk memberitakan kabar kelahiran Yesus pada para gembala di padang. Ia bisa menggunakan air bah, tsunami, angin topan, segala elemen alam (bahkan ikan besar untuk menelan Yunus!) untuk membuat orang bertobat dan kembali kepada-Nya. Tapi ia… memilihmu.
Kamu mungkin memberontak ketika melihat temanmu yang paling menyebalkan di sekolah bertingkah, dan Roh Kudus menyuruhmu untuk mendekatinya, menraktirnya makan, dan mengajaknya ke gereja.
Kamu mungkin berkata dalam hati, “yang bener aja, Tuhan!” ketika seorang waria berdandan menor berjalan melintasimu (dibarengi suitan nakal para orang usil), dan Tuhan berbisik dalam hatimu untuk mendoakannya.
But you do it anyway. Kamu tetap melakukannya. Kamu memilih untuk taat, meski sambil mengomel, menggerundel, dan nggak habis pikir. Kamu mengundang orang-orang “terbuang” itu ke rumah Tuhanmu, mengenalkannya pada Tuhanmu, mengajak mereka ikut merasakan kebaikan-Nya, yang mungkin tidak pernah mereka bayangkan seumur hidup mereka.
And we all know, it will be worth it in the end. When you arrive in heaven, You will hear Christ says to you, “Thank you for let me use you. Because of you, others are here today.”
Amen :)
Anyway, tahun ini sub tema gereja saya di sini adalah “go out” alias pergi menjangkau orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Bukan sekedar menambah kuantitas jemaat, tapi yang lebih penting adalah meningkatkan kualitas jemaatnya. Ini membuat saya teringat apa yang disampaikan teolog Jerman, Dietrich Bonhoeffer:
And I once read somewhere, that the true meaning of Christianity is discipleship. Begitu pentingnya pemuridan atau pengabaran Injil ini, sehingga saat Yesus datang untuk kedua kalinya nanti, Ia nggak akan bertanya berapa banyak perusahaan yang kita miliki, seberapa besar rumah yang sudah kita bangun, atau jumlah mobil mewah yang kita koleksi. Ia hanya akan bertanya, “Adakah Kudapati iman di bumi?” (Lukas 18:8) Seberapa banyak orang yang telah kamu perkenalkan kepada-Nya?
Waktu doa malam di gereja minggu lalu, saya diingatkan oleh bacaan di dalam Lukas 14:16-24 ini:
14:16 Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang.
14:17 Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap.
14:18 Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan.
14:19 Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan.
14:20 Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.
14:21 Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh.
14:22 Kemudian hamba itu melaporkan: Tuan, apa yang tuan perintahkan itu sudah dilaksanakan, tetapi sekalipun demikian masih ada tempat.
14:23 Lalu kata tuan itu kepada hambanya: Pergilah ke semua jalan dan lintasan dan paksalah orang-orang, yang ada di situ, masuk, karena rumahku harus penuh.
14:24 Sebab Aku berkata kepadamu: Tidak ada seorang pun dari orang-orang yang telah diundang itu akan menikmati jamuan-Ku."
Siapa tokoh utama yang muncul dalam perjamuan ini? The man who was preparing the great banquet, you may say. Tapi kemarin saya dibawa untuk lebih mengenal satu tokoh lagi dalam bacaan ini: si hamba.
Coba tempatkan dirimu dalam posisi si hamba. Kamu hamba orang kaya, kamu sudah terbiasa dikirim oleh majikanmu ke rumah koleganya (yang tentunya sesama orang kaya) untuk mengundang mereka datang ke pesta yang diadakan oleh tuanmu. Terbiasa datang ke rumah-rumah gedongan untuk mengundang orang kaya, ada kebanggaan tersendiri yang menyelip di hatimu.
Tapi kali ini, para kolega tuanmu itu tak bisa datang ke pesta, dan tuanmu (yang murka akan hal itu), menyuruhmu pergi ke segala jalan dan lorong kota untuk mengundang orang miskin, orang cacat, orang buta, dan lumpuh, agar datang ke pestanya.
Harga dirimu terusik. Kamu, yang biasa bertemu dengan orang-orang kaya dengan pakaian dan tas rancangan desainer, mereka yang mungkin dari radius seratus meter saja kamu sudah bisa kamu cium wangi semerbak parfumnya, kini harus ke kolong jembatan yang gelap dan kotor, mengundang para gelandangan dan gembel yang baunya sudah nggak keruan karena hanya Tuhan saja yang tahu kapan terakhir mereka mandi.
Apakah tuanmu sudah gila?
Tapi, meskipun menggerundel (mungkin sambil menutup hidung juga), kamu toh pergi juga ke kolong jembatan dan perkampungan kumuh untuk mengundang orang-orang itu, seperti perintah tuanmu.
"Parable of the Great Supper" by Harold CoppingKetika para orang miskin itu, orang cacat dengan tongkat bikinannya sendiri yang sudah butut, kakek buta yang dituntun oleh seorang anak kecil berpakaian compang-camping, dan seluruh penduduk perkampungan kumuh berduyun-duyun memasuki rumah megah tuanmu dengan takjub, kamu mungkin membatin dalam hati, berapa banyak Domestos Nomos (bukan iklan berbayar :p) yang harus kamu habiskan untuk mengepel lantai rumah dan membasmi semua kuman dan noda lumpur yang dibawa oleh telapak-telapak kaki itu dari beceknya kolong jembatan ke lantai marmer mengilap rumah tuanmu.
Seakan semua itu belum cukup, ketika melihat makanan masih berlimpah meski semua tamu dekil itu sudah makan sampai nggak kuat makan lagi, tuanmu menyuruhmu pergi ke semua perempatan jalan untuk mengundang anak jalanan, mas-mas tengil yang biasa mengamen dengan kecrekan dan suara falsnya, dan pengemis-pengemis yang selalu berkeliling menadahkan tangannya ke mobil-mobil saat lampu lalu lintas berganti merah.
Kamu menghela napas. Tidakkah tuanmu berpikir, bahwa kamu mungkin saja dipalak oleh para preman jalanan ketika pergi ke perempatan jalan dan mengundang orang-orang itu? Kenapa tuanmu tidak merasa cukup dengan semua orang miskin-cacat-buta-lumpuh ini, dan masih harus mengundang anak jalanan, pengamen, pengemis, dan para preman… siapapun yang kamu jumpai di sana?
Tapi sekali lagi, meski sambil mengernyit dan mengomel, kamu menuruti perintah tuanmu. Dan ya, kali ini rumah tuanmu terisi penuh… semua orang makan sampai kenyang (bahkan sampai membungkus makanan untuk dibawa pulang!), masih tidak percaya akan rejeki nomplok yang menimpa mereka hari ini.
Di tengah pesta, tuanmu menghampirimu. Ia menepuk bahumu, lalu berkata, “Thank you for let me use you. Because of you, others are here today.”
Ketika melihat senyum di wajah tuanmu… kamu sadar, ia bisa saja menyuruh hamba lain untuk mengundang orang-orang miskin tadi, tapi ia memilihmu. Ia orang kaya yang berkuasa, ia bisa tetap mengundang siapapun hanya dengan menggunakan nama besarnya, tapi ia memberimu kesempatan untuk ikut terlibat.
Akun @Jahja_Gani yang saya follow di Twitter pernah menulis tweet ini: God’s perfect plan will always prevail. But isn’t it so sweet when He allows us to be a part of it?
Tuhan bisa memakai orang lain yang lebih cantik, ganteng, kaya, atau pintar darimu untuk memberitakan kabar keselamatan. Ia bisa mengirim malaikat-Nya untuk memberitakan kabar sukacita, seperti yang Ia lakukan dua ribu tahun lalu, ketika mengirim malaikat untuk memberitakan kabar kelahiran Yesus pada para gembala di padang. Ia bisa menggunakan air bah, tsunami, angin topan, segala elemen alam (bahkan ikan besar untuk menelan Yunus!) untuk membuat orang bertobat dan kembali kepada-Nya. Tapi ia… memilihmu.
Kamu mungkin memberontak ketika melihat temanmu yang paling menyebalkan di sekolah bertingkah, dan Roh Kudus menyuruhmu untuk mendekatinya, menraktirnya makan, dan mengajaknya ke gereja.
Kamu mungkin berkata dalam hati, “yang bener aja, Tuhan!” ketika seorang waria berdandan menor berjalan melintasimu (dibarengi suitan nakal para orang usil), dan Tuhan berbisik dalam hatimu untuk mendoakannya.
But you do it anyway. Kamu tetap melakukannya. Kamu memilih untuk taat, meski sambil mengomel, menggerundel, dan nggak habis pikir. Kamu mengundang orang-orang “terbuang” itu ke rumah Tuhanmu, mengenalkannya pada Tuhanmu, mengajak mereka ikut merasakan kebaikan-Nya, yang mungkin tidak pernah mereka bayangkan seumur hidup mereka.
And we all know, it will be worth it in the end. When you arrive in heaven, You will hear Christ says to you, “Thank you for let me use you. Because of you, others are here today.”
Amen :)
Published on January 31, 2013 06:04
July 29, 2012
Ziklag
Beberapa hari yang lalu, saya lagi baca One Year Bible Plan, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost. FYI, we rent a unit of HDB (sebutan untuk rumah susun di Singapore) here, consists of three bedrooms, and one of those rooms has been vacant for a month. We’ve been trying our best in order to find a housemate, but still haven’t found one yet. Nah, berhubung saya dan roommate saya nyewa satu unit, konsekuensinya adalah kalau ada kamar yang kosong, kami yang harus nanggung pembayarannya. Haha, finding a housemate is frustating, and paying for a vacant room is even more! :p But then, we have no choice.
Jadi, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost (karena memang udah waktunya bayar), I went downstair to withdraw money from ATM (di bawah rumah saya ada mesin ATM, lol!). Waktu habis ngambil uang, saya cek saldo, dan… langsung mengasihani diri sendiri, wkwk. Ironis sekali bagaimana sederet angka yang terpampang di monitor mesin ATM bisa mempengaruhi mood-mu, ya? :p
Nah, saya balik ke rumah, kasih uang ke roommate saya, dan nerusin baca bacaan One Year Bible Plan untuk hari itu, which was 1 Samuel 30, about David destroying the Amalekites.
Courtesy of http://genebrooks.blogspot.sg/2012/01/but-david-strengthened-himself-in-lord.html
Coba bayangin, kita pulang ke rumah, lalu mendapati suami/istri/anak/saudara/ortu kita diculik oleh teroris. Bukan cuma itu, tapi juga suami/istri/anak/saudara/ortu dari tetangga kita sekompleks perumahan, dan tetangga-tetangga kita yang tersisa… berniat melempari kita dengan batu karena menganggap kitalah penyebab anggota keluarga mereka diculik. Gosh, I couldn’t even imagine such a situation! -.-
But I was trembling when I read the last sentence on verse 6…
But David found strength in the Lord his God.
In such a great distress… David found strength in the Lord his God! Masalah cari housemate, saldo tipis, tugas kuliah yang menumpuk, atau apa pun yang saya alami sekarang ini, sama sekali nggak sebanding dengan apa yang dialami Daud di Ziklag, tapi saya udah lebay pengen garuk-garuk tanah, while David found strength in the Lord his God! *ketampar*
It feels like that particular moment, when you read a Bible verse and you feel like the verse was written ONLY for you. And I don’t believe in coincidence. I believe that was God, who wanted to remind me, that I can find my strength, and my rest, in Him. That He cares about my problems, and He’s still in control!
Pfiuuuh! Such a relief, isn’t it? Dan yang lebih dahsyat lagi, Tuhan juga ingatin saya akan apa yang harus saya lakukan dalam situasi seperti ini, melalui apa yang dilakukan David sesudahnya.
Dalam situasi seperti itu, setelah menemukan kekuatannya di dalam Tuhan, David inquire the Lord. Dia bertanya pada Tuhan, meminta petunjuk. Dia nggak langsung muter otak, mengandalkan pikiran dan kekuatannya sendiri, atau membasmi orang-orang yang berniat merajam dia. Dia bertanya pada Tuhan, apa yang harus saya lakukan? Dan Tuhan menjawab dia, memberitahunya apa yang harus dia lakukan. So, please, bear this in mind: inquire the Lord first!
Okay, next!
Kalau masalah yang kita hadapi adalah masalah bersama, mungkin kita masih beriman dan percaya Tuhan akan menyelesaikan masalah itu, karena Dia sudah berjanji (baca ayat 8), sementara “teman seperjuangan” kita sudah nyerah, nggak mau maju lagi… but we have to continue the pursuit! Kalau Tuhan sudah menjanjikan sesuatu pada kita, percayalah bahwa janji-Nya akan digenapi. Jangan terpengaruh dengan orang-orang yang give up di tengah jalan dan ikut mundur bersama mereka. Whatever God wants us to do, He takes the responsibility for providing for it to be done!
Hal ketiga nih:
Courtesy of http://www.pic2fly.com/viewimage/David%20at%20Ziklag/aHR0cDovL2Zhcm0zLnN0YXRpY2ZsaWNrci5jb20vMjMzMy8yMzgxNDI3MTkyXzdhYWUyYjliMDRfei5qcGc/eno9MQ
Kalau kita lagi suntuk, boro-boro bantuin orang lain, mikirin masalah sendiri aja udah puyeng, ya nggak? Tapi Daud dan orang-orangnya mau memberi makan seorang Mesir yang mereka temui di jalan saat mereka sedang mengejar orang Amalek (yang menculik anak-istri mereka)! Apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata orang Mesir itu adalah budak orang Amalek yang dibuang, dan ia tahu ke mana orang Amalek membawa para anak-istri Daud dan pengikutnya! Ia yang menjadi penunjuk ke lokasi orang Amalek, hingga Daud dan orang-orangnya bisa menyerang balik orang Amalek dan mengambil kembali anak-istri mereka, dalam keadaan nggak kurang suatu apa pun!
We never knew, how a simple good deeds like feeding the needy could bless us in return, but that’s how God works. What you sow is what you are going to reap. Jadi, jangan abaikan orang yang membutuhkan, meski kamu sendiri sedang dalam kesusahan. Dalam kesusahan seberat apa pun, masih ada orang yang lebih kesusahan darimu.
The last thing God reminds me from this passage:
Masih ingat dengan dua ratus orang yang meninggalkan Daud di Besor? Orang-orang ini mungkin tadinya mengolok-olok Daud, meremehkannya, nggak percaya Daud bakal mampu memimpin mereka mengambil kembali anak-istri mereka yang dijadikan tawanan, but he proved them wrong! Lebih lagi, setelah keberhasilannya, Daud nggak mengolok mereka balik dan bilang, “Nih lihat, orang yang lo remehin sudah menyelamatkan anak-istri lo, lho!” atau membalas dendam dengan nggak membagi apa yang sudah Daud dan orang-orangnya dapat dari hasil penyerbuan. Daud tahu, Tuhan-lah yang memungkinkan ia melakukan semua itu, Tuhan-lah yang memberikan orang Amalek ke dalam tangannya, jadi kenapa ia harus menyombongkan diri di depan orang-orang yang meninggalkannya atau meremehkannya? Ia malah berbagi dengan mereka, memberkati mereka. Nggak kebayang kan gimana malu dan segannya orang-orang itu? :) Lest any man should boast!
I believe that none of us is as greatly distressed as David when he was in Ziklag, but I know each of us is facing our own “Ziklag moments”. Just don’t lose faith, keep believing in God! Allah yang menolong Daud di “Ziklag moments”-nya masih tetap Allah yang sama, yang akan menolongmu saat ini. Ia juga Allah yang sama yang akan melepaskanmu dari “Ziklag moments”-mu. Ia tidak pernah berubah! Ingatlah akan perbuatan-perbuatan-Nya yang dahsyat dalam hidupmu. Ingatlah akan pertolongan-Nya yang tak pernah terlambat. Ingatlah akan janji-janji-Nya yang ya dan amin!
God bless! :)
Jadi, waktu roommate saya ingatin untuk bayar uang kost (karena memang udah waktunya bayar), I went downstair to withdraw money from ATM (di bawah rumah saya ada mesin ATM, lol!). Waktu habis ngambil uang, saya cek saldo, dan… langsung mengasihani diri sendiri, wkwk. Ironis sekali bagaimana sederet angka yang terpampang di monitor mesin ATM bisa mempengaruhi mood-mu, ya? :p
Nah, saya balik ke rumah, kasih uang ke roommate saya, dan nerusin baca bacaan One Year Bible Plan untuk hari itu, which was 1 Samuel 30, about David destroying the Amalekites.
Courtesy of http://genebrooks.blogspot.sg/2012/01/but-david-strengthened-himself-in-lord.html30:1 David and his men reached Ziklag on the third day. Now the Amalekites had raided the Negev and Ziklag. They had attacked Ziklag and burned it
30:2 and had taken captive the women and everyone else in it, both young and old. They killed none of them, but carried them off as they went on their way.
30:3 When David and his men reached Ziklag, they found it destroyed by fire and their wives and sons and daughters taken captive.
30:4 So David and his men wept aloud until they had no strength left to weep.
30:5 David's two wives had been captured—Ahinoam of Jezreel and Abigail, the widow of Nabal of Carmel.
30:6 David was greatly distressed because the men were talking of stoning him; each one was bitter in spirit because of his sons and daughters. But David found strength in the Lord his God.
Coba bayangin, kita pulang ke rumah, lalu mendapati suami/istri/anak/saudara/ortu kita diculik oleh teroris. Bukan cuma itu, tapi juga suami/istri/anak/saudara/ortu dari tetangga kita sekompleks perumahan, dan tetangga-tetangga kita yang tersisa… berniat melempari kita dengan batu karena menganggap kitalah penyebab anggota keluarga mereka diculik. Gosh, I couldn’t even imagine such a situation! -.-
But I was trembling when I read the last sentence on verse 6…
But David found strength in the Lord his God.
In such a great distress… David found strength in the Lord his God! Masalah cari housemate, saldo tipis, tugas kuliah yang menumpuk, atau apa pun yang saya alami sekarang ini, sama sekali nggak sebanding dengan apa yang dialami Daud di Ziklag, tapi saya udah lebay pengen garuk-garuk tanah, while David found strength in the Lord his God! *ketampar*
It feels like that particular moment, when you read a Bible verse and you feel like the verse was written ONLY for you. And I don’t believe in coincidence. I believe that was God, who wanted to remind me, that I can find my strength, and my rest, in Him. That He cares about my problems, and He’s still in control!
Pfiuuuh! Such a relief, isn’t it? Dan yang lebih dahsyat lagi, Tuhan juga ingatin saya akan apa yang harus saya lakukan dalam situasi seperti ini, melalui apa yang dilakukan David sesudahnya.
30:7 Then David said to Abiathar the priest, the son of Ahimelek, "Bring me the ephod." Abiathar brought it to him,
30:8 and David inquired of the Lord, "Shall I pursue this raiding party? Will I overtake them?" "Pursue them," he answered. "You will certainly overtake them and succeed in the rescue."
Dalam situasi seperti itu, setelah menemukan kekuatannya di dalam Tuhan, David inquire the Lord. Dia bertanya pada Tuhan, meminta petunjuk. Dia nggak langsung muter otak, mengandalkan pikiran dan kekuatannya sendiri, atau membasmi orang-orang yang berniat merajam dia. Dia bertanya pada Tuhan, apa yang harus saya lakukan? Dan Tuhan menjawab dia, memberitahunya apa yang harus dia lakukan. So, please, bear this in mind: inquire the Lord first!
Okay, next!
30:9 David and the six hundred men with him came to the Besor Valley, where some stayed behind.
30:10 Two hundred of them were too exhausted to cross the valley, but David and the other four hundred continued the pursuit.
Kalau masalah yang kita hadapi adalah masalah bersama, mungkin kita masih beriman dan percaya Tuhan akan menyelesaikan masalah itu, karena Dia sudah berjanji (baca ayat 8), sementara “teman seperjuangan” kita sudah nyerah, nggak mau maju lagi… but we have to continue the pursuit! Kalau Tuhan sudah menjanjikan sesuatu pada kita, percayalah bahwa janji-Nya akan digenapi. Jangan terpengaruh dengan orang-orang yang give up di tengah jalan dan ikut mundur bersama mereka. Whatever God wants us to do, He takes the responsibility for providing for it to be done!
Hal ketiga nih:
Courtesy of http://www.pic2fly.com/viewimage/David%20at%20Ziklag/aHR0cDovL2Zhcm0zLnN0YXRpY2ZsaWNrci5jb20vMjMzMy8yMzgxNDI3MTkyXzdhYWUyYjliMDRfei5qcGc/eno9MQ30:11 They found an Egyptian in a field and brought him to David. They gave him water to drink and food to eat
30:12 part of a cake of pressed figs and two cakes of raisins. He ate and was revived, for he had not eaten any food or drunk any water for three days and three nights.
Kalau kita lagi suntuk, boro-boro bantuin orang lain, mikirin masalah sendiri aja udah puyeng, ya nggak? Tapi Daud dan orang-orangnya mau memberi makan seorang Mesir yang mereka temui di jalan saat mereka sedang mengejar orang Amalek (yang menculik anak-istri mereka)! Apa yang terjadi selanjutnya? Ternyata orang Mesir itu adalah budak orang Amalek yang dibuang, dan ia tahu ke mana orang Amalek membawa para anak-istri Daud dan pengikutnya! Ia yang menjadi penunjuk ke lokasi orang Amalek, hingga Daud dan orang-orangnya bisa menyerang balik orang Amalek dan mengambil kembali anak-istri mereka, dalam keadaan nggak kurang suatu apa pun!
30:18 David recovered everything the Amalekites had taken, including his two wives.
30:19 Nothing was missing: young or old, boy or girl, plunder or anything else they had taken. David brought everything back.
We never knew, how a simple good deeds like feeding the needy could bless us in return, but that’s how God works. What you sow is what you are going to reap. Jadi, jangan abaikan orang yang membutuhkan, meski kamu sendiri sedang dalam kesusahan. Dalam kesusahan seberat apa pun, masih ada orang yang lebih kesusahan darimu.
The last thing God reminds me from this passage:
30:21 Then David came to the two hundred men who had been too exhausted to follow him and who were left behind at the Besor Valley. They came out to meet David and the men with him. As David and his men approached, he asked them how they were.
30:22 But all the evil men and troublemakers among David's followers said, "Because they did not go out with us, we will not share with them the plunder we recovered. However, each man may take his wife and children and go."
30:23 David replied, "No, my brothers, you must not do that with what the Lord has given us. He has protected us and delivered into our hands the raiding party that came against us.
30:24 Who will listen to what you say? The share of the man who stayed with the supplies is to be the same as that of him who went down to the battle. All will share alike."
Masih ingat dengan dua ratus orang yang meninggalkan Daud di Besor? Orang-orang ini mungkin tadinya mengolok-olok Daud, meremehkannya, nggak percaya Daud bakal mampu memimpin mereka mengambil kembali anak-istri mereka yang dijadikan tawanan, but he proved them wrong! Lebih lagi, setelah keberhasilannya, Daud nggak mengolok mereka balik dan bilang, “Nih lihat, orang yang lo remehin sudah menyelamatkan anak-istri lo, lho!” atau membalas dendam dengan nggak membagi apa yang sudah Daud dan orang-orangnya dapat dari hasil penyerbuan. Daud tahu, Tuhan-lah yang memungkinkan ia melakukan semua itu, Tuhan-lah yang memberikan orang Amalek ke dalam tangannya, jadi kenapa ia harus menyombongkan diri di depan orang-orang yang meninggalkannya atau meremehkannya? Ia malah berbagi dengan mereka, memberkati mereka. Nggak kebayang kan gimana malu dan segannya orang-orang itu? :) Lest any man should boast!
I believe that none of us is as greatly distressed as David when he was in Ziklag, but I know each of us is facing our own “Ziklag moments”. Just don’t lose faith, keep believing in God! Allah yang menolong Daud di “Ziklag moments”-nya masih tetap Allah yang sama, yang akan menolongmu saat ini. Ia juga Allah yang sama yang akan melepaskanmu dari “Ziklag moments”-mu. Ia tidak pernah berubah! Ingatlah akan perbuatan-perbuatan-Nya yang dahsyat dalam hidupmu. Ingatlah akan pertolongan-Nya yang tak pernah terlambat. Ingatlah akan janji-janji-Nya yang ya dan amin!
My comfort in my suffering is this: Your promise preserves my life. (Psalm 119:50)
God bless! :)
Published on July 29, 2012 23:23
July 25, 2012
Spread Your Wings!
I have been physically and emotionally exhausted lately, but, by God’s grace, I refuse to be spiritually exhausted as well. YEAH! :D
Anyway, few days ago, when I was on my way to school, God reminded me about how often I rely on my own strength. Tau kan, kalau lagi ada masalah, terus kita sibuk sendiri mikirin jalan keluar dari masalah itu, atau nanya ke orang-orang terdekat kita, BUKANNYA berdoa dulu sebelumnya. Yang mana pada akhirnya kita justru capek sendiri, stres, tapi masalahnya justru nggak selesai-selesai -.-
Kata Firman Tuhan:
Duh, dibilang "celaka", lho! Serem ya? :s
Padahal, kadang saat kita berhenti bergantung pada kekuatan kita sendiri, justru saat itulah Tuhan bekerja. Sama seperti burung rajawali yang naik tinggi saat ia MERENTANGKAN sayapnya, dan bukan MENGEPAKKAN-nya.
Ketika rajawali mengepakkan sayapnya, ia bergantung pada kekuatannya sendiri (dan lama-lama ia pasti akan capek), tapi ketika ia merentangkan sayapnya, ia bergantung pada kekuatan angin (yang jauh lebih besar dari kekuatannya sendiri), yang justru membawanya membubung tinggi.
Rajawali tahu, kekuatan angin lebih besar dari kekuatan sayapnya, sama seperti kita yang seharusnya tahu bahwa kekuatan Tuhan jauh lebih dahsyat dari kekuatan kita. Tapi, kadang kita terlalu takut kita bakal akan jatuh kalau kita nggak “mengepakkan sayap” kita sekuat mungkin, dan akhirnya jadi takut juga untuk “merentangkan sayap” kita.
Courtesy of http://www.flickr.com/photos/fengwei888/5353879117/
It reminds me of the Power of Your Love beautiful lyric, “and as i wait i'll rise up like the eagle.. and i will soar with You, Your Spirit leads me on, by the power of Your love…” and also the lyric of Everlasting God, “strength will rise as we wait upon the Lord.”
Wait, and rest, hal yang mungkin sulit sekali kita lakukan, tapi mungkin justru jadi hal yang paling kita butuhkan saat ini.
Friends, learn to spread your wings, instead of flapping it unceasingly. Sometimes, all you need is rest in the Lord, and you’ll see His miraculous works! :)
"God can give you rest IN the struggle before the time comes for you to rest FROM the struggle." - J. Elwin Wright
Anyway, few days ago, when I was on my way to school, God reminded me about how often I rely on my own strength. Tau kan, kalau lagi ada masalah, terus kita sibuk sendiri mikirin jalan keluar dari masalah itu, atau nanya ke orang-orang terdekat kita, BUKANNYA berdoa dulu sebelumnya. Yang mana pada akhirnya kita justru capek sendiri, stres, tapi masalahnya justru nggak selesai-selesai -.-
Kata Firman Tuhan:
Celakalah orang-orang yang pergi ke Mesir minta pertolongan, yang mengandalkan kuda-kuda, yang percaya kepada keretanya yang begitu banyak, dan kepada pasukan berkuda yang begitu besar jumlahnya, tetapi tidak memandang kepada Yang Mahakudus, Allah Israel, dan tidak mencari TUHAN. (Yesaya 31:1)
Duh, dibilang "celaka", lho! Serem ya? :s
Padahal, kadang saat kita berhenti bergantung pada kekuatan kita sendiri, justru saat itulah Tuhan bekerja. Sama seperti burung rajawali yang naik tinggi saat ia MERENTANGKAN sayapnya, dan bukan MENGEPAKKAN-nya.
Ketika rajawali mengepakkan sayapnya, ia bergantung pada kekuatannya sendiri (dan lama-lama ia pasti akan capek), tapi ketika ia merentangkan sayapnya, ia bergantung pada kekuatan angin (yang jauh lebih besar dari kekuatannya sendiri), yang justru membawanya membubung tinggi.
Rajawali tahu, kekuatan angin lebih besar dari kekuatan sayapnya, sama seperti kita yang seharusnya tahu bahwa kekuatan Tuhan jauh lebih dahsyat dari kekuatan kita. Tapi, kadang kita terlalu takut kita bakal akan jatuh kalau kita nggak “mengepakkan sayap” kita sekuat mungkin, dan akhirnya jadi takut juga untuk “merentangkan sayap” kita.
Courtesy of http://www.flickr.com/photos/fengwei888/5353879117/It reminds me of the Power of Your Love beautiful lyric, “and as i wait i'll rise up like the eagle.. and i will soar with You, Your Spirit leads me on, by the power of Your love…” and also the lyric of Everlasting God, “strength will rise as we wait upon the Lord.”
Wait, and rest, hal yang mungkin sulit sekali kita lakukan, tapi mungkin justru jadi hal yang paling kita butuhkan saat ini.
Friends, learn to spread your wings, instead of flapping it unceasingly. Sometimes, all you need is rest in the Lord, and you’ll see His miraculous works! :)
"God can give you rest IN the struggle before the time comes for you to rest FROM the struggle." - J. Elwin Wright
Published on July 25, 2012 05:49
July 9, 2012
Spirit of the Lord vs Evil Spirit
Heiya!
I haven’t blogged for one and half months? Geez, been pretty busy with holiday, then Singapore Open, then school (I’m on my last term! Time flies!), but now I wanna share with you what I got from my Bible reading today :D
So, I was reading 1 Samuel 16 : 14-23, and it was about David in Saul’s Service.
Nah, sebelum bahas bacaan ini, saya mau sharing sedikit. Belakangan ini, sudah 1-2 bulan lah, saya rada jauh dari Tuhan. Bukan yang jadi anak nakal atau ugal-ugalan, tapi saat teduhnya suka bolong-bolong. And you know what? Itu ngefek banget ke segi spiritual dan emosional saya. Saya jadi lebih gampang uring-uringan, negative thinking, sinis, iri, khawatir, meremehkan orang lain… sampai-sampai kalau otak bisa dikeluarin dari kepala supaya berhenti mikir yang jelek-jelek itu, pasti saya keluarin deh! *ekstrem :p*
Saya sih tau setau-taunya kenapa saya begitu (which is karena hubungan sama Tuhan lagi renggang), dan saya juga tau gimana mengatasinya (yaitu dengan bangun hubungan yang dekat dengan Tuhan lagi lewat cara berkomunikasi dengan Tuhan secara pribadi SETIAP HARI), tapi toh kemarin saya malah nggak ambil tindakan penanggulangan itu.
Malam ini, berhubung sudah bolak-balik ditegur YouVersion karena udah ketinggalan banyak banget di One Year Bible Plan (tuh kan, kelihatan betapa renggangnya hubungan saya sama Tuhan belakangan ini *sigh*), akhirnya saya lanjut baca lagi, yang ternyata masih mentok di 1 Samuel 16 ini, padahal harusnya saya sudah sampai di 1 Tawarikh 9 *malu!*
Waktu saya baca ini, saya beneran berasa ketampar! Apa yang saya dapat?
Pertama : Waktu itu, Roh Tuhan undur daripada Saul, karena Saul nggak menaati perintah Tuhan (dia nggak membunuh seluruh bangsa Amalek beserta ternak-ternaknya seperti yang Tuhan perintahkan, tapi malah menyimpan ternak yang terbaik, dan membiarkan Agag, raja Amalek, hidup). Akibatnya, Saul jadi diganggu roh jahat, yang pasti sangat parah (mungkin doi sampai banting-banting barang atau teriak-teriak sendiri, hiiiy!) karena hamba-hambanya sampai memberi saran supaya Saul mendatangkan seseorang yang pandai main kecapi untuk menenangkan dia jika dia sedang “kumat”.
What can we see from this? Kalau Roh Tuhan undur daripada kita, mungkin karena kita terlalu sering “nyuekin” Dia, atau nggak “memberi Dia makan” dengan asupan Firman Tuhan sebagaimana seharusnya, which is AT LEAST once a day, evil spirit lah yang bakal menguasai kita. Saya nggak bilang kita bakal kesurupan atau apa, tapi evil spirit itu bisa datang dalam bentuk… yup, NEGATIVE THOUGHTS! Perasaan khawatir, hilangnya damai sejahtera yang bikin uring-uringan, iri hati dan nggak bisa ikut senang saat lihat orang lain bahagia atau berhasil, dsb dll dst… semua itu pekerjaan iblis, yang kita beri kesempatan untuk menguasai kita, karena kita MEMBIARKAN Roh Tuhan undur daripada kita.
I feel that lho, sampai kadang rasanya jengkel sama diri sendiri, kenapa kok saya bisa begini? Kenapa saya nggak bisa kayak dulu yang penuh kasih? Lalu saya ingat, saat-saat di mana saya paling penuh kasih adalah saat-saat di mana hubungan saya paling erat dengan Tuhan. Saya bisa saat teduh dua kali sehari kala itu, pagi dan malam. Saya juga melahap semua e-mail daily devotional yang masuk ke inbox saya. Saya haus dan lapar akan Firman Tuhan, and He made my cup overflows. How I miss those moments. How I want to feel close with Him again, to be able to communicate with Him, get everything back as how they used to be…
Memang pikiran saya dulu bukan yang kebal terhadap semua serangan iblis, but everytime the evil spirit tried to attack me, I was able to do the counterattack! I defend my mind with the Word of God and His promises! Misal, setiap kali iblis ganggu dengan kekuatiran tentang finansial, saya selalu bisa bilang, “The Lord is my shepherd, I shall not want!”
Tapi ketika saya jauh dari Tuhan, saya nggak melawan ketika saya diserang. Saya diam saja. Saya bertahan dengan enggan, dan pada akhirnya pertahanan yang lemah itu sangat mudah dihancurkan oleh iblis. So, now you know how essential a close relationship with God is. Don’t let go of it!
Courtesy of: http://spirituallythinking.blogspot.sg/2011/12/greatest-comfort.html
Kedua : Daud akhirnya menjadi orang yang bertugas memainkan kecapi untuk menenangkan Saul setiap kali dia “kumat”. Kalau kita lihat, ini bukan semata karena Daud jago main kecapi, tapi juga karena “TUHAN menyertai dia” (ay. 18)
Ketika kamu sedang jauh dari Tuhan, pikiranmu kacau karena segala negative thoughts, kamu butuh “ditenangkan” oleh seseorang yang disertai oleh Tuhan. Cari nasehat dari teman, mentor, atau leader yang godly, bukan temen-temen-galau yang malah bikin kamu makin kacau.
Coba baca ayat 23, “Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.” Orang yang disertai Tuhan, akan membantu roh jahat atau negative thoughts itu pergi dari kamu, bukannya malah bikin kamu merana dan garuk-garuk tembok meratapi nasib. Choose your companion wisely!
Pada akhirnya, hubungan yang dekat sama Tuhan itu yang terpenting. God is not an option, He’s a necessity. Abide in Him, and He will abide in you, and you’ll see the difference!
Courtesy of: http://naturalbreeze30.wordpress.com/2012/05/16/word-of-the-week/
I haven’t blogged for one and half months? Geez, been pretty busy with holiday, then Singapore Open, then school (I’m on my last term! Time flies!), but now I wanna share with you what I got from my Bible reading today :D
So, I was reading 1 Samuel 16 : 14-23, and it was about David in Saul’s Service.
16:14 Tetapi Roh TUHAN telah mundur dari pada Saul, dan sekarang ia diganggu oleh roh jahat yang dari pada TUHAN.
16:15 Lalu berkatalah hamba-hamba Saul kepadanya: "Ketahuilah, roh jahat yang dari pada Allah mengganggu engkau;
16:16 baiklah tuanku menitahkan hamba-hambamu yang di depanmu ini mencari seorang yang pandai main kecapi. Apabila roh jahat yang dari pada Allah itu hinggap padamu, haruslah ia main kecapi, maka engkau merasa nyaman."
16:17 Berkatalah Saul kepada hamba-hambanya itu: "Carilah bagiku seorang yang dapat main kecapi dengan baik, dan bawalah dia kepadaku."
16:18 Lalu jawab salah seorang hamba itu, katanya: "Sesungguhnya, aku telah melihat salah seorang anak laki-laki Isai, orang Betlehem itu, yang pandai main kecapi. Ia seorang pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit, yang pandai bicara, elok perawakannya; dan TUHAN menyertai dia."
16:19 Kemudian Saul mengirim suruhan kepada Isai dengan pesan: "Suruhlah kepadaku anakmu Daud, yang ada pada kambing domba itu."
16:20 Lalu Isai mengambil seekor keledai yang dimuati roti, sekirbat anggur dan seekor anak kambing, maka dikirimkannyalah itu kepada Saul dengan perantaraan Daud, anaknya.
16:21 Demikianlah Daud sampai kepada Saul dan menjadi pelayannya. Saul sangat mengasihinya, dan ia menjadi pembawa senjatanya.
16:22 Sebab itu Saul menyuruh orang kepada Isai mengatakan: "Biarkanlah Daud tetap menjadi pelayanku, sebab aku suka kepadanya."
16:23 Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.
Nah, sebelum bahas bacaan ini, saya mau sharing sedikit. Belakangan ini, sudah 1-2 bulan lah, saya rada jauh dari Tuhan. Bukan yang jadi anak nakal atau ugal-ugalan, tapi saat teduhnya suka bolong-bolong. And you know what? Itu ngefek banget ke segi spiritual dan emosional saya. Saya jadi lebih gampang uring-uringan, negative thinking, sinis, iri, khawatir, meremehkan orang lain… sampai-sampai kalau otak bisa dikeluarin dari kepala supaya berhenti mikir yang jelek-jelek itu, pasti saya keluarin deh! *ekstrem :p*
Saya sih tau setau-taunya kenapa saya begitu (which is karena hubungan sama Tuhan lagi renggang), dan saya juga tau gimana mengatasinya (yaitu dengan bangun hubungan yang dekat dengan Tuhan lagi lewat cara berkomunikasi dengan Tuhan secara pribadi SETIAP HARI), tapi toh kemarin saya malah nggak ambil tindakan penanggulangan itu.
Malam ini, berhubung sudah bolak-balik ditegur YouVersion karena udah ketinggalan banyak banget di One Year Bible Plan (tuh kan, kelihatan betapa renggangnya hubungan saya sama Tuhan belakangan ini *sigh*), akhirnya saya lanjut baca lagi, yang ternyata masih mentok di 1 Samuel 16 ini, padahal harusnya saya sudah sampai di 1 Tawarikh 9 *malu!*
Waktu saya baca ini, saya beneran berasa ketampar! Apa yang saya dapat?
Pertama : Waktu itu, Roh Tuhan undur daripada Saul, karena Saul nggak menaati perintah Tuhan (dia nggak membunuh seluruh bangsa Amalek beserta ternak-ternaknya seperti yang Tuhan perintahkan, tapi malah menyimpan ternak yang terbaik, dan membiarkan Agag, raja Amalek, hidup). Akibatnya, Saul jadi diganggu roh jahat, yang pasti sangat parah (mungkin doi sampai banting-banting barang atau teriak-teriak sendiri, hiiiy!) karena hamba-hambanya sampai memberi saran supaya Saul mendatangkan seseorang yang pandai main kecapi untuk menenangkan dia jika dia sedang “kumat”.
What can we see from this? Kalau Roh Tuhan undur daripada kita, mungkin karena kita terlalu sering “nyuekin” Dia, atau nggak “memberi Dia makan” dengan asupan Firman Tuhan sebagaimana seharusnya, which is AT LEAST once a day, evil spirit lah yang bakal menguasai kita. Saya nggak bilang kita bakal kesurupan atau apa, tapi evil spirit itu bisa datang dalam bentuk… yup, NEGATIVE THOUGHTS! Perasaan khawatir, hilangnya damai sejahtera yang bikin uring-uringan, iri hati dan nggak bisa ikut senang saat lihat orang lain bahagia atau berhasil, dsb dll dst… semua itu pekerjaan iblis, yang kita beri kesempatan untuk menguasai kita, karena kita MEMBIARKAN Roh Tuhan undur daripada kita.
I feel that lho, sampai kadang rasanya jengkel sama diri sendiri, kenapa kok saya bisa begini? Kenapa saya nggak bisa kayak dulu yang penuh kasih? Lalu saya ingat, saat-saat di mana saya paling penuh kasih adalah saat-saat di mana hubungan saya paling erat dengan Tuhan. Saya bisa saat teduh dua kali sehari kala itu, pagi dan malam. Saya juga melahap semua e-mail daily devotional yang masuk ke inbox saya. Saya haus dan lapar akan Firman Tuhan, and He made my cup overflows. How I miss those moments. How I want to feel close with Him again, to be able to communicate with Him, get everything back as how they used to be…
Memang pikiran saya dulu bukan yang kebal terhadap semua serangan iblis, but everytime the evil spirit tried to attack me, I was able to do the counterattack! I defend my mind with the Word of God and His promises! Misal, setiap kali iblis ganggu dengan kekuatiran tentang finansial, saya selalu bisa bilang, “The Lord is my shepherd, I shall not want!”
Tapi ketika saya jauh dari Tuhan, saya nggak melawan ketika saya diserang. Saya diam saja. Saya bertahan dengan enggan, dan pada akhirnya pertahanan yang lemah itu sangat mudah dihancurkan oleh iblis. So, now you know how essential a close relationship with God is. Don’t let go of it!
Courtesy of: http://spirituallythinking.blogspot.sg/2011/12/greatest-comfort.htmlKedua : Daud akhirnya menjadi orang yang bertugas memainkan kecapi untuk menenangkan Saul setiap kali dia “kumat”. Kalau kita lihat, ini bukan semata karena Daud jago main kecapi, tapi juga karena “TUHAN menyertai dia” (ay. 18)
Ketika kamu sedang jauh dari Tuhan, pikiranmu kacau karena segala negative thoughts, kamu butuh “ditenangkan” oleh seseorang yang disertai oleh Tuhan. Cari nasehat dari teman, mentor, atau leader yang godly, bukan temen-temen-galau yang malah bikin kamu makin kacau.
Coba baca ayat 23, “Dan setiap kali apabila roh yang dari pada Allah itu hinggap pada Saul, maka Daud mengambil kecapi dan memainkannya; Saul merasa lega dan nyaman, dan roh yang jahat itu undur dari padanya.” Orang yang disertai Tuhan, akan membantu roh jahat atau negative thoughts itu pergi dari kamu, bukannya malah bikin kamu merana dan garuk-garuk tembok meratapi nasib. Choose your companion wisely!
Pada akhirnya, hubungan yang dekat sama Tuhan itu yang terpenting. God is not an option, He’s a necessity. Abide in Him, and He will abide in you, and you’ll see the difference!
Courtesy of: http://naturalbreeze30.wordpress.com/2012/05/16/word-of-the-week/Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (Yohanes 15:5)
Published on July 09, 2012 10:08
May 22, 2012
Flash Disk
Kira-kira minggu lalu, flash disk saya nggak sengaja terbawa oleh teman saya. Dia pinjam untuk menyimpan file power point saat akan group presentation di kampus, dan lupa mengembalikan (saya juga lupa minta balik sih :p).
Malamnya, saat mau simpan satu file di flash disk, saya kelimpungan mencari flash disk itu. Setelah diingat-ingat baru saya nyadar, flash disk itu belum dikembalikan teman saya. Panik, langsung saya BBM dia, sambil berdoa dalam hati jangan sampai flash disk itu ketinggalan di kampus, masih menancap di CPU komputer ruang presentasi. Karena jika iya, say goodbye aja deh.
Untunglah, teman saya bilang flash disk itu ada di groupmate-nya, dan besok groupmate-nya itu bakal ke kampus karena ada kelas, jadi saya diminta ketemuan sama dia. Saya besoknya itu nggak ada kelas sih, tapi demi flash disk itu, saya bela-belain ke kampus. FYI, kampus saya lumayan jauh jaraknya dari rumah. Perjalanan pulang-pergi sekitar 75 menit deh, sementara saya mungkin hanya akan ada di kampus paling lama 10 menit untuk ketemuan sama groupmate teman saya dan mengambil flash disk itu.
Courtesy of: http://purwakarta.olx.co.id/flash-disk-kingston-4-gb-dt-100-101-iid-45242438
Flash disk, seperti yang kalian tahu, harganya nggak seberapa. Tapi yang buat saya panik adalah files yang ada di dalam flash disk itu: assignment, naskah novel yang sudah hampir jadi, dan foto-foto. Dan meski saya masih punya dua flash disk lainnya, flash disk yang hilang itu sangat berharga buat saya.
Singkat cerita, saya ketemuan sama groupmate teman saya dan mengambil flash disk itu. Waktu flash disk itu sudah di tangan, duh, senangnya luar biasa! Dan dalam perjalanan pulang mengambil flash disk itu, saya tiba-tiba diingatkan akan perumpamaan domba yang hilang dalam Lukas 15 : 4-7.
Kalau flash disk aja berharga bagi saya, meski saya masih punya flash disks lainnya, dan saya begitu panik saat benda itu hilang, mencarinya, sampai mengorbankan waktu, ongkos, dan tenaga jauh-jauh ke kampus hanya untuk mengambilnya… Tuhan Yesus lebih lagi terhadap setiap dari kita.
Demi kita yang “hilang”, Ia jauh-jauh turun dari surga, mencari kita, bahkan mengorbankan nyawa-Nya untuk menyelamatkan kita. Dan ketika Ia mendapatkan kita lagi, Ia sangat bersukacita, dan Ia berkata ada sukacita yang besar di sorga karena satu orang “hilang” yang ditemukan kembali itu, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar.
Kalau saya saja bersukacita hanya karena flash disk saya yang hilang sudah saya dapatkan kembali, saya bisa membayangkan, betapa jauh lebih bersukacitanya Tuhan Yesus saat Ia berhasil mendapatkan kembali domba-Nya yang hilang :)
“Your place in heaven was more important to Christ than His place in heaven. He gave up His so you could have yours.” – Max Lucado
Malamnya, saat mau simpan satu file di flash disk, saya kelimpungan mencari flash disk itu. Setelah diingat-ingat baru saya nyadar, flash disk itu belum dikembalikan teman saya. Panik, langsung saya BBM dia, sambil berdoa dalam hati jangan sampai flash disk itu ketinggalan di kampus, masih menancap di CPU komputer ruang presentasi. Karena jika iya, say goodbye aja deh.
Untunglah, teman saya bilang flash disk itu ada di groupmate-nya, dan besok groupmate-nya itu bakal ke kampus karena ada kelas, jadi saya diminta ketemuan sama dia. Saya besoknya itu nggak ada kelas sih, tapi demi flash disk itu, saya bela-belain ke kampus. FYI, kampus saya lumayan jauh jaraknya dari rumah. Perjalanan pulang-pergi sekitar 75 menit deh, sementara saya mungkin hanya akan ada di kampus paling lama 10 menit untuk ketemuan sama groupmate teman saya dan mengambil flash disk itu.
Courtesy of: http://purwakarta.olx.co.id/flash-disk-kingston-4-gb-dt-100-101-iid-45242438Flash disk, seperti yang kalian tahu, harganya nggak seberapa. Tapi yang buat saya panik adalah files yang ada di dalam flash disk itu: assignment, naskah novel yang sudah hampir jadi, dan foto-foto. Dan meski saya masih punya dua flash disk lainnya, flash disk yang hilang itu sangat berharga buat saya.
Singkat cerita, saya ketemuan sama groupmate teman saya dan mengambil flash disk itu. Waktu flash disk itu sudah di tangan, duh, senangnya luar biasa! Dan dalam perjalanan pulang mengambil flash disk itu, saya tiba-tiba diingatkan akan perumpamaan domba yang hilang dalam Lukas 15 : 4-7.
15:4 "Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
15:5 Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,
15:6 dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka: Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
15:7 Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
Kalau flash disk aja berharga bagi saya, meski saya masih punya flash disks lainnya, dan saya begitu panik saat benda itu hilang, mencarinya, sampai mengorbankan waktu, ongkos, dan tenaga jauh-jauh ke kampus hanya untuk mengambilnya… Tuhan Yesus lebih lagi terhadap setiap dari kita.
Demi kita yang “hilang”, Ia jauh-jauh turun dari surga, mencari kita, bahkan mengorbankan nyawa-Nya untuk menyelamatkan kita. Dan ketika Ia mendapatkan kita lagi, Ia sangat bersukacita, dan Ia berkata ada sukacita yang besar di sorga karena satu orang “hilang” yang ditemukan kembali itu, lebih daripada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar.
Kalau saya saja bersukacita hanya karena flash disk saya yang hilang sudah saya dapatkan kembali, saya bisa membayangkan, betapa jauh lebih bersukacitanya Tuhan Yesus saat Ia berhasil mendapatkan kembali domba-Nya yang hilang :)
“Your place in heaven was more important to Christ than His place in heaven. He gave up His so you could have yours.” – Max Lucado
Published on May 22, 2012 09:21
May 11, 2012
Pasangan Hidup :p
Beberapa hari lalu, as usual sebelum tidur saya berdoa. Doa ini-itu, sampai akhirnya tibalah pada topik… pasangan hidup :))
BTW, sebelum ada yang salah paham, mendingan saya jelasin dulu, hehe. Saya nggak berencana menikah dalam waktu dekat kok. Yah, secepat-cepatnya empat atau lima tahun lagi deh, karena ada hal yang masih harus dilakukan *sok rahasia :p*. Selain itu juga belum siap, dan masih pengen nikmatin masa-masa single dulu, di mana penghasilan bisa dipakai beli tas-baju-sepatu instead of bayar listrik, air, dsb dst dll. Hihihi.
Oke, jadi saya doa tentang pasangan hidup. Mungkin kriteria yang saya doain terkesan “standar” buat seorang cewek Kristen, tapi yah… memang ini yang saya perlukan :D
Courtesy of http://www.simongarnier.org/i-want-to-hold-your-hand/
If it’s God’s will for me to get married… I pray for a man who loves and fear of the Lord with all of his heart and soul. I pray for a leader with a servant heart, to whom I can whoheartedly submit.
Anyway, kayak yang sudah sering saya bocorin di blog, saya ini kolerik, anak sulung lagi, jadi kalau dapat suami yang nggak take role as a leader, byuhhh… sayanya bisa “tak terkendali” :p Padahal Alkitab bilang:
Nah, kebayang dong “gemes”nya seorang kolerik kalau dia harus tunduk sama orang yang nggak tegas, apa-apa bilang “terserah”, nggak punya visi... mana tunduknya harus seperti tunduk sama Tuhan, lagi! -_- Jadi, menyadari “kelemahan” itu, saya tentu berdoa supaya dapat pasangan hidup yang benar-benar tahu bagaimana menjadi “kepala”.
Terus, “a servant heart” itu maksudnya dia punya inisiatif, nggak segan untuk turun tangan menolong melakukan pekerjaan yang mungkin nggak-cowok-banget, nggak gengsi untuk minta maaf saat berbuat salah, dan mau menerima koreksi.
But then this verse popped out on my mind…
Saya lalu mikir, “Oh, mungkin maksud Tuhan saya beresin kuliah dulu lah, melayani Tuhan dulu, submit sama orangtua dulu, nanti pasangan hidup juga nongol-nongol sendiri…”
Tapi setelah dipikir-pikir lagi… hmm, kayaknya maksud Tuhan bukan itu deh. Terus… apa dong?
Sama cepatnya dengan pertanyaan itu muncul di kepala, jawaban itu datang.
“Carilah pasangan hidup yang benar-benar hatinya melekat pada Tuhan. A man after His own heart. Kalau hatinya melekat sama Tuhan, dia PASTI tahu apa peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang suami (which is sebagai kepala keluarga dan pemimpin), dan PASTI akan semaksimal mungkin menjalankan peran itu, meski mungkin aslinya dia, karakternya, atau kepribadiannya, nggak begitu.”
JDERRRR! Hahaha. Saya nggak pernah membayangkan bahwa Matius 6:33 bisa dihubungkan dengan topik pasangan hidup dalam konteks yang kayak gini lho. Tadinya Matius 6:33 itu lebih banyak saya reflect ke diri sendiri, supaya cari Tuhan dalam segala hal dulu, utamakan Tuhan, dan semacamnya. Tapi memang itu saktinya Firman Tuhan ya, lebih tajam dari pedang bermata dua mana pun, menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita… wow wow WOW! :D
Yeah, jadiiii… buat yang lagi doain tentang pasangan hidup juga, mudah-mudahan bisa take this into consideration. Selain utamakan Tuhan dalam hidupmu, berdoalah bagi pasangan yang juga selalu mencari Tuhan dulu dalam segala hal. A man (or woman) after His own heart knows, and willing to take, the role of a husband (or wife) as the Lord commanded.
If you apply that principle first… all these things shall be added to you. Amen.
BTW, sebelum ada yang salah paham, mendingan saya jelasin dulu, hehe. Saya nggak berencana menikah dalam waktu dekat kok. Yah, secepat-cepatnya empat atau lima tahun lagi deh, karena ada hal yang masih harus dilakukan *sok rahasia :p*. Selain itu juga belum siap, dan masih pengen nikmatin masa-masa single dulu, di mana penghasilan bisa dipakai beli tas-baju-sepatu instead of bayar listrik, air, dsb dst dll. Hihihi.
Oke, jadi saya doa tentang pasangan hidup. Mungkin kriteria yang saya doain terkesan “standar” buat seorang cewek Kristen, tapi yah… memang ini yang saya perlukan :D
Courtesy of http://www.simongarnier.org/i-want-to-hold-your-hand/If it’s God’s will for me to get married… I pray for a man who loves and fear of the Lord with all of his heart and soul. I pray for a leader with a servant heart, to whom I can whoheartedly submit.
Anyway, kayak yang sudah sering saya bocorin di blog, saya ini kolerik, anak sulung lagi, jadi kalau dapat suami yang nggak take role as a leader, byuhhh… sayanya bisa “tak terkendali” :p Padahal Alkitab bilang:
Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat … Karena itu sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, demikian jugalah isteri kepada suami dalam segala sesuatu. (Efesus 5 : 22-24)
Nah, kebayang dong “gemes”nya seorang kolerik kalau dia harus tunduk sama orang yang nggak tegas, apa-apa bilang “terserah”, nggak punya visi... mana tunduknya harus seperti tunduk sama Tuhan, lagi! -_- Jadi, menyadari “kelemahan” itu, saya tentu berdoa supaya dapat pasangan hidup yang benar-benar tahu bagaimana menjadi “kepala”.
Terus, “a servant heart” itu maksudnya dia punya inisiatif, nggak segan untuk turun tangan menolong melakukan pekerjaan yang mungkin nggak-cowok-banget, nggak gengsi untuk minta maaf saat berbuat salah, dan mau menerima koreksi.
But then this verse popped out on my mind…
But seek first the kingdom of God and His righteousness, and all these things shall be added to you. (Matthew 6 : 33 NKJV)
Saya lalu mikir, “Oh, mungkin maksud Tuhan saya beresin kuliah dulu lah, melayani Tuhan dulu, submit sama orangtua dulu, nanti pasangan hidup juga nongol-nongol sendiri…”
Tapi setelah dipikir-pikir lagi… hmm, kayaknya maksud Tuhan bukan itu deh. Terus… apa dong?
Sama cepatnya dengan pertanyaan itu muncul di kepala, jawaban itu datang.
“Carilah pasangan hidup yang benar-benar hatinya melekat pada Tuhan. A man after His own heart. Kalau hatinya melekat sama Tuhan, dia PASTI tahu apa peran dan tanggung jawabnya sebagai seorang suami (which is sebagai kepala keluarga dan pemimpin), dan PASTI akan semaksimal mungkin menjalankan peran itu, meski mungkin aslinya dia, karakternya, atau kepribadiannya, nggak begitu.”
JDERRRR! Hahaha. Saya nggak pernah membayangkan bahwa Matius 6:33 bisa dihubungkan dengan topik pasangan hidup dalam konteks yang kayak gini lho. Tadinya Matius 6:33 itu lebih banyak saya reflect ke diri sendiri, supaya cari Tuhan dalam segala hal dulu, utamakan Tuhan, dan semacamnya. Tapi memang itu saktinya Firman Tuhan ya, lebih tajam dari pedang bermata dua mana pun, menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita… wow wow WOW! :D
Yeah, jadiiii… buat yang lagi doain tentang pasangan hidup juga, mudah-mudahan bisa take this into consideration. Selain utamakan Tuhan dalam hidupmu, berdoalah bagi pasangan yang juga selalu mencari Tuhan dulu dalam segala hal. A man (or woman) after His own heart knows, and willing to take, the role of a husband (or wife) as the Lord commanded.
If you apply that principle first… all these things shall be added to you. Amen.
Published on May 11, 2012 11:06
April 26, 2012
It's All About Jesus
Sabtu ini giliran saya jadi worship leader (WL) di youth service di gereja saya. Intermezzo dikit, saya belum lama jadi WL sih (baru dua bulan), dan jujur aja saya sempat nggak nyangka bakal dipercaya untuk jadi WL, karena… saya nggak bisa baca not. Serius, misal ada not angka terus saya disuruh menyanyikan nadanya, saya nggak bisa. Saya juga nggak bisa main alat musik satu pun, dan nggak ngerti tentang kunci. Bisanya cuma nembak nada dan nyanyi dengan nggak fals, hahaha. So it’s all solely by God’s grace :D
Nah, di gereja saya di sini, ada google groups gitu buat tim praise and worshipnya. Biasanya, sekitar hari Selasa atau Rabu, WL yang bertugas bakal post lagu-lagu apa aja yang bakal dia bawain di hari Sabtu, lengkap dengan link youtube dan liriknya, biar tim PW-nya bisa latihan sendiri dulu sebelum latihan gabungan hari Sabtu siangnya.
Saya termasuk tipe yang suka pilih lagu dengan satu tema. Jadi misalnya bulan lalu, saya pilih tema God’s great love, dan pakai lagu-lagu yang berhubungan dengan tema itu. Untuk kali ini, saya sudah dapat beberapa lagu yang berhubungan dengan tema “I love God, He’s my everything.” Lagu cepatnya saya pengen bawain So in Love with You-nya Planetshakers dan The Day Has Come-nya Hillsong, karena suka banget sama dua lagu itu. But then, waktu lihat list musisi yang bertugas Sabtu ini saya baru nyadar kalau nggak ada gitarisnya… cuma ada kibordis, basis, dan drumer.
Gile, saya mulai stres (maklum, udah kolerik, golongan darah A pula, combo maut perfeksionis dan nggak suka kalau ada hal-hal yang nggak berjalan sesuai rencana :p)! Saya nanya beberapa jagoan musik di gereja, minta mereka dengerin dua lagu itu dan apa bisa dua lagu itu dibawain tanpa pakai gitar (karena intuisi saya, yang awam musik aja, berkata, lagu ini kudu pake gitar! :p)? Semua jagoan yang saya tanya jawabannya sama: dua lagu itu tuh gitar banget, kayaknya nggak mungkin kalau nggak pakai gitar, dan mendingan ganti lagu lain.
Hahaha, makin stres jadinya. Mau milih lagu lain, bener-bener nggak ada ide. Dan kayak yang udah saya bilang, saya suka banget dua lagu itu, jadi pengen bawain.
But then… this calm voice spoke to me, “Nak, bukankah sesi pujian dan penyembahan itu seharusnya ditujukan untuk memuliakan-Ku? Sesi itu bukan untuk menunjukkan lagu apa yang kamu sukai. It’s not about you, it’s all about Me.”
JDUENGGGG!!! Gile, kayak terhunjam ribuan belati. Bener banget, kenapa saya musti ngotot milih lagu tertentu untuk dibawain saat jadi WL cuma karena saya suka sama lagunya? Bukannya itu jadi seperti semacam pemuasan dan penyaluran ego sendiri? Bisakah Tuhan dimuliakan saat kita mengutamakan ego kita? Impossible, because EGO means (E)dging (G)od (O)ut!
Saya langsung doa minta ampun, dan bersyukur sekali karena Tuhan masih mau menegur saya di saat saya nyaris “mencuri kemuliaan-Nya”. He’s such a caring Father, isn’t He? ;)
Anyway, I changed this Saturday’s worship theme into “It’s All About Jesus”, and here’s the revised song lists! :D
I Love You Lord – Kristina Hamilton
All About You – Lakewood Church
Sing, Sing, Sing – Chris Tomlin
You Are My All in All
Draw Me Close to You – Hillsong
Please help support me in prayer, will ya? Pray for a new anointing, God’s presence, and may our King be lifted up, because it’s, indeed, all about Him :)
Nah, di gereja saya di sini, ada google groups gitu buat tim praise and worshipnya. Biasanya, sekitar hari Selasa atau Rabu, WL yang bertugas bakal post lagu-lagu apa aja yang bakal dia bawain di hari Sabtu, lengkap dengan link youtube dan liriknya, biar tim PW-nya bisa latihan sendiri dulu sebelum latihan gabungan hari Sabtu siangnya.
Saya termasuk tipe yang suka pilih lagu dengan satu tema. Jadi misalnya bulan lalu, saya pilih tema God’s great love, dan pakai lagu-lagu yang berhubungan dengan tema itu. Untuk kali ini, saya sudah dapat beberapa lagu yang berhubungan dengan tema “I love God, He’s my everything.” Lagu cepatnya saya pengen bawain So in Love with You-nya Planetshakers dan The Day Has Come-nya Hillsong, karena suka banget sama dua lagu itu. But then, waktu lihat list musisi yang bertugas Sabtu ini saya baru nyadar kalau nggak ada gitarisnya… cuma ada kibordis, basis, dan drumer.
Gile, saya mulai stres (maklum, udah kolerik, golongan darah A pula, combo maut perfeksionis dan nggak suka kalau ada hal-hal yang nggak berjalan sesuai rencana :p)! Saya nanya beberapa jagoan musik di gereja, minta mereka dengerin dua lagu itu dan apa bisa dua lagu itu dibawain tanpa pakai gitar (karena intuisi saya, yang awam musik aja, berkata, lagu ini kudu pake gitar! :p)? Semua jagoan yang saya tanya jawabannya sama: dua lagu itu tuh gitar banget, kayaknya nggak mungkin kalau nggak pakai gitar, dan mendingan ganti lagu lain.
Hahaha, makin stres jadinya. Mau milih lagu lain, bener-bener nggak ada ide. Dan kayak yang udah saya bilang, saya suka banget dua lagu itu, jadi pengen bawain.
But then… this calm voice spoke to me, “Nak, bukankah sesi pujian dan penyembahan itu seharusnya ditujukan untuk memuliakan-Ku? Sesi itu bukan untuk menunjukkan lagu apa yang kamu sukai. It’s not about you, it’s all about Me.”
JDUENGGGG!!! Gile, kayak terhunjam ribuan belati. Bener banget, kenapa saya musti ngotot milih lagu tertentu untuk dibawain saat jadi WL cuma karena saya suka sama lagunya? Bukannya itu jadi seperti semacam pemuasan dan penyaluran ego sendiri? Bisakah Tuhan dimuliakan saat kita mengutamakan ego kita? Impossible, because EGO means (E)dging (G)od (O)ut!
Saya langsung doa minta ampun, dan bersyukur sekali karena Tuhan masih mau menegur saya di saat saya nyaris “mencuri kemuliaan-Nya”. He’s such a caring Father, isn’t He? ;)
Anyway, I changed this Saturday’s worship theme into “It’s All About Jesus”, and here’s the revised song lists! :D
I Love You Lord – Kristina Hamilton
All About You – Lakewood Church
Sing, Sing, Sing – Chris Tomlin
You Are My All in All
Draw Me Close to You – Hillsong
Please help support me in prayer, will ya? Pray for a new anointing, God’s presence, and may our King be lifted up, because it’s, indeed, all about Him :)
Published on April 26, 2012 10:33
April 3, 2012
One Last Chance
With a grateful heart, I proudly present you my 11th book:
Adrienne Vanessa Hanjaya, novelismuda berbakat yang buku-bukunya selalu masuk jajaran bestseller, mempunyai satu prinsip: tak boleh ada patah hatinya yang takmenghasilkan royalti.
Setiap kisah cintanya yang berantakan,selalu dituangkan Adrienne dalam naskah. Semuanya. Dengan nama tokoh pria yangseringkali menggunakan nama sebenarnya, dengan ending buruk bagi sitokoh pria, dan kebahagiaan bagi tokoh wanitanya. Adrienneberpendapat, itu hal yang harus para pria itu terima, karena menyia-nyiakancintanya, atau berlaku buruk terhadapnya.
Sampai akhirnya, Adrienne bertemu DannyHusein, calon doktermuda yang bahkan sempat dikiranya to good to be real, dan ia mengira kali ini, akhirnya, ia bisamenulis novel romanyang berakhir dengan tokoh pria dan wanitanya bahagia bersama.
Tapiperkiraan Adrienne salah, karena Danny diam-diam mengetahui prinsip Adrienne dalammenulis dari salah satu pemuda yang pernah dijadikan tokoh novelnya. Danny salah paham dan mengira Adrienne hanya gadis picik yang ingin memanfaatkannyauntuk menjadi bahan naskah novel, dan ia memilih untuk meninggalkan Adrienne.
Adrienne shock, karena ia sama sekali tak bermaksud begitu… dan bagaimana ia harus menjelaskan padaDanny bahwa ia sungguh-sungguh mencintai pemuda itu?
Serentak ada di toko buku Gramedia se-Jabodetabek: 5 Mei 2012, Gramedia seluruh Jawa: 8 Mei 2012, Gramedia se-Indonesia: 15 Mei 2012.
Thank you, Lord, for all of your blessings. All glory belongs to You :)
Adrienne Vanessa Hanjaya, novelismuda berbakat yang buku-bukunya selalu masuk jajaran bestseller, mempunyai satu prinsip: tak boleh ada patah hatinya yang takmenghasilkan royalti.
Setiap kisah cintanya yang berantakan,selalu dituangkan Adrienne dalam naskah. Semuanya. Dengan nama tokoh pria yangseringkali menggunakan nama sebenarnya, dengan ending buruk bagi sitokoh pria, dan kebahagiaan bagi tokoh wanitanya. Adrienneberpendapat, itu hal yang harus para pria itu terima, karena menyia-nyiakancintanya, atau berlaku buruk terhadapnya.
Sampai akhirnya, Adrienne bertemu DannyHusein, calon doktermuda yang bahkan sempat dikiranya to good to be real, dan ia mengira kali ini, akhirnya, ia bisamenulis novel romanyang berakhir dengan tokoh pria dan wanitanya bahagia bersama.
Tapiperkiraan Adrienne salah, karena Danny diam-diam mengetahui prinsip Adrienne dalammenulis dari salah satu pemuda yang pernah dijadikan tokoh novelnya. Danny salah paham dan mengira Adrienne hanya gadis picik yang ingin memanfaatkannyauntuk menjadi bahan naskah novel, dan ia memilih untuk meninggalkan Adrienne.
Adrienne shock, karena ia sama sekali tak bermaksud begitu… dan bagaimana ia harus menjelaskan padaDanny bahwa ia sungguh-sungguh mencintai pemuda itu?
Serentak ada di toko buku Gramedia se-Jabodetabek: 5 Mei 2012, Gramedia seluruh Jawa: 8 Mei 2012, Gramedia se-Indonesia: 15 Mei 2012.
Thank you, Lord, for all of your blessings. All glory belongs to You :)
Published on April 03, 2012 20:55


