Saut Situmorang's Blog, page 3

October 5, 2009

Sakato Help Center for West Sumatra

Kami adalah Komunitas Seni Sakato, beranggotakan lebih dari 150 orang perupa yang berasal dari Sumatera Barat namun tinggal/ pernah tinggal di Yogyakarta. Sebagai penduduk asli Bumi Andalas, kami sangat peduli terhadap korban bencana gempa bumi yang terjadi di kampung halaman kami itu. Sampai blog ini dituliskan lebih dari 285 orang dipastikan meninggal, 360 orang dinyatakan hilang, 700 orang terluka, dan lebih dari 40.000 rumah dinyatakan rusak atau hancur.

Bersama rekan-rekan dari Studio Biru Tita Rubi serta Heri Pemad Art Management, saat ini kami mendirikan Posko Bantuan Gempa Sumbar bertempat di studio kerja Ketua Sakato, Jumaldi Alfi.

Alamat: STUDIO SARANG, Kalipakis RT 05/II Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta
Email: sanggarsakato@gmail.com
Telepon: +62 818463681 (Jumaldi Alfi) or +62 818276753 (Ali Umar)

Apabila Anda terpanggil untuk peduli pada para korban gempa, silakan kirim bantuan Anda secepatnya, karena kami dapat menyalurkannya pada yang benar-benar membutuhkan...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on October 05, 2009 23:26

September 24, 2009

GRAINSPOTTING a shadowplay

A found-video video
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 24, 2009 17:36

September 9, 2009

buat Dea Anugrah (sebuah sajak temuan)

akhirnya

aku dapat menyaksikan

sepenuhnya

pucat kuning

bulan

pada wajah malam

pada wajahMu

ah, Kekasih
yang kusetubuhi di aspal jalanan kota kecil yang jauh itu, yang jauh dan dingin, seperti bintang bintang mati dalam bayang keringat tubuhMu, yang menggeluti birahi seperti cicak menghindari kematian dengan gelepar ekornya, di aspal jalanan tak bernama, seperti pucat kuning bulan di wajah malam yang selalu kehilangan wajahMu

akhirnya

aku dapat menyaksikan

pucat kuning

wa...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 09, 2009 07:06

buat Dea Anugrah (sebuah sajak temuan)

akhirnya

aku dapat menyaksikan

sepenuhnya

pucat kuning

bulan

pada wajah malam

pada wajahMu

ah, Kekasih
yang kusetubuhi di aspal jalanan kota kecil yang jauh itu, yang jauh dan dingin, seperti bintang bintang mati dalam bayang keringat tubuhMu, yang menggeluti birahi seperti cicak menghindari kematian dengan gelepar ekornya, di aspal jalanan tak bernama, seperti pucat kuning bulan di wajah malam yang selalu kehilangan wajahMu

akhirnya

aku dapat menyaksikan

pucat kuning

wajahMu

di bulan itu

di aspal jalanan malam yang kehilangan ekor cicak keparat itu!
Kaulah kematianKu!


Jogja, 2009
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 09, 2009 00:06

September 5, 2009

aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini (Pablo Neruda)

aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.

misalnya, menulis: "malam penuh bintang,
dan bintang bintang itu, biru, menggigil di kejauhan."

angin malam berkelit di langit sambil bernyanyi.

aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.
aku pernah mencintainya, dan kadang-kadang dia pernah mencintaiku juga.

di malam-malam seperti ini, aku rangkul dia dalam pelukan.
aku ciumi dia berkali kali di bawah langit tak berbatas.

dia pernah mencintaiku, kadang-kadang aku pun mencintainya.
bagaimana...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 05, 2009 01:04

September 4, 2009

aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini (Pablo Neruda)

aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.

misalnya, menulis: “malam penuh bintang,
dan bintang bintang itu, biru, menggigil di kejauhan.”

angin malam berkelit di langit sambil bernyanyi.

aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.
aku pernah mencintainya, dan kadang-kadang dia pernah mencintaiku juga.

di malam-malam seperti ini, aku rangkul dia dalam pelukan.
aku ciumi dia berkali kali di bawah langit tak berbatas.

dia pernah mencintaiku, kadang-kadang aku pun mencintainya.
bagaimana mungkin aku tak akan mencintai matanya yang besar dan tenang itu?

aku bisa saja menulis puisi paling sedih malam ini.
kerna aku tak memilikinya. kerna aku kehilangan dia.

kerna malam begitu mencekam, begitu mencekam tanpa dirinya.
dan puisiku masuk dalam jiwa seperti embun pada rumputan.

tak apa kalau cintaku tak bisa di sini menahannya.
malam penuh bintang dan tak ada di sini dia.

begitulah. di kejauhan, seseorang menyanyi. di kejauhan.
jiwaku mati kini tanpa dia.

kerna ingin menghadirkannya di sini, ma...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on September 04, 2009 18:04

July 19, 2009

KEGUNDAHAN SASTRA SAUT SITUMORANG (WAWANCARA)

diambil dari situs:

http://www.wartaone.com/articles/1312...


wartastyle
Jum'at, 10 Jul 2009 10:00 WIB

Kegundahan Sastra Saut Situmorang

Zamakhsyari Abrar - wartaone

Jakarta - Saut Situmorang, nama penyair ini, dalam beberapa tahun belakangan mencuat namanya dalam panggung sastra negeri ini. Lewat kritik-kritiknya yang tajam dan keras, ia menyerang Goenawan Mohamad dan kawan-kawan atas apa yang disebutnya sebagai politik sastra Teater Utan Kayu.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 19, 2009 12:06

KEGUNDAHAN SASTRA SAUT SITUMORANG (WAWANCARA)

diambil dari situs:

http://www.wartaone.com/articles/1312...


wartastyle
Jum'at, 10 Jul 2009 10:00 WIB

Kegundahan Sastra Saut Situmorang

Zamakhsyari Abrar - wartaone

Jakarta - Saut Situmorang, nama penyair ini, dalam beberapa tahun belakangan mencuat namanya dalam panggung sastra negeri ini. Lewat kritik-kritiknya yang tajam dan keras, ia menyerang Goenawan Mohamad dan kawan-kawan atas apa yang disebutnya sebagai politik sastra Teater Utan Kayu.

Bersama dengan penyair Wowok Hesti Prabowo, sastrawan yang lahir di Tebing Tinggi, Sumatra Utara, pada 29 Juni 1966, ini lalu menerbitkan jurnal Boemipoetra, sebuah jurnal yang terbit dwibulanan, wadah tempat mereka untuk menulis dan mengekspresikan tulisan untuk "menyerang" politik sastra Goenawan cs.

Terkait banyaknya reaksi yang kaget ketika membaca Boemipoetra, Saut menilainya hal itu wajar-wajar saja. Menurut pria berambut gimbal ini, selama pemerintahan Orde Baru, seniman kita memang tidak terbiasa ...

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on July 19, 2009 05:06

July 14, 2009

February 1, 2009

AGUS NOOR & SAUT SITUMORANG (sebuah sajak-prosa-temuan)

prosais Agus Noor yang sudah bertahun-tahun berusaha mencari pencerahan intelektual-spiritual tapi gagal akhirnya memutuskan untuk mempelajari Zen dari penyair Saut Situmorang.

setelah lewat satu tahun penyair Saut memutuskan untuk menguji pemahaman Zen muridnya itu. suatu hari setelah matahari condong ke barat, sehabis hujan deras yang tiap hari turun di Jogja berhenti, Saut mengajak muridnya itu jalan-jalan ke Sarkem. Agus Noor tentu saja kaget mendengar ajakan suhunya itu tapi sebagai mur...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on February 01, 2009 15:50