Goodreads Indonesia discussion

77 views
Arsip GRI 2007-2008 > ARYO PUTRO - Khechil-khechil jadi DHOEKHOEN

Comments Showing 1-18 of 18 (18 new)    post a comment »
dateUp arrow    newest »

message 1: by Sylvia (new)

Sylvia (sylnamira) | 513 comments Aryo memejamkan mata, angin berhembus menerpa wajahnya. Rambutnya yang gondrong berkibar. Malam itu cuaca sangat cerah. bintang gemerlap, dan bulan sabit mengintip dari balik awan tipis. Pemandangan dari atas langit memang berbeda dari bawah sana. Bumi terlihat gelap, dengan kerlip lampu yang terlihat seperti kunang-kunang. Aryo terbang diudara, menaiki becaknya yang sudah lusuh. Becak second yang dibelinya di pasar loak dan disihirnya menjadi kendaraan yg membawanya keujung dunia, tempat musuhnya, Tuan Bengis Hati menanti untuk duel hidup dan mati.

Gimana untuk part 1? Gratcia, ayo sambuunngg..



message 2: by Gratcia (new)

Gratcia Siahaya (gratciasiahaya) | 26 comments Aryo menggigil sedikit karena udara malam terasa menggigit kulitnya, kriuk kriuk, kenapa bunyinya seperti kerupuk, pikir Aryo, ternyata itu adalah bunyi rantai becaknya yang lupa diberikannya CAIRAN ROKET LAJU, yaitu oli khusus untuk becaknya yang kemarin diketemukannya di PASAR LOAKHOEN, tempat dia biasa berkeliaran tanpa tujuan, sekedar melihat2 benda2 ajaib yang kadang2 banyak juga gunanya. "Wah...bagaimana ini?" Aryo menggumam, apa yang akan terjadi kemudian?

Ayo Syl...lanjuuut....


message 3: by Sylvia (new)

Sylvia (sylnamira) | 513 comments Aryo mencari tempat aman untuk menurunkan becak terbangnya. Di depan ada sebuah pohon beringin yang lebat daunnya menjulang tinggi. Aryo memarkir becaknya diatas dahan yang paling tinggi. "Disini pasti aman", pikir Aryo. "Semoga tak ada manusia yang melihatku dari bawah sana." Lalu Aryo turun dari becaknya dan mengeluarkan kaleng oli CAIRAN ROKET LAJU dari bagasi becak. Tiba-tiba... "Srekk!" terdengar suara gemerisik daun. "Sresekk!" Aryo waspada. Dikeluarkannya YOYO ajaib senjata pamungkasnya. "Srek.. Srekk..Sek!" Aryo mulai mengulur-naikkan YOYO nya. Serr..serr.. suara YOYO terdengar perlahan. Makin lama gerakan tangannya makin cepat memainkan YOYO itu, dan percikan api mulai keluar dari YOYO. Siapa gerangan yang berada di atas pohon bersama Aryo?

Lanjuutt..



message 4: by Gratcia (new)

Gratcia Siahaya (gratciasiahaya) | 26 comments "TAHAAAN! Tahaan! Tahan dulu, Aryo Putro....ini aku Jingkat-Jingkut," terdengar suara dari balik dedaunan, lalu sesosok tubuh dengan jalan berjingkat-jingkat muncul, badannya agak gemetaran karena dia takut terkena YOYO berapi tersebut, "tolong jangan serang aku dong..." Aryo segera menghentikan permainan YOYO-nya, padahal sudah asyik2 keluar api pikir Aryo agak menyesal belum berhasil mencoba keampuhan senjata ajaib pamungkasnya yang baru saja diperolehnya dari Mang CakBecak Ayo Bwaku, yaitu guru dhoekhoen yang diam2 mengajarinya dari rumah apung diatas kali Cliwungkhoen, tempat Aryo berlatih diam2 pula setiap subuh.

"Lho, bagaimana kamu bisa ada disini?"
"Aku disuruh mengikuti kamu Yo, karena Tauntie BhieBhie, kuatir kalau terjadi sesuatu kepadamu."

Walah, pikir Aryo masam, memangnya aku masih anak kecil ya? Tapi....

"Lho, tapi darimana kamu tau aku pergi, kan aku tidak memberitahu siapa2 dan aku sangat berhati2 tadi? Terus, kok bisa kamu tidak tertangkap oleh radar di becakku ya? Dan naik apa kamu mengikuti aku?" Tanya Aryo Putro bertubi-tubi.

Jingkat-Jingkut tersenyum, "Itulah kehebatanku, makanya aku dinamakan Jingkat-Jingkut, dan tentang kendaraan, lihat saja apa yang aku bawa," Katanya sambil menarik sesuatu dari belakangnya, terdengar suara: "embeeeeek...." dan seekor kambing coklat, belang2 hitam dan bertanduk perak serta bersayap sangat cantik muncul dari balik dedaunan, kambing itu nampak agak jengkel karena terganggu dari keasyikannya menikmati daun-daun pohon disekelilingnya.

"Kambing terbang," Jawab Jingkat-Jingkut, tersenyum bangga melihat si kambing yang asyik memamah dedaunan.

Mata Aryo melebar, "Waaah, itu kan Kambing Terbang Doel-Doel si Anak Betawkhoen, loh...jangan-jangan kamu..."

"Eits, enak saja, saya tidak nyolong, cuma pinjam sebentar kok, karena dia pasti ga ngasih ya saya pinjam diem2."

"Ya ampyuuun, itu sama aja nyolong Jingkat-Jingkut, ngerti ga, tidak seharusnya kamu membawa barang milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya?!? Selain tidak sopan, itu juga melanggar aturan!" Ingin rasanya dia menjitak kepala Jingkat-Jingkut, tapi dia mampu menahan diri karena hal itu tidak sopan tentu saja.

Jingkat-Jingkut menggaruk-garuk kepalanya lalu menggeleng2kan kepala, "Kan nanti dikembalikan juga? Wah konsep kita beda ya bro tentang hal ini." Katanya dengan polos. "Tapi yang lebih penting, strateginya kamu apa Yo untuk melawan Tuan Hati Bengis? Kamu harus punya strategi Yo untuk bisa menang."

Aryo gantian menggaruk2 kepalanya, betul juga ya? Wah, pusing deh...! Lalu tiba2 diatas kepala Aryo Putro menyala sebuah bohlam lampu, 'klik', dan segera dia menatap ke arah sini, iya ke arah sini, dan katanya, "Ayo Syl...kan kamu yang nulis, strategi saya apa doong???"

Lanjuuut....


message 5: by Sylvia (new)

Sylvia (sylnamira) | 513 comments Jingkat-Jingkut ikut-ikutan menatap ke kejauhan. "Yo, kamu liatin apa sih?" Aryo tersentak dari lamunannya. "Aku lagi mikir strategi menghadapi tuan Bengis Hati, dan sekarang aku udah nemu strateginya," jawab Aryo dengan senyum penuh kemenangan. "Strategi apa?" Jingkat-Jingkut penasaran. "Tenaanngg.. kalo aku kasih tau, kamu nanti bocorin ke kambing kamu itu. aku kan tau kamu itu kalo makan jengkol aja udah mabok, trus ngelantur deh ngomongnya, aku gak mau ambil resiko!"

Jingkat-Jingkut penasaran, "Memangnya kamu yaki strategi kamu itu berhasil nantinya? apa tidak sebaiknya didiskusikan dulu, mumpung tempat duelnya masih jauh ni Yo." Aryo tidak memperdulikan Jingkat-Jingkut, dia mengambil kaleng oli, dan melanjutkan memberi oli pada rantai becaknya. Jingkat-Jingkut kembali mendesak, "Yo, aku kan dapat amanah, untuk menjaga kamu, sekarang kamu malah tidak mempercayai aku. Aku ini kan teman kecilmu."

Aryo melirik ke arah Jingkat-Jingkut. Memang sih Jingkat-Jingkut adalah teman masa kecilnya. Tapi sejak dulu Aryo tak mempercayainya. Dulu saja mangga di halaman rumah Aryo sering dipanjat oleh Jingkat-Jingkut. Alasannya mencari semut untuk makanan ikan. Huh, mana ada semut diatas pohon manggaku, pikir Aryo. Terus barusan ini, dia mengambil kambing terbang milik Doel-Doel. Bagaimana Aryo bisa yakin kalau Jingkat-Jingkut tidak akan menghianatinya. Lagi pula dia belum yakin kalau Tauthie Bhie-Bhie benar-benar menyuruhnya mengikuti Aryo? siapa tau dia malah suruhan si Bengis Hati. Oppss.. Aryo memukul jidatnya sendiri. Dia tidak boleh berburuk sangka terhadap Jingkat-Jingkut. Biarpun gitu-gitu Jingkat-Jingkut sering menolongnya.

"Ya udah sini aku kasih tau strategiku. Tapi janji ya. kamu jangan makan jengkol dulu selama sebulan ini! soalnya kamu suka lupa daratan kalo makan jengkol, trus sering jengkolan, trus meracau, trus nanti strategiku..."

"iyaa.. iyaaa aku janji," Jingkat-Jingkut tak ingin diingatkan oleh kekonyolannya sendiri.

"Setibanya aku di tempat duel dengan Bengis Hati, aku akan membuka sarungku."

"Hah? serius Yo? kamu buka sarung?"

"Ya aku kan pake celana panjang! dasar!" ingin rasanya Aryo menempeleng Jingkat-Jingkut, tapi ditahannya lagi. Sabaaarrr...

"Lagian sarungku ini bukan sarung sembarangan, ini sarung pemberian guru DHOEKHOEN, namanya SAROENG SEMBRANHIE. Sarung ini bisa terbang dan aku kendalikan dari jarak jauh. Naahh begitu Tuan Bengis Hati tertipu dengan menyerang sarung ini, aku akan menyerangnya dari bawah. Dan KAMU harus bantu aku menyerang Bengis Hati juga!"

"Hah? aku?"

"Ya IYALAAAHHH!!emang siapa lagi? kambing si DOEL-DOEL? ya kamu! lagian kan kamu yang maksa ikut, berarti kamu harus tanggung jawab jagain aku total. Jadi, kam sekarang adalah partnerku, okeh?"

Jingkat-jingkut terdiam. dalam hati agak menyesal. perjalanan yang tadinya dikira bakal menyenangkan, ternyata menjadi mimpi buruk. Dia harus ikut melawan Bengis Hati? hiks.. hiks.. kenapa Aryo nggak sekalian nyerang dia aja tadi pake YOYO apinya?? hwaaa.. gimana niihh??

lanjuutsss...



message 6: by Gratcia (new)

Gratcia Siahaya (gratciasiahaya) | 26 comments Sementara Jingkat-Jingkut sedang memutar otak mencari jalan supaya bisa bebas dari ikut serta terlibat dalam rencana pertempuran Aryo Putro melawan Tuan Bengis Hati, kedua anak ini tidak menyadari bahwa percakapan mereka menarik perhatian dari sosok yang tidak mereka perkirakan keberadaannya. Sedari tadi ia diam-diam mengamati gerak-gerik keduanya, sebentar dia tersenyum, sebentar dia mengernyitkan wajahnya mendengar pembicaraan mereka, sejenak kemudian dia mengangguk-anggukan kepalanya.

Siapakah sosok misterius ini? Apakah dia hendak mencelakakan Aryo Putro atau malah akan menjadi malaikat pelindungnya? Entahlah, karena sosok ini sendiripun belum dapat menentukan, apakah Aryo Putro ada gunanya buat kepentingannya atau tidak.

Mahluk ini menggerakkan ekornya sedikit, tanpa menimbulkan suara, begitu ringan bagaikan angin gerakkannya, walaupun begitu, Aryo Putro dapat merasakan desiran angin tersebut dan ia langsung waspada.

"Ada apa Yo?" Jingkat-Jingkut melihat wajah temannya yang tiba-tiba nampak serius. Dia merasa hatinya mencelos, waduh... jangan2 Tuan Bengis Hati sudah mencium kedatangan mereka? "Tuan Bengis Hati ya?" Bisiknya dengan suara tersendat, "Yo..." Jingkat-Jingkut merapatkan tubuhnya ke batang pohon, Aryo meletakkan telunjuknya ke bibir, mengisyaratkan Jingkat-Jingkut untuk tidak bersuara.

Aryo menajamkan pendengarannya, seperti yg diajarkan di kelas Mata-Telinga-Telinga-Hati-Awas-awas yang diajarkan oleh Miss EmangGWPikirin?, yaitu guru paling cantik, dan paling dikaguminya. Dia berkata lirih, "Angin-angin diamkan diri, biarkan aku mampu mendengarkan yang tidak terdengar."

Mahluk misterius itu tersenyum, hebat juga anak ini, batinnya, dia mampu merasakan kehadiranku. Namun tidak akan ada gunanya ilmu itu, karena mahluk misterius itu bukan tunduk kepada penguasa angin, dia mungkin saja terdeteksi melalui angin kalau dibiarkannya begitu, namun ia bisa saja tidak membiarkan dirinya diketemukan kalau dia mau.

Apa yang kira-kira akan dilakukannya. Dia berpikir sejenak, lalu matanya yang keunguan itu tiba2 bersinar seperti pelangi. Jingkat-Jingkut terkesiap, "Aaaaahhh....Aryo!" Tiba-tiba saja dia sudah diangkat sangat tinggi. Aryo menoleh dan berteriak, "Jingkaaaat!" Namun sebelum ia dapat bergerak sebuah pukulan angin yang keras menerpanya dan dia dibawa berputar-putar dalam angin puting beliung yang sangat dahsyat.

Apa yang terjadi ya??? Ayo Syl....apa hayooo yang terjadi? :P LANJUUUT....


message 7: by Sylvia (last edited Feb 07, 2008 05:10PM) (new)

Sylvia (sylnamira) | 513 comments "Aryo!! Aryo!!" Jingkat-Jingkut menjerit melihat Aryo berputar-putar dibawa angin. Sementara Aryo yang merasa pusing karena putaran angin yang sangat cepat hampir kehilangan kesadarannya. Namun sebagai murid kesayangan 7 guru sakti, dia bukanlah sembarangan anak kecil biasa. Dengan cepat dikerahkan tenaga dalamnya untuk mengeluarkan jurus "Wesh-ewesh-ewesh-Bablashe-anghine" yang diajarkan oleh Master Babeh Angkasa Puro. Telapak tangannya dikepalkan dan Aryo berteriak kencang, "BABLASSSSEEEHHHH!!!" terdengar dentuman kencang "BUM!" dan angin puting beliung langsung berhenti. Aryo yang meluncur keras ke bumi langsung mengerahkan jurus melayang di udara.

Sesampainya di bawah, Aryo langsung pasang kuda-kuda. Jingkat-Jingkut terlihat melayang di udara dikendalikan oleh sinar ungu yang keluar dari mata seekor makhluk aneh yang belum pernah dilihat Aryo. Makhluk itu berbuntut panjang, sayapnya juga panjang, kepalanya manusia, namun badannya bersisik persis seperti iguana.

"Makhluk apa ini" pikir Aryo. Makhluk itu tetap mengarahkan sinar ungu dari matanya ke Jingkat-Jingkut, sementara Aryo berpikir gimana cara menyetop makhluk itu dari melukai Jingkat-Jingkut. "Hey! lepaskan dia!" teriak Aryo. Jingkat-Jingkut terlihat lemas, seperti kehabisan nafas. Rupanya makhluk itu menyedot asupan oksigen dari tubuh Jingkat-jingkut. Mendengar teriakan Aryo, makhluk itu malah tertawa. Lalu sinar ungu itu berhenti, dan tubuh Jingkat-Jingkut meluncur ke tanah, untung saja Aryo waspada, dengan sigap diarahkan jurus Monyet-nangkep-pisang yang dipelajarinya dari Guru Ape.

"Siapa kau? mau apa?" Makhluk itu tertawa lagi. "Namaku IGanthenk-Mabur." Aku adalah makhluk paling hebat yang pernah ada. "Huh! hebat apanya? beraninya menyerang tanpa bilang-bilang dulu. Apa maumu?"

"Aku ingin bekerja sama," kata makhluk itu. "Kerja sama dalam rangka apa?" tanya Aryo sambil memeriksa keadaan Jingkat-Jingkut namun tetap waspada. "Aku dengar kamu mau duel dengan Bengis Hati. Kebetulan aku juga punya dendam sama dia."

"Urusannya apa sama aku? Kamu mau minta bantuan tapi caranya aku tidak suka, menyerang tanpa aba-aba, itu namanya licik, dari mana aku tahu kalau kamu tidak akan menghianati aku nantinya," jawab Aryo.

"Ya terserah kamu sih, tapi aku tahu kelemahan Bengis Hati, dan itu bukannya bisa membantu kamu dalam melawan dia?" IGanthenk-Mabur menawarkan sesuatu yang membuat Aryo berpikir dua kali untuk menolak tawarannya.

Apa ya kelemahan Bengis Hati? Apakah IGanthenk bicara jujur? Dan apakah Aryo mau kerja sama dengan IGanthenk-Mabur? Lanjut G :)


message 8: by Sylvia (new)

Sylvia (sylnamira) | 513 comments Iya neh si G lagi sibuk kyknya, gmn kalo kamu yang nerusin Mang? ayo TARIIKK MAANNGG... :)


message 9: by Abah (new)

Abah (emanrais) | 54 comments "Huh lama lama gatel juga nih kepala. Bisa abis dong waktuku buat ngadepin si Bengis Hati yang kelakuannya genjul banget itu." Pikir Aryo dalam dalam. Tapi huh, mana dah nguantuk. Mana blum ketemu jawapannya lagi. Sebel aing!!

Iya sih tawaran IGanthenk-Mabur itu tentunya kudu diperhitungkan. Dalam posisi bangpak begini mah semua tawaran tentu mangpaat. Tapi kan di ini urusan pasti ada imbalannya tuh. Tapi apa??
En kilatan sinar ungu yang kayak geledeg nyamber itu. Kan dah bukti kalau si IGenthenk ini tentu punya ilmu yang lumayan mumpuni. Tapi sinar ungu kan paduan dari warna merah dan biru kelam? Hehe, kalau ditaksir dari sumangad tempurnya pasti si IGenthenk-Mabur ini okeh punya dah. Dijamin hebring ajah guah mah. Tapi awas awas aja sama yang biru kelam itu. Buas dan licik, tahu!!!

Hehe, ya udah ajah kalau begitu mah. Kita kerjain aja dulu buat patahin perlawanan si Bengis Hati. Kalau dikeroyok rame ginih masak gak sampe modar apa kelenger sih? Kapan tadi waktu IGentheng-Mabur menyerang si Jingkut-Jingkut sampe lemes kuwalahan itu, kapan mata si Genthenk juga rajin aja menatapi kembang goyang dikepala den putri ki Ranji nan jelita yang wajahnya mirip dengan Sylvana Mangano tuh. Nah kita umpankan aja dia buat bikin si IGenthenk mabur hatinya buat nglamunin meresapin keindahan putri ki Ranji itu. Hehe iyalah besok aku mau nemuin putri ki Ranji aja, buat ajak dia susun strategi. Iya iya tahu! Putri ki Ranji itu kan pantang dicun kalau bukan oleh suaminya atau calon suami pas besok mo nikah tuh. Tenang aja neng, lha wong IGentheng itu kapan biwir sama batang idungnya dah pada mabur. Makanya disebut IGentheng-Mabur juga.

Dah dulu ah mikirnya, perut jadi laper pisan nih. Tapi kalau masih ada yang mau nerusin mikir ya monggo tho. Ayoooo pada mikuiiiiir. Kulo bade tindak madang rumiyiiiiiiin. Gituh lho.


message 10: by Abah (last edited Mar 17, 2008 02:25AM) (new)

Abah (emanrais) | 54 comments "Duh waduh wuaduuuuhhh. Biyung Nanaaaaa. Hiiihhhh lagi pada kemana sih? Heh Biyung Nana, Dewek Kekok... Lagi pada ngapain aja sih luh pada. Bukannya pada masak ngapah. Perut guah laper lagi nih. Tahu!!! Begitu dah guah teriak2, habis barusan kepala guah benzut gara2 jatuh dari pangkeng karena ngimpi berebut makanan sama kalian." Hehe, tapi akhirnya Aryo ketawa sendiri, lucu sendiri, sableng sendiri. Ya abisnya gimana gak mau sableng juga coba? Mana belum ngedet sama jeng Syl putri ki Ranji, mana perut lapar, mana kepala benzol. Huh, tau begini mah ngapain juga tadi make ngimpiin ke Pondok Ranji segala ya?

Berpikir begitu Aryo lalu sebrut aja luncat ke kamar mandi. Sebetulnya mah yang namanya kamar mandi juga cuma secuil kobakan air bekas cucian sama mandinya si Nana sama si Kekok doangan tuh. Bekas tadah air hujan aja kok. Yah maklum aja, namanya juga Aryo lagi nyaru, lagi nyiliwuri didalam hutan jati belanda. Biar gak gampang keendus keberadaannya oleh si Bengis Hati anak kampret jadul itu. Tapi, hehe, si Aryo ketawa sendiri, geli sendiri, usil sendiri menertawai keadaannya, begitu kakinya terhujam di dasar kobakan. Kenapa hah? Ya karena dianya cuma make cangcut doang. Mana 2 talinya yang satu lepas en yang satu lagi kendor. Huh, untung juga tadi waktu dipanggil panggil si Nana sama si Kekok gak buru buru nyamperin ya. Kalau nggak kan bisa poatang tuh si Aryo? Saking malunya. Biarin sepupu juga kapan si Nana sama si Kekok itu kan perempuan perempuan juga. Duh ambuing dah.

Selagi Aryo membersihkan rambut gondrongnya make buah kererak yang kering. Terdengar suara pintu yang digedor gedor. Waduh siapa ya, kok tumben siang hari begini ada yang datang? Kapan teman teman akrabnya udah pada tau cara masuk ke pondoknya. Ya udah nyeplos aja gak usah gedor pintu pajangan segala. Pintu nipu gitu mah mana bisa dibuka karena memang sengaja dipaku. Duh pasti orang baru nih. Tapi siapa?
Mikir begitu si Aryo segera aja make bajunya, biarin rambut gondrongnya masih basah juga. Lalu sebat dianya loncat nyaris tanpa suara seperti burung kepinis. Lantas hinggap dengan manisnya di pojok atas tangga. Lalu mengintip kedalam ruangan. Kemudian dianya berjingkat kayak kucing yang mengendus tikus mendekati daun pintu tepu yang masih digedor gedur meski tenaga gedorannya semakin pelan aja itu. Lantas Aryo mengintip keluar. Tapi ya salaaaam. Seketika bola matanya terbeliak. Nafasnya juga memburu tanpa bisa ditahan tahan. Dan dengkulnya juga gemeteran. Pucuk dicinta usam tiba, serunya dalam hati. Lantas dianya keluar saja menemui pendatang, karena dari kembang goyangnya dia yakin kalau yang datang itu justru Rara Ucrit putri ki Ranji yang baru mau ditemuinya buat menyusun rencana buat kadalin si IGentheng-Mabur itu.
Lantas dengan sedemikian pedenya Aryo meloncat, persis kesamping jeng putri. Tentunya Rara Ucrit putri ki Ranji itu tersentak kaget. Tapi lalu berseru dan tersedan sambil matanya membelalak seraya telapak tangannya menutupi bukaan mulutnya yang ngablak dengan cantiknya itu. Lalu tanpa mampu berpikir 100 kali lagi, dianya langsung meloncat aja ke balik pohon kiasem. Sekarang giliran Aryo yang terbengong terlongong longong kayak sampi ompong. Entah juga kalau kesurupan.


message 11: by Abah (last edited Mar 17, 2008 02:34AM) (new)

Abah (emanrais) | 54 comments bagi Aryo waktu berjalan teramat lambaaaaaat sekali. Waktu sedetik terasa setahun saja. Padahal dianya berdiri ngejubelg begitu kalau dihitung sama keong mas dah berapa tahun coba? Merasai lelehan busa kelerek yang menetes netes dari ujung ujung rambutnya yang gondrong gak ketulungan itu. Baru dah dianya sadar akan bumi alam langit bintang bulan matahari segala. Menyadari keadaannya Aryo segera saja menutup rapat rapat cangcut yang dikenakannya tadi dengan terburu buru. Mana salah satu talinya malahan putus terbetot dengan keras lagih. Huh, yah namanya aja kalo yang lagi tergesa buat nyambut tetamu. Kalau kagak kan sama si Bengis Hati bisa disangka sombong lagi. Heeehhhh, si Bengis Hati?

Selagi gak puguh rasa gak puguh mata gak puguh hati begitu. Dianya malahan lupa sama kehadiran putri ki Ranji. Tapi yang membikin hatinya tambah tercekat ialah ketika dia mendengar tawa cekikik dari 2 mulut peuyeumpuan. Waduh, gaswat nih.
"Hihihi dik Kekok. Kok ditempat kita ada tarzan lagi berjemur ya. Hihihi, kemana Jane nya ya?"
"Walah simbak Nana iki, sing Jane kuwi ya sampeyan iki lho. Hihihihihi." Kikih kedua dara cantik manis demplon itu dengan serunya.
"Huuhhh, abis dah guah." Pikir Aryo dengan muka merah padam 7 kali sampai kulitnya berwarna warni tujuh rupa. Hehe, kayak bunglon aja ya.
"Hihihihi...Eh kakang. Rara Ucrit putri ki Ranji sudah datang kemari belum ya...Hihihi."
"Hehe, iya yah mbak. Kan janjiannya juga abis lohor tuh." Samber dara Kekok dengan gemesnya.
Ditunggu jawaban Aryo selama sedetik, dua detik, tiga detik yang kalau ditungguin selama sejam juga gak akan muncul2 tuh. Kapan kakang Aryonya lagi sibuk megangin burungnya yang takut terbang itu. Dara Nana segera saja melukar selendang mayangnya. Lalu ditaruhnya diranting takokak. Keduanya segera saja berlalu ke balik pohon kiasem buat ngasih kesempatan kepada Aryo buat mematutkan dirinya seadanya, asal jangan kayak tarzan aja tuh. Tapi tiba2 dari balik pohon, keduanya tercekat. Karena mendapati putri ki Ranji itu tengah duduk menggeloso. Pingsan!!!


message 12: by Abah (last edited Mar 17, 2008 02:51AM) (new)

Abah (emanrais) | 54 comments "Waduh nih anak. Ngapain juga ngadon pingsan disini." Dengus Dara Nana dengan telengesnya. Jemarinya lantas sibuk memeriksa kondisi pisik Rara Ucrit. Tapi tak tampak ada tanda bekas pertarungan, entah trauma entah rudapaksa tuh. Lalu dipeganginya pergelangan tangan Rara buat memastikan kondisinya dengan meneliti denyut nadinya.
Dara Kekok juga sigap aja meneliti tampilan Rara. Ditelitinya kondisi celana pangsi yang dikenakan Rara, tapi tampak rapi dan tak diketemukan noda apapun. Kulit tangan dan kakinya tetap bening dengan jelitanya. Belahan dadanya juga rapi tak tampak ada bekas2 kekerasan. Hanya rona wajahnya menunjukkan kalau gadis pingsan ini baru saja mengalami kengerian yang amat dahsyat tuh. Tapi apa ya? Hehe 2 dara ini mikir dengan modarnya.
"Coba dik Kekok kedalam dulu gih. Ambilin air dingin dan waslap. Ayo kita sadarkan Rara biar kita tau apa yang sebenarnya telah terjadi."
Dara Kekok mengangguk lalu berjalan kearah pondok. Aryo sudah tak tampak lagi batang hidungnya. Tapi apa kelakuan Aryo yang memang bandel itu ya, yang mejadi horor bagi Rara? Pikir dara cantik yang berotak encer tenan itu.

"Kok lama sih dik?" Delik Dara Nana kepada adiknya. "Memangnya kamu didalam ngapain dulu?" Hehe, diam diam hati Dara Kekok tercekat juga melihat garis keras di wajah cantik kakaknya itu. Dijulurkannya dua batok air dan sehelai gombal bekas jarit yang biasa ditidurin kucing itu.
Sigap Dara Nana menggopyok jarit dengan guyuran air di batok. Lalu tanpa sungkan dibalurkannya ke wajah Rara. Juga leher dan seluruh kulit dadanya. Tak lama terdengar Rara berbangkis lalu menggeliat kan badannya. Hehe, rupanya gadis jelita ini alergi kucing ya. Artinya bukan mustahil juga penderita asthma. Dari bentuk lehernya kayaknya Rara ini penderita gastrik deh. Mana dari gurat matanya rasanya dia juga penderita insomnia.
"Kayaknya Rara Ucrit penderita gangguan emosi juga ya mbak?" Kekeh Dara Kekok.
"Itu dia yang aku takuti lho dik. Kelamaan pingsan jenis ginih, diam diam dia bisa lewat tuh." Kata Dara Nana seraya rajin aja menguruti telapak tangan Rara yang tampak kemilau itu. Hasilnya Rara Ucrit tampak berkerenyit kesakitan. Apalagi ketika otot ditulang selangkanya diuruti, buat mengurangi rasa sutris. Wajah Rara tampak seperti maklampir yang udah lama tengah ngedhenin derita bathin berkepanjangan aja deh.

"Maaf lho mbak. Tadi didalam itu aku sekalian mencari kakang Aryo. Manatau dia tahu apa penyebab Rara Ucrit pingsan ketakutan ginih."
"Lalu kemana kakang Aryonya?"
"Gak tahu tuh. Aku udah ubek ubek nyari. Tapi gak ada." Jawab Dara Kekok sembari nyengir nyengir bajing yang mengendus pasakan cimol cacing.
"Balurin lagi mukanya dik. Biar cepat siuman."
Dara Kekok langsung ambil jarit paling basah. Yaitu sisi yang tadi gak sempat dicuci oleh Dara Nana. Langsung dibasuhkan ke seantero wajah Rara termasuk batang hidung yang tampil cantik seperti bancet yang siap melompat itu. Hehehe, tokcer banget dah. Rara langsung bangun sembari bersin bersin dengan kuatnya, lantas owek owek muntah uger dengan serunya sampai semua bekas nyarapnya tumpah semua. Hih ini gadis cantik makannya apa ya? Apa semua ilmu andalan ki Ranji udah menurun semua. Dari sisa muntah yang tampak ijo kuning itu terkesan masih ada sisa sisa badan kodok deh.
"Waduh dik Kekok. Khabar baik nih buat kakang Aryo. Kalau begini mah kondisinya, berarti justru Rara Ucrit ini yang akan menjadi lawan tanding si Bengis Hati tuh. Dibanding dengan Rara ini, ilmu IGentheng-Mabur mah gak ada apa apanya kok." Kekeh Dara Nana sembari melihat anak ki Ranji itu masih tunggang langgang sembari muntah ijo campur deru bersin habis habisan kayak yang kesurupan.

"Tapi mbak. Gimana Rara Ucrit mau bertarung ke si Bengis Hati, kalau baru kena jarit bau aja dianya udah muntah muntah gini?" Kernyit dahi sang Dara Kekok, sembari ngelap keringat di wajahnya.
"Yak gak papa tho dik. Kan apa apanya juga ada waktu waktunya tuh. Sekarang kamu cari kakang Aryo sampai ketemu ya. Biarin aku yang urus Rara jagoan sekaligus bakal penyelamat kita itu."
Tentunya dong Dara Kekok kegirangan, sebab hari ini dianya gak usah bantuin Dara Nana masak jamur Kempul itu. Huh berkhasiat sih berkhasiat, tapi kapan ngeliat sosok jamur baunya aja Dara Kekok dah geliiiii aja. Kayak yang ngeliat apaan tau.
Lantas Dara Kekok melenting ringan keudara lalu bersalto 5 kali. Lalu buuush, nyeplos ke rimbun daun pohon besar terdekat. Selanjutnya diemposnya Aji Lutung Mabok Laler buat berlari lincah diatas pepohonan, sembari mencoba mengendus keberadaan Aryo Putro. Duuuhhh ramenya Dara kekok tertawa kakak kikik, kayak hingkik beger saja deh.


message 13: by Abah (last edited Mar 18, 2008 04:56AM) (new)

Abah (emanrais) | 54 comments Waduh hehe, mahap ya. Jangan2 Aryo lagi semamput kesenengan habis amprok prok sama Rara Ucrit deh ya. Tadinya sih mo nerusin nulis kisah petualangan Dara Kekok yang lagi nyari2 keberadaan Aryo tuh.
Mo nulis ginih, betapa senang Dara Kekok ngegodain bajing lagi kawin, yang dikejar kejar tak terkejar. Tapi dapet ilmu baru adari bajing siluman itu, aji Bajing Nyingkur. Baca aja nanti lucunya Dara Kekok ngerjain Ratih Dungo anak muridnya Maklampir yang jago main selendang mayang. Tapi akhirnya sang Dungo keserimpet sendiri, lalu mewek sesenggukan terampun ampun. Dah dulu ah! Dalang mo istirohah juga ya.


message 14: by Abah (new)

Abah (emanrais) | 54 comments Wah mang Amang Suramang juga punya jurus sakti tuh. Bisa nyiliwuri siluman sileman yang doyan mencolo putro mencolok putri. Hehe, blum aja mulai nulis, kapan klo udah duduk jadi lupa berdiri deh. Hehe kayak iklan gosok gigi aja ya. Iya deh ntar diterusin ngedalangnya, tapi aa mo nyarap dulu. Sembari nyureng mencari insprinasi.


message 15: by Abah (last edited Mar 29, 2008 07:56AM) (new)

Abah (emanrais) | 54 comments Tapi biarin sambil ketawa ketiwi gituh juga sesungguhnya Dara Kekok lagi nguantuk banget, tertimpah hangatnya sinar surya yang belum jam 10 WIB (waktu inyong blekutek)itu. Tapi yang namanya jiwa pendekar yang lagi pancen tugas dari simbak Dara Nana, tentunya dong kudu merasa malu atuh klo gini hari kudu ngorok mah. Hehe, tapi dasar pendekar muda yang berotak encer, maka dalam keadaan itu tetap aja diambil kesempitan dalam kesempatan yang langka. Setiap kali melenting jauh, yang dah diperkirakan dimana jatuhnya, sesaat Dara Kekok ngorok termimpi segala. Kok bisa sih? Ya bisa aja tho namanya juga anak ki Ludra Sangiang yang terkenal dengan aji Angin Mancrit itu. Angin mancrit itu sejenis angin lautan yang bisanya terjadi disiang hari yang berembus dengan perlahan dan sejuk yang menghantar pulang perahu para nelayan ke darat. Para nelayan menyebutnya sebagai angin laut. Tentu saja daya ilmu enteng tubuh harus mumpuni, seolah tubuhnya seringan hamparan kapas di angkasa. Kebetulan dari 2 bersaudari putri ki Ludra, hanya Dara Kekok yang herjodoh dengan aji Angin Mancrit. Adapun Dara Nana tak berjodoh karena masih selalu terbawa wataknya yang kereng tanpa ampun itu. Ilmu andalan ki Ludra yang dikuasainya malahan aji Batu Manggung. Ilmu ini meskipun tampak halus gerakannya tapi jangan mencoba buat menahan lajunya yang ibarat lintasan geledeg batu gunung sebesar kerbo bunting bengkak yang pernah dengan mudah menjebol benteng VOC di selat Malaka itu. Membikin para petinggi Kumpeni mencret mencret cret selama seminggu itu.

Dalam tidur nyenyaknya, tiba tiba Dara Kekok mendusin karena telinganya menangkap ada gerakan aneh di bawahnya pas disekitar gerumbulan pepohonan mahoni dan akasia di dekat hutan sebelah Barat sana. Tempat itu terkenal dengan keangkeran dan buasnya para memedi hutan yang gak boleh aja menoong jidat licin lencir liwat.
Sedetik kemudian Dara Kekok sudah dalam siaga penuh, karena bunyi bunyian yang terasa sangat mengganggu lubang telinganya yang memang super rebing itu, serasa di pasar kaget aja tuh. Dengan goyangan ujung jempol kaki kanannya, Dara Kekok mengarahkan laju gerak tubuhnya ke pusat kegaduhan itu. Dari kejauhan sudah tampak rimbun dedaunan yang bergerak tak beraturan. Lantas kupingnya mendengarkan dengan seksama sekiranya mahluk berengsek apa yang telah mengganggu tidur nikmatnya itu. Tiba tiba Dara Kekok menangkap gerakan lincah yang melejit dari dedaunan ke batang mahoni di ketinggian 2500 meter dari permukaan laut itu. Kesiur bunyi di gendang telinganya menunjukkan kalau barometer seharga sekira separuh jalan di atmospir. Kemudian Dara Kekok menggunakan jempol kaki kiri buat mengerem laju gerakan lalu dengan postur seperti garuda gunung Manglayang siap menerkam mangsa. Dibuka kesepuluh jarinya buat menangkap dua bilah ekor bajing kuning yang lagi berkejaran sambil kakak kekek dengan riuhnya. Lumayan, pikir Dara kekok. Tinggal mencari bebatuan buat membakar bajing manapun yang ketangkap buat sekedar mmenangsel perutnya yang dah keroncongan sejak menampak Rara Ucrit yang lagi terkapar pingsan itu.

Tiba tiba, kedua bajing kuning itu meloncat kebawah tatkala mereka merasakan kesiur angin dari atas seperti elang yang akan dengan tangkas menyergapnya. Menyadari gerakan itu Dara kekok terkesiap, "bajing cerdas." Bisiknya dalam hati. Seharusnya naluriah kedua bajing itu melenting ketempat yang lebih tinggi, atau menghunjam ke kerimbunan dedaunan buat menghindarinya. Bukannya justru melintir ke bawah dahan tempatnya berlari. Tentu saja membuat Dara Kekok celingukan sesaat, buat mengendusi keberadaan kedua bajing kuning itu. Tiba tiba Dara Kekok menangkap desir halus gemerisik daun, lalu tampak salah seekor meloncat dan merapal naik kebatang pohon persis didekat tumit kanan Dara Kekok. Menyadari hal itu Dara Kekok lalu menggerakkan jempol kaki kirinya yang membuatnya melenting keudara, menerobos dedaunan seraya meliukan tubuhnya buat mnenjajari gerak lari sibajing. Lantas menderukan tubuhnya dengan ringan dan tangan kanan yang terjulur ke arah jalur lari bajing. Tangan kiri dipersiapkan kalau tiba tiba sang bajing meloncat ke rimbun daun disebelah kiri. Tapi aneh aja dipikiran Kekok, manakala menyadari kalau ujung jemarinya hanya sempat menyentuh bulu ekor yang menggembung itu. Sesaat bajing menghindarinya dengan nyeplos ke balik batang pohon mahoni itu. Woooowww, hati Dara Kekok tercekat menghadapi situasi yang berbahaya ini. Salah buatan dirinya akan terjerumus ke batang mahoni purba yang lingkar batangnya sebesar perut gajah bunting itu. Dara Kekok secepat kilat mengibaskan telapak tangan kanannya ke arah pohon, yang lantas saja menimbulkan bunyi ledakan hebat, yang membuat tubuhnya terjengkang kebelakang dan membikin ujung ujung ranting pohon raksasa itu berkibaran seraya merontokkan sebagian besar dari rimbun dedaunannya. Dara Kekok langsung melilit dan mengejar posisi bajing disebalik batang itu. Sesaat tampak bajing itu naluriah tengah menempelkan tubuhnya rapat di kulit batang buat menyelamatkan dirinya dari sedotan angin puting bohorok yang biasa terjadi di musim panas begini. Menyadari kehadiran Dara Kekok di arah punggungnya, bajing itu segera menggeser posisi kesebalik batang buat menghindari terkaman jemari Dara Kekok yang nyaris menangkap dirinya. Tapi Dara Kekok tak menjadi ayal, lalu mengegoskan pantatnya buat meneruskan pengejaran secepat kilat. Dibiarkannya tubuhnya terhempas ke batang, sambil tangan kirinya sebat menangkap buntut bajing yang tengah berkembang, yang sering digunakan sebagai penahan laju jatuh saat meloncat dari ketinggian menuju kekerendahan itu. Dara Kekok terkekeh memindahkan telunjuk dan jempol tangan kirinya dari buntut ke leher bajing itu agar tak menggigit tangannya. Tentunya dong sibajing terkaget separuh mati, yang lantas dengan sutrisnya mengencingi jemari Dara Kekok sebagai upaya terakhir menyelamatkan dirinya. Dan upaya itu berhasil telak tatkala Dara Kekok kaget manakala mendadak mendapat semprotan cairan panas lengket dan bau amis itu. Tanpa sadar dirinya melenting ke belakang buat menghindari serangan susulan. Terasa ujung pundak kanannya sakit setelah membentur kulit mahoni yang kasar itu.

Meskipun sakit sedikit tapi Dara Kekok lantas tersenyum dengan senangnya. Manakala menyadari kalau bajing itu justru telah mengajarkan ilmu yang hebat cara berkelit menghadapi sergapan lawan yng gerakannya secepat kilat itu. Lalu segera juga dilentingkan tubuhnya kedepan buat mengejar bajing kuning itu. Bukan buat menangkap lalu memanggangnya di batu kali. Tapi mengejarnya buat mematangkan gerakan menghindar itu yang kelak menjadi salah satu ilmu andalannya, yang dinamakannya aji Bajing Nyingkur itu.
Hehe, dasar Dara Kekok memang cerdas kok ya...


message 16: by Abah (new)

Abah (emanrais) | 54 comments Waduh terusin jangan ya??? Klo gak diterusin kapan nih lapangan bola jadi mlongo tuh. Tapi klo diterusin sendirian rasanya gak legitimet deh. Klo abah kan sekedar ngisi lowongan aja tuh. Sedangkan yang punya lahan gak tau lagi pada ngungsi kemana lagih? Gimana tuh ManK AmanK Po? Adakah temans yang ikut baca?? Gimana dong...


message 17: by [deleted user] (new)

Huahahaha... Aryonya berubah dari pahlawan fantasi jd pendekar gaya Wiro Sableng hihihihi.... Lanjut dooong! *udah pewe, gelar tiker, leyeh2, nyruput wedang jahe, ngemil kacang rebus, menyimak dgn tekun*


message 18: by Andhi (new)

Andhi (agustinusandhi) | 165 comments saya baru baca....dan saya bingung...habis sepotong-potong....


back to top