Goodreads Indonesia discussion
Arsip GRI 2007-2008
>
ARYO PUTRO - Khechil-khechil jadi DHOEKHOEN
date
newest »


Ayo Syl...lanjuuut....

Lanjuutt..

"Lho, bagaimana kamu bisa ada disini?"
"Aku disuruh mengikuti kamu Yo, karena Tauntie BhieBhie, kuatir kalau terjadi sesuatu kepadamu."
Walah, pikir Aryo masam, memangnya aku masih anak kecil ya? Tapi....
"Lho, tapi darimana kamu tau aku pergi, kan aku tidak memberitahu siapa2 dan aku sangat berhati2 tadi? Terus, kok bisa kamu tidak tertangkap oleh radar di becakku ya? Dan naik apa kamu mengikuti aku?" Tanya Aryo Putro bertubi-tubi.
Jingkat-Jingkut tersenyum, "Itulah kehebatanku, makanya aku dinamakan Jingkat-Jingkut, dan tentang kendaraan, lihat saja apa yang aku bawa," Katanya sambil menarik sesuatu dari belakangnya, terdengar suara: "embeeeeek...." dan seekor kambing coklat, belang2 hitam dan bertanduk perak serta bersayap sangat cantik muncul dari balik dedaunan, kambing itu nampak agak jengkel karena terganggu dari keasyikannya menikmati daun-daun pohon disekelilingnya.
"Kambing terbang," Jawab Jingkat-Jingkut, tersenyum bangga melihat si kambing yang asyik memamah dedaunan.
Mata Aryo melebar, "Waaah, itu kan Kambing Terbang Doel-Doel si Anak Betawkhoen, loh...jangan-jangan kamu..."
"Eits, enak saja, saya tidak nyolong, cuma pinjam sebentar kok, karena dia pasti ga ngasih ya saya pinjam diem2."
"Ya ampyuuun, itu sama aja nyolong Jingkat-Jingkut, ngerti ga, tidak seharusnya kamu membawa barang milik orang lain tanpa persetujuan pemiliknya?!? Selain tidak sopan, itu juga melanggar aturan!" Ingin rasanya dia menjitak kepala Jingkat-Jingkut, tapi dia mampu menahan diri karena hal itu tidak sopan tentu saja.
Jingkat-Jingkut menggaruk-garuk kepalanya lalu menggeleng2kan kepala, "Kan nanti dikembalikan juga? Wah konsep kita beda ya bro tentang hal ini." Katanya dengan polos. "Tapi yang lebih penting, strateginya kamu apa Yo untuk melawan Tuan Hati Bengis? Kamu harus punya strategi Yo untuk bisa menang."
Aryo gantian menggaruk2 kepalanya, betul juga ya? Wah, pusing deh...! Lalu tiba2 diatas kepala Aryo Putro menyala sebuah bohlam lampu, 'klik', dan segera dia menatap ke arah sini, iya ke arah sini, dan katanya, "Ayo Syl...kan kamu yang nulis, strategi saya apa doong???"
Lanjuuut....

Jingkat-Jingkut penasaran, "Memangnya kamu yaki strategi kamu itu berhasil nantinya? apa tidak sebaiknya didiskusikan dulu, mumpung tempat duelnya masih jauh ni Yo." Aryo tidak memperdulikan Jingkat-Jingkut, dia mengambil kaleng oli, dan melanjutkan memberi oli pada rantai becaknya. Jingkat-Jingkut kembali mendesak, "Yo, aku kan dapat amanah, untuk menjaga kamu, sekarang kamu malah tidak mempercayai aku. Aku ini kan teman kecilmu."
Aryo melirik ke arah Jingkat-Jingkut. Memang sih Jingkat-Jingkut adalah teman masa kecilnya. Tapi sejak dulu Aryo tak mempercayainya. Dulu saja mangga di halaman rumah Aryo sering dipanjat oleh Jingkat-Jingkut. Alasannya mencari semut untuk makanan ikan. Huh, mana ada semut diatas pohon manggaku, pikir Aryo. Terus barusan ini, dia mengambil kambing terbang milik Doel-Doel. Bagaimana Aryo bisa yakin kalau Jingkat-Jingkut tidak akan menghianatinya. Lagi pula dia belum yakin kalau Tauthie Bhie-Bhie benar-benar menyuruhnya mengikuti Aryo? siapa tau dia malah suruhan si Bengis Hati. Oppss.. Aryo memukul jidatnya sendiri. Dia tidak boleh berburuk sangka terhadap Jingkat-Jingkut. Biarpun gitu-gitu Jingkat-Jingkut sering menolongnya.
"Ya udah sini aku kasih tau strategiku. Tapi janji ya. kamu jangan makan jengkol dulu selama sebulan ini! soalnya kamu suka lupa daratan kalo makan jengkol, trus sering jengkolan, trus meracau, trus nanti strategiku..."
"iyaa.. iyaaa aku janji," Jingkat-Jingkut tak ingin diingatkan oleh kekonyolannya sendiri.
"Setibanya aku di tempat duel dengan Bengis Hati, aku akan membuka sarungku."
"Hah? serius Yo? kamu buka sarung?"
"Ya aku kan pake celana panjang! dasar!" ingin rasanya Aryo menempeleng Jingkat-Jingkut, tapi ditahannya lagi. Sabaaarrr...
"Lagian sarungku ini bukan sarung sembarangan, ini sarung pemberian guru DHOEKHOEN, namanya SAROENG SEMBRANHIE. Sarung ini bisa terbang dan aku kendalikan dari jarak jauh. Naahh begitu Tuan Bengis Hati tertipu dengan menyerang sarung ini, aku akan menyerangnya dari bawah. Dan KAMU harus bantu aku menyerang Bengis Hati juga!"
"Hah? aku?"
"Ya IYALAAAHHH!!emang siapa lagi? kambing si DOEL-DOEL? ya kamu! lagian kan kamu yang maksa ikut, berarti kamu harus tanggung jawab jagain aku total. Jadi, kam sekarang adalah partnerku, okeh?"
Jingkat-jingkut terdiam. dalam hati agak menyesal. perjalanan yang tadinya dikira bakal menyenangkan, ternyata menjadi mimpi buruk. Dia harus ikut melawan Bengis Hati? hiks.. hiks.. kenapa Aryo nggak sekalian nyerang dia aja tadi pake YOYO apinya?? hwaaa.. gimana niihh??
lanjuutsss...

Siapakah sosok misterius ini? Apakah dia hendak mencelakakan Aryo Putro atau malah akan menjadi malaikat pelindungnya? Entahlah, karena sosok ini sendiripun belum dapat menentukan, apakah Aryo Putro ada gunanya buat kepentingannya atau tidak.
Mahluk ini menggerakkan ekornya sedikit, tanpa menimbulkan suara, begitu ringan bagaikan angin gerakkannya, walaupun begitu, Aryo Putro dapat merasakan desiran angin tersebut dan ia langsung waspada.
"Ada apa Yo?" Jingkat-Jingkut melihat wajah temannya yang tiba-tiba nampak serius. Dia merasa hatinya mencelos, waduh... jangan2 Tuan Bengis Hati sudah mencium kedatangan mereka? "Tuan Bengis Hati ya?" Bisiknya dengan suara tersendat, "Yo..." Jingkat-Jingkut merapatkan tubuhnya ke batang pohon, Aryo meletakkan telunjuknya ke bibir, mengisyaratkan Jingkat-Jingkut untuk tidak bersuara.
Aryo menajamkan pendengarannya, seperti yg diajarkan di kelas Mata-Telinga-Telinga-Hati-Awas-awas yang diajarkan oleh Miss EmangGWPikirin?, yaitu guru paling cantik, dan paling dikaguminya. Dia berkata lirih, "Angin-angin diamkan diri, biarkan aku mampu mendengarkan yang tidak terdengar."
Mahluk misterius itu tersenyum, hebat juga anak ini, batinnya, dia mampu merasakan kehadiranku. Namun tidak akan ada gunanya ilmu itu, karena mahluk misterius itu bukan tunduk kepada penguasa angin, dia mungkin saja terdeteksi melalui angin kalau dibiarkannya begitu, namun ia bisa saja tidak membiarkan dirinya diketemukan kalau dia mau.
Apa yang kira-kira akan dilakukannya. Dia berpikir sejenak, lalu matanya yang keunguan itu tiba2 bersinar seperti pelangi. Jingkat-Jingkut terkesiap, "Aaaaahhh....Aryo!" Tiba-tiba saja dia sudah diangkat sangat tinggi. Aryo menoleh dan berteriak, "Jingkaaaat!" Namun sebelum ia dapat bergerak sebuah pukulan angin yang keras menerpanya dan dia dibawa berputar-putar dalam angin puting beliung yang sangat dahsyat.
Apa yang terjadi ya??? Ayo Syl....apa hayooo yang terjadi? :P LANJUUUT....

Sesampainya di bawah, Aryo langsung pasang kuda-kuda. Jingkat-Jingkut terlihat melayang di udara dikendalikan oleh sinar ungu yang keluar dari mata seekor makhluk aneh yang belum pernah dilihat Aryo. Makhluk itu berbuntut panjang, sayapnya juga panjang, kepalanya manusia, namun badannya bersisik persis seperti iguana.
"Makhluk apa ini" pikir Aryo. Makhluk itu tetap mengarahkan sinar ungu dari matanya ke Jingkat-Jingkut, sementara Aryo berpikir gimana cara menyetop makhluk itu dari melukai Jingkat-Jingkut. "Hey! lepaskan dia!" teriak Aryo. Jingkat-Jingkut terlihat lemas, seperti kehabisan nafas. Rupanya makhluk itu menyedot asupan oksigen dari tubuh Jingkat-jingkut. Mendengar teriakan Aryo, makhluk itu malah tertawa. Lalu sinar ungu itu berhenti, dan tubuh Jingkat-Jingkut meluncur ke tanah, untung saja Aryo waspada, dengan sigap diarahkan jurus Monyet-nangkep-pisang yang dipelajarinya dari Guru Ape.
"Siapa kau? mau apa?" Makhluk itu tertawa lagi. "Namaku IGanthenk-Mabur." Aku adalah makhluk paling hebat yang pernah ada. "Huh! hebat apanya? beraninya menyerang tanpa bilang-bilang dulu. Apa maumu?"
"Aku ingin bekerja sama," kata makhluk itu. "Kerja sama dalam rangka apa?" tanya Aryo sambil memeriksa keadaan Jingkat-Jingkut namun tetap waspada. "Aku dengar kamu mau duel dengan Bengis Hati. Kebetulan aku juga punya dendam sama dia."
"Urusannya apa sama aku? Kamu mau minta bantuan tapi caranya aku tidak suka, menyerang tanpa aba-aba, itu namanya licik, dari mana aku tahu kalau kamu tidak akan menghianati aku nantinya," jawab Aryo.
"Ya terserah kamu sih, tapi aku tahu kelemahan Bengis Hati, dan itu bukannya bisa membantu kamu dalam melawan dia?" IGanthenk-Mabur menawarkan sesuatu yang membuat Aryo berpikir dua kali untuk menolak tawarannya.
Apa ya kelemahan Bengis Hati? Apakah IGanthenk bicara jujur? Dan apakah Aryo mau kerja sama dengan IGanthenk-Mabur? Lanjut G :)

Iya sih tawaran IGanthenk-Mabur itu tentunya kudu diperhitungkan. Dalam posisi bangpak begini mah semua tawaran tentu mangpaat. Tapi kan di ini urusan pasti ada imbalannya tuh. Tapi apa??
En kilatan sinar ungu yang kayak geledeg nyamber itu. Kan dah bukti kalau si IGenthenk ini tentu punya ilmu yang lumayan mumpuni. Tapi sinar ungu kan paduan dari warna merah dan biru kelam? Hehe, kalau ditaksir dari sumangad tempurnya pasti si IGenthenk-Mabur ini okeh punya dah. Dijamin hebring ajah guah mah. Tapi awas awas aja sama yang biru kelam itu. Buas dan licik, tahu!!!
Hehe, ya udah ajah kalau begitu mah. Kita kerjain aja dulu buat patahin perlawanan si Bengis Hati. Kalau dikeroyok rame ginih masak gak sampe modar apa kelenger sih? Kapan tadi waktu IGentheng-Mabur menyerang si Jingkut-Jingkut sampe lemes kuwalahan itu, kapan mata si Genthenk juga rajin aja menatapi kembang goyang dikepala den putri ki Ranji nan jelita yang wajahnya mirip dengan Sylvana Mangano tuh. Nah kita umpankan aja dia buat bikin si IGenthenk mabur hatinya buat nglamunin meresapin keindahan putri ki Ranji itu. Hehe iyalah besok aku mau nemuin putri ki Ranji aja, buat ajak dia susun strategi. Iya iya tahu! Putri ki Ranji itu kan pantang dicun kalau bukan oleh suaminya atau calon suami pas besok mo nikah tuh. Tenang aja neng, lha wong IGentheng itu kapan biwir sama batang idungnya dah pada mabur. Makanya disebut IGentheng-Mabur juga.
Dah dulu ah mikirnya, perut jadi laper pisan nih. Tapi kalau masih ada yang mau nerusin mikir ya monggo tho. Ayoooo pada mikuiiiiir. Kulo bade tindak madang rumiyiiiiiiin. Gituh lho.

Berpikir begitu Aryo lalu sebrut aja luncat ke kamar mandi. Sebetulnya mah yang namanya kamar mandi juga cuma secuil kobakan air bekas cucian sama mandinya si Nana sama si Kekok doangan tuh. Bekas tadah air hujan aja kok. Yah maklum aja, namanya juga Aryo lagi nyaru, lagi nyiliwuri didalam hutan jati belanda. Biar gak gampang keendus keberadaannya oleh si Bengis Hati anak kampret jadul itu. Tapi, hehe, si Aryo ketawa sendiri, geli sendiri, usil sendiri menertawai keadaannya, begitu kakinya terhujam di dasar kobakan. Kenapa hah? Ya karena dianya cuma make cangcut doang. Mana 2 talinya yang satu lepas en yang satu lagi kendor. Huh, untung juga tadi waktu dipanggil panggil si Nana sama si Kekok gak buru buru nyamperin ya. Kalau nggak kan bisa poatang tuh si Aryo? Saking malunya. Biarin sepupu juga kapan si Nana sama si Kekok itu kan perempuan perempuan juga. Duh ambuing dah.
Selagi Aryo membersihkan rambut gondrongnya make buah kererak yang kering. Terdengar suara pintu yang digedor gedor. Waduh siapa ya, kok tumben siang hari begini ada yang datang? Kapan teman teman akrabnya udah pada tau cara masuk ke pondoknya. Ya udah nyeplos aja gak usah gedor pintu pajangan segala. Pintu nipu gitu mah mana bisa dibuka karena memang sengaja dipaku. Duh pasti orang baru nih. Tapi siapa?
Mikir begitu si Aryo segera aja make bajunya, biarin rambut gondrongnya masih basah juga. Lalu sebat dianya loncat nyaris tanpa suara seperti burung kepinis. Lantas hinggap dengan manisnya di pojok atas tangga. Lalu mengintip kedalam ruangan. Kemudian dianya berjingkat kayak kucing yang mengendus tikus mendekati daun pintu tepu yang masih digedor gedur meski tenaga gedorannya semakin pelan aja itu. Lantas Aryo mengintip keluar. Tapi ya salaaaam. Seketika bola matanya terbeliak. Nafasnya juga memburu tanpa bisa ditahan tahan. Dan dengkulnya juga gemeteran. Pucuk dicinta usam tiba, serunya dalam hati. Lantas dianya keluar saja menemui pendatang, karena dari kembang goyangnya dia yakin kalau yang datang itu justru Rara Ucrit putri ki Ranji yang baru mau ditemuinya buat menyusun rencana buat kadalin si IGentheng-Mabur itu.
Lantas dengan sedemikian pedenya Aryo meloncat, persis kesamping jeng putri. Tentunya Rara Ucrit putri ki Ranji itu tersentak kaget. Tapi lalu berseru dan tersedan sambil matanya membelalak seraya telapak tangannya menutupi bukaan mulutnya yang ngablak dengan cantiknya itu. Lalu tanpa mampu berpikir 100 kali lagi, dianya langsung meloncat aja ke balik pohon kiasem. Sekarang giliran Aryo yang terbengong terlongong longong kayak sampi ompong. Entah juga kalau kesurupan.

Selagi gak puguh rasa gak puguh mata gak puguh hati begitu. Dianya malahan lupa sama kehadiran putri ki Ranji. Tapi yang membikin hatinya tambah tercekat ialah ketika dia mendengar tawa cekikik dari 2 mulut peuyeumpuan. Waduh, gaswat nih.
"Hihihi dik Kekok. Kok ditempat kita ada tarzan lagi berjemur ya. Hihihi, kemana Jane nya ya?"
"Walah simbak Nana iki, sing Jane kuwi ya sampeyan iki lho. Hihihihihi." Kikih kedua dara cantik manis demplon itu dengan serunya.
"Huuhhh, abis dah guah." Pikir Aryo dengan muka merah padam 7 kali sampai kulitnya berwarna warni tujuh rupa. Hehe, kayak bunglon aja ya.
"Hihihihi...Eh kakang. Rara Ucrit putri ki Ranji sudah datang kemari belum ya...Hihihi."
"Hehe, iya yah mbak. Kan janjiannya juga abis lohor tuh." Samber dara Kekok dengan gemesnya.
Ditunggu jawaban Aryo selama sedetik, dua detik, tiga detik yang kalau ditungguin selama sejam juga gak akan muncul2 tuh. Kapan kakang Aryonya lagi sibuk megangin burungnya yang takut terbang itu. Dara Nana segera saja melukar selendang mayangnya. Lalu ditaruhnya diranting takokak. Keduanya segera saja berlalu ke balik pohon kiasem buat ngasih kesempatan kepada Aryo buat mematutkan dirinya seadanya, asal jangan kayak tarzan aja tuh. Tapi tiba2 dari balik pohon, keduanya tercekat. Karena mendapati putri ki Ranji itu tengah duduk menggeloso. Pingsan!!!

Dara Kekok juga sigap aja meneliti tampilan Rara. Ditelitinya kondisi celana pangsi yang dikenakan Rara, tapi tampak rapi dan tak diketemukan noda apapun. Kulit tangan dan kakinya tetap bening dengan jelitanya. Belahan dadanya juga rapi tak tampak ada bekas2 kekerasan. Hanya rona wajahnya menunjukkan kalau gadis pingsan ini baru saja mengalami kengerian yang amat dahsyat tuh. Tapi apa ya? Hehe 2 dara ini mikir dengan modarnya.
"Coba dik Kekok kedalam dulu gih. Ambilin air dingin dan waslap. Ayo kita sadarkan Rara biar kita tau apa yang sebenarnya telah terjadi."
Dara Kekok mengangguk lalu berjalan kearah pondok. Aryo sudah tak tampak lagi batang hidungnya. Tapi apa kelakuan Aryo yang memang bandel itu ya, yang mejadi horor bagi Rara? Pikir dara cantik yang berotak encer tenan itu.
"Kok lama sih dik?" Delik Dara Nana kepada adiknya. "Memangnya kamu didalam ngapain dulu?" Hehe, diam diam hati Dara Kekok tercekat juga melihat garis keras di wajah cantik kakaknya itu. Dijulurkannya dua batok air dan sehelai gombal bekas jarit yang biasa ditidurin kucing itu.
Sigap Dara Nana menggopyok jarit dengan guyuran air di batok. Lalu tanpa sungkan dibalurkannya ke wajah Rara. Juga leher dan seluruh kulit dadanya. Tak lama terdengar Rara berbangkis lalu menggeliat kan badannya. Hehe, rupanya gadis jelita ini alergi kucing ya. Artinya bukan mustahil juga penderita asthma. Dari bentuk lehernya kayaknya Rara ini penderita gastrik deh. Mana dari gurat matanya rasanya dia juga penderita insomnia.
"Kayaknya Rara Ucrit penderita gangguan emosi juga ya mbak?" Kekeh Dara Kekok.
"Itu dia yang aku takuti lho dik. Kelamaan pingsan jenis ginih, diam diam dia bisa lewat tuh." Kata Dara Nana seraya rajin aja menguruti telapak tangan Rara yang tampak kemilau itu. Hasilnya Rara Ucrit tampak berkerenyit kesakitan. Apalagi ketika otot ditulang selangkanya diuruti, buat mengurangi rasa sutris. Wajah Rara tampak seperti maklampir yang udah lama tengah ngedhenin derita bathin berkepanjangan aja deh.
"Maaf lho mbak. Tadi didalam itu aku sekalian mencari kakang Aryo. Manatau dia tahu apa penyebab Rara Ucrit pingsan ketakutan ginih."
"Lalu kemana kakang Aryonya?"
"Gak tahu tuh. Aku udah ubek ubek nyari. Tapi gak ada." Jawab Dara Kekok sembari nyengir nyengir bajing yang mengendus pasakan cimol cacing.
"Balurin lagi mukanya dik. Biar cepat siuman."
Dara Kekok langsung ambil jarit paling basah. Yaitu sisi yang tadi gak sempat dicuci oleh Dara Nana. Langsung dibasuhkan ke seantero wajah Rara termasuk batang hidung yang tampil cantik seperti bancet yang siap melompat itu. Hehehe, tokcer banget dah. Rara langsung bangun sembari bersin bersin dengan kuatnya, lantas owek owek muntah uger dengan serunya sampai semua bekas nyarapnya tumpah semua. Hih ini gadis cantik makannya apa ya? Apa semua ilmu andalan ki Ranji udah menurun semua. Dari sisa muntah yang tampak ijo kuning itu terkesan masih ada sisa sisa badan kodok deh.
"Waduh dik Kekok. Khabar baik nih buat kakang Aryo. Kalau begini mah kondisinya, berarti justru Rara Ucrit ini yang akan menjadi lawan tanding si Bengis Hati tuh. Dibanding dengan Rara ini, ilmu IGentheng-Mabur mah gak ada apa apanya kok." Kekeh Dara Nana sembari melihat anak ki Ranji itu masih tunggang langgang sembari muntah ijo campur deru bersin habis habisan kayak yang kesurupan.
"Tapi mbak. Gimana Rara Ucrit mau bertarung ke si Bengis Hati, kalau baru kena jarit bau aja dianya udah muntah muntah gini?" Kernyit dahi sang Dara Kekok, sembari ngelap keringat di wajahnya.
"Yak gak papa tho dik. Kan apa apanya juga ada waktu waktunya tuh. Sekarang kamu cari kakang Aryo sampai ketemu ya. Biarin aku yang urus Rara jagoan sekaligus bakal penyelamat kita itu."
Tentunya dong Dara Kekok kegirangan, sebab hari ini dianya gak usah bantuin Dara Nana masak jamur Kempul itu. Huh berkhasiat sih berkhasiat, tapi kapan ngeliat sosok jamur baunya aja Dara Kekok dah geliiiii aja. Kayak yang ngeliat apaan tau.
Lantas Dara Kekok melenting ringan keudara lalu bersalto 5 kali. Lalu buuush, nyeplos ke rimbun daun pohon besar terdekat. Selanjutnya diemposnya Aji Lutung Mabok Laler buat berlari lincah diatas pepohonan, sembari mencoba mengendus keberadaan Aryo Putro. Duuuhhh ramenya Dara kekok tertawa kakak kikik, kayak hingkik beger saja deh.

Mo nulis ginih, betapa senang Dara Kekok ngegodain bajing lagi kawin, yang dikejar kejar tak terkejar. Tapi dapet ilmu baru adari bajing siluman itu, aji Bajing Nyingkur. Baca aja nanti lucunya Dara Kekok ngerjain Ratih Dungo anak muridnya Maklampir yang jago main selendang mayang. Tapi akhirnya sang Dungo keserimpet sendiri, lalu mewek sesenggukan terampun ampun. Dah dulu ah! Dalang mo istirohah juga ya.


Dalam tidur nyenyaknya, tiba tiba Dara Kekok mendusin karena telinganya menangkap ada gerakan aneh di bawahnya pas disekitar gerumbulan pepohonan mahoni dan akasia di dekat hutan sebelah Barat sana. Tempat itu terkenal dengan keangkeran dan buasnya para memedi hutan yang gak boleh aja menoong jidat licin lencir liwat.
Sedetik kemudian Dara Kekok sudah dalam siaga penuh, karena bunyi bunyian yang terasa sangat mengganggu lubang telinganya yang memang super rebing itu, serasa di pasar kaget aja tuh. Dengan goyangan ujung jempol kaki kanannya, Dara Kekok mengarahkan laju gerak tubuhnya ke pusat kegaduhan itu. Dari kejauhan sudah tampak rimbun dedaunan yang bergerak tak beraturan. Lantas kupingnya mendengarkan dengan seksama sekiranya mahluk berengsek apa yang telah mengganggu tidur nikmatnya itu. Tiba tiba Dara Kekok menangkap gerakan lincah yang melejit dari dedaunan ke batang mahoni di ketinggian 2500 meter dari permukaan laut itu. Kesiur bunyi di gendang telinganya menunjukkan kalau barometer seharga sekira separuh jalan di atmospir. Kemudian Dara Kekok menggunakan jempol kaki kiri buat mengerem laju gerakan lalu dengan postur seperti garuda gunung Manglayang siap menerkam mangsa. Dibuka kesepuluh jarinya buat menangkap dua bilah ekor bajing kuning yang lagi berkejaran sambil kakak kekek dengan riuhnya. Lumayan, pikir Dara kekok. Tinggal mencari bebatuan buat membakar bajing manapun yang ketangkap buat sekedar mmenangsel perutnya yang dah keroncongan sejak menampak Rara Ucrit yang lagi terkapar pingsan itu.
Tiba tiba, kedua bajing kuning itu meloncat kebawah tatkala mereka merasakan kesiur angin dari atas seperti elang yang akan dengan tangkas menyergapnya. Menyadari gerakan itu Dara kekok terkesiap, "bajing cerdas." Bisiknya dalam hati. Seharusnya naluriah kedua bajing itu melenting ketempat yang lebih tinggi, atau menghunjam ke kerimbunan dedaunan buat menghindarinya. Bukannya justru melintir ke bawah dahan tempatnya berlari. Tentu saja membuat Dara Kekok celingukan sesaat, buat mengendusi keberadaan kedua bajing kuning itu. Tiba tiba Dara Kekok menangkap desir halus gemerisik daun, lalu tampak salah seekor meloncat dan merapal naik kebatang pohon persis didekat tumit kanan Dara Kekok. Menyadari hal itu Dara Kekok lalu menggerakkan jempol kaki kirinya yang membuatnya melenting keudara, menerobos dedaunan seraya meliukan tubuhnya buat mnenjajari gerak lari sibajing. Lantas menderukan tubuhnya dengan ringan dan tangan kanan yang terjulur ke arah jalur lari bajing. Tangan kiri dipersiapkan kalau tiba tiba sang bajing meloncat ke rimbun daun disebelah kiri. Tapi aneh aja dipikiran Kekok, manakala menyadari kalau ujung jemarinya hanya sempat menyentuh bulu ekor yang menggembung itu. Sesaat bajing menghindarinya dengan nyeplos ke balik batang pohon mahoni itu. Woooowww, hati Dara Kekok tercekat menghadapi situasi yang berbahaya ini. Salah buatan dirinya akan terjerumus ke batang mahoni purba yang lingkar batangnya sebesar perut gajah bunting itu. Dara Kekok secepat kilat mengibaskan telapak tangan kanannya ke arah pohon, yang lantas saja menimbulkan bunyi ledakan hebat, yang membuat tubuhnya terjengkang kebelakang dan membikin ujung ujung ranting pohon raksasa itu berkibaran seraya merontokkan sebagian besar dari rimbun dedaunannya. Dara Kekok langsung melilit dan mengejar posisi bajing disebalik batang itu. Sesaat tampak bajing itu naluriah tengah menempelkan tubuhnya rapat di kulit batang buat menyelamatkan dirinya dari sedotan angin puting bohorok yang biasa terjadi di musim panas begini. Menyadari kehadiran Dara Kekok di arah punggungnya, bajing itu segera menggeser posisi kesebalik batang buat menghindari terkaman jemari Dara Kekok yang nyaris menangkap dirinya. Tapi Dara Kekok tak menjadi ayal, lalu mengegoskan pantatnya buat meneruskan pengejaran secepat kilat. Dibiarkannya tubuhnya terhempas ke batang, sambil tangan kirinya sebat menangkap buntut bajing yang tengah berkembang, yang sering digunakan sebagai penahan laju jatuh saat meloncat dari ketinggian menuju kekerendahan itu. Dara Kekok terkekeh memindahkan telunjuk dan jempol tangan kirinya dari buntut ke leher bajing itu agar tak menggigit tangannya. Tentunya dong sibajing terkaget separuh mati, yang lantas dengan sutrisnya mengencingi jemari Dara Kekok sebagai upaya terakhir menyelamatkan dirinya. Dan upaya itu berhasil telak tatkala Dara Kekok kaget manakala mendadak mendapat semprotan cairan panas lengket dan bau amis itu. Tanpa sadar dirinya melenting ke belakang buat menghindari serangan susulan. Terasa ujung pundak kanannya sakit setelah membentur kulit mahoni yang kasar itu.
Meskipun sakit sedikit tapi Dara Kekok lantas tersenyum dengan senangnya. Manakala menyadari kalau bajing itu justru telah mengajarkan ilmu yang hebat cara berkelit menghadapi sergapan lawan yng gerakannya secepat kilat itu. Lalu segera juga dilentingkan tubuhnya kedepan buat mengejar bajing kuning itu. Bukan buat menangkap lalu memanggangnya di batu kali. Tapi mengejarnya buat mematangkan gerakan menghindar itu yang kelak menjadi salah satu ilmu andalannya, yang dinamakannya aji Bajing Nyingkur itu.
Hehe, dasar Dara Kekok memang cerdas kok ya...

Huahahaha... Aryonya berubah dari pahlawan fantasi jd pendekar gaya Wiro Sableng hihihihi.... Lanjut dooong! *udah pewe, gelar tiker, leyeh2, nyruput wedang jahe, ngemil kacang rebus, menyimak dgn tekun*
Gimana untuk part 1? Gratcia, ayo sambuunngg..