Paper Towns in Our Shared Shelf

Jan 09, 2014 Sarah rated it really liked it · review of another edition

Shelves: fiction, american-fiction

The last one of John Green's books for me to read. I cannot decide if I liked it better than Looking for Alaska or not, but I think it is one of the top two for me. Possibly because no one dies. Or possibly because it's about leaving, with which I am so familiar.

Update: I've also realized this story is so poignant because it's about learning that not everything is a Hollywood ending, and that a lot of life is about how you get where you're going, instead of just getting where you're going. And a ...more

3 likes · Like · see review

Nov 22, 2015 Shinta_read rated it it was ok · review of another edition

Shelves: fiction

Margo dan Quentin bertetangga sejak kecil. Meski demikian mereka sebenarnya tidak sungguh-sungguh berteman, sampai suatu ketika, menjelang kelulusan mereka di SMA, tiba-tiba Margo mengajak Quentin melakukan 11 misi dalam satu malam yang liar. Misi itu melibatkan ikan lele, cat semprot, dan bahkan bunga tulip. Keesokan harinya, Margo menghilang. Dia tidak masuk sekolah, dia tidak bisa dihubungi, dan tidak ada yang tahu ke mana dia pergi. Tapi dia pergi secara sukarela dan itulah sebabnya polisi t Margo dan Quentin bertetangga sejak kecil. Meski demikian mereka sebenarnya tidak sungguh-sungguh berteman, sampai suatu ketika, menjelang kelulusan mereka di SMA, tiba-tiba Margo mengajak Quentin melakukan 11 misi dalam satu malam yang liar. Misi itu melibatkan ikan lele, cat semprot, dan bahkan bunga tulip. Keesokan harinya, Margo menghilang. Dia tidak masuk sekolah, dia tidak bisa dihubungi, dan tidak ada yang tahu ke mana dia pergi. Tapi dia pergi secara sukarela dan itulah sebabnya polisi tidak mencarinya. Dia dianggap sudah cukup umur untuk mandiri.

Hanya Quentin yang khawatir. Sebenarnya sudah sejak kecil dia mengidolakan Margo, hanya saja mereka begitu berbeda, dan Margo begitu tak tersentuh. Kini Q pun meraih kesempatan terakhirnya untuk menelusuri jejak-jejak yang ditinggalkan Margo. Dan, untuk menemukan gadis yang dicintainya itu, dia harus memahami Margo, dia harus menjadi Margo.

Ciri khas John Green adalah membuat tokoh-tokoh dengan karakter yang tidak pasaran. Di sini ada Q yang disebut Raja Tata Bahasa, anak baik-baik yang sering d dibully dan ada Margo, gadis cantik populer yang ternyata menyukai piringan hitam dan selalu merasa ingin melarikan diri.

"Margo Roth Spiegelman itu Jerman. Dan Inggris. Dan Amerika Serikat. Dan kekaisaran Rusia. Sedangkan aku, aku Luksemburg. Hanya duduk santai, mengurus domba, dan ber-yodel." Demikianlah perbandingan Q dan Margo, menurut Q.

Diksi yang dipakai rumit: subdivisi, pseudovisi, mendepilasinya, kemudian metafora yang dipakai juga cukup berat: senar dalam jiwa, gadis remaja yang bagaikan balon gas, lalu tentang rumput yang berakar dan retakan-retakan. Ditambah juga dengan permainan kata yang sulit dicari padanannya, misalnya grammician vs grammarian. Bahkan petunjuk mengenai keberadaan Margo adanya di sebuah buku puisi karya Walt Whitman. Di satu sisi rasanya bisa jadi sangat mewakili gaya dan interaksi remaja Amerika, di sisi lain terasa sangat filosofis. Saya pribadi sebenarnya lumayan suka dengan premis dan alurnya, namun sayangnya tidak terlalu mudah dinikmati ataupun semenyentuh The Fault in Our Stars.

Belum nonton filmnya, tapi sekilas sepertinya pemeran Q cocok banget sementara Margonya kurang sekereen di bukunya gituh hehe. ...more

Like · see review

Oct 21, 2013 Anie rated it really liked it · review of another edition

Shelves: childrens-and-ya, library, fiction, male-protagonist, male-author, 2013

This was quite simply a fun book. I loved the deconstruction of the Magic Pixie Dream Girl trope, loved Quentin and his odd mix of confidence and reticence, loved the friendship between Quentin, Radar, and Ben (and Lacey). I'm looking forward to reading more John Green. ...more

1 like · Like · see review

Jul 24, 2015 Alicia rated it liked it

I'm not a huge Green fan, but the book is much better than the movie. I'm intrigued by his ability to write an entertaining novel that is also almost an essay on Whitman. ...more

Like · see review

Jun 29, 2014 Adriel rated it liked it

Shelves: ya

My first John Green, and I totally understand his popularity with the teen audience. His character's voices are authentic, and the issues they are dealing with real without being overdone and trite. This book certainly kept me guessing until the end and I appreciated that it was a teen novel about travel that did not reference Kerouac, Whitman was a much better choice. ...more

Like · see review

Aug 02, 2014 owl rated it it was amazing · review of another edition

Shelves: not-mine, 2014

Lupakan soal cerita dramanya. Yang sangat saya sukai adalah ide atas fakta "paper towns" atau kota kertas itu: kota fiktif dalam peta yang diciptakan oleh Kartografer sebagai jebakan hak cipta. Ide itu menurutku sangat KEREN. Dan, lucu. xD xD

Hidup Otto G. Lindberg & Ernest Alpers! ...more

Like · see review