Mertha Sanjaya's Blog, page 2
November 17, 2014
Just MMD
Published on November 17, 2014 21:24
July 14, 2014
CANNAREGIO: Valentine Berdarah Mercurio
JUDUL: Cannaregio: Valentine Berdarah MercurioPENULIS: Giovani Rahmatullah Rizal, dkkPENERBIT: de TeensTahun: 2014
Halo!
Inilah postingan pertama saya di bulan Juli. Juli ini saya ragu bisa post cerpen. Saya sedang KKN (Kuliah Kerja Nyata) di luar kota, dan nggak boleh pulang. Di tempat KKN saya nggak ada sinyal dan saya nggak punya modem (selama ini modem pakainya gantian sama adek. Adek KKN di tempat lain :') ). Sekarang ini, saat saya nulis postingan, saya sedang ambil ijin untuk ngurus tetek bengek di kampus, jadi saya pulang ke Singaraja sama adek saya. Jujur, saya sungkan balik lagi ke tempat KKN.
I used to hate Singaraja's hot weather, but now I damn love it!
JRENG JRENG JRENGGGGGG KEGALAUAN MAHASISWA TINGKAT LANGIT LAPISAN KETUJUH BELAS DIMULAI!
#lupakan yang di atas tadi
CANNAREGIO berisi 20 cerpen horor bersetting luar negeri. Cerpen-cerpen ini didapatkan dari event #Hororkotadunia yang diselenggarakan oleh DIVA Press dan Kampus Fiksi pada Februari 2014 lalu. Tanggal 16 Maret 2014, pengumuman 20 nominator pun dikumandangkan. Saya nyengir dan mewek bombai saat melihat nama saya ada dalam daftar 20 nominator itu :')
Ok, saya ingin curcol dikit soal perjuangan (OMG HELLO PERJUANGAN BEROO) saya dalam event #Hororkotadunia ini.
Awalnya, saya membuat cerpen dengan latar kota di Jerman, di mana semua penduduknya dibantai. Saya lupa nama kotanya. Cerpen itu tidak selesai saya tulis, karena tidak cocok dengan tema :')Begini cuplikannya:Semuanya semakin kacau. Rasa panas dan sakit semakin menjadi-jadi. Dia sadar, pakaiannya terbakar. Api merambat masuk ke celah lengan pakaiannya, dan memanggang kulitnya. Dia tamat.
Lalu saya kesemsem sama legenda The Green Lady dari Prancis. Semua berkat cerita flash yang tidak sengaja saya baca. Saya seketika membuat cerpen berdasar legenda The Green Lady dari Prancis. Karakter utama dalam cerpen saya bernama Clair Marmalade (karena waktu itu saya juga lagi kecanduan Candy Crush. Note: Marmalade itu sirup buah. Di Candy Crush, marmalade ngebungkus permen, jadi permen nggak bakal pindah tempat. Harus di-match supaya bisa pindah dan ngasih tempat buat permen lain :P ). Clair adalah seorang pembantu rumah tangga di Chateau de Brissac. Bosnya adalah Madame Charlotte dan Monsieur Jacquese de Breze. Dia punya pacar namanya Raymond le Courier. Cerpen ini selesai saya buat, tapi karena setting waktunya yang di pertengahan abad 15, saya pun scrap cerpen ini :')Begini cuplikannya:Kelakuan Madame Charlotte waktu itu terus berulang hingga hari ini. Dihitung-hitung, sudah seminggu dia mengetuk pintu, melongok ke dalam, dan berkata dia mencari Raymond.
Cerpen ketiga saya mengambil setting di Irlandia, tepatnya di Carlow Shopping Center. Berkisah tentang Liam, pengunjung pusat perbelanjaan, yang bertemu dengan anak kecil misterius dan kakak perempuannya yang cantik. Namun ternyata anak itu dan kakak perempuannya menyimpan rahasia kelam…. JDER! Cerpen ini di-scrap karena tidak adanya chemistry antara tokoh (halaah x_x)Begini cuplikannya:Gadis bergaun putih itu tersenyum. “Fiona.”“Oke, Fiona, aku harap kau bisa menjaga adikmu lebih baik lagi. Tidak baik anak kecil berlarian di pusat perbelanjaan luas ini sendirian,” Liam menasehati. Kepalanya serasa menggembung karena kesombongan. “Kudengar Carlow Shopping Center ini berhantu, lho.”
Cerpen keempat lagi-lagi di tempat yang sama dengan cerpen ketiga. Tokoh utamanya masih tetap Liam dan si anak kecil misterius. Karakter Fiona di-scarp dan digantikan dengan Lucy. Dalam cerpen ini, Liam adalah pelayan restoran yang akrab dengan pelanggan setia restoran bernama Lucy. Pada suatu sore, Lucy mengajak seorang anak kecil bersamanya. Kehadiran anak kecil itu membawa bencana bagi hidup Liam dan Carlow Shopping Center. Namun cerpen ini memiliki alur rumit, maka saya scrap.Begini cuplikannya:Lucy datang lagi ke kafe. Dia seorang wanita pelanggan setia kafe, lumayan ramah, tapi agak sinting. Liam menganggapnya demikian karena wanita itu selalu datang setiap matahari menjelang tenggelam, dan mengenakan gaun hitam penuh noda berlengan gembung.
Cerpen kelima bersetting di Amerika Serikat. Opsir William ‘Liam’ Hamilton (oke, oke, saya memang agak stress kalau mikir nama, jadi nama Liam pun saya pakai berkali-kali :P ) mengunjungi adik lelakinya, Abel, yang menderita gangguan kejiwaan di Denver Mental Hospital. Pembunuhan sadis dan berantai terjadi di rumah sakit tersebut, sehingga William memutuskan bermalam di sana untuk menunggui adiknya. Cerpen ini pun selesai saya buat. Namun saya scrap lagi karena alurnya yang rumit. :')Begini cuplikannya:Sia-sia. Pria botak itu malah menerjang Abel dengan belati terarah pada wajah pemuda tersebut. Liam kalut. Dia menekan pelatuk pistolnya, dan peluru mendesing menembus pelipis kanan pria botak itu.
Mari kita beranjak ke cerpen keenam. Di gedung kantor polisi Richmond, Samuel, polisi kroco, dihantui oleh sesosok makhluk. Mr. Conte, pemilik kedai kopi di seberang gedung kantor polisi, menjadi satu-satunya tempat baginya untuk bercurah. Namun Mr. Conte ternyata menyimpan rahasia kelam yang berhubungan dengan Samuel dan temannya, Julian Roth. Cerpen ini juga selesai saya buat, bahkan saya sampai memutuskan akan mengirim cerpen yang ini. Namun saya urung karena kesan seram dalam cerpen ini tidak tersampaikan kepada beta-reader..... :')Begini cuplikannya:Keletak-keletik mesin tik terdengar. Tombol-tombolnya tertekan oleh angin, dan mencetak tulisan pada kertas yang terjepit. Sam bergidik, dan mundur sejurus. Tulisan pada kertas itu terbaca:‘NAMAKU SAMUEL’
Berikutnya cerpen ketujuh. Inilah cerpen yang akhirnya saya kirim dan dimuat dalam antologi CANNAREGIO. Idenya berasal dari game S.T.A.L.K.E.R. Call of Pripyat. Tentang mutan, tapi di cerpen saya ganti menjadi manusia yang terkontaminasi sisa radiasi nuklir dari kebocoran Pabrik Chernobyl. Nikolai, alias Niko (OK, saya suka GTA IV, dan saya suka dengan cara Roman memanggil sepupunya dengan "Hey, Niko!") , seorang saintis yang melihat sekelompok orang tanpa baju anti radiasi berkeliaran di Zona Alienation Pripyat. Dia ingin menolong mereka dari radiasi, meski temannya, Viktor, tidak percaya Nikolai melihat orang.Cerpen ini saya buat dalam sekitar dua atau tiga hari. Namun sebelum saya mengirimnya, saya sempatkan diri untuk menulis cerpen ketujuh.Begini cuplikannya:“Siapa?” Nikolai berbisik, heran. Bayangan si pemuda beringsut lolos dari bulatan sinar senter. Nikolai keluar dari kantong tidurnya, mengenakan baju anti radiasi, dan mengendap keluar dari kamp bersama senternya.
Cerpen kedelapan berlatar London, di Madame Tussaud Museum yang menjadi tempat penyimpanan patung lilin para korban Revolusi Prancis termasuk patung lilin kepala Raja Louis dan Marie Antoinette yang dihukum penggal dalam Revolusi Prancis. Bercerita tentang Oliver Kaufmann sang pemahat patung lilin, tapi cerpen ini tidak selesai saya tulis.Tapi beginilah cuplikannya:Suara orang berbincang-bincang terdengar memenuhi lorong-lorong museum yang temaram. Oliver berhenti sejenak, mendengarkan. Ada orang lain selain dirinya dan para satpam di museum ini. Bukankah sekarang sudah jam tutup museum?
Entah kenapa, saya merasa sangat lelah saat menulis crpen kedelapan. Maka saya kirimkanlah cerpen ketujuh berlatar Pripyat.Dan cerpen ketujuh saya LOLOS!!
HURRAAY!!
Demikian isi curcolan saya. Semoga tidak merobek mata, ya. Heheee.Terima kasih sudah baca curcolan saya.Jangan lupa beli CANNAREGIO di toko buku terdekat!:D
Published on July 14, 2014 21:03
June 21, 2014
Sihir Lola
“Alex, kau mau tidur sampai kapan? Sampai matahari berkembangbiak?!”Alex mendelik dan bangkit dari tempat tidurnya cepat-cepat. Kedua kakinya berayun turun. Di lantai, selop merah jambu dengan kepala beruang menyembul di ujungnya siap menerima kakinya. Wah, Alex tidak ingat dia punya selop boneka.Dia melangkah malas ke kamar mandi. Cermin memantulkan wajah seorang gadis bermata biru bulat dan rambut cokelat berpotongan bob sepanjang dagu. Dia manis, apalagi ketika sedang menunjukkan deretan giginya yang besar-besar dan tidak rata. Ada lesung pipit di sisi kanan mulut mungilnya.Lantas Alex sadar dia sedang memandang cermin. Lantas dia sadar, itu pantulan dirinya sendiri. Seorang gadis manis berlesung pipit. Wah, bukankah Alex….“Mammy!!”Mammy berdebum masuk ke kamar mandi. Dia memandang anaknya dengan mata melebar sempurna. “Ada apa, Alex? Ada tikus? Kecoa? Buaya di lubang kloset?”Kedua lutut Alex berguncang. Dia mundur sejurus, menuding cermin seolah sedang menuding setan. “Itu… itu…. Demi Tuhan, apa itu aku?”Mammy memandang cermin. “Ya, itu kau, Alexia sayang. Apa anehnya?”“Itu perempuan! Aku kan laki-laki!”
***
“Nah, Alexia… err, maksudku, Alexander, kita mulai dengan pertanyaan sederhana.”Alex memerhatikan kakinya. Gila. Dia mengenakan sandal kuning dengan bunga matahari besar di ujungnya. Kenapa pula dia mau mengenakan summer dress selutut berwarna kuning cerah dengan motif bunga-bunga, dipadu dengan kardigan rajut merah? Dia merasa benar-benar sudah menjadi perempuan! Maksudnya, dia ini laki-laki!“Kapan Anda menyadari… err, keanehan ini?” tanya dokter psikolog itu—lelaki tua berhidung bengkok, berkacamata sebesar lingkar cangkir kopi, dan bersenjata pulpen dan buku tulis.“Pagi ini,” jawab Alex. “Aku bangun tidur, dan mendadak aku jadi perempuan.”“Jadi Anda ingat Anda aslinya laki-laki?” tanya sang dokter.“Aku laki-laki sejak dilahirkan. Maksudku, coba saja tanyakan pada orangtua dan teman-temanku.”Sang dokter mencatat. “Ini sungguh…. Bagaimana mengatakannya, ya? Ini aneh. Anda tidak punya riwayat penyakit… jiwa?”Alex tidak menjawab.Dokter berdeham. “Maaf, lupakan saja pertanyaan itu. Masuk ke bagian selanjutnya, apakah Anda ingat melakukan sesuatu kemarin?”Alex mengingat-ingat. Kemarin Jumat, pelajaran olahraga di sekolah diajar oleh Ms. Rita. Dia main sepak bola dengan cowok-cowok beringas, tersungkur saat berusaha menggocek bola, siku dan lututnya lecet. Mr. Rita meminta salah satu murid cewek mengantarnya ke UKS, dan cewek itu adalah Lola.“Aku ke UKS bersama Lola.”“Itu saja?” tanya dokter, menurunkan kacamatanya hingga ke ujung hidung.“Ya, itu saja…. Kurasa.”Lola seorang penyihir. Begitu yang dikatakan semua murid. Dia bisa mengubah cangkir jadi kodok, kodok jadi buku, buku jadi kursi, dan akhirnya kursi jadi sesosok makhluk pendek berhidung besar dengan bisul-bisul kemerahan di permukaannya. Gosip.“Lola seorang penyihir,” kata Alex.Dokter mencatat dengan serius. “Anda pergi ke UKS bersama seorang penyihir bernama Lola. Menarik. Apakah menurut Anda, penyihir itu yang mengubah jenis kelamin Anda?”Alex terdiam. Kepalanya kembali terisi penuh dengan ingatan tentang kemarin.Lola mengantarnya ke UKS. Kalau saja tidak ada gosip mengenai Lola itu penyihir, dia bisa saja jadi cewek populer di sekolah. Gadis itu cukup manis dengan mata cokelat sebesar jeruknya, dan rambut hitam bergelombang sepanjang pinggul. Andai dia juga mau berkumpul dengan orang lain, mengobrol, dan berteman, dia pasti akan semakin populer.Di UKS itu, Lola mengambilkan obat lecet untuk Alex. Gadis itu menungguinya selama beberapa detik, kemudian beranjak ke pintu UKS.“Trims!” Alex berseru kepadanya.Lola hanya mengangguk.“Kau harus lebih sering bersosialisasi,” kata Alex.Kali ini Lola tidak mengangguk. Dia keluar dari UKS dan membanting pintu di belakang punggungnya.“Yah, mungkin Lola marah padaku,” kata Alex kepada dokter. “Katanya dia itu penyihir.”“Mengejek penyihir, lantas disihir.” Dokter mencatat.“Jadi bagaimana?”“Saya sarankan Anda pergi menemui Lola si penyihir ini. Saya yakin dialah satu-satunya yang bisa menyembuhkan Anda.”Alex tidak tahu mengapa dia mau menghamburkan uang untuk dokter tak ahli yang mengaku ahli ini.
***
Rumah Lola terletak di pinggiran kota. Rumah itu menguarkan hawa suram mencekik dari setiap sudutnya. Halamannya gersang, cat putih dinding rumah telah ternoda kuning tanda usia, dan gentingnya dihinggapi gagak-gagak.Alex menekan bel rumah itu. Sejenak berlalu, pintu dibuka oleh si gadis bermata jeruk.“Hai,” sapa Alex.Lola menutup pintu cepat-cepat.Menggedor pintu, Alex berteriak, “Lola, buka pintunya! Ada yang ingin kutanyakan padamu!”Pintu terbuka sejengkal. “Apa?” tanya Lola.Alex meringis seramah mungkin, walau dahinya berkerut-kerut. “Lihat aku? Aku perempuan!”Lola mengernyit. “Kau memang perempuan, Alexia.”“Bukan, bukan!” Alex melirik sekeliling. Sepi. Bagus. Dia berbisik, “Apakah kau menyihirku dari yang tadinya laki-laki menjadi perempuan?”Pintu dibanting tertutup.“Lola! Lola!!”Pintu dibuka sedikit. Hanya mata besar Lola yang terlihat. “Pergilah, Alexia. Kau membuatku takut!”“Seharusnya yang takut itu aku!” Alex menggebu-gebu. “Aku mendadak berubah jadi perempuan setelah kau mengantarku ke UKS! Demi planet ini, Lola, kembalikan diriku yang lama! Aku suka menjadi laki-laki, aku suka punya jenggot kambing, dan aku suka main sepak bola dengan cowok-cowok beringas itu!”Lola gemetaran. “Alexia, kau ini memang perempuan. Semua orang di kota ini juga tahu kau seorang perempuan dari lahir hingga segede ini. Mungkin otakmu sudah kecemplung got, jadi kau berpikir kau aslinya laki-laki. Kau cewek tomboi, suka main sepak bola dengan cowok-cowok, dan akhirnya tersungkur kemarin. Siku dan lututmu lecet. Kata Ms. Rita, dia tidak mau kehilangan atlet putri terbaiknya cuma karena cedera—padahal cuma lecet ringan!—jadi dia menyuruhku mengantarmu ke UKS untuk mengobati lecetmu. Ingat?”Itu gila! Alex memutar ingatannya. Ya ampun, dia memang perempuan!“Kau seharusnya bersyukur pada dirimu apa adanya,” ujar Lola pelan-pelan. “Aku selalu bersyukur pada diriku apa adanya, walaupun semua orang menganggapku penyihir karena sifat tertutup dan kesukaanku pada… buku cerita.”Alex meneguk ludahnya sendiri. “Terima… kasih?”“Tidak masalah,” balas Lola. “Sampai jumpa.” Pintu tertutup lembut.Alex berbalik cepat-cepat. Kepalanya pening memikirkan apa yang baru saja terjadi. Rasanya sebentar lagi dia harus tidur panjang sampai hari berganti, dan bangun dengan otak segar dan normal. Apa pula yang dia pikirkan, sehingga ingin menjadi laki-laki, padahal dia seorang gadis cantik yang pandai bersosial bahkan dengan cowok-cowok beringas. Jadi perempuan itu bukan halangan untuk berteman dengan cowok-cowok atau bermain sepak bola. Yang membedakan manusia satu dengan manusia lain adalah hati mereka, bukan jenis kelamin.Astaga! Alex benar-benar ingin tidur panjang.
Ikutan tantangan #FiksiBangunTidur dari @KampusFiksiWord count: 986
Published on June 21, 2014 22:43
June 16, 2014
Terimalah Aku
“Aku selalu ingin menolongmu.”“Begitukah?” Sudut-sudut bibirmu terangkat membentuk seringai. “Tapi kau tidak pernah menolongku sama sekali!”Seisi kelas menertawakanmu, melemparimu dengan berbagai benda. Kau di pojok kelas, meringkuk sambil menangis. Aku hanya berdiri dan menangisi keadaanmu. Mengingat betapa tololnya aku waktu itu, betapa menderitanya kau, aku malu mengakui keberadaanku di sana.Mengapa aku tidak coba lakukan sesuatu, selain menonton dengan air mata menetes-netes?Aku tidak tahu.Aku tidak tahu harus apa selain menangis. Kita sama-sama bocah. Kita sama-sama ketakutan.“Aku tidak butuh. Aku bisa mengatasi segalanya sendiri sekarang,” katamu.Namun matamu berkata sebaliknya.Kita memang sudah dewasa sekarang. Walaupun wajah berubah, waktu bergulir jauh, kau tetap gadis kecil yang butuh pertolongan. Aku ingin menebus ketidakberdayaanku waktu itu, Kristy. Terimalah kehadiranku, terimalah penyesalanku.
Ikut serta dalam tantangan #Fiksilaguku dari @KampusFiksiTerinspirasi dari lagu Kristy Are You Doing Okay oleh The OffspringsWord count: 123 :)
Published on June 16, 2014 06:41
June 3, 2014
Pilihan Maria
NARASI & DIALOG
“Kau tampak buruk sekali di sini,” kata Albert. Matanya terpusat pada sehelai foto yang tersemat dalam buku tahunan SMA Maria. Tulisan besar PESTA DANSA MUSIM SEMI dicetak dengan tinta merah tebal di atas foto-foto murid-murid bergaun dan berjas. Maria dalam foto itu sangat jelek, memang. Seseorang menyiram sirup pada slip dress merah jambunya, lalu blitzkamera memencar ke mana-mana. Biasanya hanya cowok dan cewek populer yang fotonya akan dimuat di halaman khusus pesta dansa dalam buku tahunan, dan aneh rasanya foto Maria bisa dimuat di sana. Lantas, beberapa saat kemudian, Maria tahu semua itu dilakukan untuk mempermalukannya dan gaun basahnya.“Kenapa kau tidak menghadiri pesta dansa itu? Itu saat-saat bersejarah bagi semua senior di SMA,” sahut Maria, bergeser menjauhi Albert di sofa tempat mereka duduk.Albert terkikik. “Pesta dansa itu membosankan.”Maria mengangguk. “Semuanya membosankan karena kau tidak ikut.”“Dan aku makan burger sendirian.” Albert memandangnya dengan sorot jail. Seringai membentuk di bibirnya. Dia menaikkan kakinya ke meja kopi, hanya beberapa senti dari buku tahunan. “Siapa teman kencanmu waktu itu?”“James. James bersekongkol dengan orang-orang yang ingin mempermalukanku,” jawab Maria. “Kau benar waktu bilang James hanya mempermainkanku. Aku terlalu senang pada ajakannya ke pesta dansa itu, dan terlanjur setuju.”Gelak tawa Albert memanasi dada Maria. Maria merasa tolol. Yah, mungkin dia memang tolol. Menuruti ajakan seorang cowok badung macam James, dan mencampakan ajakan kencan makan burger keju dobel dari Albert. Albert ini temannya sejak kecil! Bodoh sekali Maria lebih memercayai James yang masih asing baginya daripada teman sejak kecilnya.“Oke, aku memang salah,” kata Maria dengan lirih. “Seharusnya aku ikut ajakanmu.”Albert menyeringai lagi. Maria curiga temannya ini hanya bisa menyeringai. “Baguslah kalau kau sudah sadar. Itu artinya kau mau makan burger keju denganku?”Maria mengangguk. “Aku tidak akan tertipu lagi sekarang, karena aku memercayaimu.”
***
NARASI
Mata Albert terpusat pada sehelai foto yang tersemat dalam buku tahunan SMA Maria. Tulisan besar PESTA DANSA MUSIM SEMI dicetak dengan tinta merah tebal di atas foto-foto murid-murid bergaun dan berjas. Dia bilang Maria jelek sekali di fotonya. Gadis itu tahu dirinya memang jelek dengan slip dress merah jambu basah tersiram sirup, dan kejelekan itu diabadikan dalam buku tahunan. Biasanya hanya cowok dan cewek populer yang fotonya akan dimuat di halaman khusus pesta dansa dalam buku tahunan, dan aneh rasanya foto Maria bisa dimuat di sana. Lantas, beberapa saat kemudian, Maria tahu semua itu dilakukan untuk mempermalukannya dan gaun basahnya.Maria bergeser menjauhi Albert di sofa tempat mereka duduk, dan bertanya pada temannya mengapa dia tidak menghadiri pesta waktu itu. Albert terkikik, mengaku pesta dansa itu membosankan. Albert bukan penggila pesta. Dia lebih memilih makan burger sendirian, karena Maria telah menyetujui ajakan James si cowok badung ke pesta dansa itu.James bersekongkol dengan orang-orang yang ingin mempermalukan Maria. Dengan sengaja dia mengajak Maria, agar bisa mempermalukannya di depan para murid. Gadis itu merasa sangat tolol sudah menerima ajakannya dan mencampakan Albert. Dia seharusnya mempercayai Albert yang sudah menjadi temannya sejak kecil. Bukan malah tergoda pada ajakan James dan membuang teman sejak kecilnya.Mengungkapkan penyesalan itu memang memalukan, tapi Maria harus mengungkapkannya pada Albert. Setelah puas menertawainya habis-habisan, Albert mengajak Maria makan burger bersama lagi untuk penebusan penolakan di masa SMA itu. Kali ini Maria tidak menolak atau merasa tertipu, karena dia memercayai Albert.
Ikutan #narasiVSdialog dari @KampusFiksiTotal word count: 541
“Kau tampak buruk sekali di sini,” kata Albert. Matanya terpusat pada sehelai foto yang tersemat dalam buku tahunan SMA Maria. Tulisan besar PESTA DANSA MUSIM SEMI dicetak dengan tinta merah tebal di atas foto-foto murid-murid bergaun dan berjas. Maria dalam foto itu sangat jelek, memang. Seseorang menyiram sirup pada slip dress merah jambunya, lalu blitzkamera memencar ke mana-mana. Biasanya hanya cowok dan cewek populer yang fotonya akan dimuat di halaman khusus pesta dansa dalam buku tahunan, dan aneh rasanya foto Maria bisa dimuat di sana. Lantas, beberapa saat kemudian, Maria tahu semua itu dilakukan untuk mempermalukannya dan gaun basahnya.“Kenapa kau tidak menghadiri pesta dansa itu? Itu saat-saat bersejarah bagi semua senior di SMA,” sahut Maria, bergeser menjauhi Albert di sofa tempat mereka duduk.Albert terkikik. “Pesta dansa itu membosankan.”Maria mengangguk. “Semuanya membosankan karena kau tidak ikut.”“Dan aku makan burger sendirian.” Albert memandangnya dengan sorot jail. Seringai membentuk di bibirnya. Dia menaikkan kakinya ke meja kopi, hanya beberapa senti dari buku tahunan. “Siapa teman kencanmu waktu itu?”“James. James bersekongkol dengan orang-orang yang ingin mempermalukanku,” jawab Maria. “Kau benar waktu bilang James hanya mempermainkanku. Aku terlalu senang pada ajakannya ke pesta dansa itu, dan terlanjur setuju.”Gelak tawa Albert memanasi dada Maria. Maria merasa tolol. Yah, mungkin dia memang tolol. Menuruti ajakan seorang cowok badung macam James, dan mencampakan ajakan kencan makan burger keju dobel dari Albert. Albert ini temannya sejak kecil! Bodoh sekali Maria lebih memercayai James yang masih asing baginya daripada teman sejak kecilnya.“Oke, aku memang salah,” kata Maria dengan lirih. “Seharusnya aku ikut ajakanmu.”Albert menyeringai lagi. Maria curiga temannya ini hanya bisa menyeringai. “Baguslah kalau kau sudah sadar. Itu artinya kau mau makan burger keju denganku?”Maria mengangguk. “Aku tidak akan tertipu lagi sekarang, karena aku memercayaimu.”
***
NARASI
Mata Albert terpusat pada sehelai foto yang tersemat dalam buku tahunan SMA Maria. Tulisan besar PESTA DANSA MUSIM SEMI dicetak dengan tinta merah tebal di atas foto-foto murid-murid bergaun dan berjas. Dia bilang Maria jelek sekali di fotonya. Gadis itu tahu dirinya memang jelek dengan slip dress merah jambu basah tersiram sirup, dan kejelekan itu diabadikan dalam buku tahunan. Biasanya hanya cowok dan cewek populer yang fotonya akan dimuat di halaman khusus pesta dansa dalam buku tahunan, dan aneh rasanya foto Maria bisa dimuat di sana. Lantas, beberapa saat kemudian, Maria tahu semua itu dilakukan untuk mempermalukannya dan gaun basahnya.Maria bergeser menjauhi Albert di sofa tempat mereka duduk, dan bertanya pada temannya mengapa dia tidak menghadiri pesta waktu itu. Albert terkikik, mengaku pesta dansa itu membosankan. Albert bukan penggila pesta. Dia lebih memilih makan burger sendirian, karena Maria telah menyetujui ajakan James si cowok badung ke pesta dansa itu.James bersekongkol dengan orang-orang yang ingin mempermalukan Maria. Dengan sengaja dia mengajak Maria, agar bisa mempermalukannya di depan para murid. Gadis itu merasa sangat tolol sudah menerima ajakannya dan mencampakan Albert. Dia seharusnya mempercayai Albert yang sudah menjadi temannya sejak kecil. Bukan malah tergoda pada ajakan James dan membuang teman sejak kecilnya.Mengungkapkan penyesalan itu memang memalukan, tapi Maria harus mengungkapkannya pada Albert. Setelah puas menertawainya habis-habisan, Albert mengajak Maria makan burger bersama lagi untuk penebusan penolakan di masa SMA itu. Kali ini Maria tidak menolak atau merasa tertipu, karena dia memercayai Albert.
Ikutan #narasiVSdialog dari @KampusFiksiTotal word count: 541
Published on June 03, 2014 07:28
May 23, 2014
REVIEW: A CUP OF TEA FOR WRITER
By: MethaJudul : A Cup of Tea for WriterPenulis : Triatni Retno A., Herlina P. Dewi, dkkPenerbit : Stiletto BookTahun : 2012Tebal : 179 halamanGenre : Non fiksi-kisah inspiratif
A Cup of Tea for Writerini adalah seri keempat dari seri buku kisah inspiratif A Cup of Tea terbitan Stiletto Book tahun 2012. Berisi empat belas kisah inspiratif karya kontributor-kontributor seluruh Indonesia yang telah melalui seleksi, empat kisah inspiratif dari empat penulis tamu yang namanya sudah sangat dikenal di kalangan pecinta buku Indonesia, dan dua kisah inspiratif dari pengempu Stiletto Book.Secara garis besar, buku ini memuat kisah-kisah inspiratif pembangkit semangat—seperti tagline pada sampul buku—yang mampu menghangatkan hati pembaca. Saya, sebagai pembaca, dapat merasakan betapa cocok dan klopnya tagline pada sampul buku dengan isi buku. Tak sebentar saya merenung dan terhanyut selama membaca buku ini. Isinya sungguh membangkitkan semangat! Tak rugi beli, deh! Hehee :D
Saya akan memulai review singkat ini dari kulit awal, yaitu sampul. Jujur, saya sangat menyukai kombinasi warna dan ilustrasi bunga-bunga pada kover, juga secangkir teh yang difoto dari sudut mata burung. Sekali melihat sampul buku, saya langsung menariknya dari rak buku dan memelototinya. Indah sekali!
Di sampul belakang, ada potongan gambar laptop, kertas-kertas, dan bunga-bunga (saya suka sekali bunga!). Ilustrasi ini sangat cocok dengan sampul depan, tidak nabrak dan kejedot :P. Ditambah dengan blurb menarik (yang bawa-bawa nama J.K Rowling, penulis idola saya dan pengispirasi saya), saya semakin ingin memilikinya. Juga disebutkan ada tips menulis dari Mbak Reda Gaudiamo. Wah, saya semakin menggebu-gebu ingin memeluk dan mencium buku ini! Maka saya membawa buku ini dari rak toko ke kasir. Meski harus merogoh kocek Rp. 40.000,00 saya tidak rugi. Cinta saya pada buku ini telah membulat! :* :*
Masuk ke isi, saya disuguhi logo A Cup of Tea dan harum kertas (oke, saya memang suka membaui buku-buku).Pembatas buku disertakan sebagai bonus. Bentuknya persegi panjang kecil dengan kombinasi warna biru, kuning, dan hijau. Ada ilustrasi kertas-kertas dan bunga-bunga lagi! SUKAAA!!
Dimulai dengan ucapan terima kasih, kata pengantar, dan daftar isi, barulah masuk ke kisah inspiratif pertama.
Senangnya Menulis oleh Triatni Retno A.Kisah dibuka dengan kegalauan Mbak Triatni Retno karena orang-orang menganggap novel yang telah difilmkan dan terjual jutaan eksemplar barulah disebut novel keren. Mbak Triatni Retno pun galau dan malas menulis. Lalu kisah dilanjutkan dengan sejarah panjang Mbak Triatni Retno menjajaki dunia tulis-menulis yang penuh lika-liku. Kisah ini memuat nilai inspiratif bahwa tidak perlu jadi terkenal atau menjual novel hingga jutaan eksemplar. Yang paling penting, apa yang kita lakukan bisa bermanfaat bagi orang lain. Sungguh TOP
Sebab Impian Ayah Bukanlah Impianku oleh Ririe RengganisDi sini Mbak Ririe ditentang oleh ayah beliau karena bermimpi menjadi penulis. Mbak Ririe juga memilih keluar dari fakultas kedokteran dan masuk ke fakultas sastra demi mengejar mimpi beliau menjadi seorang penulis. Namun ayah Mbak Ririe tetap tidak bangga, meski Mbak Ririe sudah menerbitkan buku-buku. Nilai inspiratif yang dapat saya petik dari kisah ini adalah selalu bisa memaafkan orang lain, dan bahwa orangtua pasti selalu bangga pada prestasi anak mereka. Saya terharu baca kisah ini :’)
Tidak Akan Pernah Cukup oleh Whianyu SankoKisah ini sangat mirip dengan kisah perjalanan menulis saya. Mbak Whianyu memulai karir menulisnya dengan mengikuti lomba, yang akhirnya dimenangkan dan menghasilkan sebuah antologi. Hal ini berlanjut hingga Mbak Whianyu melahirkan tiga antologi (mirip sekali dengan saya :’D ), dan merasa sangat keren dan hebat. Tetapi Mbak Whianyu malah melupakan kewajiban utama seorang mahasiswa, yaitu belajar. Kisah ini mengajarkan bahwa tidak ada penulis yang sombong, karena apa pun yang kita miliki tidaklah pernah cukup untuk merasa keren dan hebat, apalagi sombong. Saya pun tertampar dan sadar untuk menendang jauh sekecil apa pun kesombongan yang sempat merasuki diri saya. Terima kasih, Mbak Whianyu :’D :’D
Tentang Bintang Jatuh, Narsis, dan Mimpi oleh Adnan BuchoriMas Adnan merasa dirinya tidak berbakat menulis. Beliau mulai narsis di media sosial dan bertanya-tanya ke sana-kemari soal menerbitkan buku. Mas Adnan akhirnya berhasil menerbitkan sebuah kumcer, tapi sayangnya orang-orang meremehkan kuncer tersebut. Di akhir kisah, saya belajar walaupun sesuatu tidak dianggap keren oleh orang lain, asal kita melaksanakannya dengan sepenuh hati, sesuatu itu akan menjadi sangat istimewa.
Ollie on Writing and Dreams oleh OllieMbak Ollie adalah seorang pemimpi. Begitulah yang dituliskan di pembuka kisah inspiratif ini. Bermimpi dan bermimpi, akhirnya mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan. Mbak Ollie berhasil menerbitkan lebih dari 25 buku dan berhasil melihat Menara Eiffel dengan mata kepala sendiri. Kisah ini ditutup dengan mimpi Mbak Ollie semoga Indonesia memiliki satu one stop book center. Mengagumkan!
Jalan Kecilku oleh Juliana Wina RomeMbak Juliana memiliki hidup yang sempurna. Semua itu berubah saat orangtua beliau ditipu dan seluruh rencana beliau gagal total! Mbak Juliana pun merasa drop. Saat chatting di YM, Mbak Juliana disambut meriah oleh teman-teman beliau, karena beliau sudah tidak lama muncul. Satu teman Mbak Juliana menyarankan agar beliau menulis untuk menunjang ekonomi keluarga. Sayang sekali kalau punya bakat tapi tidak digunakan dan dikembangkan. Berkat saran dari teman itu, Mbak Juliana pun bangkit kembali sebagai seorang penulis handal. Nilai inspiratif yang saya ambil adalah Tuhan selalu memberikan jalan kepada umatnya sekecil apa pun itu.
My Lovely Bapak, Abang, and Cuty oleh Mpok Mercy SitanggangMpok Mercy punya bapak dan abang yang doyan nulis, sementara Mpok Mercy sendiri pengin jadi aktris! J Tetapi Bapak yakin Mpok Mercy bakal jadi seorang penulis buat menggantikan beliau. Sungguh terjadi! Mpok Mercy sekarang jadi seorang penulis bersama laptop merah imutnya yang bernama Cuty. Di sini saya diajarkan, tidak perlu jadi terkenal, asal ada dukungan dari orang-orang terkasih semua akan terasa mudah dan menyenangkan.
Runtuhkan Benteng, Jangan Malah Menciptakannya oleh Nuri NovitaMbak Nuri sangat suka menulis, tapi sayangnya orangtua Mbak Nuri tidak mendukung. Tetapi Mbak Nuri tidak putus asa. Beliau menjadikan tentangan orangtua sebagai sebuah tantangan. Lahirlah banyak novel karya Mbak Nuri. “Penulis adalah seseorang yang ingin meruntuhkan benteng. Penulis tidak menciptakan benteng untuk menjadikan singgasana bagi dirinya sendiri.”—pg 62
Apa Yang Kau Cari? oleh Dian KristianiMenjadi penulis profesional adalah impian Mbak Dian, agar hasil tulisannya dapat dijadikan mata pencaharian. Mbak Dian bahkan menerima pesanan naskah yang jumlahnya sangat banyak demi menafkahi keluarga. Tetapi Mbak Dian malah sakit. Di sini saya belajar, menulislah karena kau cinta menulis, bukan karena kau mengejar target materi. Keren banget :D
Pelajaran dari Mawar oleh Haeriah SyamsuddinSeorang teman bernama Mawar meminta Mbak Heriah menuliskan kisah cintanya dalam bentuk cerpen. Memang cerpen itu berhasil ditulis dan membuat Mawar senang, tapi tidak dengan Andi, yang menjadi salah satu karakter antagonis cerpen. Kisah ini mengajarkan agar kita tidak teledor saat menulis cerita yang berdasarkan kisah nyata.
Merangkai Mimpi oleh Monica AnggenProfesi sebagai seorang penulis memang tak luput dari caci maki orang-orang. Begitu pula yang terjadi pada Mbak Monica. Orangtua dan adiknya sendiri menentang mimpinya menjadi penulis. Walau demikian, Mbak Monica tidak pernah putus asa.
Cemen yang Mengaku Keren oleh Setiawan ChogahMas satu ini iseng-iseng menulis namanya sendiri di mesin pencari Google. Seorang sarjana teknik yang telah memutuskan menjadi seorang penulis. Tapi itu tidak masalah, karena teknik telah mengajarkan Mas Setiawan untuk menulis secara ergonomis: nyaman, aman, dan sehat.
Writer versus Editor oleh Herlina P. DewiKisah dibuka dengan sangat keren! SMS ancaman! Mbak Herlina cuek saja, tapi SMS ancaman itu terus bermunculan. Akhirnya, dengan bantuan polisi, Mbak Herlina dapat menguak siapa pengirim SMS ancaman itu. Kisah pun dilanjutkan dengan perjalanan Mbak Herlina membangun Stiletto Book hingga jadi sejaya sekarang. Kisah ini mengajarkan agar kita tidak pernah putus asa, walaupun jalan berliku dan kita diteror psikopat bersenjata ponsel.
Aku Tak Mau Jadi Penulis Yang Itu-Itu Saja oleh Widya R.Wow! Judul kisah ini yang paling panjang di antara judul-judul lainnya. Berkisah tentang Mbak Widya yang ingin menjadi seorang marketing andal. Setelah lulus kuliah, beliau diterima menjadi general manager di sebuah perusahaan swasta. Kerja menulis notula setiap hari ternyata membosankan bagi Mbak Widya. Mbak Widya pun beralih profesi menjadi seorang penulis setelah membaca novel bestseller Laskar Pelangi. Saya setuju dengan ungkapan jangan takut bermimpi setinggi-tingginya.
Writer Family oleh Yas MarinaPerjuangan Mbak Marina untuk menggapai mimpi menjadi seorang penulis sangat menakjubkan. Sambil mengandung dan memomong anak, Mbak Marina tetap menulis. Begitu gigih. Sekarang anak-anaknya sudah menjadi penulis cilik. Mbak Marina yakin mimpinya pasti akan terwujud.
I Don’t Give A Shit About Popularity oleh Ika NatassaWell, jujur, judulnya sangat tidak enak dibaca. Mungkin kalau nggak pakai kata 'shit' itu, saya lebih doyan baca judulnya. Yah, ini sih cuma pendapat saya, ya. Tetapi itulah gunanya review, pembaca jadi bisa memberi masukan kepada penulis dan penerbit :P
Kisahnya berkisar dalam perjalanan Mbak Ika menjadi penulis hebat. Banyak kalimat dalam bahasa Inggris ditulis di sini, jadi saya kurang menikmatinya. Tapi intinya, jangan pernah berhenti meraih mimpimu.
Menyusuri Jalan Aksara oleh Lalu Abdul FatahSetelah gagal SPMB tahun 2006, Mas Abdul harus nganggur setahun lagi untuk mengikuti seleksi berikutnya. Sembari menunggu setahun, Mas Abdul sekolah D-1 Informatika dan Komputer. Di sekolah itulah, Mas Abdul bertemu dengan dosen yang menjadi awal karirnya sebagai seorang penulis. Kisah ini mengajarkan agar kita tidak mundur walau jalan penuh rintangan. Ada juga potongan dari The Other Side of Me karya Sidney Sheldon di akhir kisah!
Sang Pemula (Menjelang) Manula oleh Ina InongMenulis dimulai oleh Mbak Ina sebagai tambahan penghasilan. Mbak Ina mengikuti pelatihan-pelatihan dan membuat network dengan sesama penulis. Nilai inspiratif dalam kisah ini adalah tetap semangat dan kuat mental untuk meraih mimpimu.
Mabuk Kata-Kata dan Aksara oleh Skylashtar MaryamBagi Mbak Maryam, menulis bukan sekadar hobi atau rekreasi, tapi juga terapi pengeluaran emosi yang terpendam. Saya setuju dengan pernyataan ini. Perjalanan Mbak Maryam sangat panjang dan penuh perjuangan. Saya sampai terharu bacanya.
Mengapa Menulis? oleh Reda GaudiamoMengapa menulis? Itulah pertanyaan yang akan dijawab dalam kisah ini. Tulisan pertama Mbak Reda adalah terjemahan cerpen O’Henry yang dimuat dalah Majalah Femina. Sejak saat itu, menulis menjadi semacam candu buat Mbak Reda. Kembali ke pertanyaan awal, mengapa menulis? Mbak Reda akan menjawabnya di sini. Karena jawabannya sangat keren, saya tidak akan membocorkannya di sini. Jadi silakan baca sendiri, ya? Hehee
Begitulah ulasan seluruh kisah inspiratif dalam buku A Cup of Tea for Writer. Kisah favorit saya adalah Tidak Akan Pernah Cukup oleh Whianyu Sanko. Begitu inspiratif dan menyentuh, karena kisahnya mirip dengan kisah hidup saya. Hehee.
Kekurangan buku ini cuma berkisar dalam hasil cetakan. Beberapa lembar buku memiliki cetakan tinta kabur dan ada satu garis hitam di sisi kiri kertas. Yah cuma dikit sih, nggak apa deh. Tapi akan lebih baik kalau kualitas cetakan ditingkatkan supaya pembaca dapat membaca dengan lebih nyaman.Saya merekomendasikan buku ini bagi siapa saja yang cinta membaca dan menulis dan membutuhkan kisah-kisah penyemangat. Dijamin nggak bakal rugi deh!
Terlepas dari kekurangan-kekurangannya, saya berikan 5 OF 5
Diikutsertakan dalam #ReviewBukuStiletto Mei 2014
Published on May 23, 2014 19:37


