Rangga Wirianto Putra's Blog, page 2

April 25, 2017

Sebuah Analisa Rasa terhadap Proses Kreatif Das Lied von der Erde

Sebuah Analisa Rasa terhadap Proses Kreatif Das Lied von der Erde (Kidung Bumi) oleh Gustav Mahler.oleh: Rangga Wirianto Putra



Menyenangkan rasanya untuk menuliskan draft tulisan ini karena saya bukan seorang musisi, bukan pula seorang kritikus musik, saya berada diluar itu semua. Saya hanyalah seorang penikmat – sekaligus pecinta- karya musik klasik yang memfokuskan perhatian saya pada era zaman romantik – meski tidak selalu. Saya meletakkan perhatian saya yang lebih besar pada Mozart, Beethoven, Wagner, Verdi, Puccini dan Mahler. Mereka adalah komposer paling berpengaruh dalam perkembangan musik barat. Tetapi kali ini saya tertarik ingin membahas proses kreatif sebuah karya Gustav Mahler. Gustav Mahler
(7 Juli 1860 - 18 Mei 1911)Gustav Mahler adalah seorang composer dan conductor terkenal pada zaman romantik. Karya Gustav Mahler yang paling terkenal adalah Symphony No. 5 dan No. 9 yang sekaligus menjadi symphony terakhir yang ia selesaikan secara utuh. Selain Symphony, karya Mahler yang terkenal adalah karyanya yang berbentuk Sinfonischer Liederzyklus yang berjudul Das Lied von der Erde. Karya ini memuat enam rangkaian lagu yang saling berhubungan. Di dalam tulisan ini, saya ingin meraba-rabaproses kreatif seorang Gustav Mahler ketika menciptakan Das Lied von der Erde berdasarkan latar belakang bidang keilmuan saya, yaitu Psikologi. Jika boleh, izinkan saya untuk menyodorkan sebuah analisa rasa sebagian bagian dari proses berimajinasi menggunakan rasa secara total dari seorang penikmat seni terhadap sebuah karya dengan pijakan latar belakang kehidupan sang kreator (dalam hal ini adalah seorang komposer) ketika menciptakan sebuah karya. Saya menitikberatkan independensi saya yang berada diluar bidang ilmu musik dan saya pun dapat dikatakan terbebas dari belitan teori musik terutama teori musik zaman romantik – yang kita semua tahu – tidak mudah. Percayalah, saya tidak bercanda dalam hal ini, terutama jika kita berbicara tentang komposer nomer wahid pada zaman itu, sebut saja Richard Wagner, Hector Berlioz, hingga Gustav Mahler sendiri.Das Lied von der Erde merupakan Sinfonischer Liederzyklus  (rangkaian nyanyian) yang diciptakan oleh Gustav Mahler pada rentang tahun 1908 hingga 1909. Das Lied von der Erde sendiri terdiri dari enam siklus lagu yang terdiri dari:1. "Das Trinklied vom Jammer der Erde" (nyanyian bumi yang nestapa)2. "Der Einsame im Herbst" (sang sepi di musim gugur)3. "Von der Jugend" (sang pemuda)4. "Von der Schönheit" (si cantik)5. "Der Trunkene im Frühling" (si pemabuk di musim semi)6. "Der Abschied" (perpisahan)
Masa-masa penciptaan karya ini dapat dikatakan adalah masa dimana seorang Gustav Mahler berada dalam titik paling suram dalam hidupnya. Kesuraman pertama datang ketika Mahler sedang berada dalam masa kejayaannya, dimana pada tahun 1907 ia terpaksa mengundurkan diri dari jabatannya di Gedung Opera paling prestigedi Wina, Wiener Staatsoper karena politik antisemit yang berkembang di daratan Eropa pada tahun itu. Tak lama kemudian, pada 12 Juli 1907 Mahler kembali harus menelan kenyataan pahit bahwa ia harus kehilanga seorang Puterinya karena penyakit demam dan difteri. Dan pada akhir tahun 1907 Mahler didiagnosis menderita kelainan jantung yang menyebabkan ia tidak lagi diizinkan untuk beraktivitas yang berlebihan.Tiada yang lebih buruk daripada apa yang menimpa Mahler sepanjang tahun itu, sebuah perpisahan, kehilangan dan krisis kepercayaan diri di masa terakhir hidup Mahler sebagai seorang musisi kelas wahid. Pada masa ini lah, Das Lied von der Erde lahir sebagai katarsis – jika boleh dikatakan begitu – seorang Gustav Mahler terhadap kesuraman-kesuraman yang ia alami. Maka tidak heran jika karya Mahler yang satu ini bertemakan kehidupan, kesakitan, perpisahan, dan kematian.Layaknya karya-karya Mahler yang lain, Das Lied von der Erde sangat kaya akan kompleksitas harmoni meskipun pada beberapa lagu berjalan dengan lebih lambat (pada Der Abschied bahkan durasinya mencapai 25 menit) sekaligus  menjadikannya lebih liris – seperti sebuah bisikan – tetapi tetap dengan ciri khas seorang Gustav Mahler dengan nuansa romantik yang sangat kental.Ya, tak mungkin Mahler mampu beralih dari style itu.


Sebagai sebuah lagu pembuka, pembukaan Das Trinklied vom Jammer der Erde (nyanyian bumi yang nestapa) seperti sebuah deklarasi tentang nestapa terdalam dengan tempo allegro pesante yang biasanya menggambarkan emosi kebahagiaan, tetapi Mahler seolah ‘membanting’ emosi dari lagu tersebut dengan larik puisi:
Das Lied vom Kummer soll auflachend in die Seele euch klingen.Wenn der Kummer naht, liegen wüst die Gärten der Seele,Welkt hin und stirbt die Freude, der Gesang.Dunkel ist das Leben, ist der Tod.(Lagu tentang kenestapaan akan menderai tawa dalam jiwamu.Ketika kesedihan datang, mengecam dusta di selubung jiwa,layu kemudian binasa dalam nyanyian.Kegelapan adalah kehidupan, kegelapan adalah kematian!)
Dari video Das Trinklied vom Jammer der Erde yang dibawakan oleh Jonas Kaufmann, seorang Wagnerian Tenor maka kita dapat melihat bahwa karya Mahler yang satu ini dibawakan dengan sangat cemerlang oleh seorang tenor dengan warna suara gelap khas seorang Heldentenor. Ya, posisi mereka memang persis berada di wilayah ini. Presisi.Bagian tergelap dari lagu ini menjadi lebih begitu terasa terutama pada bagian klimaks dengan sebuah teriakan lantang:
"Hört ihr, wie sein Heulenhinausgellt in den süßen Duft des Lebens!"(Dengarlah lolongannya seakan mengeluarkan aroma manis kehidupan!)Seakan tak cukup, Mahler menambah frasa paling ‘membunuh’ pada  bagian penutup lagu ini dengan nada rendah dan lurus, seperti sebuah penekanan:"Dunkel ist das Leben, ist der Tod"(Kegelapan adalah kehidupan, kegelapan adalah kematian!)
Mungkin, style Mahler yang seperti inilah yang dikatakan seorang Kritikus musik bahwa Karya Musik Mahler merupakan anteseden dari para pendahulunya, seperti Beethoven dan Wagner. Mahler dikatakan memiliki kepribadian musiknya sendiri yang cenderung berkebalikan dengan dunia emosi dan perasaan (world of feeling.) Jika dahulu Johann Sebastian Bach menabrak aturan musik zaman Barok dengan style kontrapungnya sehingga menjadikan musik berkembang menuju zaman klasik, seperti itu lah dinamika yang terjadi pada Gustav Mahler. Ia adalah angsa hitam diantara dominasi linieritas musik pada saat itu sehingga perkembangan emosi dari sebuah karya musik tidak lagi linier dengan tempo. Tetapi emosi penciptaan terlihat dari keseluruhan nuansa yang terdiri dari tempo, nuansa maupun lirik; sebuah kesatuan yang utuh dari sebuah karya.Sebagai perbandingan, kita dapat melihat bagaimana Wagner menggambarkan betapa agungnya seorang kesatria Parsifal (Perceival) lewat pembuka (overture) Parsifal; atau betapa sentimennya seorang Senta di dalam Der Fliegende Holländer; dan betapa cinta matinya Tannhäuser kepada Dewi Venus di dalam Tannhäuser, yang mana musik berjalan linier dengan emosi yang dibawanya.Dengan demikian, mustahil rasanya jika membahas  keunikan karya Gustav Mahler dengan melepaskan secara total pengaruh composerzaman romantik pada saat itu, dimana kita tahu bahwa Wagner – yang seorang anti semit – cukup berpengaruh di Eropa, khususnya Jerman dan Austria – bahkan dikatakan Parsifal adalah karya yang sangat digemari oleh Hitler yang  juga dijadikan inspirasi ketika memberangus orang-orang Yahudi. Sedangkan Mahler adalah seorang Yahudi yang taat. Beban besar terletak pada pundak Mahler, dan itu terlihat di hampir semua karya Symphonynya. Mahler seakan ingin membolak-balikkan dunia perasaan itu dan menjadikannya sama sekali terbebas dari realitas yang terkait dengan issue anti semit. Emosi ini dapat dirasa begitu kuat pada karya symphony Mahler yang terakhir, Symphony yang ia ciptakan secara utuh, yaitu Symphony No. 9.Pengalaman menikmati lagu terakhir dari rangkaian lagu simfoni (Sinfonischer Liederzyklus) dari seorang komposer Gustav Mahler yang berdurasi sekitar 30 menit untuk satu lagu terakhir ini membuat saya sekali lagi menyelami karya paripurna seorg Gustav Mahler. Meskipun dgn melodi yg mendayu serta kompleksitas harmoni-nya yg menyatu membuat karya ini tidak bisa lepas dr sebuah defenisi sbg sebuah karya tingkat tinggi pd periode akhir zaman romantik. Ya, karya2 Mahler berhak untuk duduk disana. Dalam Der Abschied (perpisahan) Mahler membuka karyanya dengan nuansa yang sangat gelap ingin menyampaikan sebuah bisikan terdalam dr jiwanya. Dalam nada yang begitu lirih, Mahler mengungkapkan:
“...Ich wandle auf und nieder mit meiner Lauteauf Wegen, die von weichem Grase schwellen.O Schönheit! O ewigen Liebens, Lebens trunkne Welt!”(...betapapun sebuah keindahan.Wahai cinta yang keabadiannya paripurna, sungguh kehidupan yang memabukkan dunia... )
Sebuah ungkapan yang ketulusannya tiada banding. Setulus ketika Alfredo Catalani di dalam La Wally mengungkapkan: Ebben! Ne andrò lontana (aku akan pergi, sendiri, dan pergi jauh!) Atau, ketika Wagner membunuh Isolde dalam opera Tristan und Isolde pada larik terakhir Isolde Liebestod: ertrinken, versinken, unbewußt, höchste Lust (hilang, tenggelam dalam ketidaksadaran menuju kenikmatan abadi!) Dan pada akhirnya, sang tokoh utama benar-benar pergi. Der Abschied  adalah penutup sebuah karya yang sangat sempurna. Sepertinya Mahler tahu benar akan siapa dirinya, apa yang telah ia alami, bagaimana ia menjalaninya dan apa yang akan terjadi kemudian. Lewat rangkaian lagu Das Lied von der Erde, Mahler seakan ingin berteriak dalam keputusasaan dengan sekeras-kerasnya tentang siapa yang telah mengenal dirinya maka ia akan mengerti tentang kehidupan dan pada akhirnya akan berdamai dengan dirinya sendiri.
"Dunkel ist das Leben, ist der Tod"
Tepat dua tahun setelah penciptaan, Das Lied von der Erde Mahler pun pergi pada 18 Mei 1911 diusia 50 tahun.***
Katarsis dalam sebuah karya seni.Pelepasan emosi melalui media karya seni atau karya sastra bukanlah hal yang baru di dalam Ilmu Psikologi. Psikologi menyebutnya dengan istilah katarsis. Awalnya katarsis adalah salah satu bagian dari Bagan Teori Psikoanalisa Sigmund Freud. Freud mengembangkan katarsis sebagai pengobatan untuk orang dengan gangguan histeria. Secara umum, katarsis adalah bentuk pelepasan emosi negatif yang bersumber dari alam perasaan. Beberapa metode yang lazim digunakan dalam katarsis diantaranya adalah pengungkapan perasaan melalui tulisan, verbal, musik, gerakan maupun metode pemijatan titik akupuntur. Psikologi menyederhanakan teknik katarsis yang menggunakan medium seni dengan menyebutnya sebagai terapi seni (art teraphy).Mungkin tanpa sadar kita telah melakukan katarsis dalam kehidupan sehari-hari, seperti menulis buku diary, menciptakan lagu atau melukis. Tetapi yang membedakan art teraphy dengan proses kreatif biasa adalah pada tujuannya. Art teraphy memiliki tujuan sebagai pelepasan emosi, artinya karya yang kita ciptakan menggambarkan apa yang kita alami dan kita rasakan kemudian perasaan itu kita kenali lalu kita tuangkan dalam karya sebagai pelepasan emosi. Kemudian karya yang dihasilkan dapat disimpan (save it) ataukah dihancurkan (destroy it) karena memuat emosi yang hendak kita lepaskan. Misalnya, kita sedang mengalami patah hati lalu menggunakan media lukis dengan melukis gambar hati yang tertusuk belati. Karya tersebut dapat kita hancurkan karena dengan penghancuran adalah refleksi dari pelepasan emosi negatif tersebut. Richard Strauss, seorang
komposer berkebangsaan
Jerman.
Dalam pengamatan saya, tidak hanya Mahler yang melakukan proses pelepasan emosi negatif melalui karya seperti ini, Richard Strauss pun melakukan hal yang sama pada tahun 1948. Ia menciptakan empat nyanyian terakhir (German: Vier letzte Lieder) di akhir hayatnya. Karya ini baru dipublikasikan satu tahun setelah kematiannya pada tahun 1949. Di dalam Vier letzte Lieder Strauss seakan ingin berdamai dengan kematian. Ia menggaambarkan secara jelas di dalam "Frühling" dan "Beim Schlafengehen" bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan. Kematian adalah sebuah proses paripurna menuju totalitas dari kedamaian dan penerimaan manusia dalam hidupnya.



Sebuah maha karya yang sangat indah. Baik Strauss maupun Mahler mengusik rasa apatis kita terhadap kehidupan. Melalui kedua maha karya ini saya ingin bercerita kepada teman pembaca semua bahwa kehidupan mungkin akan meninggalkan kita pada titik terdalam. Pada titik tersebut kita tak lagi dapat melihat cahaya dan suara selain diri kita sendiri. Kita mungkin akan melihat diri kita sebagai si buta, si bisu atau si tuli. Tetapi sejatinya kita adalah cahaya dan suara itu sendiri. Percayalah, mereka telah berada di dalam titik kehidupan terdalam seperti itu. Tetapi, bukankah setelah begitu lamanya kita berada dalam titik terdalam, kita akan semakin kuat? Saatnya kita melihat diri kita sebagai sang cahaya dan sang suara yang mana keduanya adalah bagian esensi dari kehidupan. Kita adalah bagian dari rasa. Melalui rasa, kita mendengar. Melalui rasa, kita berbicara, dan melalui rasa kita menerima bahwa kita adalah pemberian paling berharga dalam hidup. 

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 25, 2017 21:19

April 18, 2017

10 Opera Dengan Akhir Paling Tragis

oleh: Rangga Wirianto Putra
Meskipun pertunjukan Opera kurang begitu populer di Indonesia, tetapi harus diakui bahwa pertunjukan Opera adalah salah satu seni pertunjukan tertua yang setidaknya telah berusia kurang lebih 5 abad. Seni pertunjukan opera adalah seni yang memadukan unsur musik, drama bahkan tarian dan teatrikal sekaligus dalam satu panggung. Hal ini lah yang menjadikannya salah satu seni pertunjukan paling komplit dan terkesan penikmatnya hanya dari kalangan kelas atas karena mengingat biaya yang dibutuhkan untuk menampilkan satu opera yang tidak sedikit. Opera pertama yang tercatat dan masih dipentaskan hingga saat ini adalah La favola d’Orfeo (The Legend of Orpheus) yang diciptakan Monteverdi pada tahun 1607. Gedung Teatro alla Scala, Milan.Layaknya sebuah karya seni, Opera memiliki tema cerita beragam tentang perjuangan, cinta, pengkhianatan dan perselingkuhan yang tak jarang menguras emosi para pendengar terutama untuk akhir cerita yang paling tragis seperti kematian dan pembunuhan. Berikut ini adalah 10 Opera terkenal dengan akhir cerita paling tragis yang hingga hari ini masih dipertunjukkan di berbagai gedung opera ternama di dunia:
10. Pietro Mascagni – Cavaleria RusticanaCavaleria Rusticana adalah opera satu babak ciptaan Pietro Mascagni. Opera ini bercerita tentang drama kehidupan dengan latar belakang kehidupan di Italia yang dipenuhi intrik percintaan, persaingan dan pengkhianatan antara Turiddu dan Alfio . Opera ini termasuk salah satu jenis opera verismo, yaitu opera yang mana kisahnya benar-benar mencerminkan realita kehidupan pada saat itu. Opera ini diakhiri dengan terbunuhnya tokoh Turiddu secara mengenaskan karena pertarungannya dengan Alfio.

9. Georges Bizet – CarmenCarmen adalah opera karya komposer asal Prancis, Georges Bizet yang diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama karangan Prosper Mérimée. Opera empat babak ini pertama kali dipentaskan di Paris, Perancis pada tahun 1875. Opera ini menggambarkan tentang kisah percintaan antara seorang anggota cavaleri, Don José dan seorang gadis gipsy, Carmen. Carmen dianggap salah satu opera paling eksotis dan romantis dalam menggambarkan tentang perjuangan dan kisah cinta. Meskipun Carmen pada akhirnya tewas dibunuh oleh Don José sendiri karena ia menolak untuk kembali kepada Don José, tetapi kharismatik tokoh Carmen takkan pernah lepas sepanjang opera empat babak ini. L'amour est un oiseau rebelled dan Votre Toast adalah dua aria yang paling terkenal dari opera Carmen. Bahkan, Nietzsche menuliskan secara khusus tentang kekagumannya pada karya Bizet yang satu ini.

8. Gaetano Donizetti - Lucrezia BorgiaOpera ini diangkat dari kisah nyata seorang Lucrezia Borgia. Lucrezia Borgia adalah anak perempuan dari Roderigo Borgia atau Paus Aleksander VI, yaitu Paus yang menjabat sejak 11 Agustus 1492 sampai 18 Agustus 1503 sekaligus menjadi Paus terakhir pada abad pertengahan. Kisah Lucrezia Borgia bercerita seputar intrik Gereja ketika sang ayah menduduki tahta suci yang kemudian skandal-skandalnya merupakan salah satu yang terburuk dalam sejarah kelam abad pertengahan. Diceritakan dari berbagai sumber bahwa karena pesona kecantikannya, bahkan membuat Cesare Borgia, yaitu kakak kandungnya sendiri tega membunuh Giovanni Borgia demi mendapatkan perhatian Lucrezia. Namun pada akhir opera ini diceritakan bahwa Lucrezia menanti kematiannya sendiri dengan menolak untuk meminum obat penawar dari racun yang telah diminum olehnya. Era desso il figlio mio adalah lagu penutup dari opera ini yang dibawakan dengan sangat menyentuh oleh banyak Soprano kenamaan, diantaranya Edita Gruberova dan Dame Joan Sutherland yang mana aria ini sekaligus mengakhiri kehidupan seorang Lucrezia yang sangat tragis.

7. Giacomo Puccini - Manon Lescaut Manon Lescaut dengan peran
penuh gairah sebagai wanita penjaja cinta
kelas atas.Begitu banyak opera melodramatik yang diciptakan oleh Puccini, salah satunya adalah Manon Lescaut. Manon Lescaut diangkat dari sebuah novel L'histoire du chevalier des Grieux et de Manon Lescaut oleh Abbé Prévost tahun 1731. Manon, adalah seorang wanita penggoda kelas atas yang telah membuat seorang anggota kavaleri, Chevalier des Grieux jatuh cinta yang teramat sangat padanya. Tetapi cinta mereka tidak dapat diterima oleh nilai dan norman masyarakat pada masa itu sehingga mereka mengasingkan diri dan Manon tewas di dalam perjalanan, di sebuah padang gurun yang gersang. Kisah cinta Manon kemudian menjadi inspirasi bagi banyak komposer. Selain Puccini, Jules Massenet pun menggubah sebuah Opera berjudul Manon sebagai penghargaan terhadap cinta yang tulus dan mulia dari seorang Manon. Bahkan, Alexandre Dumas Junior menulis sebuah novel The Lady of the Camellias yang terinspirasi dari kisah ini dan kemudian diadaptasi menjadi Opera La Traviata oleh Giuseppe Verdi.

6. Richard Wagner – Lohengrin Lohengrin, Sang Kesatria AngsaOpera Lohengrin adalah opera tiga babak karangan Richard Wagner yang pertama kali dipentaskan pada tahun 1850. Menurut seorang pengamat musik dikatakan bahwa pembukaan (Overture) dari opera ini sebagai delapan menit paling indah dalam sejarah musik. Lohengrin adalah sebuah legenda Jerman Kuno tentang seorang Kesatria Angsa yang ditugaskan untuk membantu sebuah daerah yang bernama Brabant dari kehancuran sejak kematian Sang Raja. Lohengrin kemudian mengajukan sebuah syarat kepada Elsa tentang sebuah pertanyaan terlarang, yaitu jangan pernah bertanya tentang asal-usul sang kesatria atau ia akan pergi tanpa pernah kembali. Di dalam perjalanan, Elsa, Putri sang Raja pada akhirnya jatuh cinta pada Kesatria Lohengrin dan kemudian mereka pun menikah. Treulich geführt adalah wedding march yang paling terkenal dari opera ini. Tetapi pada akhirnya karena diliputi oleh rasa penasaran, Elsa bertanya kepada Lohengrin tentang asal-usulnya, siapa dirinya dan dari mana ia berasal. Lewat In Fernem Land, Lohengrin menjawab bahwa ia adalah Kesatria Angsa Lohengrin, anak dari Parsifal (Perceival) kemudian Sang Kesatria kembali ke kereta angsanya, pergi meninggalkan Brabant sekaligus Elsa tanpa pernah kembali.

5. Francesco Cilea – Adriana Lecouvreur Angela Gheorghiu sebagai
Adriana LecouvreurAdriana Lecouvreur adalah opera empat babak karangan Francesco Cilea. Opera ini digubah berdasarkan kisah nyata seorang aktris Perancis, Adrienne Lecouvreur (1692–1730). Adriana Lecouvreur menceritakan tentang kehidupan seorang pelakon wanita bernama Adriana Lecouvreur yang kehilangan kariernya. Tetapi ketika ia berada dalam masa-masa sulit itu, ia menemukan cintanya pada sosok Maurizio. Bagian yang paling terkenal dari opera ini yaitu Ballet dan death scene ketika Adriana menghembuskan nafasnya yang terakhir di pangkuan Maurizio akibat keracunan. Racun tersebut diberikan oleh rivalnya, Princess de Bouillon melalui sekuntum bunga dengan mengatasnamakan Maurizio. Poveri fiori adalah aria yang menggambarkan saat-saat terakhir Adriana seperti sekuntum bunga malang yang harus menguncup meski baru hendak berkembang.

4. Verdi - La Traviata Diana Damrau berperan sebagai
Violeta ValerySulit rasanya memisahkan opera ini dari daftar opera dengan akhir paling tragis. Meskipun memiliki kemiripan cerita terhadap Manon Lescaut dengan latar belakang tentang penjaja cinta kelas atas, tetapi kejeniusan seorang Verdi membuat saya ingin membahas opera ini lebih dalam lagi sekaligus menempatkannya di urutan ke empat sebagai opera dengan akhir paling tragis.Verdi membuka opera ini dengan overture yang sangat liris dan sangat menyayat hati ketika menggambarkan kehidupan sang tokoh utama, Violeta Valery. Tidak hanya itu, ia pun kemudian memadukan kesengsaraan Violeta Valery yang tengah menderita sakit dengan keglamoran hidupnya sebagai seorang wanita penjaja cinta kelas atas. Verdi seakan ingin mempertegas apa yang dikatakan oleh Alexandre Dumas Junior di dalam bukunya, bahwa ketika Tuhan menunjukkan sesuatu kepada seorang wanita hanya lewat dua jalan: jalan cinta dan jalan cinta yang berlumur darah. Verdi seakan ingin membantingemosi penonton pada babak ketiga, yaitu dengan nyanyian Addio del passato yang merupakan ungkapan paling perih dari Violeta Valery menjelang akhir hidupnya. Dan benar saja, Verdi berhasil membuat Violeta meregang nyawa dengan tragis dengan halusinasi seakan ia telah terbebas dari penyakitnya. Violeta kemudian menjatuhkan tubuhnya dan tergeletak tak bernyawa di hadapan seseorang yang ia jatuhi cinta, sejatuh-jatuhnya cinta, Alfredo Germont. Bagian ini pula lah yang selalu membuat penonton menjerit tepat ketika tirai diturunkan.

3. Richard Wagner – Tristan und Isolde Poster Tristan und Isolde di
Metropolitan OperaTristan und Isolde merupakan opera karangan Richard Wagner yang terdiri dari tiga babak. Opera “Tristan und Isolde” merupakan bentuk siksa cinta Wagner sendiri terhadap teman wanitanya, Mathilde Wesendonck.  Jadi, dapat dikatakan bahwa penciptaan opera ini didasari oleh ketidaksetiaan dan pengkhianatan. Meskipun demikian, Wagner mengatakan bahwa Tristan und Isolde adalah yang terbaik dari semua opera ciptaannya. Notasi Tristan und Isolde penuh dengan struktur harmoni yang kompleks, warna orkestra yang khas dan menjadi rujukan utama dalam sejarah musik barat. Bagian paling terkenal dari opera ini yaitu pada bagian cinta mati Isolde (Isolde Liebestod) yang menceritakan bagian akhir kehidupan Isolde. Dimana, aria Mild und leise wie er lächelt dinyanyikan secara penuh penghayatan oleh para Soprano menjelang kematian Isolde. Yang paling tragis dari opera ini yaitu kematian seorang penyanyinya, yaitu Ludwig Schnorr von Carolsfeld di atas panggung pada saat membawakan peran sebagai Tristan pada 21 Juli 1865.

2. Giacomo Puccini - Madama Butterfly Maria Callas berperan sebagai
Madama ButterflyMadama Butterfly adalah opera tiga babak karangan Giacomo Puccini. Opera ini menceritakan kisah yang mengharukan tentang Cio-Cio-san, seorang Geisha yang telah mengorbankan segala yang ia miliki: keyakinan dan cintanya kepada B.F. Pinkerton, seorang angkatan laut Amerika. Ia mengira bahwa segala yang telah ia miliki adalah abadi. Ternyata, Pinkerton meninggalkannya sekaligus menduakan cintanya. Karena tidak sanggup menerima takdir, Madama Butterfly memilih mati dengan sebuah rasa hormat; barangsiapa yang tak dapat hidup dalam kemuliaan, maka harus mati dalam kemuliaan. Ia merasa cintanya terlalu mulia untuk sebuah pengkhianatan. Lalu Madama Butterfly mengakhiri hidupnya persis di depan anak lelaki tepat ketika Pinkerton hendak menyusulnya, tetapi ia sudah terlambat, Madama Butterfly telah mati.

1. Giacomo Puccini – Tosca Castel Sant'Angelo, tempat berlangsungnya sebagian besar
adegan dalam Opera ToscaTosca adalah opera tiga babak yang mana semua dari tokoh utamanya mati, karena pembunuhan, eksekusi dan bunuh diri. Opera ini diangkat dari sandiwara panggung yang sangat terlarang pada era victoria karena nenonjolkan intrik politik dari gereja. Opera ini bercerita tentang Sang tokoh utama, Floria Tosca yang mencintai seorang pelukis gereja, Mario Cavaradossi. Tetapi pada saat yang bersamaan seorang chief of police, Baron Scarpia ingin mndapatkan Tosca dengan cara melenyapkan Cavaradossi terlebih dahulu dengan mencari kesalahannya kemudian menjatuhkan hukuman mati padanya. Mngetahui bahwa Scarpia memiliki intrik yang jahat, Tosca membunuhnya terlebih dahulu. 
Bryn Terfel sebagai Baron ScarpiaDengan kematian Scarpia, Tosca berharap bahwa Cavaradossi  dapat diampuni dan dibebaskan, tapi ternyata hukuman mati tersebut tetap dilaksanakan sebelum matahari terbit. Mendapati sang kekasih telah ditembak mati, Tosca kemudian harus mempertanggungjawabkan perbuatannya pada Scarpia. Tetapi sebelum ia ditangkap, ia telah melompat dari atas Castel Sant'Angelo dan tewas.Begitu banyak adegan dramatis didalam opera ini, diantaranya pembunuhan Scarpia (il bacio di Tosca), eksekusi Mario Cavaradossi dan yang terakhir adalah adegan melompatnya Tosca dari atas Castel Sant'Angelo.


***
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 18, 2017 17:51

April 8, 2017

Madame Lucia (cerpen)

Madame Lucia Rangga Wirianto Putra


“Ceritakan kepada saya sebuah kisah paling menyayat hati dari apa yang pernah kau ketahui,” pintanya kepadaku.“...” aku tidak bergeming.“Berikanlah saja. Setelahnya aku akan bercerita tentang alasan terbesar aku mengunjungimu pada hari ini.”“Saya tidak memiliki kisah apapun yang dapat saya ceritakan kepada anda, tetapi saya melihat anda tampak bahagia pada hari ini, bukan begitu?”“Apakah kau melihatnya seperti itu?” ia kemudian tersenyum simpul.“Tentu, Nyonya. Lalu mengapa anda ingin mendengar cerita yang paling menyayat hati dari saya?” Wanita tersebut tidak langsung menjawab pertanyaanku, ia hanya melemparkan tubuhnya kebelakang, bersandar dan matanya mulai mengawang ke langit-langit.“Bagaimana jika wanita yang katamu tampak sedang bahagia ini tidak mampu membayar tarifmu di akhir sesi konsultasi ini?”“Nyonya, adalah kewajiban saya untuk membantu anda, tentunya sesuai dengan kemampuan saya. Jangan pernah menghiraukan tentang bayaran yang harus anda keluarkan, Nyonya.”“Madame Lucia. Panggillah saja dengan nama itu.”“Madame Lucia, sungguh sebuah nama yang sangat indah.”“Terimakasih, anak muda. Tetapi, biarkan aku bertanya, apakah kau telah memiliki keluarga?”“Sudah, Madame Lucia.”“Apakah kau telah menikah?”“Tentu, Madame. Jika saya sudah memiliki keluarga berarti saya sudah menikah.”“Tidak selalu, anak muda. Sebuah keluarga dibangun berdasarkan cinta, dan menikah dibangun berdasarkan aturan legalitas. Cinta tidak selalu berhubungan dengan legalitas, bukan?” Madame Lucia menekankan kata ‘bukan’ sambil menyunggingkan senyum di sudut bibirnya.Oh Tuhan, ampuni aku. Tetapi aku menyukai kalimat terakhir yang diucapkan oleh Madame Lucia. Tetapi sepersekian detik berikutnya aku kembali mengingat bahwa dia yang hadir di hadapanku hari ini tidaklah sama dengan dia yang kemarin, bahkan dia yang pada esok hari. Dia yang selalu berubah, selalu berganti dan selalu baru setiap hari. Setiap kata yang kau dengar pada hari ini, tidak akan mungkin bisa kau konfirmasi pada keesokan harinya, kecuali jika ia mengulang perannya yang sama. Baginya, satu hari lewat maka satu hari kemudian berlalu.“Bisakah anda menceritakan tentang diri Anda, Madame Lucia?”“Oh tentu, dear. Katakan padaku, apakah kau ingin mendengar cerita bahagia atau sebuah kisah yang berakhir pilu dariku, anak muda?”“Apapun, Madame. Sungguh aku tak sabar.” Madame mengalihkan pandangannya dariku, sebelum kemudian ia berbalik, mulai berdiri dan berdiri mematung di pinggir jendela sambil melihat ke kejauhan sana, seolah-olah ia menceritakan sesuatu yang pada saat itu sedang ia saksikan.“Waktu itu usiaku menginjak 5 tahun. Aku mendengar sesuatu yang dikatakan oleh beberapa orang tetangga yang sambil berbisik dengan sesama mereka mengatakan bahwa aku adalah seorang anak yang tak diharapkan oleh kedua orang tuaku. Tidak ada yang paling buruk yang dapat dirasakan oleh anak seusiaku kecuali mengetahui bahwa kehadiranmu tidak diharapkan dan keberadaanmu tidak diterima. Itulah satu-satunya alasan mengapa aku selalu menerima perlakuan kasar setiap kali aku melakukan sesuatu yang tidak mereka sukai.” Lalu Madamemengalihkan pandangannya padaku, “Nak, tahukah kau apa yang paling buruk yang terjadi berikutnya?”“Apakah sesuatu yang buruk?”“Sangat buruk. Bahkan mungkin engkau tidak akan percaya hal seperti itu akan kualami. Aku mulai tidak percaya dengan cinta, aku menolak atau mungkin lebih tepatnya selalu berusaha untuk menghindar kepada apapun yang pada akhirnya akan membawaku pada perasaan untuk mencintai apalagi dicintai; cinta adalah hal terbodoh yang paling diagung-agungkan oleh manusia.”“Apakah anda pernah jatuh cinta, Madame Lucia?”“Nak, aku hanyalah seorang manusia biasa. Tentu aku pernah jatuh cinta. Tetapi cinta dengan jatuh cinta adalah perkara yang berbeda. Jatuh cinta hanyalah tentang pikiranmu, sedangkan cinta lebih rumit dari itu. Jatuh cinta ibarat sebuah pola yang akan terus berulang tergantung pola tertentu yang telah tertanam di dalam pikiranmu. Sedangkan cinta, kau tahu, melampaui segala yang ada bahkan yang pernah ada.”“Siapa laki-laki itu? Apakah ia tampan?”“Seorang prajurit, anggota sebuah battalion. Aku mengunjunginya setiap selasa dan kamis, karena pada hari itu sang ketua battalion sedang tidak berada di tempat. Dan ketahuilah bahwa ia mencintaiku dan mengatakan rela mati untukku. Maka sangat mudah baginya untuk mencuri waktu, menemuiku untuk sekedar makan siang atau bermanja-manja di sebuah penginapan yang tidak terlalu besar, yang lokasinya cukup berdekatan dengan asrama tempat ia tinggal, yang spreinya sedikit berbau jika kau benar-benar menciumnya. Tetapi, jatuh cintaku lebih besar dari itu. Nak, kukatakan padamu bahwa mungkin saja pria memiiki pemikiran sepertimu, bahwa jika kalian menikah maka kalian dikatakan berkeluarga. Tetapi bagi wanita, tidak selalu seperti itu. Aku lahir dari sebuah keluarga, dari sesuatu yang dibangun berdasarkan cinta. Tetapi persetan dengan itu. Lihatlah diriku yang sekarang, mereka mencampakkanku dan sang prajurit pun meninggalkanku. Cintanya tak sebesar janjinya, terlebih setelah apa yang ia rampas dariku.”“Aku mengerti dan izinkan aku untuk mengatakan bahwa anda adalah seorang wanita yang sangat tegar.”Madame Lucia tersenyum.Meskipun tugasku adalah untuk menjatuhkan judge terhadap klienku untuk kemudian melakukan intervensi, tetapi aku mengira bahwa kasus Madame Lucia tidak sesederhana itu, apa yang ia alami pastilah memiliki nilai klinis tersendiri. Tiga hari yang lalu, ia mengunjungiku sebagai Fahira, seorang perempuan yang kesulitan keuangan karena pekerjaannya yang hanya seorang penjual ikan dari daerah selatan. Minggu sebelumnya, ia mengunjungiku sebagai Rima, seorang gadis yang hampir bunuh diri karena ingin lompat dari lantai atas sebuah pusat perbelanjaan setelah diputus sang kekasih. Meskipun aku tahu tentang apa yang kau kira sedang aku ceritakan, jangan buru-buru untuk menjatuhkan judgement-mu pada kasusku yang satu ini. Aku telah menanganinya lebih dari 6 bulan dan hingga hari ini, judgement itu belum aku jatuhkan – meskipun – di dalam hatiku ingin rasanya judgement itu tidak harus segera kujatuhkan.“Jadi menurut anda, Madame Lucia hadir dari sebuah penolakan dan ketidakbahagiaan?”“Jika anda menambahkan kata kesengsaraan maka anda menjelaskannya dengan tepat, anak muda.” “Madame, bagian mana di dalam hidupmu yang hingga detik ini belum dapat kau terima?”“Saat aku membunuh Bernie, seekor anjing malang yang sangat kusayangi. Anjing yang pada malam sebelumnya bersedih untukku ketika aku meneteskan airmataku di hadapannya. Lihatlah, bahkan aku membenci seekor anjing yang mengasihani dan bersedih untukku. Kuberitahu padamu anak muda, jika kau ingin memperoleh cinta yang murni dari seorang wanita, perlakukanlah mereka dari apa yang bahkan tidak pernah terpikir oleh mereka; hibur mereka sekaligus kasihani mereka. Maka kau tidak hanya akan mendapatkan cinta dari wanita itu, tetapi juga hidup mereka.”“Apakah kau mengalami sebuah penyesalan?”“Entahlah, aku tidak tahu menyebutnya dengan istilah seperti apa. Kata penyesalan pun sepertinya sudah tak lagi mewakili apa yang kurasa. Aku tidak tahu apa yang telah kulakukan sehingga mereka yang mengasihiku pun aku singkirkan.”“Lalu, apa yang anda harapkan akan terjadi pada hidup anda jika anda tidak menerima bagian-bagian yang masih belum anda terima, MadameLucia?”“Sangat naïf jika aku mengatakan bahwa aku lebih suka untuk tidak lahir ke dunia, tetapi bukankah tidak tidak dapat mengubah waktu? Entahlah, Nak. Mungkin inilah alasan terbesarku mengunjungimu pada hari ini.”Sambil memandang ke dalam matanya, aku pun berpikir bahwa begitu banyak pemain didalam diri kita, sebenarnya. Kehadiran mereka dapat kita sadari meski tak jarang tanpa kita sadari. Diantara mereka, ada yang dengan mudahnya dapat menyesuaikan dengan realita sedangkan yang lain memilih untuk bertahan tanpa kontak secara langsung terhadap realita dan yang lain harus terdistorsi oleh realita. Para pemain ini dapat lahir kapan saja dan darimana saja. Biasanya, mereka lahir dari situasi yang tidak menyenangkan dan cenderung tidak kita diterima. Seperti yang terjadi pada Madame Lucia; ia lahir dari sebuah penolakan, ketidakbahagiaan dan kesengsaraan.Tetapi meskipun begitu banyak sang pemain di dalam diri kita, kita harus menemukan potensi yang mereka miliki. Pada Madame Lucia, aku melihat sebuah kebijaksanaan dan cinta di dalam dirinya. Tetapi, apalah artinya sebuah potensi tanpa adanya kontak dengan realita, bukan? Hidup mungkin saja tidak adil, tetapi bukankah hidup selalu menawarkan kesempatan kedua? Bagian itulah yang menjadi tugas terbesarku.Kemudian aku meminta pada Madame Lucia untuk menghadap pada sebuah cermin sambil memejamkan kedua matanya. Perlahan aku membuka ikatan rambutnya sehingga menjadikan rambutnya yang sebatas punggung tergerai begitu saja. Kemudian aku mengambil makeup removal dan perlahan mengusapkan cairan tersebut di wajahnya hingga benar-benar bersih. Madame Lucia tetap berdiri mematung hingga dalam hitungan ketiga aku memintanya untuk membuka matanya.“Apa yang anda lihat?”“Tentu aku sedang melihat diriku.”Aku menggeleng. “Bukan. Apa yang anda lihat?”“Aku melihat diriku tanpa hiasan wajah.”Aku kembali menggeleng. Aku bertanya untuk yang ketiga kalinya, “Apa yang anda lihat?”“Aku melihat ketakutan,”“Ketakutan apa?”“Entahlah.”“...tentu anda tahu.”Madame Lucia menghela napas panjang, “ketakutan untuk tidak bahagia.”
“...”Ketakutan untuk tidak bahagia.Meski bukan untuk yang pertama kalinya, beberapa orang yang mengunjungiku pun mengatakan hal yang serupa: ketakutan mereka terhadap hari depan; ketakutan untuk tidak lagi dicintai; dan ketakutan untuk tidak bahagia. Lihatlah, betapa menyedihkannya jika diri kita dikendalikan oleh rasa takut, sedang kita tahu persis bahwa rasa takut hanya ada di dalam pikiran kita, ia tak benar-benar nyata. Ketika kita lahir ke dunia, kita tidak membawa rasa takut. Rasa takut adalah buah dari pengalaman; rasa takut adalah emosi yang dipelajari secara total.Kemudian, aku meminta Madame Lucia untuk membuat daftar hal-hal yang paling ia cintai hingga hal-hal yang paling tidak ia cintai. Ternyata begitu banyak hal yang ia cintai, ia sukai dan hal-hal yang memiiki potensi untuk membawa energi dan emosi positif terhadap dirinya. Setelah itu, kita kembali berbicara tentang banyak hal.Lihatlah... selama proses ini, aku melihat sesuatu dari matanya, sesuatu yang sebelumnya tidak aku temui bahkan pada sosok-sosok selain MadameLucia, yaitu tatapan penuh cinta dan maaf. Aku mengira kata yang terakhir adalah sesuatu yang terbaik yang kutemukan hari ini.Waktu konsultasi telah habis dan sesi pun harus berakhir. “Sebelum kita berpisah, meskipun pertemuan ini bukanlah yang terakhir, tetapi nilai apa yang ingin kau berikan padaku, Madame? Katakanlah, aku hanya seorang anak muda yang tak tahu apa-apa.”Madamemendongakkan kepalanya, tersenyum sumir dan berkata, “...tidak pernah ada yang mudah di dalam hidup kita, anak muda. Kadang kehadiran kita tidak diharapkan dan keberadaan kita pun tak diterima. Tetapi bagaimanapun, sampaikanlah saja kepada keturunanmu kelak bahwa ia terlahir sempurna apa adanya, terima segala kondisinya dan sampaikan salam saya padanya, seseorang yang mungkin belum ia kenal. Tetapi akan selalu meletakkan nama kedua orang tuanya di dalam setiap doa-doanya.”Lalu ia pun pergi. Madame Lucia telah pergi.Meski esok akan kembali berganti, tetapi setiap kali selalu membawa ceritanya sendiri. Sang pemain akan terus datang dan pergi, silih berganti. Ia mungkin saja akan datang sebagai Rima, si gadis teraniaya. Sebagai Fahira, si penjual ikan yang sengsara. Dan sebagai Madame Lucia, si wanita tua nan bijaksana.Jika cuaca sedang baik dan angin tidak bertiup terlalu kencang, ia bisa saja berubah menjadi Violeta, seorang seorang anak kecil yang rambutnya dipilin lalu diikat ke belakang. Atau ketika hujan, sang tokoh utama selalu hadir di hadapanku dengan membawa sejuta cerita penuh kesedihan dan beribu ratapan kekecewaan dibalik pakaian hitam di tubuhnya, yang lehernya yang selalu ia tutupi dengan syal warna abu-abu tua.Meskipun kutahu perjalanan ini belum berakhir, dan entah sampai kapan akan berakhir. Sambil menutup pintu, aku mengambil telepon seluler dari sakuku kemudian menghubungi seseorang diluar sana, seseorang yang menjadi bagian dari hatiku; setengah dari hidupku. Aku memintanya untuk menjaga kesehatannya dengan meminum susu karena itu baik untuk kehamilannya lalu menutup telepon dengan sebuah kata penutup yang selalu kuulangi setiap aku menutup percakapan dengannya:“...aku mencintaimu dan akan selalu begitu.”Kemudian aku mengambil Buku Kasus untuk mencatat detil yang kuperoleh setiap harinya, sebuah buku yang memuat daftar berapa sosok yang telah kutemui dari seorang wanita cantik, yang umurnya baru menginjak usia 32 tahun, yang kulitnya berwarna cokelat terang dan matanya berwarna hitam legam serta rambutnya yang tergerai panjang sebatas punggung. Yang arti dari namanya adalah sekuntum bunga yang mekar di bulan Desember:Cast no. 12. “Madame Lucia” – pertemuan pertama.

Jakarta, 7 April 2017***
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 08, 2017 07:31

April 3, 2017

Mantegna Tarochi in Clinical Setting



Mantegna Tarochi in Clinical Setting
Sebuah Studi Literatur Penggunaan
 Tarot di dalam Asesmen Psikologis

Rangga Wirianto Putra S. PsiUniversitas Gunadarma


ABSTRACT
This literature study aims to look more closely what if the Tarot cards are used as an assessment tool in transpersonal psychology. In this case, the Tarot cards used are Mantegna Tarocchi - E-series made in Italy in the year 1465. The study of literature discusses the origins of Tarot more comprehensively to do with the Transpersonal Psychology approach, where Transpersonal Psychology approach is basically see humans based body, mind / mental, soul and spirit. This literature study using historical studies, psychology, and philosophy in particular hermeneutic philosophy. Results of the study of literature shows that it is possible if the Tarot is used in the assessment of psychological, especially with the approach of Transpersonal Psychology as Tarot load relationship or the principle of synchronicity between someone with a row of Tarot cards.Keywords: tarot, assessment, literature, transpersonal.
ABSTRAK
Studi literatur ini bertujuan untuk melihat lebih dekat bagaimana jika Kartu Tarot digunakan sebagai alat asesmen di dalam ilmu psikologi transpersonal. Dalam hal ini, Kartu Tarot yang dipergunakan adalah Mantegna Tarocchi - E-series buatan Italia pada tahun 1465. Studi literatur ini membahas asal-usul Tarot secara lebih komprehensif hingga kaitannya dengan Psikologi dengan mahzab Transpersonal, dimana mahzab Psikologi Transpersonal ini pada dasarnya melihat manusia berdasarkan tubuh, pikiran/mental, jiwa serta roh. Studi literatur ini menggunakan kajian sejarah, psikologi, dan  filsafat khususnya filsafat hermeneutik. Hasil dari studi literatur ini menunjukkan bahwa adalah memungkinkan jika Tarot dipergunakan dalam asesmen psikologis, terutama dengan pendekatan Psikologi Transpersonal karena Tarot memuat hubungan atau prinsip sinkronisitas antara seseorang dengan deretan Kartu Tarot.Kata Kunci: tarot, asesmen, literatur,transpersonal.

PENDAHULUANPada mulanya, Tarot telah dikenal di dalam dunia Psikologi melalui Carl Gustav Jung (1875-1961). Jung adalah psikolog pertama yang menyadari simbolisme dalam Tarot. Ia melihat 22 kartu Tarot arkarna mayor menggambarkan Archetype – tema-tema yang melekat pada ketidak-sadaran manusia. Bagi Jung, jiwa manusia hidup terpisah dalam tiga bagian: sadar, ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif. Jung percaya bahwa "ketidaksadaran kolektif” adalah dasar dari apa yang dahulu kala disebut 'simpati dari segala sesuatu' (Jung, 1991). Archetype dan simbol universal hidup di bawah sadar pribadi dan kolektif, membentuk persepsi dan pengalaman. Archetype adalah kecenderungan yang tidak dapat dipelajari untuk mengalami hal-hal tertentu melalui jalan-jalan tertentu. Archetype tidak memiliki wujud pada dirinya sendiri, tapi dia beraksi sebagai “prinsip penentu” pada apa-apa yang dilihat atau yang dilakukan. Archetype secara laten tersembunyi dalam semua orang dan akan diberi ungkapan simbolis menurut situasi historis di mana orang itu tercakup. Archetypesering kali muncul dalam mitos, cerita rakyat, atau mimpi.  Jung kemudian memandang tarot memiliki arketip-arketip pada diri manusia. Ia melihatnya di dalam 22 kartu Tarot arkarna mayor Dek Kartu Tarot de Marseille.Penggunaan Tarot atas dasar Archetypeini digunakan oleh beberapa psikolog sebagai wadah konseling. Konselor meminta klien untuk memilih beberapa kartu dan mengidentifikasi diri mereka dalam gambar-gambar yang tertera pada kartu tersebut. Apa yang mereka lihat? Apa yang sedang terjadi dalam gambar tersebut? Apa perasaan yang kira-kira dirasakan ketika melihat kartu tersebut? Seketika teknik ini mengingatkan pada tes proyektif seperti Rorschach, TAT serta Blacky Pictures Test pada anak-anak, yaitu alat psikologis berbentuk proyektif yang meminta klien untuk mengidentifikasi gambar.Jauh sebelum Dek Kartu Tarot de Marseille dibuat yaitu setidaknya pada tahun 1889, telah ditemukan bentuk Tarot yang lebih awal, yaitu Dek Kartu Mantegna Tarocchi. Kartu ini dibuat pada abad ke-15 di Italia. Tempat dan tanggal penciptaan mereka masih diperdebatkan, namun diperkirakan Ferrara adalah tempat asal kartu ini pada sekitar tahun 1465 (E-series) dan 1470-5 (S-series). Dek Mantegna Tarocchi merujuk tentang dunia filosofis khas zaman  Renaissance, yaitu hierarki yang dimulai dari manusia dengan tingkat terendah menuju tingkat tertinggi, yaitu kekuatan universal atau kebersatuan dengan semesta alam. Model hierarki ini telah banyak digunakan, termasuk di dalam dek tarot yang lebih modern, diantaranya Tarot de Marseille dan Tarot Rider.Pertanyaan yang muncul kemudian yang merupakan pertanyaan penelitian adalah, bagaimana cara kerja Kartu Tarot menurut perspektif Ilmu Psikologi? Lalu, bagaimana Tarot dapat merepresentasi atau memotret kepribadian manusia? Dan yang terakhir, berdasarkan karakteristiknya, layakkah Dek Kartu Mantegna Tarocchi dijadikan alat asesmen Psikologis?


METODE PENELITIAN
Jenis PenelitianPenelitian ini termasuk jenis penelitian studi literatur. Studi literatur merupakan pembahasan literatur pada bidang tertentu dari suatu penelitian. Studi ini merupakan gambaran singkat dari apa yang telah dipelajari, argumentasi, dan ditetapkan tentang suatu topik, dan diorganisasikan secara kronologis atau tematis. Studi ini dilakukan dengan mencari referensi teori yang relefan dengan kasus atau permasalahan yang ditemukan, dalam hal ini adalah penggunaan Tarot sebagai toolsuntuk asesmen Psikologis. Referensi teori yang diperoleh dengan jalan penelitian studi literatur dijadikan sebagai fondasi dasar dan alat utama bagi praktek penelitian.
Metode Pengumpulan DataJenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari jurnal, buku yang memuat dokumentasi, dan internet. Data sekunder diperoleh dari hasil mengelompokkan bagian-bagian yang memiliki ide parallel atau unit-unit yang memuat kesamaan ide yang mendasari tema.
Metode Analisis DataData-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan berbagai fakta-fakta dan teori yang kemudian disusul dengan analisis, tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya. Sedangkan hasil analisis dipaparkan dalam uraian deskriptif-argumentatif.
PEMBAHASANLebih dari lima abad Tarot telah dipergunakan di Eropa untuk bermain kartu dan meramal, tetapi lebih banyak dipergunakan untuk doktrinisasi secara rahasia. Tarot juga dipandang sebagai simbol dari kebudayaan kuno dan mempengaruhi para pemikir abad pencerahan yang hingga saat ini masih memiliki pengaruh terhadap kehidupan modern (Case, 1920). Studi terhadap Kartu Tarot telah dimulai setidaknya pada tahun 1920. Paul Foster case (1920) di dalam bukunya, An Introduction to the Study of the Tarot menyatakan bahwa pada awalnya buku ini betujuan untuk menunjukkan bagaimana menggunakan Tarot untuk tujuan membangkitkan pemikiran dan pemikiran tersebut dibawa ke permukaan kesadaran yang penuh, prinsip-prinsip dasar Okultisme Sains, yaitu ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan yang tersembunyiyang terdapat di alam semesta yang terletak tersembunyi di diri umat manusia. Semua prinsip-prinsip ini didasarkan pada satu kebenaran tunggal, dan pengetahuan tentang kebenaran yang telah dibawa oleh setiap umat manusia tetapi kebenaran tersebut belum ditemukan untuk kemudian dibawa ke alam kesadaran untuk kemudian dipergunakan.Studi empiris terhadap Tarot telah dimulai setidaknya sejak tahun 1983. Blackmore (1983) yang menyatakan bahwa Tarot memiliki validitas yang tinggi ketika menghasilkan interpretasi terhadap kepribadian subjek, terutama ketika pembaca Tarot dan subjek dalam kondisi saling berhadapan. Subjek mengatakan bahwa hasil dari analisis kepribadian mereka menggunakan kartu Tarot adalah memiliki kesesuaian terhadap kepribadian mereka yang sebenarnya. Studi ini memperkuat posisi Kartu Tarot di dalam asesmen psikologis.Di dalam Ilmu Psikologi, Tarot telah dikenal melalui Carl Gustav Jung (1875-1961). Jung adalah psikolog pertama yang menyadari simbolisme dalam Tarot (Jung, 1933). Jung melihat 22 kartu Tarot arkarna mayor Dek Kartu Tarot de Marseille yang menggambarkan Archetype – tema-tema yang melekat pada ketidak-sadaran manusia (Bair, 2004). Archetypemerupakan isi dari ketidaksadaran kolektif, yang berarti mereka asli (primal), pola yang diwariskan dan merupakan bentuk-bentuk dari pikiran dan pengalaman (Coster, 2010). Archetype sendiri berasal dari bahasa Yunani, arche dan tupos. Arche atau 'first principle' menunjuk ke sumber penalaran kreatif, yang tidak bisa diwakilkan atau dilihat secara langsung (Coster, 2010). Tupos, atau ‘impression', yaitu kesan yang mengacu pada salah satu dari berbagai manifestasi dari ‘prinsip pertama’. Secara lebih spesifik, di dalam bukunya The Archetypes and the Collective Unconscious, Jung (1991) menjelaskan tentang Archetype. Archetype adalah panduan batin, yang menyajikan sebuah struktur dalam untuk pengalaman, motivasi serta makna. Archetype ini membantu individu pada dirinya sendiri, dalam bentuk perjalanan hidup yang unik atau pengalaman spiritual. Penggunaan terminologi spiritual tidak semata-mata merujuk pada pengalaman beragama, tetapi mencakup seluruh wilayah kesadaran (states of consciousness) dan semua fungsi dan kesadaran yang dilakukan menyangkut kebernilaian berdasarkan norma ethic, aesthetic, heroic, humanitarian dan altruistic value (Assagioli, 1991).Jung menyatakan bahwa individu tidak bisa menentukan jumlah Archetype dengan pasti. Archetype-Archetype tersebut saling tumpang tindih dan cair. Namun ada beberapa Archetype menurut Jung, yaitu:1.    Archetypeibu. Archetype ibu adalah salah satu sosok yang paling baik. Manusia tidak akan bisa bertahan hidup tanpa adanya hubungan dengan sosok ibu ketika manusia masih bayi dan tidak berdaya.2.    Archetypeayah. Ayah sering disimbolkan sebagai sosok pelindung dan penguasa.3.    Archetypeanak. Archetype anak sering direpresentasikan dengan masa depan.4.    Archetypepahlawan. Archetype pahlawan identik dengan sosok yang bijaksana dan penyelamat.5.    Archetypepenyihir. Peran penyihir adalah menghalangi kemenangan si pahlawan dan membuat kesulitan-kesulitan.6.    Archetypehermaprodit. Yaitu yang melambangkan persatuan 2 hal yang berlawanan.7.    Archetypediri. Diri adalah Archetype yang mempresentasikan transendensi segala bentuk oposisi dan dengan begitu segala aspek di dalam kepribadian individu diekspresikan secara seimbang.Namun, menurut Coster (2010) secara umum, ada 19 macam Archetype, yaitu:1. Innocent : individu memandang hidup sebagai sesuatu yang menyenangkan dan menganggap lingkungannya sebagai sesuatu yang aman sehingga mudah percaya pada orang lain serta mempunyai optimisme yang tinggi2. Orphan : individu memandang hidup tidaklah mudah, sehingga ia bisa belajar dari masalah dan pengalamannya untuk lebih berhati-hati.3. Warrior : individu mempunyai tingkat keberanian yang tinggi dalam menghadapi segala hal.4. Caregiver : individu mempunyai tingkat kepedulian yang tinggi terhadap sesama.5. Seeker : berjiwa petualang, mandiri dalam rangka mencari jati diri, tampil beda dan beraktualisasi diri6. Ruler : sebagai individu alternatif. Individu yang mempunyai kesiapsiagaan dalam banyak hal.7. Lover : individu penuh kasih sayang, suka keindahan, sangat menekankan pada pentingnya suatu hubungan.8. Destroyer : individu mempunyai kemampuan dalam hal kapan harus bertindak, strategic, berani meninggalkan sesuatu yang dianggapnya sudah tidak ‘layak’ dilakukan/dianut lagi9. Creator : individu yang Imajinatif dan kreatif, mudah mendapatkan inspirasi ketika dihadapkan pada masalah10. Magician : individu yang berwibawa dan mampu mengorganisir banyak orang untuk mencapai tujuan bersama11. Sage : individu yang Bijaksana, kritis dan analitik terhadap setiap permasalahan12. Jester : individu yang mampu mengkondisikan suasana (bina suasana), humoris, dianggap ‘ganjil’ jika tidak ada dan akan meng’genap’kan jika ada.13. Hero: Diri atau tokoh utama14. Mentor: memberikan motivasi, wawasan dan latihan untuk menolong tokoh utama15. Threshold guardian: melindungi sebuah dunia berikut dengan rahasia di dalamnya dari tokoh utama dan seringkali memberikan ujian untuk pembuktian komitmen dan ketangguhan tokoh utama.16. Herald: Karakter pemberita masalah yang harus dihadapi atau tantangan dan mengumumkan tentang perubahan yang signifikan17. Shapeshifter: karakter yang menyesatkan dengan menyembunyikan sisi kekuatan dan loyalitas sang tokoh utama18. Shadow: representasi dari sisi gelap, penolakan. Simbolisasi dari ketakutan dan phobia19. Trickster: sang penipu yang membuat dunia yang aman menjadi chaos dengan memanfaatkan kejenakaan dan kelucuan karakter mereka. Penipu menggunakan tawa dan ejekan untuk membuat orang-orang melihat keanehan dari sebuah situasi dan mungkin dapat memaksa terjadinya perubahan.Archetype dikatakan bersifat psychoid, yaitu bersifat fisik dan psikologis sekaligus. Akibatnya Archetypedapat membawa ke dalam kesadaran suatu gambaran jiwa tentang peristiwa fisik meskipun tidak ada persepsi langsung terhadap peristiwa fisik tersebut. Archetype tidak menyebabkan dua peristiwa; tetapi ia memiliki suatu kausalitas yang memungkinkan sinkronisitas itu terjadi. Oleh karena Tarot memuat Archetype- Archetype maka dapat diambil kesimpulan bahwa cara kerja Tarot bukanlah menggunakan prinsip random, tetapi menggunakan asas Sinkronisitas (Synchonicity).Jung mengemukakan suatu prinsip yang bukan kausalitas dan juga bukan teleology. Ia menyebutnya sebagai prinsip sinkronisitas. Jung menciptakan istilah sinkronisitas ini untuk menggambarkan apa yang ia sebut sebagai peristiwa-peristiwa bukan-sebab-akibat yang kebetulan terjadi bertepatan secara temporal. Jung menggambarkan sinkronisitas secara bervariasi sebagai sebuah “prinsip bukan-sebab-akibat yang menghubungkan (kebersamaan)”, “peristiwa kebetulan bermakna”, dan “paralelisme bukan-sebab-akibat”.Prinsip sinkronisitas itu kemudian diterapkan pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat yang sama, tetapi peristiwa yang satu tidak disebabkan oleh peristiwa yang lain. Prinsip sinkronisitas bertujuan mempertahankan bahwa sama seperti halnya peristiwa-peristiwa yang dapat dihubungkan dengan sebuah garis kausal, peristiwa-peristiwa tersebut juga dapat dihubungkan dengan garis makna. Sebuah pengelompokan peristiwa - peristiwa bermakna tidak perlu memiliki penjelasan, dalam arti sebab dan akibat yang konkret. Gejala-gejala sinkronisitas seperti ini menurut Jung dapat dijelaskan berdasarkan hakikat Archetype-Archetype. Lebih lanjut, prinsip sinkronisitas kiranya akan memperbaiki pandangan bahwa pikiran menyebabkan materialisasi, atau terjadinya sesuatu sesuai seperti apa yang dipikirkan.Di dalam psikologi keberadaan kartu Tarot lebih dekat dengan Psikologi Transpersonal, karena tarot memiliki hubungan dengan Archetype dan sinkronisitas yang mana keberadaannya berada pada wilayah ketidaksadaran kolektif. Arketip pada dasarnya merupakan bagian dari wilayah ketidaksadaran yang kemudian diubah menjadi sadar dan diakui keberadaannya, dan di butuhkan warna dari kesadaran individu sehingga ia dapat muncul ke permukaan (Coster, 2010). Kemunculan Tarot kemudian dianggap memotret wilayah kesadaran yang mana wilayah kesadaran atau stase of consciousness ini dibahas secara lebih mendalam dan spesifik oleh Kelompok Integral di dalam Psikologi Transpersonal. Tujuannya adalah untuk memahami manusia secara keseluruhan, yaitu manusia secara holistik dengan memahami struktur manusia yang terdiri dari fisik, biologis, mental, jiwa, dan spirit. Karena landasan psikoterapi transpersonal pada dasarnya adalah bagaimana memandang klien sebagai mahluk yang mempunyai potensi kesadaran spiritual, dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan semesta. Noesjirwan (2000) menyebutkan obyek psikologi transpersonal sedikitnya memuat antara lain sebagai berikut :1.    Keadaan –keadaan kesadaran2.    Potensi-potensi tertinggi atau terakhir3.    Melewati ego atau pribadi ( trans-ego)4.    Transendensi dan5.    Spiritual Salah satu tokoh dalam perkembangan Psikologi Transpersonal yang berpikir secara Integral adalah Ken Wilber. Wilber (1975) membagi kesadaran integral menjadi beberapa bagian, diantaranya:1.    Structure/level/wave/stage of consciousness, yaitu subconsciousnessself consciousnesssuperconsciousness atau body-mind-soul and spirit.2.    Lines/stream of consciousness, yaitu kognisi, moral, afekasi, kebutuhan, seksualitas, motivasi, dan self identity.3.    State of consciousness, yaitu waking-dreaming-deep sleep  atau fisik-subtle-causal-nondual. Perubahan yang muncul termasuk adanya peak experience, obat, holotropic state, meditatif atau contemplative state.4.    Phenomenal of states, yaitu kegembiraan, bahagia, kesedihan, keinginan, dll.Dengan mengacu pada grand paradigm psikologi transpersonal, berdasarkan prinsipnya, pendekatan transpersonal dapat dipergunakan untuk membantu agar klien bisa menyadari kondisi dirinya sendiri, kondisi pikiran, tubuh, jiwa dan roh karena adanya proses integrasi didalamnya. Karena tujuan terapi dalam psikologi transpersonal adalah bagaimana agar si pasien bisa menyadari kondisi dirinya sendiri, kondisi pikiran dan tubuhnya Dan dengan melihat peta di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa Tarot, berdasarkan teori serta metode praktiknya, dapat dipergunakan untuk mengungkap wilayah jiwa dari seseorang karena cara kerja Tarot berdasarkan atas prinsip sinkronisitasnya.Meskipun selama ini jiwa merupakan wilayah Teologi, tetapi dengan adanya keterkaitan antara fisik/biologis, mind, soul, dan spirit maka tidak mungkin individu dapat mengungkapkan aspek jiwa tanpa melibatkan fisik, mental dan roh. Sedangkan beberapa ahli mengatakan bahwa Ilmu psikologi yang selalu berada pada wilayah mind akan sulit memahami souldan spirit. Oleh karena itu, disitulah letak penting adanya integrasi di dalam asesmen karena prinsip integral asesmen adalah memahami manusia secara holistik dengan terlebih dahulu memahami struktur manusia yang terdiri dari fisik, mental, jiwa, dan roh.Tentang Tarot sendiri, Paul Foster Case di dalam tulisannya, In Introduction to the Study of the Tarot mengatakan bahwa,
It (Tarot) rich symbolism and ingenious construction make the Tarot the best of all instruments for true occult education, i. e., for ‘drawing out’ the wisdom hidden in the heart of man”(Paul Foster Case, 1920, Halaman 3)
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa ada realitas yang bersumber dari alam sadar serta alam bawah sadar, yaitu antara fisik dan metafisik. Kedua hal tersebut saling berhubungan atau sinkron dengan simbol-simbol, yang mana simbolisme hanya dapat bekerja bila strukturnya diinterpretasi. Tujuan interpretasi adalah untuk menemukan sebuah nilai, yaitu the wisdom hidden in the heart of man. Oleh karena itu, simbol dianggap memiliki sebuah arti karena ia merupakan instrumen atau sebuah alat yang dapat menggali nilai-nilai tersembunyi dari seorang manusia. Demi alasan inilah kenapa Tarot kemudian dapat digunakan di dalam integral asesmen. Dan dek Mantegna dipilih menjadi tools di dalam asesmen dengan pertimbangan bahwa makna dari dek ini menggambarkan keadaan manusia yang dipandang terkait dan merupakan bagian dari jagat raya. Dek Mantegna Tarocchi merujuk tentang dunia filosofis khas zaman Renaissance, yaitu hierarki yang dimulai dari manusia dengan tingkat terendah menuju tingkat tertinggi, yaitu kekuatan universal atau kebersatuan dengan semesta alam.
Tabel 1: Urutan Penyusunan dek Tarot Mantegna E-series E 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 E-series D 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 E-Series C 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 E-series B 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 E-series A 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Dek Mantegna terdiri dari 50 kartu dengan lima pembagian pada tiap-tiap sepuluh kartu. Berikut adalah urutannya:




Jika pada Dek Kartu Tarot de Marseille terdapat 22 kartu arcana mayor, pada Dek Kartu Tarot Mantegna Tarocchi tidak ditemukan adanya arcana mayor atau minor. Dek Kartu Tarot Mantegna Tarocchi berisikan hierarki yang dimulai dari manusia dengan tingkat terendah menuju tingkat tertinggi, hingga kebersatuan kekuatan universal atau kebersatuan dengan semesta alam. Berikut adalah tabel ringkasan tentang pergerakan dek Mantegna, yang dimulai dari posisi manusia sebagai mikrokosmos hingga makrokosmos, yaitu alam semesta.


Jadi, dekade kelima adalah perwujudan dari bola kosmik yang mewakili makrokosmos sedangkan dekade pertama yaitu manusia menjadi semacam refleksi oleh Mikrokosmos. Dengan adanya deretan dekade yang lain seperti Muses, Liberal Arts dan Kebajikan Dasar, maka jiwa manusia dipandang sebagai manusia yang memiliki perasaan, yang berfikir dan bersedia mengembangkan seluruh imajinasi serta potensi, intelektual dan juga spiritual. Hal ini mencerminkan cita-cita zaman Renaissance yang dikemukakan pada akademi Neoplatonisme yang menjadi inspirasi oleh para seniman, penulis dan musisi, dan juga pada karya-karya besar dari jiwa manusia yang kreatif yang telah mengubah bentuk-bentuk sosial pada zaman Renaissance serta zaman setelah Renaissance, yang telah memberikan dorongan baru terhadap kebebasan dalam aspek spiritual untuk mencari hakekat manusia secara keseluruhan dan seutuhnya. Jadi semakin jelas bahwa kartu ini dan simbolisme dari mereka muncul dari sebuah Neoplatonis dan arus hermetis, dan hal ini juga sesuai dengan pendekatan psikologi transpersonal yang dekat dengan epistemologi manusia dan disiplin hermeneutik (hermeneutic disciplines) yang meliputi humanism, eksistensialisme, fenomenologi dan antropologi.Meskipun terdapat perbedaan antara Kartu Tarot yang dipergunakan oleh Carl Gustav Jung, yaitu Dek Kartu Tarot de Marseille dengan Dek Kartu Tarot Mantegna Tarocchi, tetapi penulis menemukan serangkaian paralelisme ide diantara kedua Dek Tarot tersebut. Berikut adalah tabel yang memuat paralelisme ide antara Dek Kartu Tarot de Marseille dengan Dek Kartu Tarot Mantegna Tarocchi.


Paralelisme ide ini juga memberikan gambaran bahwa adanya persamaan ide-ide ini juga mengindikasikan adanya kesamaan Archetype pada kedua dek Tarot tersebut karena pada dasarnya arketip dapat ditemukan dimana saja, simbolnya adalah bentuk dari bahasa pikiran, muncul dalam frekuensi yang berbeda dan terhubung antara satu dengan yang lain melalui ketidaksadaran kolektif (Jung, 1991). Tetapi, melihat kompleksitas kandungan simbolisme dan Archetype di dalamnya, Dek Kartu Tarot Mantegna Tarocchi yang tidak mengenal arcana mayor maupun minor, lebih memungkinkan untuk dilakukan eksplorasi karena karakteristiknya, yaitu eksistensi manusia di dunia beserta hubungannya dengan alam semesta yang dipandang sebagai satu kesatuan. Kompleksitas kandungan Archetype di dalam Dek Kartu Tarot Mantegna Tarocchi dapat dilihat di dalam table 4 yang memuat simbolisme dan Archetypepada Dek Kartu Tarot de Marseille dan Dek Kartu Tarot Mantegna Tarocchi.
Teori Interpretasi.Tugas pokok ketika berhadapan dengan subjek dengan kartu Tarot yang terbuka di hadapannya adalah interpretasi. Tujuannya adalah untuk menemukan makna yang bersifat klinis. Interpretasi mencakup makna dari kartu Tarot itu sendiri, yang mana makna tersebut saling berhubungan dengan subjek. Hubungan ini dipandang sebagai sebuah sinkronisitas antara subjek dan kartu Tarot. Ketika akan melakukan interpretasi untuk menemukan makna, penulis berpegang pada salah satu teori interpretasi yang dikemukakan oleh Paul Ricoeur (1976). Di dalam bukunya, Interpretation Theory: Discourse and the Surplus of Meaning, Paul Ricoeur mengatakan bahwa, apapun persoalan yang dibawa ke dalam bahasa dengan mempergunakan simbol, namun tidak pernah secara sempurna tergambarkan dalam bahasa, adalah sesuatu yang mempunyai kekuatan, tangguh dan penuh energi. Hal ini menjelaskan bahwa manusia ditengarai sebagai suatu kekuatan untuk eksis, yang secara tidak langsung dikenali dari keseluruhan jalan hidupnya.
Tabel 5.




Hal yang dikemukakan oleh Paul Ricoeur tersebut juga dipertegas oleh Hans-George Gadamer, seorang ahli filsafat di bidang hermeneutika. Menurut Gadamer (2013), kebenaran justru dapat dicapai melalui keterlibatan dan dialog serta penggabungan visi secara kreatif dan intens dengan objek yang dikaji. Maka penggunaan bahasa dipahami sebagai alat untuk mencari kebenaran, yang oleh Gadamer, dikatakan bahwa, kebenaran tersebut harus dipahami sebagai sebuah ketersingkapan atau ketidaktersembunyian. Hal ini didasarkan bahwasanya manusia itu bisa memahami. Oleh karena itu, bahasa tidak pernah bermakna tunggal. Bahasa selalu memiliki beragam makna. Beragam makna di dalam bahasa menandakan adanya sesuatu yang bersifat esensial, tetap, dan universal di dalam bahasa itu sendiri. Artinya bahasa itu memiliki sesuatu yang sifatnya khas pada dirinya sendiri, dan lepas dari pikiran manusia. Di dalam bahasa terdapat pengertian, dan tugas pokok dari interpretasi adalah memahami pengertian tersebut, dan membuka kemungkinan bagi pemahaman-pemahaman baru.Maka dalam hal ini, dengan berpijak pada arketip dan karakteristiknya pada tiap-tiap kartu, maka penulis akan dapat menemukan makna klinis atau pemahaman baru yang bermakna secara klinis melalui wawancara atau proses dialektika antara pemeriksa dan subjek. Hasil wawancara yang diperoleh kemudian dibuat asesmen, dimana asesmen yang dimaksud di dalam psikologi klinis ialah pengumpulan informasi untuk digunakan sebagai dasar bagi keputusan-keputusan yang akan dikumpulkan oleh tim peneliti (Bernstein & Nietzel. 1980). Penemuan makna klinis tersebut mengindikasikan bahwa terdapat masalah dan kemudian masalah tersebut menjadi tugas seorang pemeriksa untuk membawanya ke alam sadar melalui proses dialektika.
SIMPULAN
Pengukuran Kepribadian.Berdasarkan fungsinya, Tarot dapat dikategorikan termasuk kelompok tes proyektif karena berfungsi untuk memeriksa kepribadian, terutama untuk mengungkapkan dinamika kepribadian dalam kaitannya dengan fungsi ego. Tes proyektif berguna untuk mengungkap hal-hal yang kurang atau tidak disadari. Fungsi kepribadian individu di dalam Tarot dipotret secara dinamis. Artinya, di dalam Tarot kepribadian dipahami saat berfungsi dalam situasi sosial.
Pendekatan Ilmiah.Penggunaan Tarot di dalam asesmen lebih mendasarkan pendekatannya pada metode ideographic yaitu dengan prinsip atau kaidah khusus, dimana individu dilihat sebagai makhluk yang unik.Meskipun demikian, bukan berarti Tarot tidak dapat digabungkan dengan alat tes yang lain untuk asesmen. Justru adanya kombinasi antara Tarot dengan alat tes lain dapat dimanfaatkan untuk saling mendukung dan saling melengkapi karena pemahaman akan dinamika kepribadian yang dihasilkan oleh Tarot bersifat integral, yaitu saling melengkapi dengan alat tes lain yang mengungkap dimensi mental (mind), fisik (body) dan juga roh (spirit).
SARANPenelitian ini memiliki keterbatasan dalam merefleksikan realitas objektif atau pengalaman subjektif. Hal ini disebabkan karena subjek rentan dipengaruhi oleh konteks dan warisan budaya mengenai bagaimana seseorang harusnya bersikap terhadap topik tertentu. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menyiasati kekurangan ini dengan penelitian yang mengedepankan integrasi dengan berbagai alat ukur yang dapat mengungkap dimensi mental (mind), fisik (body) dan juga roh (spirit)

DAFTAR PUSTAKAAssagioli, R. 1965. Psychosynthesis: A collection of basic writings. New York: Penguin.Assagioli, R. (1991). Transpersonal development: The dimensions beyond Psychosynthesis. London, England: Crucible.Bair, Deirde. 2004. Jung: A Biography. New York: Back Bay Books.Bernstein, Douglas A., Nietzel, Michael T. 1980. Introduction to Clinical Psychology. New York: McGraw-HillBlackmore, Susan J. 1983. Divination With Tarot Cards: An Empirical Study. Society for Psychical Research 52, 794Case, Paul F. 1920. In Introduction to the Study of the Tarot. New YorkCoster, Philippe L. De. 2010. The Collective Unconscious and Its Archetypes. Belgium: Satsang Press – Gent Dostal, Robert J. The cambridge companion to GADAMER. Cambridge: Cambridge University PressGadamer, Hans-George. 2013. Truth and Method. London: Bloomsbury AcademicJung, C.G. 1933. Transkrip Seminar oleh Carlg Jung. Transkrip (tidak diterbitkan)Jung, C.G. 1964. Man and His Symbols. New York: DoubledayJung, C.G. 1991. The Archetypes and the Collective Unconscious. 2nd Edition. Collected Works of C. G. Jung, London: Routledge. ISBN 978-0-415-05139-2Noesjirwan, Z.F. Joesoef. 2000. Konsep Manusia Menurut Psikologi Transpersonal. Yogyakarta: Pustaka PelajarRicoeur, Paul. 1976. Interpretation Theory: Discourse and the Surplus of Meaning. Texas Christian University Press: TexasWilber, Ken. 1975. Psychologia Perennis: The Spectrum of  Consciousness. Journal of TranspersonalPsychology, Vol. 7, No.2Wilber, Ken. 1997. An Integral Theory of Consciousness.  Journal of Consciousness Studies, 4 (1) 71-92.

 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 03, 2017 21:41

April 1, 2017

Tentang Seorang Wanita Berbunga Camelia

"Tentang Seorang Wanita Berbunga Camelia"Oleh: Rangga Wirianto PutraSehr langsam und schmachtend //Berjalan dengan sangat lambat dengan tatapan penuh duka nestapa

Berlin. Desember. 2011
“Maaf, Madame, saya terlambat datang untuk mengunjungi anda bulan ini.”Aku menggenggam tangannya kemudian meletakkan sebuah bingkisan yang kubawa di atas meja, di samping ranjangnya. “Tidak apa-apa, anakku. Sudah terlalu banyak yang datang dan pergi begitu saja dari hidupku. Aku telah terbiasa dengan itu.” “Saya juga membawakan anda setangkup roti dan beberapa buah telur sebagai sarapan pagi ini. Saya harap anda menyukainya…”“Oh ya? Itu adalah sarapan yang paling saya suka. Jika kamu sudah tua nanti, kamu akan tahu betapa berharganya perhatian-perhatian kecil seperti yang engkau lakukan padaku ini, Nak.”“Dengan senang hati, Madame.” Aku mengambil posisi duduk di sisi ranjangnya, “jadi, bagaimana hari-harimu?”“Tidak terlalu banyak perubahan. Hidupku seperti mentari yang datang dan pergi seperti biasa kulihat dari balik jendela. Hanya saja, musim dingin seperti ini mengingatkanku pada beberapa puluh tahun yang lalu.”“Ada apa dengan tahun itu? Maukah anda berbagi dengan saya, Madame?”Sebelum menjawab, untuk beberapa detik, Madamemengalihkan pandangannya dariku. “Saat itu, usiaku sekitar sepuluh tahun. Salju yang turun di halaman dan di atas atap rumahku tidak lebih besar daripada keinginanku untuk membuat kue.” Pandangan Madamekembali ke arahku. “Nak, aku adalah seseorang yang sejak sadar bahwa aku bisa memasak dan hasil masakanku tidak terlalu jelek, aku selalu memasak makanan untuk diriku sendiri. Beberapa tahun berlalu seperti itu, hingga aku dapat hidup mandiri dengan menjual roti-roti buatanku ke berbagai toko roti di Kota Pesaro. Hasil yang kuperoleh kugunakan untuk membiayai pendidikanku di konservatori. Tekadku untuk bernyanyi di Gedung Opera membuat usahaku lebih besar dari siapapun.Setiap harinya, aku hanya dapat menghabiskan waktu empat hingga lima jam untuk tidur dan beristirahat, selebihnya kugunakan untuk membuat roti dan berlatih. Setiap aku mengaduk adonan roti menggunakan tanganku, mulutku seperti komat-kamit karena menghafal karya-karya Puccini, seperti La Bohème, Madama Butterflybahkan Turandot. Suatu hari, setangkup adonan roti yang kubuat ternyata gagal. Sambil berjalan ke pembuangan sampah aku melantunkan, Era desso il figlio mio, sebuah aria dari Lucrezia Borgia untuk setangkup roti yang malang tersebut. Bukan maksudku untuk mendramatisir keadaan, aku tidak menyedihkan seperti itu. Tetapi aku harus tampil membawakan Lucrezia Borgia beberapa minggu kemudian. Ketika itu, teman-teman seangkatanku di konservatori mengejekku karena aku lebih suka membawakan aria dari opera-opera tragis. Tetapi, sekarang aku mengerti, hidup itu sendiri adalah seperti pertunjukan sebuah Opera. Semua yang ada di panggung adalah cerminan dirimu, tanpa terkecuali.Di satu sisi, kamu harus menjadi Violetta Valéry ataupun seorang Carmen, walau di kehidupanmu yang nyata, kamu adalah seorang wanita rumahan. Di sisi yang lain, kamu harus menjadi Cio-Cio-San dalam Madama Butterfly. Sedangkan di kehidupanmu yang sebenarnya, kamu harus berjuang bahkan lebih terlihat seperti pengemis cinta kepada seorang pria, agar ia mau untuk setidaknya membisikkan selamat malam di telingamu, sebelum kau beranjak tidur.”Madamekembali menatap ke arah mataku, dan aku pun membalasnya sambil mengulurkan tanganku untuk menggenggam tangannya.“Bagaimanapun juga, terkadang, di dunia ini, kita harus berada dalam keadaan yang berbeda sekaligus, Nak. Tidak perduli apa yang akan kau lakukan untuk hidupmu dan dengan cara apa kau melakukannya, itu adalah urusanmu. Tetapi, kita hidup cuma satu kali. Waktu, hati dan tubuh kita hanya kita miliki saat ini; tubuh tidak akan pernah bisa kembali dan waktu pun tidak pernah berulang. Sekali kita melangkah, apapun hasilnya kelak, tidak mungkin untuk mundur ke belakang.Setelah kita menjalani kehidupan yang begitu panjang, biasanya kita akan tersadar tentang waktu setelah hati mulai rapuh dan tubuh kian renta. Tidak ada lagi yang ingat tentang siapa kita dan tidak pula ada yang bertepuk tangan untuk kita. Musik telah selesai dimainkan, tirai sudah diturunkan. Yang tersisa hanyalah kesedihan, karena kita terlambat menyadari bahwa kekayaan yang kita miliki ternyata tidak akan pernah bisa membeli kebahagiaan.”“Madame, apakah hal itu yang anda alami?”“Iya, Nak. Meski tidak terlalu buruk,” jawab Madame. Lalu, aku dan Madame saling menghela napas panjang. “Anakku, aku tidak pernah iri dengan masa mudamu karena aku melewatinya dengan caraku sendiri. Tetapi, engkau harus melihat pada masa tuaku yang seperti ini.”Aku terus mendengar cerita yang keluar dari mulut Madame. “Madame…”“Yess, my dear,”“Bagaimana agar kita bisa lepas dari belenggu yang terkadang menghantui hidup kita?” aku mengumpulkan keberanianku untuk bertanya. Selain karena aku ingin mendengar jawaban darinya, inilah alasanku yang terbesar berada disini, saat ini, untuk lebih mengerti tentang bagaimana caranya ‘menerima dan berdamai’.“Bagaimana caranya melepas? Ah! Aku menganggap kamu sedang bercanda, anakku. Tetapi baiklah, aku akan coba menjawabnya semampuku. Bagaimana caranya melepaskan diri dari belenggu kehidupan? Ya tidak ada cara lain selain kita tidak hidup lagi.”“...”“Setiap yang hidup membawa beban pada porsinya masing-masing. Hanya saja, ketika kamu mulai melihat dengan matamu, mendengar dengan telingamu, merasa dengan hati dan pikiranmu, itu semua akan terasa lebih ringan, Nak. Walaupun, tidak semua yang kamu lihat, dengar dan rasa itu benar. Itulah pentingnya sebuah kontemplasi dalam hidup ini, ketika kita bisa bertanya pada diri kita sendiri. Karena kita adalah manusia, sesuatu yang terbaik yang pernah tercipta di muka bumi ini.”“…”“Bahkan, ketika kita merasa resah terhadap sesuatu yang terjadi di luar kuasa kita sehingga tidak jarang kita merasa pusing karenanya. Yakinlah, bahwa itu adalah pertanda bahwa kita sedang tumbuh. Hal itu pula yang dirasakan oleh seorang anak kecil di dalam dirinya, ‘kapan aku bisa berdiri, bisa berjalan kemudian berlari seperti orang itu?’ Buka matamu, itu adalah pertanda bahwa kita sedang tumbuh, Nak.”Madame Eva benar. Kita semua ini sedang tumbuh dengan membawa beban pada porsinya masing-masing. Seorang anak kecil tidak akan dituntut untuk berlari. “Setelah sejauh ini, hal apakah yang paling berkesan dalam hidup anda, Madame?” aku kembali bertanya.Madame Eva menyibakkan sedikit selimut yang membalut tubuh rentanya. “Ketika malam itu, Italia bernyanyi sekaligus berderai air mata.”“Ohya? Bisakah anda cerita tentang itu?”“Tentu, anakku. Bahkan, rasanya masih sama, seperti saya masih berada di La Scala saat itu,” perlahan, Madame Eva mengambil tongkatnya di sisi ranjangnya dan mulai berdiri, aku membantunya dan beliau mengucapkan terimakasih padaku. Madamemengambil sebuah piringan hitam dari lemari tempat ia biasa menyimpan koleksi piringan hitamnya, lalu memutarnya pada sebuah gramofon tua berwarna kuning.Eva Mafalda. Giuseppe Verdi: La Traviata. La Scala, Milan, Italia. 1959.
“La Traviata, sebuah Opera paling terkenal karangan Giuseppe Verdi, yang terinspirasi dari sebuah roman berjudul, The Lady of the Camellias.”“…”“Dengar dengan telingamu dan rasakan dengan hatimu bagaimana kejeniusan Verdi ketika menceritakan kembali kisah seorang gadis berbunga camelia, Violetta Valéry, yang memiliki takdir mencintai tanpa mungkin untuk memiliki. Meskipun demikian, ia memilih untuk tetap bertahan.” Madame menghentikan sejenak perkataannya dan mengambil napas panjang. Lalu beliau melanjutkan, “anakku, tahukah engkau apa artinya bertahan bagi seorang wanita yang tengah jatuh cinta walaupun sebenarnya ia tersiksa dengan cintanya itu?”Aku berfikir sebentar sebelum akhirnya menggeleng perlahan.“Bukan karena kami tidak punya pilihan lain, Nak. Justru, karena kami takut perasaan yang kami miliki saat itu tidak akan pernah terulang lagi pada seseorang yang lain, dan pada waktu yang lain pula. Betapapun, kami harus tersiksa, menderita, bahkan mati karenanya.”Perlahan, Madame tertawa kecil, kemudian melanjutkan tawanya yang lebih besar – kecuali aku.“Di La Traviata, ‘addio del passato’ adalah aria yang sangat kusukai. Aria yang dinyanyikan oleh seorang Violetta Valéry pada saat-saat akhir hidupnya, pada malam hari, ketika ia menunggu Alfredo Germont di dalam kamar mewahnya. Namun, pemuda yang dicintainya tidak kunjung datang, hingga Violetta menghembuskan nafas terakhirnya di atas tempat tidur itu. E' strano! Cessarono. Gli spasmi del dolore. In me rinasce m'agita. Insolito vigore. Ah! Ma io ritorno a viver! Oh gioiaHände, laßt von allem Tun,Stirn, vergiß du alles Denken,alle meine Sinne nunwollen sich in Schlummer senken.Tangan, hentikan semua pekerjaanmu.Kepala, lupakan semua beban pikiranmu itu.Semua inderaku kini merindukan untuksekedar tenggelam dalam lelap tidurku.
Und die Seele unbewachtwill in freien Flügen schweben,um im Zauberkreis der Nachttief und tausendfach zu leben.Wahai jiwa-jiwa yang terbelengguDan harapan yang ingin membubung tinggi, setinggi-tinginyaMasuklah ke dalam pesona lingkaran malamHingga dapat bercahaya dalam seribu kehidupan
Madame, anda luar biasa,” aku memujinya sambil menepuk kedua telapak tanganku untuknya.“Jangan ucapkan lagi kata-kata itu, anakku. Aku sudah puas mendengar semua itu, tetapi pada akhirnya, wanita yang mendapat pujian itu harus berakhir di sebuah panti jompo seperti ini.”“Setidaknya, ada seorang lelaki, yang setiap minggu mengunjungimu, menemanimu, dan berbagi cerita denganmu, Madame,” aku berkelakar di sela air mataku.Madame Evasempat terkekeh, dan aku pun mengikutinya. Bersama Madame, aku merasa bisa menjadi diriku sendiri, memuji diriku sendiri bahkan sekaligus menertawakannya. Berada di dekatnya, walaupun ia sudah sangat tua dan renta, tetapi aku merasa nyaman dan damai seperti berada di dekat orang tuaku sendiri; seseorang yang selalu rindu akan kehadirannya dan berharap tawa yang keluar dari bibirnya.Perlahan, aku mencoba memegang badan Madame dan menuntunnya kembali ke atas tempat tidur, merebahkan tubuhnya dalam posisi duduk kemudian menyandarkan kepalanya dengan bantal. Lagi, ia mengucapkan terimakasih padaku.“Hal kedua yang ingin kutanyakan pada anda adalah, menurut anda, nilai apa yang ingin anda berikan pada kami yang masih muda ini,  jika nanti umur kami dipanjangkan seperti anda?”“Menjadi tua itu pasti, Nak. Tetapi, menjadi tidak berguna karena umurmu itu adalah pilihan.” Aku kembali tersenyum mendengar jawaban Madameyang sangat spontan itu. "Letakkan penghargaanmu yang tertinggi pada mereka yang menua dengan dedikasi dan bijaksana. Karena percayalah, Nak, itu bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Lalu, apa hal yang ketiga?"“Kenapa anda ingin menghabiskan masa tua anda di Berlin? Bukankah anda lahir di Italia?”“Lebih tepatnya di Pesaro, Nak, sebuah kota yang berada di wilayah Marche yang terletak di pantai Adriatik. Walaupun Pesaro hanyalah sebuah kota kecil, tetapi ia begitu damai. Kedamaiannya terletak pada keindahan pegunungan yang berpadu dengan eksotika laut Adriatik dan kesegaran air dari sungai Foglia, yang mampu menginspirasi Simone da Pesaro lalu menghasilkan sebuah karya luar biasa, Allegory of the Foglia River with the Coat of Arms of Pesaro. Sebagai seorang Italia dengan setengah darah Jerman, aku merasa mempunyai dua buah rumah di dunia ini. Italia, tempatku hidup, mencari uang dan menemukan cintaku. Tetapi pada akhirnya, Berlin adalah tempatku kembali. Bahkan, bau tanah kering ketika diguyur hujan pun dapat kucium berbeda di kedua tempat itu. Bau tanah kering ketika diguyur hujan di Italia mengantarkan lamunanku akan cinta dan keriuhan tepuk tangan penonton setelah aku tampil di Teatro alla Scala dan Arena di Verona. Tetapi, di Berlin, baunya mengingatkanku dan mengantarkanku pada Sang Pencipta tubuhku ini, melalui perjalanan yang dinamakan kematian. Walaupun demikian, keduanya selalu membuatku ingin kembali.”“Kalau begitu, apakah arti kematian menurut anda, Madame? Dan, apakah anda menakutinya?”“Strauss pernah berkata, ‘saat kematian mulai mendekat, roh mulai meninggalkan jasadnya untuk menuju suatu kehidupan yang indah dan abadi’. Yang harus ditakuti itu bukanlah kematian, melainkan kehidupan yang menjadikanmu seperti mati. Karena mungkin, kematian hanyalah seperti tidur panjang, dan memang tidak ada yang perlu ditakuti darinya. Jika kamu telah menerima dan memaafkan semua yang terjadi dalam hidupmu, maka mimpi di dalam tidurmu akan indah. Tetapi jika tidak? Maka kau tahu jawabannya.”Aku tersenyum cukup lama karena aku tiba-tiba merasa telah menemukan suatu kepingan yang hilang dari dalam diriku yang kucari selama ini. Dimana justru, kepingan itu kutemukan di tempat yang sangat jauh, ribuan kilometer dari seorang wanita tua, yang siapa sangka memiliki hati yang sangat mulia, seperti air mata. Kebanyakan orang tua seusia dirinya mungkin akan menghabiskan hidupnya dengan umpatan, makian dan cacian terhadap masa lalunya, tetapi Madame Eva melakukan hal yang sebaliknya.Ada sebercak kebanggaan yang kurasa terhadap diriku sendiri. Aku merasa keputusanku tidak salah dan skenario hidupku tidak cacat sedikitpun. ‘Tuhanku yang maha pengasih, terimakasih atas bimbingan-Mu dan tetaplah memelihara tubuh serta langkahku agar selalu berjalan bersama-Mu’. Aku menyilangkan tanganku ke kening dan dadaku, pertanda bahwa apa yang kupikirkan direstui oleh hatiku. Kemudian, aku mengucap ‘Amin’.“Apakah anda telah menerima dan memaafkan segala yang terjadi dalam hidup anda, Madame?”“Tentu, Nak. Aku menerima dan memaafkan segala hal yang belum terjadi, yang hampir terjadi, yang telah terjadi dan yang akan terjadi nantinya dalam hidupku. Bukankah aku sering berkata padamu bahwa, mimpi-mimpiku selalu indah dan hatiku selalu damai?”“Ya,” aku mengangguk perlahan sambil tersenyum. Kemudian aku melihat ke arah jam di pergelangan tanganku yang memberikan tanda bahwa waktunya istirahat untuk Madame Eva telah tiba. Sebelum aku pulang, aku memperbaiki posisi tubuhnya di atas tempat tidur, agar ia bisa nyenyak dalam tidurnya, kemudian menyelimutinya, mematikan lampu utama dan bertanya, “Madame, apakah anda ingin saya membuka kain gorden itu?” sebuah pertanyaan yang selalu kutanyakan walaupun biasanya Madame akan menjawabnya dengan kata ‘tidak’.“Danke schon, du bist sehr nettBeglückt darf nun dich, o Heimat, ich schauen,und grüßen froh deine lieblichen Auen;nun lass' ich ruhn den Wanderstab,weil Gott getreu ich gepilgert hab'.Blest, I may now look on thee, oh, my native land,and gladly greet thy pleasant pastures;now I lay my pilgrim's staff aside to rest,because, faithful to God, I have completed my pilgrimage!Durch Sühn' und Buß' hab' ich versöhntden Herren, dem mein Herze frönt,der meine Reu' mit Segen krönt,den Herren, dem mein Lied ertönt.Through penance and repentance I have propitiatedthe Lord, Whom my heart serves,Who crowns my repentance with blessing,the Lord to Whom my song goes up!Der Gnade Heil ist dem Büßer beschieden,er geht einst ein in der Seligen Frieden!Vor Höll' und Tod ist ihm nicht bang,drum preis' ich Gott mein Lebelang.Halleluja. Halleluja in Ewigkeit, in Ewigkeit!The salvation of pardon is granted the penitent,in days to come he will walk in the peace of the blessed!Hell and death do not appal him,therefore will I praise God my life long.Alleluia! Alleluia in eternity!(“Pilgrim's Chorus” from ‘Tannhäuser’ by  Richard Wagner)


(Italia) “Ini aneh. Rasa sakitku telah sirna. Aku merasa terlahir kembali dengan kekuatan yang baru, dalam jiwa yang baru. Ah! Tapi aku akan kembali hidup, wahai kebahagiaan.” Kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Violetta Valéry sebelum akhirnya ia mati. Orang yang mempunyai jabatan tertinggi dan memiliki kuasa penuh atas siapa saja yang telah pantas menaiki panggung Teatro alla Scala. (Italia) Endless applause. Tepukan tangan paling panjang dan meriah yang diberikan oleh para penonton setelah pertunjukan Opera. Lagu terakhir, karangan Richard Strauss (1948), yang terdiri dari empat siklus lagu, Frühling (Musim Semi), September, Beim Schlafengehen (Di Saat Tidur) dan Im Abendrot (Cahaya Masa Senja). (German) Terimakasih banyak, kamu baik sekali. (German) Tannhäuser und der Sängerkrieg auf Wartburg atau Tannhäuser dan Kontes Bernyanyi di Kastil Wartburg. Opera ini menceritakan tentang perjuangan demi sebuah penebusan cinta suci yang dibumbui dengan hal-hal yang bersifat keduniawian. Tannhäuser dianggap salah satu karya Richard Wagner yang paling matang.(German) The Ring of the Nibelung/The Ring Cycle atau Siklus Cincin. Merupakan karya masterpiece Richard Wagner yang diangkat berdasarkan Mitologi dari Bangsa Nordik. Mitologi tersebut berisi kisah-kisah tentang makhluk supernatural, kosmologi, dan mitos-mitos yang ditulis berbentuk puisi atau prosa. (German)The Flying Dutchman atau Orang Belanda Terbang. Opera ini menceritakan tentang sebuah mitos yang berlaku di Negara Belanda tentang seorang pelaut yang menjual jiwanya pada setan dan hanya bisa ditebus oleh cinta seorang wanita yang setia. Karena, Wagner berpendapat bahwa, ‘wanita itu mempunyai tingkat kesetiaan yang paling tinggi, bahkan sampai ia mati’. (Italia) Aku benar-benar membutuhkanmu dan karena kamu membuatku merindukanmu. (Italia) Pelukan terhangatku untukmu.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 01, 2017 21:12

The Professor (Cerpen)

The ProfessorRangga Wirianto Putra
Pagi itu hariku dibuka dengan kicauan burung gereja yang entah bagaimana bisa masuk ke kamar mandiku. Sambil membersihkan bekas cukuran di rahangku, aku melihat burung tersebut dari sebuah kaca di hadapanku. Aku tersenyum, senyumku yang pertama pada pagi hari itu.Setelah selesai, aku menghampiri burung malang yang dari matanya dapat kulihat rasa takutnya padaku. Sambil bergerak perlahan, aku merengkuh burung itu kedalam tanganku lalu kulepaskan ia kembali dari jendela yang tirainya kusibak setengah. Aku melihat burung tersebut terbang menjauh, semakin jauh lalu menghilang dibalik pepohonan di ujung sana.Pagi ini tidak terlalu panas, pun tidak terlalu redup. Cahaya matahari hanya bergayut dibalik awan tipis yang menjadikannya jatuh seperti sebuah tirai yang dipancarkan ke bumi. Sungguh indah sekali.Lalu aku berjalan ke sebuah meja berwarna putih, mengambil sebuah buku yang pada malam sebelumnya telah selesai kubaca. Kembali aku tersenyum. Bukan, bukan karena aku puas terhadap apa yang ada dihadapanku saat itu, tetapi justeru ketika aku melihat bayanganku pada sebuah cermin yang menampilkan silhouette tubuhku saat tertimpa cahaya matahari pagi yang bersinar malu. Pagiku telah diawali oleh dua senyuman.“Lohengrin, sebuah Overture oleh Richard Wagner” suara seseorang menyentak perhatiaku. “Sebuah musik pembuka yang sangat indah.”“Selamat pagi, Prof,” ujarku ketika kusadar bahwa sang Profesor telah berada di sisi ranjangku. “Selamat pagi, Arnold.”“Ini hari yang cerah, bukan?”“Sungguh, aku tidak melihat keadaan seperti ini selain pada hari ini.” Sang Profesor tersenyum. “Dan anda, lihatlah! Anda terlihat begitu siap untuk melakukan tugas anda hari ini, meskipun bukan yang terakhir,”“Oh, tentu Prof. Melihat anda disini, pada pagi yang cerah ini, seperti sebuah obat yang...”“Kaulah obatnya, Nak. Kekuatanmu ada pada dirimu; kamulah obat bagi dirimu sendiri.”“...karena kita adalah apa yang kita pikirkan, dan kita adalah kekuatan itu sendiri,” ujar kami secara bersamaan, bahkan nyaris tanpa komando.Lalu sang Profesor membelai rambutku yang tidak begitu tebal memang, tetapi jika kau sedang menjalani seperti apa yang sedang kujalani, semua keadaan yang kualami saat ini tidak terlalu berat. “You are a good boy,” ujarnya yang ditelingaku lebih seperti sebuah bisikan. “Kita telah sejauh ini, semuanya baik-baik saja, kan?” sang Profsor tersenyum diujung tanda tanyanya.“Semuanya baik, Prof. Aku akan melakukan tugasku yang terakhir sebelum aku berlalu dari keadaan ini.”“Dan jadikan ini yang terbaik dari yang terbaik yang pernah kau lakukan, Nak.”“Terimakasih, Profesor.”“Apa yang hendak kau sampaikan hari ini?”“Sebuah tema yang sangat menarik, tentang Seorang Kesatria Angsa, seorang pahlawan dan sebuah cinta untuk sebuah Negeri yang sangat indah; Brabant.”“Aku sungguh tak sabar,” ujar sang Profesor yang dari pinggir bibirnya kulihat sejumput lelukan indah, sebuah senyuman.
***Aku memasuki aula. Begitu banyak jenis manusia yang ada dan yang pernah ada di ruangan ini. Ada seorang pengusaha, penguasa, bahkan mereka yang bukan siapa-siapa. Mereka datang dan pergi silih berganti. Ada yang mengenalnya, saling mengenal bahkan tak jarang mereka tidak saling mengenal. Ada yang kemudian pulang ke rumah mereka dan ada pula yang pulang ke haribaan sang pencipta. Semuanya sama, sama-sama berharap untuk kesempatan hidup yang kedua. Ada yang berharap dengan tawa, ada pula yang berharap dengan air mata. Seperti biasa, aku selalu meminta sebuah kursi disebelahku untuk dikosongkan. Kursi tersebut bukan untuk siapa-siapa, karena tidak ada alasan dan penjelasan lain bahwa kursi tersebut adalah kursi Sang Profesor, seseorang yang kepadanya kulihat diriku sendiri: dimana ada tawa darinya maka tawa itupun ada padaku. Dimana ada air di mataku, maka air yang sama pula ada di matanya. Dia adalah tempatku bertanya, bercerita, meski lebih sering berbagi duka. “Tapi tidaklah mengapa,” ujarnya suatu hari. “Setiap orang memiliki cerita tentang kebenarannya sendiri.”Seorang pria paruh baya menaiki sebuah panggung tempat semua orang diruangan ini dapat bercerita tentang apapun, tentang siapapun tetapi ada satu peraturan yang harus dipatuhi oleh semua orang, tidak boleh ada yang saling menjatuhkan nilai apalagi menyalahkan, hanya boleh bertanya. Forum yang diadakan satu kali dalam seminggu ini dinamakan forum saling berbagi cerita. Dan hari ini aku mendapat giliran ketiga untuk menaiki panggung tersebut untuk bercerita tentang apa saja.Orang pertama yang menaiki panggung tersebut memulai ceritanya dengan sebuah pengakuan dosa. Meskipun ia bukanlah satu-satunya orang yang pernah melakukannya tetapi sebagai sebuah pembuka ia berhasil membuat hampir semua orang diruangan ini mengeluarkan bulir air dari sudut matanya. Ia telah membuang keluarganya karena ia merasa menjadi seorang kepala keluarga yang gagal. Kira-kira begitu isi dari pengakuan dosanya dan kiranya Tuhan yang maha pengampun dapat mengampuni kekeliruannya, begitu kataku dalam hati. Sebelum ia mengakhiri ceritanya, ia mengatakan bahwa kemoterapi yang dijalaninya hanya tersisa satu kali lagi sebelum ia dapat memasuki tahap pengobatan selanjutnya hingga tahap recovery dan dinyatakan sembuh. Semua yang ada diruangan memberikan tepukan tangan kepada sang lelaki.Orang kedua yang menaiki panggung adalah seorang wanita yang paut usianya hanya beberapa bulan denganku. Aku sering melihatnya di taman belakang sambil membaca sebuah buku di tangannya. Apakah itu buku motivasi atau buku cerita, yang kutahu hanya buku saja. Jika matahari bersinar terang, dapat kulihat warna cokelat keemasan dirambutnya yang perlahan menipis dari hari ke hari. Tetapi jika cahaya matahari tertutup oleh awan, kulit putihnya bagaikan sebuah penerang dan rambutnya yang tertiup angin seperti sekelebatan damai yang dibawa jatuh dari Syurga ke Dunia.Beberapa hari berikutnya aku kembali bertemu dengannya disebuah lorong, aku tersenyum dan senyumku berbalas. Jika ada yang mengatakan bahwa sesuatu yang besar dimulai dari hal-hal kecil, mungkin itulah yang sedang kualami saat itu. Bukankah hanya diperlukan sepercik api untuk membakar berhektar-hektar belantara hutan? Begitu seorang bijak pernah berkata.Namanya adalah Barbara, ibu dari seorang anak yang tak pernah lahir ke dunia. Ia mentasbihkan bahwa dirinya adalah wanita yang paling tak berbahagia di dunia, sang suami mencampakkannya karena tak kunjung memiliki keturunan. Pernah ia berkata bahwa hidupnya telah berakhir pada saat keluar dari ruang pengadilan. Tetapi pada saat ini, dari atas panggung ini, ia berkata bahwa ia adalah wanita paling berbahagia di dunia, karena telah diberikan kesempatan hidup untuk yang kedua. Beberapa kali kudapati ia menatap ke arahku, meskipun ia tersenyum tidak hanya untukku tetapi kutahu bahwa pada hari ini ia sedang berbahagia dan bahagianya diliputi oleh cinta. Kuberitahu padamu bahwa ada sebuah legenda turun temurun yang mengatakan bahwa 13 hari setelah seorang wanita menyelesaikan menstruasinya, maka ia akan tampak bagaikan seorang bidadari yang dari matanya hanya memancarkan dua hal, cinta dan keinginannya untuk bercinta. Kepada Barbara, hari ini aku melihat cinta dibalik matanya yang bulat dan berwarna kecokelatan itu.Aku melihat ke arah Sang Profesor, ia mengangguk satu kali. Aku tersenyum.Barbara bercerita tentang masa lalunya yang tak bahagia, tentang Ayahnya yang meninggalkannya dengan Ibu dan kedua orang adik laki-lakinya. “Ketika anda ditinggalkan, hal itu tentu tidaklah mudah. Anda harus sekuat tenaga untuk bertahan sekaligus meyakinkan diri anda bahwa dunia anda tidak perlu berakhir. Meninggalkan dan ditinggalkan itu hanyalah sebuah siklus; sebuah lingkaran setan yang jika hari ini tidak anda putuskan maka ia akan membuat sejarah kelam hidup anda kembali berulang. Ibu Saya pun pernah ditinggal oleh orang tuanya, ia mengatakan bahwa hidup ini tidak pernah adil baginya. Lihatlah diri kita sekarang, apa yang sedang kau pikirkan? Apakah kita sedang memikirkan hal yang sama? Satu kali dalam seminggu kita bertemu di ruangan ini, hampir semuanya aku mendengarkan kisah yang serupa diantara kita, sesuatu yang berakhir dengan ketidakbahagiaan. Tempat ini adalah cara kita untuk menerima ketidakbahagiaan menuju sebuah kebahagiaan. Menerima diri kita sendiri berikut dengan apa yang telah kita alami.” Maka demikianlah Barbara menutup ceritanya dengan sebuah larik dari drama Shakespeare yang paling terkenal dengan diiringi tepukan tangan dari seisi ruangan.Kini giliranku untuk menaiki panggung. “Hari ini aku telah berhasil menamatkan sebuah buku, buku yang kubaca sejak beberapa hari yang lalu,” sebuah pembukaan yang cukup baik, pikirku. “The Knight of the Swan, kisah tentang Lohengrin, sang kesatria angsa, sang penyelamat untuk negeri yang sangat indah, Brabant. Tahukah anda bahwa kita semua, termasuk yang berada di tempat ini memiliki kekuatan yang luar biasa sehingga semua dari kita masih dapat hadir didalam forum yang teramat bahagia ini?”Tidak ada yang menjawab. Aku menerka mereka belum mengerti. “Begini aku memulai ceritaku. Di sebuah negeri yang jauh, seorang Kesatria mendatangi sebuah negeri dengan mengendarai kereta yang ditarik oleh seekor angsa yang sangat cantik untuk menyelamatkan negeri tersebut dari keruntuhan dan kehancuran. Tetapi Sang Kesatria mengajukan sebuah sarat yang mutlak harus dipatuhi oleh penduduk negeri tersebut: jangan pernah bertanya tentang jati diri Sang Kesatria. Semua orang menyetujui persaratan tersebut. Dengan kekuatan dan kebijaksanaannya, ia berhasil membawa negeri tersebut keluar dari malapetaka dan kehancuran sehingga Elsa, Putri Raja tertarik padanya dan akhirnya mereka pun menikah dan hidup bahagia. Tetapi pada suatu hari, sang Putri bertanya tentang pertanyaan terlarang kepada Sang Kesatria tentang jati dirinya. Sang Kesatria menjelaskan siapa dirinya dan darimana ia berasal. Kesatria tersebut bernama Lohengrin dan ia adalah Putra dari Perceval. Tetapi kemudian Sang Kesatria kembali ke singgasananya diatas sebuah perahu yang ditarik oleh angsa yang sangat cantik, pergi dan tak pernah kembali.”Aku menarik jeda dengan melihat sekeliling. Aku melihat ke arah Sang Profesor, dengan tangan bersedekap di dada, ia seakan ingin menelanjangiku di akhir ceritaku seperti yang selama ini ia lakukan. Aku mengalihkan tatapanku pada Barbara, tatapannya mengisyaratkan padaku agar aku melanjutkan ceritaku.“Tragedi, ketidakbahagiaan, ketidakberdayaan dan beban hidup yang begitu besar kadang membuat kita mempertanyakan kekuatan di dalam diri kita sendiri, ‘apakah benar aku sekuat itu?’ Manusia dianugerahi kekuatan sekaligus kelemahan, itu benar. Manusia dianugerahi rasa yakin dan rasa ragu, itu juga benar. Jangan pernah bertanya tentang apa dan darimana kekuatanmu itu, hanya hadapilah saja, bertarunglah saja untuk menerima diri anda sendiri berikut keadaan yang menyertainya. Karena mungkin saja, semua yang kita derita disini adalah manifestasi metafisis dari beban yang tak terselesaikan, yang bersemayam di dalam pikiran kita. Sedangkan kita lupa bahwa hidup itu selalu menuju titik keseimbangan; ada saatnya menerima dan ada pula saatnya untuk melepaskan. Hidup tidak akan pernah adil bagi mereka yang selalu mengeluh. Tetapi hidup akan selalu memiliki kesempatan kedua jika anda telah menerima siapa diri anda berikut dengan masa lalu anda.”“Dengan apakah anda menamakan kekuatan itu?” seorang pria bertanya kepadaku.“Aku menamakannya dengan sebuah kata yang sangat indah, yaitu cinta.”“Jika begitu, mengapa sangat terlarang bagi anda untuk menerjemahkan cinta?”“Ketika anda menerjemahkan cinta sebagai sebuah kekuatan maka cinta itulah yang pada akhirnya akan melemahkan anda. Jika anda menerjemahkan cinta sebagai sebuah kelemahan, maka cinta akan berubah menjadi kekuatan yang – bahkan – dapat menghancurkan apapun termasuk diri anda sendiri. Jika anda mendustakan cinta dengan mengatakan bahwa cinta itu tidak ada, semakin anda diperbudak oleh nafsu anda untuk mencintai. Tetapi sebaliknya, semakin anda memuja cinta, cinta akan menyerang anda dengan jumlah berlimpah-limpah dalam bentuk cinta-cinta yang lain, yang membuat anda bingung karena anda merasa bertanggung jawab untuk mencintai semuanya.Semakin anda menggenggam cinta, semakin anda membutukan lebih banyak cinta dan menjadikan anda seperti seseorang yang sedang dahaga, yang jika kepada anda diberi tujuh samudera pun tidak akan menghilangkan dahaga itu. Biarkanlah saja ia menjadi tataran diluar batas kemampuan manusia untuk menerjemahkannya. Cinta, laiknya hakikat alam semesta itu sendiri yang menyisakan ruang yang kita sebut sebagai ruang misteri, sebuah dimensi yang padanya tidak berlalu satuan ukuran apapun. Semakin anda menakarnya untuk kemudian menerjemahkannya, semakin anda terjebak didalam takaran itu, karena ia menerangi sekaligus membingungkan. Yang terjadi kemudian, seperti Sang Kesatria angsa yang berlalu dengan kereta angsanya, pergi menjauh dan tak pernah kembali.”Satu tepukan tangan diiukuti oleh hampir seluruh isi ruangan ini, tak terkecuali oleh Sang Profesor dan tentu saja, si wanita cantik berambut kecokelatan yang ketika itu aku melihat tatapan penuh cinta dari matanya. Aku mengakhiri sesi pada hari itu dengan penutupan yang paling meriah.Setelah sesi berakhir, beberapa orang menghampiriku termasuk Barbara. Ia memelukku dan mengatakan bahwa penampilanku luar biasa. Maafkan aku jika aku harus mengatakan bahwa hanya satu sosok yang selalu kutunggu arahan darinya, sosok yang selalu membelai rambutku, menatap dalam ke mataku dan tersenyum sambil mengatakan bahwa aku telah memberi penampilan yang luar biasa. Tentu saja sosok tersebut adalah Sang Profesor, sesosok yang pada kerutan di wajahnya aku dapat mempelajari banyak hal. Sosok yang pada rambut putihnya aku belajar tentang sebuah kekuatan dan kebijaksaan dalam hidup lalu membaginya kepada mereka yang bersedia mendengarnya.Sang Profesor telah mengajarkan banyak hal padaku, ya hanya kepadaku seorang.Tetapi, aku tak melihat Sang Profesor. Aku menduga ia telah menungguku di kamar rawatku yang beberapa jam lagi – dengan sedih – akan kutinggalkan. Tetapi hingga saat aku mengemasi barangku dan mengurus kepulanganku, aku tak kunjung melihat Sang Profesor, dimanapun. Sang profesor telah pergi.Tetapi aku masih berharap jika suatu saat ia akan kembali mengunjungiku dan kembali mengajariku banyak hal, karena hanya aku yang dapat melihat sang professor, bukan mereka dan bukan siapa-siapa. Hanya aku, dariku, dan hanya kepadaku.Meski  bukan untuk yang terakhir kalinya, aku memeluk erat tubuh Barbara dan berjani akan sering mengunjunginya setiap akhir pekan. Lalu, sebelum aku benar-benar melangkahkan kakiku berjalan keluar Rumah Sakit Kanker ini, kulihat jam dipergelangan tanganku. Hari ini adalah hari Sabtu, 1 April 2017.
Jakarta, 1 April 2017.
Untuk para pejuang kanker.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on April 01, 2017 04:34

March 30, 2017

Investasi Reksa Dana Saham: Cerdas Memilih, Untung Tanpa Letih

Oleh: Rangga Wirianto Putra S. Psi
Dewasa ini Pemerintah sedang marak-maraknya mempromosikan kepada Masyarakat Indonesia untuk investasi tidak hanya pada Perbankan tetapi juga investasi dalam bentuk saham. Tetapi,  kemudian timbul sebuah pertanyaan, apakah masyarakat awam – seperti saya – yang notabenenya tidak memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni terhadap investasi saham kemudian menjadi terhambat untuk berinvestasi dalam bentuk saham?Untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya menilik investasi dalam bentuk reksa dana saham dan kemudian menuliskan artikel ini untuk pembelajaran terutama pada diri saya. Dan saya bukan seorang marketing atau seseorang yang berafiliasi pada perusahaan manajer investasi manapun. Saya adalah adalah murni seorang investor pemula.
Investasi reksa dana saham adalah investasi yang mengalokasikan dananya sebagian besar pada instrumen saham. Investasi Reksa dana jenis ini merupakan investasi dengan imbal hasil tertinggi dibandingkan dengan Investasi Reksa dana jenis lain. Ada berbagai macam produk reksa dana saham yang terdaftar resmi di Otoritas Jasa Keuangan, tetapi reksa dana mana yang patut untuk dipilih?Sebelum memilih, ada baiknya kita melihat apa saja yang menjadi bahan pertimbangan utama dalam memilih suatu produk reksa dana? Tujuannya tentu saja agar kita memilih produk reksa dana yang aman, stabil dan memberikan imbal hasil yang optimal, bukan? Karena memang seperti itulah tujuan dari investasi itu sendiri.
1. LegalitasUntuk mengecek legalitas produk reksa dana dari manajer investasi, anda cukup mengeceknya di OJK atau di http://aria.bapepam.go.id. Pengecekan legalitas ini sangat penting agar anda tidak terjebak pada investasi illegal atau investasi bodong.
2. KinerjaKinerja jangka pendek reksa dana saham dapat dilihat berdasarkan rating meski ratingbukanlah satu-satunya indikator. Ada dua perusahaan yang secara rutin melakukan rating pada reksa dana yaitu Invofesta (www.infovesta.com) dan Morningstar (www.morningstar.com). Keduanya  adalah perusahaan yang menyediakan informasi mengenai kinerja saham, reksa dana, indeks harga dan produk-produk keuangan lainnya. Umumnya indikator yang digunakan sebagai acuan adalah Resiko dan Imbal Hasil, Jumlah Dana Kelolaan, Unit Penyertaan dan Biaya. Rating menunjukkan kinerja reksa dana selama 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun dan secara keseluruhan. Rating yang tinggi bukan berarti menjamin imbal hasil yang tinggi pula pada masa mendatang, tetapi kinerja reksa dana tersebut dapat dikategorikan cukup memuaskan selama beberapa waktu kebelakang.
3. “Kepribadian” Reksa dana.Kepribadian reksa dana ini saya bagi menjadi beberapa bagian berdasarkan unsur intrinsik di dalamnya, diantaranya yaitu umur suatu reksadana, jumlah dana kelolaan, alokasi dana, parameter resiko, harga NAB dan juga kemudahan dalam akses informasi tentang perkembangan reksa dana tersebut.
A. Umur.Semakin lama umur suatu reksa dana menunjukkan bahwa reksa dana tersebut semakin tahan terutama terhadap krisis dan gejolak ekonomi. Ada beberapa reksa dana yang bahkan telah melewati krisis ekonomi 1998, 2008 serta gejolak ekonomi tahun 2015 dan masih bertahan hingga saat ini. Reksa dana ini patut anda pertimbangkan untuk memilihnya tetapi bukan berarti reksa dana yang relatif ‘muda’ tidak memiliki kinerja yang baik. Hanya saja, untuk reksa dana saham disarankan untuk mempertimbangkan pemilihan pada usia reksadana minimal 3-5 tahun. Karena pada usia tersebut akan dapat memudahkan calon investor dalam melihat konsistensi pergerakan reksa dana tersebut selama 1 tahun hingga 3 tahun bahkan hingga 5 tahun.Meskipun demikian, tidak ada salahnya untuk memilih reksa dana yang berumur relatif muda, karena reksa dana yang hari ini kita kategorikan sebagai senior pun dulu pasti pernah muda. Tetapi harus dilihat pula track record manajer investasinya dan bagaimana kredibilitasnya. Karena track record dan kredibilitas manajer investasi turut mempengaruhi kinerja reksa dana tersebut.
B. Jumlah Dana KelolaanIbaratnya, semakin banyak masyarakat yang menitipkan investasinya pada suatu reksa dana, maka mencerminkan tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap reksa dana tersebut. Jumlah pengelolaan dana dalam bilangan Trilyun bukan berarti jaminan bahwa reksa dana tersebut akan memberikan imbal hasil yang tinggi, bahkan ada pula Reksa dana yang dana kelolaannya masih dalam bilangan Milyar memiliki return tinggi. Jumlah dana pengelolaan biasanya membantu para investor untuk mempercayakan modalnya terhadap suatu reksa dana. Semakin besar dana kelolaan akan membuat manajer investasi lebih berhati-hati dalam mengelola dana tersebut, maka jangan heran jika reksa dana dengan dana kelolaan yang besar akan outperform dari benchmark yang lebih kecil karena mereka benar-benar menjaga investasi anda dengan sangat cermat dan aman, istilahnya alon-alon asal klakon.
C. Alokasi Dana dan FormulasiAnda dapat mengecek alokasi dana pada sektor apa saja dana tersebut ditanamkan. Informasi ini biasanya dapat anda temukan di Fund Factsheet. Anda dapat membandingkan beberapa reksa dana sekaligus berdasarkan alokasi dananya. Misalnya, oleh karena kebijakan ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah lebih besar pada sektor infrastruktur, maka trend pada saat itu adalah kecenderungan penguatan harga saham pada sektor infrastruktur. Dengan demikian anda dapat membandingkan beberapa reksa dana saham yang mengalokasikan dananya lebih besar pada sektor tersebut sebagai indikator pilihan.Meskipun sebagian besar Fund Factsheet mencantumkan informasi terhadap alokasi efek terbesar, biasanya dirangkum dalam Top 5. Tetapi secara keseluruhan formula spesifiknya alias resep dapur manajer investasi tidak akan mereka bocorkan. Hal ini tentu bertujuan untuk menumbuhkan iklim persaingan antar produk reksa dana dan memungkinkan perkembangan investasi dalam arti keseluruhan – jika tidak ingin menyebut sebagai bahan jualan dari marketingmanajer investasi.
D. Parameter ResikoSemakin agresif kinerja suatu reksa dana, maka imbal hasil yang diperoleh pun dapat semakin tinggi. Semakin tinggi imbal hasil yang diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat resiko karena memang demikianlah prinsip utama dari investasi: high risk, high return. Untuk calon investor jangan hanya tergiur dengan nilai imbal hasil yang tinggi, konsistensi adalah yang utama dalam investasi reksa dana.
E. Harga NAB.Semakin tinggi harga NAB suatu reksa dana menandakan bahwa usia reksa dana tersebut semakin matang. Ada anggapan yang mengatakan bahwa semakin tinggi harga NAB dan semakin besar dana kelolaan suatu reksa dana maka imbal hasil akan semakin sedikit atau outperform dari benchmarkakan semakin kecil. Ada pula reksa dana yang outperformnya terkadang jauh melampaui benchmark dengan harga NAB yang rendah dan dana kelolaan yang lebih kecil. Semakin besar nilai outperformdari benchmark maka imbal hasil akan semakin tinggi. Apakah benar? Kita lihat faktanya!


Contoh yang kami tuliskan hanyalah bertujuan sebagai alat pembelajaran dan tidak dapat dijadikan sebagai saran untuk berinvestasi. Tetapi setidaknya gambar diatas berusaha untuk menunjukkan perbandingan 2 reksa dana yang keberadaannya telah cukup lama (diatas 10 tahun) dengan NAB yang telah tinggi (Schroder Dana Prestasi Plus dan Panin Dana Maksima) dan Reksa dana yang relatif baru (dibawah 10 tahun) dengan NAB yang lebih rendah (Sucorinvest Equity Fund dan SAM Indonesia Equity Fund) dengan benchmarkIHSG. Grafik menunjukkan bahwa Reksa dana yang relatif baru dengan NAB yang lebih rendah memiliki outperform dari benchmark yang lebih tinggi daripada Reksa dana yang cukup lama dengan NAB yang lebih tinggi. Hal ini tentu mengindikasikan imbal hasil yang lebih besar pula.
F. Kemudahan dalam akses informasi.Seiring dengan berkembangnya teknologi, beberapa manajer investasi kini memudahkan para investor untuk melihat pergerakan investasi mereka. Salah satu manajer investasi misalnya, telah memudahkan para investor untuk mengecek pergerakan reksa dana mereka didalam akun virtual yang diupdate setiap harinya.
4. Pelajari Prospektus dan Fund Factsheet

Contoh: Fund Factsheet
"Sucorinvest Equity Fund"Salah satu indikator dalam memilih dana reksa yang baik adalah kemudahan investor dalam memperoleh Prospektus dan Fund Factsheet.  Prospektus adalah ringkasan dari kontrak investasi kolektif. Dalam peraturan Otoritas Jasa Keuangan, seorang calon investor reksa dana diwajibkan untuk membaca dan memahami prospektus sebelum berinvestasi pada produk reksa dana. Hal ini menujukkan bahwa betapa pentingnya memahami sebuah prospektus sebelum berinvestasi. Sedangkan Fund Factsheet adalah laporan kinerja bulanan yang memuat informasi ringkas tentang reksa dana. Maka Fund Factsheet akan diterbitkan setiap bulannya oleh manajer investasi.  Prospektus dan Fund Factsheet dapat dengan mudah kita temukan pada situs manajer investasi atau situs yang memuat informasi keuangan dan pengelola investasi, salah satunya yaitu www.bareksa.com. Contoh: Fund Factsheet
"Schroder Dana Prestasi Plus"
Di dalam Fund Factsheet biasanya dapat kita temukan secara ringkas Main Risk Factors, yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi resiko reksa dana. Adalah penting bagi calon investor untuk membaca bagian ini karena investasi yang benar adalah investasi yang turut mempertimbangkan faktor resiko yang mungkin akan dihadapi selama investasi tersebut berjalan.Demikianlah pertimbangan-pertimbangan yang dapat anda gunakan untuk memilih suatu produk reksa dana. Cek! Cek! dan cek! adalahlah kunci utama dalam setiap investasi.Selamat berinvestasi!



Jakarta, 31-3-2017Rangga Wirianto Putra


 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 30, 2017 19:20

Demi Ekspresi Eksistensi Diri

Kamis, 30 Maret 2017 11:15 WIB
Reportase : Didik Purwanto

Editor : Admin

Perkembangan inovasi teknologi hadir seturut permintaan dan kebutuhan masyarakat. Ponsel kini bukan hanya dimiliki kalangan konglomerat, tapi sudah menjadi barang merakyat.
Fitur ponsel pun tidak melulu untuk telepon, berselancar di dunia maya, atau mengirim pesan. Keberadaan ponsel kini mulai mengancam eksistensi kamera DLSR untuk foto dan video.
Kamera menjadi salah satu fitur ponsel yang gencar dipromosikan. Sesumbar perusahaan ponsel merek ternama dunia dengan tawaran swafoto (selfie) lebih cantik mendorong masyarakat berani melirik, khususnya vendor yang menyediakan fitur kamera canggih, beresolusi tinggi.
Pakar psikologi Rangga Wirianto Putra mengatakan, selfie mendukung eksistensi diri. Tapi, tentu dengan pemakaian wajar. Hasil foto atau video yang keren mendorong seseorang merasa semakin beken, eksis, dan diakui keberadaannya oleh kelompok massa di media sosial, terutama.
"Sudah menjadi sifat dasar manusia selalu ingin diakui, salah satu wadahnya melalui hasil foto atau video yang diunggah di media sosial," kata Rangga kepada HARIAN NASIONAL, Minggu (26/3).
Menurut dia, pengguna banyak mengunggah selfie saat bersama pacar, berada di lokasi wisata, memakai perhiasan mahal, atau saat bersama selebritis terkenal. Pengguna tersebut seakan ingin menunjukkan kepada dunia bahwa ia eksis dan eksistensinya diakui.
Namun, selfie berlebihan, menurut Rangga, cenderung memicu gangguan kepribadian narsistik. Gangguan ini memicu seseorang lebih bahagia dengan orientasinya sendiri, menjadikan dirinya pusat perhatian (centre of point) dalam sebuah foto.
"Membahayakan sih tidak, cuma kan setiap perilaku memiliki arah dan tujuan. Jika tujuannya memenuhi hasrat ingin diakui secara berlebihan justru membuat semakin tidak nyaman. Sebenarnya perilaku demikian ibarat candu yang menuntut untuk dilampiaskan terus-menerus," kata dia menjelaskan.
Bukan hanya gangguan kepribadian narsistik, penggunaan selfie berlebihan biasanya juga dapat memicu seseorang mengalami gangguan kepribadian histerionik (histrionic personality disorder, HPD). Pengguna menjadi lebih banyak memamerkan segala sesuatu yang dimiliki dan mengunggah mereka di media sosial untuk menjadi pusat perhatian.
"Jika jumlah like di Instagram, misalnya, tidak melampaui keinginan, pengguna bisa stres atau depresi bahkan terkadang mereka menjadi individu yang rentan (mengalami pem-bully-an, misalnya) seperti Syahrini," kata dia.
Jika segala sesuatu yang diunggah ke media sosial tidak selalu mendapat respons positif, bahkan cenderung berbeda, perhatian pengguna akan beralih pada komentar.
"Besoknya akan diperbaiki melalui foto selanjutnya. Tentu dengan perubahan filter hingga fitur beauty yang ada di kamera. Itu yang membuatnya semakin cantik atau ganteng sehingga lebih diakui lagi eksistensinya. Pola perilaku ini akan terus berulang," ujarnya.
Fitur kamera mumpuni, kata Rangga, juga mendorong selebgram atau vlogger dadakan. Bahkan Presiden Joko Widodo hingga Kaesang Pangarep (anak presiden) pun merambah vlog demi eksistensi mereka di dunia maya.
Keberadaan selebgram dan vlogger ini turut menumbuhkan lokasi wisata atau kafe-kafe yang cocok sebagai latar di Instagram (Instagramable). "Ini bisa menumbuhkan kesempatan untuk perkembangan perekonomian baru," kata dia menekankan.
Terkait penjualan, vendor ponsel biasanya cenderung menyasar negara berkembang untuk promosi fitur kamera selfie. Ini yang memicu pengguna seolah menjadi orang kaya baru.
"Pengguna ponsel di negara maju justru lebih memanfaatkan fitur selain kamera. Kita tidak melihat Mark Zuckerberg (pendiri Facebook) atau Bill Gates (pendiri Microsoft) berfoto di depan mobil Ferrari atau berpose sambil menunjukkan hartanya," ujarnya.



sumber: http://www.harnas.co/2017/03/30/demi-...
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 30, 2017 17:57

March 3, 2013

The Sweet Sins, di Balik Pelukan Terhangatnya

Judul Buku       : The Sweet Sins, di Balik Pelukan TerhangatnyaPenulis             : Rangga Wirianto PutraPenerbit           : Diva Press, JOgjaCetakan           : Oktober, 2012Tebal               : 425 halamanSumber           : http://www.matronielmoezany.blogspot....         : Matroni Muserang*
Novel ini kalau ditelaah dari tema, mungkin sudah usang dan isu tak menarik untuk didiskusikan, akan tetapi setelah beberapa tahun ini isu “Gay” mengalami purnama, maka dengan hadirnya novel ini isu-isu Gay menjadi sangat menarik untuk dibaca dan dikritisi. Karena Gay merupakan kenyataan yang benar-benar terjadi.
Hadirnya novel yang di tulis oleh Rangga Wirianto Putra sebagai lulusan psikologi ingin memberikan perspektif lain tentang Gay yang selama ini terjadi. Dan ternyata setelah saya baca novel ini benar-benar menarik dengan bahasa yang angkap dengan keseharian kita, juga di ceritakan bagaimana cara mencitai dan dicintai oleh Gay dan di cintai laki-laki dan wanita.Menariknya lagi Rangga Wirianto Putra memberikan kata-kata indah atau mutiara indah yang ketika dibaca akan membuat pasangan kita gemeter dan akhirnya terjatuh dalam pelukan terhangatnya. Apalagi kalau kita tahu bagaimana tokoh Ardo dan Rei dua laki-laki yang sama-sama mencintai.
Salah satu dialognya, “jangan tinggalkan aku....” itulah kata-kata yang keluar dari mulutku, masid dengan airmata yang mengalir di pipiku.“Aku tidak akan meninggalkanmu, Rei. Karena aku sayang kamu.....” ia memelukku dari belakang. Mencium pundakku. Menggenggam jemariku. Merenguhku.Kali in i, perasaan takutkuh mendadak hilang. Yang ada hanyalah perasaan senang yang tak terkira. Lalu, ia menghapus airmata yang mengalir di pipiku dan kembali memelukku, erat....“Aku juga sayang kamu....” lalu, ia mencium keningku, “Tuhan, semoga ini bukan mimpi”
Itu salah satu dialog mesra di halaman 115, betapa mereka benar-benar saling mencintai. Itulah keindahan yang mereka rasakan. Kadang, keindahan adalah bukan untuk dideskripsikan. Hanya untuk dinikmati (hlm, 231).Lalu, aku pun berdiri sejajar dengan Ardo. Pelan-pelan, aku meraih tangannya dan aku arahkan ke simpul handukku. Kubiarkan ia mengikuti nalurinya. Diam-diam, tangannya membuka dan melemparkan handukku ke lantai.“Aku ingin menyerap aroma tubuhmu sebelum kita mandi. Bolehku?” aku bertanya.“.......” Ardo diam. Bagiku, itu tandanya boleh.Aku mulai mendekatkan tubuhku ke tubuhnya.Tubuhmu adalah tubuhku. Aku milikmu. Kamu milikku.“Kamu lagi pegen ya, sayang?”“Aku bergairah”, kataku langsung.Ardo langsung menancapkan bibirnya di bibirku. Tidak ada apa-apa selain itu. Yang ada hanya sepasang lidah dua anak manusia yang saling terkait. Yang sama-sama dewasa. Yang sama-sama mencintai. Dan kebetulan. Sama-sama lelaki. Bahkan, dinginya udaha yang menerpa kulit kami tidak berarti apa-apa karena tubuh kami saling menguatkan. Ya. Cinta itu menguatkan. Dan kami melakukannya.
Itu salah bukti nyata dan hal litu benar-benar terjadi di dunia Gay. Ini salah realitas sosial. Dan Rangga dengan detiel dan benar-benar utuh mengekspresikan dalam novel ini. Nah, untuk mengetahui sesuatu yang tentang dunia Gay, alangkah baiknya kalau kita mencoba membaca buku ini.
*Penikmat buku
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 03, 2013 04:59

Inspirasi di Balik Keagungan Cinta


Judul Novel  : The Sweet Sins (Di balik pelukan terhangatnya)Penulis          : Rangga Wirianto PutraPenerbit        : Diva PressCetakan        :  I (Oktober 2012)Tebal            : 428 halamanPeresensi      : LPM - Humaniush (IAIN Suka Yogyakarta)Sumber        : http://humaniushlpm.wordpress.com/201...
Jika yang dimaksud “cinta” adalah buta, gila, dan luar biasa, itulah mengapa karena cinta, sesama jenis pun bisa bercumbu mesra. Langit yang gelap seketika akan menjadi berwarna. Dua hati, satu asmara, satu jiwa bercinta yang berteduh dalam dada. Begitu agungnya sebuah makna cinta yang tersirat dalam novel ini. Cinta sepasang Gay yang muncul melalui proses panjang dan sulit untuk dilogika-kan. Cinta bukanlah sesuatu yang datang secara tiba-tiba, melainkan melewati lorong-lorong perjuangan, pengertian sekaligus ketulusan.
Seperti halnya alur cerita cinta pada novel The Sweet Sins ini, mengapa seorang laki-laki setampan Reino, seorang playboy, gigolo, bokingan tante-tante pada akhirnya jatuh hati pada sesosok Ardo yang tidak lain adalah sesama jenis. Mengapa juga Ardo yang merupakan seorang newscaster ternama di sebuah stasiun TV, laki-laki mapan dan secara fisik bukan tidak mungkin lagi para perempuan tidak tertarik padanya, untuk pertama kalinya hatinya luluh dan merasakan getaran cinta kepada Reino. Memang seperti filosofi pelangi, berbeda tetapi indah (lihat hlm.178).
Berbicara masalah cinta, maka tidak boleh tidak kita akan dihadapkan pada persoalan-persoalan yang sering kali tidak rasional. Cinta mempunyai kekuatan luar biasa, memiliki dampak yang luar biasa pula bagi kehidupan sang pencimnta. Cinta yang sering diagung-agungkan oleh orang itu ada untuk menyatukan segala perbedaan (hlm.179), termasuk perbedaan dimana lazimnya cinta itu hadir pada lawan jenis, bukan sesama jenis seperti halnya yang mereka alami.
The Sweet Sins, Judul yang menggemaskan, kisah yang menarik, dan menggetarkan jiwa, serta mendobrak dogma-dogma sosial, local wisdom, agama, sekaligus moral. Dalam masyarakat, realita percintaan sepasang gay memang tak sedikit. Akan tetapi, tidak banyak yang mengakui sebagai sebuah hak dan kebebasan dalam bercinta. Kisah cinta mereka seolah bukanlah cinta yang legal, melainkan meminjam tajuk lagu dari band Indonesia ternama, Kangen Band sebagai cinta terlarang yang hanya akan menimbulkan petaka. Disinilah salah satu letak kekanonikan karya penulis yang berusaha untuk mengangkat berbagai aspek kehidupan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah problem asmara seseorang.
Terlepas dari semua itu, gaya penyajian cerita yang unik dalam menguraikan latar belakang tokoh membuat pembaca semakin penasaran untuk mengupas kisahnya. Juga gaya bahasa yang populer dengan aura dunia anak muda metropolitan serta dimasukkannya bahasa asing (baca: Inggris, Belanda, Jerman, dsb) menjadikan novel ini ringan dan menarik untuk dibaca terutama bagi kalangan muda. Hal inilah yang menyebabkan novel ini bertanda tanya apakah berstatus sebagai novel kanonik ataukah populer.
Menariknya dari novel ini, pembaca akan menjumpai kalimat-kalimat inspiratif yang membangun mood untuk “hidup kembali” secara utuh dengan semangat membara dan mengubah pola pikir matrealistis. Sebagaimana yang tertuang pada halaman 110, sebuah ungkapan yang menginspirasi pembaca,“Berintegritaslah pada pekerjaan apapun yang kamu pilih jika kamu ingin mendapat kepuasan yang sesungguhnya. Jika kamu bekerja hanya karena uang, kamu tidak akan bebas mengembangkan potensi yang ada pada dirimu karena uang yang akan mengendalikanmu.”
Kembali pada persoalan cinta sepasang gay yang sangat kompleks, Rangga Wirianto Putra, penulis novel ini menuliskan,“cintailah laki-laki dengan cara laki-laki. Cinta tak hanya tentang memperjuangkan, tetapi juga tentang mempertahankan dan melepaskan.”
Akhirnya, The Sweet Sins pun berlalu karena cinta sepasang gay tak bisa dipersatukan. Memang, walaupun gunung itu tinggi, tetapi tetap saja ia tidak akan pernah menjangkau langit. Mungkin kata pepatah itulah yang mengecewakan pembaca ketika membaca novel ini sampai tuntas. Selamat mengarungi dunia cinta dan membaca rasa dari balik kisah gay.
 •  0 comments  •  flag
Share on Twitter
Published on March 03, 2013 02:53