Feba Sukmana's Blog, page 2
November 22, 2010
Being Single
Tak sengaja, saya mendapati seorang teman ngomel-ngomel di Facebook. Ia stress menghadapi kekurangajaran orang-orang yang mempermasalahkan status lajangnya.
Saya mengerti sekali perasaannya.
Makin jauh menginjak paruh kedua usia duapuluhan, tentu saya sudah kenyang diteror pertanyaan tidak sopan: kapan menikah?
Untungnya, saya tinggal jauh dari manusia-manusia menyebalkan itu. Sungguh, kalau saya jadi teman saya itu, mungkin sudah lama saya bunuh diri karena harus terus-terusan menghadapi kenyin...
November 18, 2010
Being Random
Pagi tadi, antara stasiun kereta dan kantor, seorang rekan kerja menyejajari langkah saya.
Percakapan kami tentu saja berkisar di angka basa-basi. Lalu saya tergelitik bertanya, mengapa dulu ia memutuskan mengambil jurusan kuliah yang ‘tidak biasa.’ Ia tergelak. “Karena seseorang yang saya temui di tengah jalan,” katanya. Perkenalan tak disengaja menggiringnya ke dunia yang sama sekali baru.
Ia balik bertanya, apa yang menyebabkan saya terdampar di sini. Entah, jawab saya.
Kadang, ketika memilih...
August 16, 2009
Regrets on Sale
Desember 2008.
Saya memekik tertahan ketika boots di kaki kiri saya menganga. Sol-nya lepas. Entah karena bosan dipakai setiap hari. Entah karena kualitasnya memang terbatas. Saya langsung membelokkan sepeda ke pusat kota, berniat langsung membeli boot baru. Musim dingin 2008 tidak main-main. Dan saya pasti tidak bisa bertahan hanya dengan sepatu biasa. Saya butuh boots hangat yang bisa membungkus betis.
Di Breestraat saya berhenti. Di depan toko sepatu yang menawarkan diskon besar-besaran. Tok...
July 9, 2009
Bittersweet. Indeed.
Menengok kembali ke belakang, mengingat malam itu, senyum saya mengembang. Leiden sedang berpesta. Entah dalam rangka apa. Mungkin merayakan suhu 30 derajat yang jarang sekali mampir ke negeri ini.
Susah payah kami mencari tempat tenang tanpa tumpahan bir, teriakan DJ, dan kerumunan manusia. Akhirnya, di sebuah gang kecil, di tepi Breestraat, kami menemukan kafe kecil tanpa manusia mabuk.
Duduklah kami di sana. Di teras gang kecil yang kadang dilalui sepeda dan gerombolan pejalan kaki. Mengelil...


