Kitab ini membisikkan sebuah rahasia terbesar dalam sejarah manusia: Setelah menciptakan Adam, Tuhan tidak menciptakan Hawa. Melainkan seorang perempuan cantik bernama Lilith. Hanya saja, kedatangan Hawa tak lama setelah penciptaan mereka membuat Adam lebih memilih Hawa. Kemarahan Lilith membuatnya menjalin kasih dengan Lucifer---sang iblis*---dan berkelana dari satu zaman ke zaman lain menuliskan dendam dan pembalasan para perempuan.
Pada tiap lembar kitab ini, ruap aroma darah dan semerbak wangi perempuan akan menyihir tiap-tiap mata yang menjelajahinya. Tiap-tiap kisahnya pun akan membawamu pada kegelapan pekat yang tak pernah kamu kunjungi sebelumnya. Apakah kamu sudah siap ditelanjangi dan disiksa oleh Lilith---ibu kaum perempuan yang sesungguhnya?
Menggunakan kisah-kisah horor sebagai media perlawanan akan ketertindasan perempuan adalah ide yang unik, sangat beda. Lewat buku ini, penulis (dalam wujud Lilith) seperti memberikan sarana balas dendam bagi para perempuan yang terdzalimi dalam kehidupannya (kadang dalam kematiannya). Perpaduan antara kisah horor dan gaib, yang digunakan sebagai media penyampai kritik bikin buku ini unik. Saya malah kurang dapat horornya, tapi kritik tentang nasib perempuan di buku inilah yang paling mengena. Alih-alih takut, rasanya malah iba membaca nasib para perempuan di buku ini. Kadang, manusia bahkan bisa lebih menakutkan daripada hantu, dan buku ini dengan 'gelap' menggambarkan dengan tepat ungkapan tersebut.
Pernah baca manga horor yg modelnya kayak kumcer dengan satu tokoh sebagai benang merah gak? Semisal Misteri Toko Bahagia-nya Subaru Ueno atau Tales From The Darkside-nya Yoko Matsumoto. Kira-kira, cara penceritaan buku ini seperti itu. Tema utamanya perempuan dengan berbagai kisah yg menyedihkan, bahkan bisa berakhir kejam dan penuh darah. Wanita di sini digambarkan sebagai korban laki-laki, dimana awal mulanya adalah Adam, sebagai manusia pertama, yg membuang Lilith untuk lebih memilih Hawa sebagai pasangannya. Lilith di sini digambarkan sebagai seorang perempuan berambut panjang, berkulit putih pucat dan memiliki seekor ular yg mengelilingi pergelangan kakinya. Lilith muncul baik sebagai simbol maupun berwujud manusia dalam cerpen-cerpen yg disuguhkan Hendri Yulius, dan dalam buku ini, seolah-olah Lilith menuliskan beberapa kisah dalam sebuah buku bersampul kulit hitam dengan judul "Lilith's Bible", yg diberikan kepada Ayla oleh ibunya, sang penyanyi bar.
Beberapa cerpen Hendri Yulius di sini diceritakan dengan gaya penceritaan ulang yang terinspirasi (gw gak tau istilahnya apa, kalo di musik, semacam remake gitu) dari kisah-kisah yg sudah kita kenal. Ada remake Calon Arang, Sangkuriang, Red Riding Hood, bahkan horor lokal macam Kalongwewe. Ada yg bikin merinding, jijik, serem tapi ada juga yg sedih. Tema perempuan sebagai korban ini yg kayak tema yg so last year tapi selalu ada cara baru untuk menceritakannya dengan gaya yg lebih memikat.
For all the feminists around the world, you need an acceptance over men's patriarchy? Or perhaps wanna take a revenge to run the world? Read this book!
Segala yang berlebihan memang g baik. Cerpen pertama dalam buku ini memang bagus. Sebagian isi di dalamnya juga menarik. Namun, kebanyakan eksekusi cerita seperti disengaja sadis biar greget, yang akhirnya malah menimbulkan kesan dipaksakan. Misal, kenapa harus mencungkil mata untuk diberikan pada kucing? Mengapa harus mengkrikiti bayi itu hidup2 dari kepala agar menyatu?
Selanjutnya, kehadiran Lilith malah seperti peran pembantu yang dipaksakan ada di setiap cerita agar kumpulan cerita ini mendapat rangka sebagai novel.
Saya tidak akan memberi saran kepada penulis, karena saya adalah penikmat. Sayang, ibarat suguhan... kelewat banyak darah dan bau amis.
"Nama saya perempuan. Sebab saya memiliki vagina. Begitu kata dokter, ulama, ayah dan ibu, juga kakak. Karena itu, sejak kecil, saya diajari memasak, mencuci piring, menyapu, dan bertingkah laku gemulai. Sebab kata ibu: perempuan yang tak apik hanya akan menjadi barang rongsokan di kemudian hari. Terbuang, sebab tak ada lelaki yang mau. Halaman 2
Saya langsung jatuh cinta ketika membaca cerita pembuka di dalam buku ini. Waww penulis sangat berani dalam menggambarkan secara gamblang dan menulis tentang kesialan2 dan betapa sedihnya menjadi wanita. Saya setuju dengan pendapat teman saya yang mengatakan baca buku ini seperti komik Misteri Toko Bahagia Vol. 1 by Subaru Ueno atau Book of terror yang dimana semua tokohnya tersambung layaknya benang dengan lilith si tokoh utama cerita.
Selain itu asli saya speechless membaca buku ini. Kenapa? Buku ini asli setiap halamannya dihiasi adegan bloody, thriller, gore, dark-angst, berdarah-darah . Coba bayangkan salah satunya ada adegan menarik rambut sampai berdarah2 dan nyaris botak hingga mutilasi ada semua didalam buku ini. Saya sangat tidak menganjurkan buku ini dibaca untuk pembaca yang tidak tahan dengan cerita seperti itu. Hahaa kalo saya termasuk yg suka karena komik MPD Psycho, Vol. 1 by Eiji Otsuka dan nonton Battle Royale aja suka *tepokjidat
Disatu sisi saya juga jadi tahu asal usul wewek gombel, sundel bolong kenapa suka ke tukang sate dan disini juga jadi belajar sedikit tentang Dewi Uma / Dewi Durga yang merupakan istri dari Dewa Shiwa. Saya menyukai buku ini karena penulis mampu menyuguhkan hal yang tidak biasa di dalamnya.
well, awalnya kukira ini novel, karena tag di cover belakang yang menuliskan ini novel dewasa. ternyata buku ini merupakan kumpulan cerpen yang diberi 'bingkai' sehingga seolah-olah ini novel.
tema-tema yang diangkat dalam kumcer ini kebanyakan sadisme dan berdarah-darah, sebagian diberi bumbu seksualitas vulgar yang sebenarnya tidak berlebihan porsinya, namun setelah menelan semua cerita di sini, ya mau ga mau eneg juga. tapi salut karena tema seperti ini sudah ada penerbit besar yang menerbitkan. semoga makin banyak buku bertema seperti ini yang mudah dijumpai di toko buku.
cara penulis menceritakan cerpen-cerpen dalam buku ini menurutku cenderung berbelit dan banyak detil yang kurang penting. nevertheless, favoritku di buku ini adalah cerita Menjelang Subuh, yang menceritakan legenda Kolongwewe dengan baik. selain itu juga cerpen Kutukan Bulan Purnama yang menceritakan kembali legenda Sangkuriang.
ada satu quote yang aku suka dari buku ini, yaitu : "bila masa tidurku telah usai, aku ingin sekali terbangun di sebuah ruang gelap dengan sedikit cahaya rapuh dari tubuh lentera yang bening." dari cerpen Sepotong Hadiah Untuk Adikku.
bukunya keren menceritakan kembali tentang sejarah yang hilang dari cerita yang selalu gw baca di buku entah kenapa setelah membaca buku ini gw semakin bingung tentang kejadian di masa lalu , alur dan tokohnya pun menarik so 4 bintang cukup untuk buku ini
Kalau saja cara penyampaian cerita di buku ini jelek, saya pasti akan meninggalkan buku ini begitu saja tanoa selesai dibaca. Tapi, alamak.. cara berceritanya apik betul. Bisa bikin saya mual sekaligus kagum sama penulisnya. dan ga yakin kayak gimana mau bikin reviewnya.
LILITH'S BIBLE jadi relevan karena buku Perempuan Yang Dihapus Namanya yang baru selesai ku baca.
Ditulis oleh Hendri Yulius, buku Lilith's Bible adalah buku kumpulan cerita dengan satu garis merah: matriarki. Tema ini sangat keras dan bertentangan dengan apa yang banyak orang perjuangkan, yaitu kesamaan hak. Diwarnai dengan horor dan ironi disana-sini, Lilith's Bible adalah kitab suci bagi para perempuan yang ingin mengambil alih dunia laki-laki.
Tidak, aku bukan termasuk salah-satunya.
Ada banyak nama yang mewakilkan banyak kisah dalam Lilith's Bible, namun kesemuanya disatukan oleh sebuah tujuan untuk berkuasa. Tak cuma itu, tujuan itu dilatar-belakangi sesuatu yang lebih serius: pembalasan dendam.
Kelam, seram, kejam. Tiga kata yang paling pantas untuk buku ini. Penuh dengan dendam dan darah. Entah mengapa saya membaca buku ini. Bukan kesukaan saya, baik dari segi tema maupun jalan cerita. Tapi salut untuk penulis, seorang pria yang mampu mengangkat permasalahan perempuan, terutamanya perempuan Indonesia, dengan sangat detail seakan Lilith benar-benar merasukinya saat menulis buku ini.
Ada beberapa cerpen yg ta ada di mantra lilith. Sangat monoton dan suka menghambur2kan darah serta kesadisan. Mungkin memang sebaiknya kucukupkan di mantra lilith. Sukses utk penulisnya.
Aduuu itu cover. Tau aja saia gampang dibikin bertekuk lutut sama cover begini. Tapi judulnya itu maaak, beneran bikin saia teriak "Pretensius!" di dalam kepala. Ngapain bawa-bawa Lilith. Ngapain bawa-bawa bible. Eh ya, tapi provokasi itu perlu kalau jualan sih ya. Oke, sudhlah, saia beli saja. Tar kalau ternyata emang pretensius 'kan saia bisa ngenye'. Asiiiik~
dan ternyata...
... ...
cerita-ceritanya...
...lumayan bagus. Siaul. -_____-*
Saia punya tiga keluhan untuk buku ini. Pertama, seperti udah disampaikan, ngapain bawa-bawa Lilith kalau perannya dia insignifikan? Dia cuma nongol cameo di tiap cerita, nggak lebih. Sama disebut kalau dia barangkali adalah entitas yang ngarang Lilith's Bible yang diwariskan ke Ayla. Tapi serius, Mbaksis Lilith yang udah hidup dari kapan tahun cuma punya 14 cerita di bukunya?
Eh, tapi mungkin Mbaksis baru memilih jadi penulis pada tahun-tahun belakangan ini yah. Maaf Mbak, my bad. *dipatok ular*
Keluhan kedua, saia ngerti sepenuhnya soal konsep femme fatale, dan bagaimana Mbaksis Lilith seringkali dipakai sebagai arketipe untuk trope ini. Cuman... apa ya, femme fatale sebagai bentuk pemberontakan buat saia udah agak-agak old news. Saia tahu sistem patriarki dunia kerap kali merugikan perempuan. Tapi kenapa di buku ini cara mengatasinya selalu ditampilkan destruktif?
Maksud saia, daripada perlawanan terhadap budaya patriarkal diwujudkan dengan memotong penis, apa nggak lebih baik kalau pemberontakan itu diejawantahkan dengan menampilkan perempuan-perempuan yang menolong saudari-saudari mereka sesama perempuan? (Atau mungkin, potong penis dan menolong rekan-rekannya sesama perempuan? O_O)
Toh di kata pengantar disebutkan kalau Lilith bukan perempuan satu sisi. Jadi yaa... saia rada berharap perempuan-perempuan jelmaan Mbaksis saia ini disorot dengan lebih beragam. Bukannya lebih inspiring, gitu, kalau ditunjukkan bahwa perempuan selayaknya saling bahu membahu membantu sesama perempuan di dunia ini?
Apalagi, kalau buku ini nggak naroh perempuan jadi femme fatale, seringnya perempuan ditampilin jadi korban. Ewww... Yes, it happens, tapi please, please, please beri perempuan arketipe lain selain arketipe korban dan arketipe jagal penis?
Keluhan lain, ini kadang-kadang penggunaan bahasanya dramatis banget. Mendayu-dayu uhuy~ walau gitu kadarnya masih enak. Eufemisme yang dipakai untuk alat kelamin nggak sampai bikin saia ngakak gegulingan. Tapi kalau penulis nggak sedang sibuk bermajas-majas, tulisannya beneran enak dan gampang dipahami. Me likey!
Favorit saia: cerita sundel bolong yang nyolong sate, cerita ibu monyet, dan cerita ular dalam vagina. Terutama karena cerita-cerita ini adalah yang paling dekat dengan harapan saia untuk menemukan arketipe yang inspiratif.
3.8. Saia bulatin ke bawah karena pas ngasih rating masih 4-koma-sekian.
Jujur, saya tertarik untuk membaca buku ini karena judulnya. Begitu melihat nama Lilith, saya langsung bertanya2 'diapain lagi nih si Lilith?' XD karena di sebagian besar media (ciyeh, padahal sih komik, novel, cerpen, dll) yang saya lahap, si Lilith ini selalu dijadikan biang kerok alias penjahatnya XD Di buku kumpulan cerpen ini, Lilith seolah menjadi sosok pemberontakan/pembela kaum wanita yang selalu disakiti oleh masyarakat (baca: pria), meskipun kehadirannya bisa dibilang cukup dipaksakan juga sih. Tiba2 aja gitu dia muncul di tiap cerita sebagai wanita yang membawa2 ular, hiyaaa.. benang merah juga ga udah dipaksakan kali ya... toh spiritnya udah cukup kerasa dari kemiripan cerita2nya (entah ini hal bagus atau sebaliknya XD)
Memang sih, kalau mengulik tentang ketidakadilan atau derita yang dialami oleh wanita, ujung2nya pasti soal kelamin (termasuk poligami dst itu menurut saya masalah kelamin, apa pun kata orang). Walaupun tidak sedikit yang juga mengalami siksaan batiniah. Di sinilah sosok Lilith bekerja, dia seolah menginspirasi para wanita dalam buku ini untuk 'membalas dendam' pada para penyiksanya. Tapi kok yaaa isinya sepanjang buku bunuh2an terus yaa?
Kisah-kisah dalam buku ini beragam, ada fanfic (?) kolongwewe, sundel bolong, little mermaid, timun mas, dan gadis korek api (?) ada juga yang kisah orisinil yang bikin geli2 gimana gitu (coba bayangkan sebuah kisah berjudul 'Ular dalam Vagina' hii...)
Ada juga kisah yang menurut saya agak gak nyambung. Beberapa kisah pendek dimasukkan (paksa?) ke dalam cerpen Dongeng Sebelum Tidur (untuk Perempuan yang Baru Datang Bulan). Harapan saya membaca kisah2 horor lagi yang berhubungan dengan misalnya... datang bulan, atau awal mulai kedewasaan seorang wanitalah setidaknya, tapi malah menyelip sebuah kisah nenek dan Pochi. tapi karena seolah kisah si Pochi ini dipaksakan masuk.
Overall, saya cukup suka dengan cerita2nya meskipun lebih menjurus ke slasher daripada dark and twisted. Kebetulan setelahnya saya menonton film You're Next, jadilah yang terbayang yang bunuh2an terus. Bagi yang suka film Kill Bill juga saya rekomendasikan baca buku ini XD
Jatuh cinta pada pandangan pertama. Tapi kebanyakan pasangan tak hanya mengandalkan pandangan pertama untuk dapat melanjutkan hubungan percintaan mereka. Itulah yang kurasakan saat membaca buku milik Ko Hendri ini.
Saya merasakan, beberapa cerpen alurnya terasa terlalu dipaksakan untuk menjalin benang merah dengan tokoh Lilith yang muncul di awal (buku ini diniatkan sebagai cerpen yang bisa dibaca sebagai sebuah novel. sebagai legenda Lilith). Lalu, idiom yang digunakan itu-itu saja -dimana saya mencatat "lubang tubuh" banyak sekali digunakan di dalamnya. Lalu... betapa mudah ditebak. Karena semua berujung pada kematian oleh dendam dan amarah. :)
Tapi sukanya, karena banyak kata-kata yang bisa dikutip buat quote atau status-status di FB, seperti:
""Anak lelaki itu sumber rezeki keluarga," tegas ayahmu ketika kubilang ingin punya anak perempuan. Itulah, Nak, penderitaan perempuan dimulai semenjak kelahirannya. Dia ditolak. Kau pun mengalaminya."
"Menjadi seorang perempuan tidak sesederhana mengenakan sepatu hak tinggi."
"Masihkah kau belum mengerti adikku, kalau di negeri hipokrit ini, hanya ada dua jenis kelamin yang diakui? Dan aku tidak termasuk di dalamnya. Makannya aku tak ingin punya kartu penduduk sejak dulu."
atau
"Hal itu didengarnya dari Dahlia, bocah anak bawang yang menjadi sahabat kesayangan Karsimah. Sore itu Dahlia mengadu padanya sambil menangis tersedu-sedu. Katanya, setiap kali salah mengeja ayat, Mang Ursin sebagai gurunya selalu menyuruhnya membuka baju. Setelah tersingkap semua, Ursin turut membuka ritsleting celananya. Berkatalah dia bagaikan utusan surgawi: "Dahlia, di dalam liangmu itu iblis bersarang. Makannya, kau membaca kata-kata Tuhan saja bisa salah. Sini, Mang akan bunuh iblis itu dengan pedang surga.
....
Kepala ibu Imah pun menggeleng lemah dan berucap: "Dari dulu lelaki-lelaki itu tak pernah berubah. Melaknati tubuh perempuan sembari membawa nama Tuhan dan surga...""
Sukses selalu, Ko... Ditunggu dongeng-dongeng yang lainnya.
Karya yang luar biasa! Di sini begitu komplit dibeberkan tentang penderitaan dan perjuangan yang harus dilakukan oleh seorang perempuan. Sebenarnya saya ingin kasi 5 bintang, tapi karena cerita ini begitu penuh darah dan membuat saya harus bergidik ngeri setiap membayangkan adegannya, saya terpaksa hanya memberi 4 bintang saja. Tapi ini suatu karya dengan ide yang luar biasa menakjubkan! Ditunggu karya Hendri Yulius yang menakjubkan berikutnya! ^^
3 bintang untuk kisah-kisah di dalamnya. Satu bintang untuk konsep cerita yang beda. Saya suka. Tapi kadang di tengah-tengah membaca merasa jenuh dengan 'cerita'nyaa yaa.. Bukan tipe buku yang pengin diba CA sekali langsungb habis. Tapi saya tetap suka. Hehe.
Idenya banyak yang unik dan penyampaiannya cukup enak dibaca. Tapi, mungkin saja syaraf saya nggak setangguh itu :):) Jadi ada beberapa kisah yang terlalu sadis dan brutal bagi saya. Tapi, ini hanya masalah selera saja :):)