In a quaint New England town with a history of witches and pilgrims, misunderstood eleven-year-old Norman Babcock can see and talk to ghosts. No one believes him, of course-everyone just thinks he's weird (including his parents). But when a folktale of a witch who cursed her accusers turns out to be true, it's up to Norman to save the town from pilgrim zombies! He'll also have to take on a very angry witch, an annoying sidekick, his boy-crazy teenage sister, and dozens of moronic grown-ups who get in his way. This young ghoul whisperer finds his paranormal talents pushed to their otherworldly limits in this hilarious and spooky adventure!
Featuring gorgeous black-and-white interior illustrations and a story beyond what you'll see in the film, this novel is sure to delight!
Getting my oldest son to read can be a challenge. With ADHD, sitting still for long periods of time can be daunting, so finding books that hold his interest long enough to overcome his need for stimulation can be tricky. We have come to an agreement of sorts that if he likes a movie, he will try the book.
We saw the movie when it first came out in theaters back in 2012. When I saw the book afterwards, I bought it for my son based on our agreement – he liked the movie, now read the book. He read it, liked it, and then told me I needed to read it too. It took me almost three years, and a recent reviewing of the movie to remember to do so.
The book is very similar to the movie, so if you liked the movie, you’ll probably enjoy the book. Keeping in mind that this is written for a younger audience, you aren’t going to get amazing literature here. What you will find is a fun book with a good message. Being different is okay, being mean to those that are different is not. Family and friends are important and should stick together no matter what.
This book was a blast. I was surprised to find out the book was adapted from a screenplay of the film. It read just fine as a book and added some nice extras in as well.
Sekitar tiga minggu yang lalu, kantor saya kedatangan tamu spesial. Seekor anak kucing yang ditinggalkan di depan pintu gerbang kantor. Saya dan teman saya kemudian memasukannya ke dalam kotak, tanpa berusaha menyentuhnya, lalu mengembalikannya ke depan gerbang dengan harapan si Mama Kucing akan menemukan kembali putranya (katanya sih cowok) yang hilang dan membawanya pergi.
Sayangnya, kemudian salah seorang rekan kerja saya membawanya masuk. Mungkin karena ketika itu cuaca sudah mendung dan mau hujan, tapi yang jelas anak kucing itu udah nggak mungkin kembali lagi ke Mamanya, karena sudah bau cowok-cowok nggak jelas. Setelahnya, anak kucing yang diberi nama Kolopetong (oleh ayah asuhnya) itu pun menjadi bagian dari kantor kami.
Ketika saya tanya apa arti Kolopetong, rekan kerja saya itu (yang juga ayah asuhnya) memberi tahu saya kalo itu artinya "Anak kecil yang kuat" dalam bahasa Sunda. Yah, kalo nggak salah itu artinya. Si orang tua asuh ini pun membelikan Kolopetong susu bayi, bahkan pipet, agar dia mimik susunya lebih gampang. Maklum, ketika ditemukan dia itu masih kecil banget. Paling baru berapa minggu usianya. Jadi, nggak bisa njilat-njilat susu kayak yang udah gedean.
Nah, untuk kali ini, saya yang biasanya jadi Mama pun menyingkir dan berperan jadi tantenya Kolopetong saja. Pokoknya, dia serasa jadi "mainan" baru di kantor deh. Sayangnya, nggak semua orang ngerti kucing dan ada salah seorang rekan saya lainnya, sebut saja Mas A, yang benar-benar menganggap Kolopetong sebagai mainan..
Jadi, kalau yang lain-lain memberi susu pakai pipet dengan penuh perhatian dan kesabaran, si Mas A ini ga sabaran banget. Dan dia tuh seneng banget "ngebully" Kolopetong, kayak ngasih susu terlalu sering, terlalu banyak, bahkan mukanya si Kolopetong sampe dicelupin ke gelas susu! Jahat banget yaa.. T__T
Dia nggak maksud jahat sih, cuman kan si Kolopetong ini masih kecil, dan dia ngotot banget kalo si Kolopetong bisa dilatih buat minum susu sendiri. -_______-
Pokoknya, kalo lagi dipegang sama si mas ini, entah kenapa nangisnya Kolopetong tuh bunyinya jadi beda. Kayak nangis tertindas gitu. Dan saya selalu waswas, sebagai tante yang baik, setiap kali si Mas A ke gudang (tempat bobonya Kolopetong). Entah apa yang dia rencanakan saya nggak tau, hingga pada hari itu kekhawatiran saya terbukti...
Setelah dari gudang, si Mas A dengan wajah tak bersalah berujar ke teman-teman di kantor bahwa dia... HABIS MANDIIN KOLOPETONG!!! ╰(◣﹏◢)╯╰(◣﹏◢)╯╰(◣﹏◢)╯
Saya langsung ngacir ke gudang dan mendapati Kolopetong sedang meringkuk dengan badan setengah basah. OMG!!! O_____o
Oh ya, sebelum ngacir ke gudang saya sempet teriak ke si Mas A:
"APA? DIMANDIIN??? EMANGNYA MAU NGEBUNUH KOLOPETONG YA??!!!"
Dengan sekuat tenaga saya berusaha ngeringin si Kolopetong, biar dia nggak masuk angin. Setelah itu saya sampe berujar, "Kayaknya kita harus bikin tulisan di depan kardus Kolopetong deh. Bunyinya: 'Mas A dilarang sentuh'".
Yang ngeselin, si Mas A nggak ngerasa bersalah sama sekali. Dia bahkan merasa bahwa tindakannya benar. Katanya, anak kucing itu harus dimandiin dua minggu sekali (hasil cari di internet). Ya tapi nggak yang masih sekecil itu kalee!! =_________= Dan nggak pake air dingin jugaaaa... Dan nggak pake dicelupin ke ember juga caranyaaaa... ╰(◣﹏◢)╯
Dan ternyata, Kolopetong memang tidak bisa bertahan setelah itu... Padahal saya sempat optimis, kalo Kolopetong sudah berhasil bertahan selama dua minggu, maka dia akan mampu bertahan lebih lama lagi... TT___TT
Habis dimandiin itu, badannya emang jadi dingin terus. Mungkin aja dia kena pilek, atau jangan-jangan paru-paru gara-gara dicelupin ke air kayak gitu. Huhuhuuu... Yang jelas saya jadi sedih, karena saya udah lama banget ga melihara kucing dan berharap yang kali ini bakal bisa bertahan... Hauhauu...
RIP Kolopetong...
Ngomong-ngomong, katanya kalo kita berbuat jahat sama kucing itu nanti bisa ketiban sial loh. Saya nggak tau sih bener apa nggak, tapi nggak lama setelah Kolopetong mati, si Mas A ini ilang ATM-nya. Dua-duanya! Udah gitu, kami kan suka nakut-nakutin tuh, "Ati-ati lho, ntar malem didatengin Kolopetong..." Eh, di suatu malam katanya dia ngerasa merinding gitu, sampe ngebangunin teman saya karena dia ketakutan!!
Huahahahaaa...
Terus, apa hubungannya sama buku ini?
Yaa.. Nggak ada hubungannya sih.. xp #pake baju besi #masuk ke dalam tank #biar ga diamuk masa
Cuma, kalo saya punya kemampuan kayak si Norman, saya mungkin bisa ngobrol sama si Kolopetong ya. Juga kucing-kucing saya lainnya yang udah ada di alam lainnya.. Hhheuu...
Jadi, si Norman ini bisa ngobrol sama arwah (manusia maupun hewan). Dan tau dong, apa yang dialami sama manusia macam Norman ini? Yup! Dia dianggap aneh. Dijauhi. Dibully. Diisengi. Dibenci. Dan lain-lain...
Sampai pada suatu hari, Norman bertemu dengan paman buyutnya, yang dianggap gila oleh semua orang, di pemakaman neneknya Norman. Lama setelah itu, si paman buyut Prenderghast beberapa kali mencoba memberitahukan sesuatu kepada Norman, namun Norman ga mau dengar. Hingga akhirnya, si Paman Prenderghast, menemui Norman dalam sosok hantu (ya, akhirnya si paman ini mati) dan memberi tahu Norman kalo dia harus meneruskan pekerjaan yang selama ini dilakukan oleh si paman, yaitu...
Menenangkan arwah penyihir yang dieksekusi di kota Blithe Hollow 300 tahun yang lalu!!
Setiap tahun, di hari kematiannya, si penyihir akan menjadi kuat dan ingin membalas dendam kepada seisi kota yang telah membunuhnya. Dan tahun itu spesial karena itu adalah tahun ke-300 kematiannya. Dia akan menjadi sangat kuat, dan siap membalas dendam ke seisi kota..
Dan, tentu saja Norman terlambat melakukannya, hingga seluruh kota diserang oleh para mayat hidup yang digerakkan oleh si penyihir...
Nah, lho...
Sampai setengah buku, saya baca dengan nggak niat. Soalnya saya bukan fans zombie-zombiean. Nggak demen sama mayat hidup juga. Paling males malahan kalo ada cerita zombie-zombie gitu, baik di film maupun buku. Pokoknya nggak ada yang lebih buruk ketimbang sekawanan zombie gila dan seorang kakak cewek salah gaul yang nganggep dirinya paling manis sedunia, tukang dandan lebai, dan tepe tiada akhir ke Cowok Cakep Berhanduk bahkan ketika adiknya dalam bahaya. Cuaappee deehhh... ( ̄____ ̄)
Tapi ternyata setelah itu kisahnya jadi menarik, karena apa yang terjadi kemudian ternyata tidak sesuai dengan pikiran saya.. #tsahh
Apalagi setelah itu kisahnya berubah jadi mengharukan dan ada pesan moral yang bagus di baliknya, hingga saya yang sempat mau ngasih 1 bintang langsung melejit jadi 3 bintang, ditambahin 1 buat Nenek Babcok dan 1 lagi buat Agetha. Terjemahannya juga cukup oke, kendati terlalu banyak kata "kendati" di akhir-akhir cerita.. Huehuee...
“Don’t think just because there are bad people out there that there aren’t any good ones. Don’t think you have to go through everything alone. I thought the same thing. For a while.”
Paranorman by Elizabeth Cody Kimmel is a novel about a boy called Norman who has the ability to see and speak to ghosts. His is picked on by his family and friends for having this ability. Once an awful witch’s curse unleashes hordes of zombies in his home town, Norman has to think straight to keep his brains from being eaten.
This book was a lot of fun to read. I absolutely adore the movie and knew I would enjoy this book and that’s exactly what happened.
The cast is a mixture of misfits that we all know, the relationships Norman has with a select few range from ones we’ve experienced ourselves and the message of this story is heartwarming. It’s about doing the right thing and being there for the people who you least expect to need help.
Told in a way which celebrates zombie b-movies, ghosts, dysfunctional families, silly friends and curses on witchs makes this novel so easy to read. There are illustrations throughout which are so detailed and tie in with the animated film.
The novel is quick and easy must-read, the movie is one of my favourites to watch several times.
This was an incredibly accurate adaptation of the screenplay. Almost like watching the director's cut since there were so many details that added beautifully to the story that we didn't get to see in the movie.
I also LOVE that the Kimmel kept Mitch true to his movie character! His "my boyfriend" line was priceless!
Judul : ParaNorman Pengarang : Elizabeth Cody Kimmel Ilustrator : Ross Stewart Penerjemah : Reni Indardini Penyunting : Rina Wulandari Cetakan : Agustus 2012, Penerbit : Mizan Fantasy
“Tidak ada salahnya merasa takut, Norman, asalkan kau tidak membiarkan rasa takut mengubah dirimu.” (hlm 97)
“Terkadang ketika orang-orang sedang takut sekali, mereka mengatakan dan melakukan hal yang buruk. Kita semua berbuat begitu kadang-kadang.” (hlm 229)
Apa yang kira-kira akan kamu lakukan ketika tidak ada seorangpun yang mau mempercayaimu, bahkan termasuk orang tua dan saudaramu sendiri, padahal kamu benar-benar tidak sedang berbohong? Abai, cuek, dan tetap menjalani hidup dengan apa adanya, seperti itulah yang dilakukan oleh Norman Babcock. Bocah SD ini memang special karena kelahirannya juga spesial. Konon, seluruh lampu di bangsal bersalin mendadak konslet dan anjing-anjing di sepenjuru kota serempak melolong dan muncul pelangi berbentuk tanda tanya di langit, semua itu terjadi tepat dengan waktu kelahiran Norman ke dunia. Dan, sebagai buktinya, Norman memang dapat melihat hantu dan bahkan berkomunikasi dengan mereka.
Sayangnya, bakat ini dianggap aib oleh keluarga dan teman-temannya. Jika dipikir-pikir, siapa sih yang tidak pingsan di tempat kalau ada orang yang bisa memberi tahu kita bahwa di perempatan yang itu ada hantu korban kecelakaan yang mengemudikan mobil hantu, atau di cabang pohon yang besar di sana itu ada arwah penasaran yang mengulang-ulang ritual yang sama setiap hari. Elizabeth Cody Kimmel, yang juga penulis seri buku Suddenly Supernatural rupanya masih membawa konsep yang sama dalam ParaNorman ini, yakni tentang seorang medium atau individu yang memiliki bakat untuk melihat dan berkomunikasi dengan arwah, yang kemudian bertugas untuk membantu para arwah penasaran itu menyelesaikan urusan yang belum selesai di dunia. Mungkin tema dan jalan ceritanya terdengar mengerikan. Tapi, yakinlah bahwa penulis yang satu ini sangat piawai menjadikan dunia supernatural yang kelam menjadi sesegar dunia remaja yang konyol dan membuat orang menepuk jidatnya sendiri.
Kembali kepada Norman. Suatu hari, Norman mendapat peringatan dari seorang hantu mantan penjaga kuburan bahwa tepat pada malam perayaan pengadilan penyihir yang ke-300, akan ada serangan zombie ke kota tercintanya. Kota Blithe Hollow memang memiliki sejarah kelam dengan pengadilan penyihir sebagaimana yang terjadi di kota Salem tahun 1700 -1800-an. Salah seorang terduga penyihir konon mengutuk tujuh juri yang mendakwanya sebagai penyihir, menjadikan mereka tewas secara mengenaskan untuk kemudian dibangkitkan lagi pada perayaan ke -300 kota Blitte Hollow.
Sayangnya, tidak ada yang percaya dengan peringatan Norman bahwa zombie-zombie akan menyerbu kota malam itu. Maka, ia pun memutuskan untuk mengatasi masalah berbau supranatural ini sendirian. Dan, ketika para zombie itu benar-benar menyerang kota, sudah terlambat bagi Norman untuk memperingatkan seluruh warga. Dengan dibantu teman, mantan musuh, tetangga, dan juga kakaknya (yang super judes dan bawel), kelompok anak-anak ini harus bahu membahu menyelamatkan kota dari serangan para zombie. Dan, pada akhirnya, Norman pun dihadapkan pada satu tugas yang hanya dia sendiri yang mampu melakukannya. Sebuah tugas berbau supernatural yang akan menyingkap sejarah kelam dari pengadilan penyihir kota Blitte Hollow 300 tahun sebelumnya.
ParaNorman ditulis oleh Elizabeth Cody Kimmel, sang pengarang seri Suddenly Supernatural, berdasarkan naskah film versi animasinya yang ditulis oleh Chris Butler. Novel ini diluncurkan berbarengan dengan rilis film 3 dimensinya di AS bulan Agustus 2012 lalu. Walau kesannya mengerikan, yang mengingatkan pada seramnya film-film zombie tahun 1980-1990-an (semisal Night of the Living Dead—yang kebetulan juga disukai Norman), buku ini benar-benar jauh dari kesan horor. Malahan, kesan horor yang mungkin timbul langsung segera ditepis oleh si pengarang lewat celetukan-celetukan Norman yang konyol. Belum lagi kehadiran Courtney—kakak perempuan Norman—yang alaynya minta ampun. Kehadiran-kehadiran para remaja alay inilah yang membuat ParaNorman begitu menyenangkan—alih-alih menyeramkan—untuk dibaca dan ditonton.
Penulisannya juga sangat segar, khas film-film slapstick model Amerika dengan tingkah para remaja yang “ngak penting banget”. Ada adegan di mana sesosok vampire mengapai-gapaikan tangannya yang hanya tulang ke rambut Courtney. Bukannya takut atau menjerit ngeri, si Courtney ini malah marah-marah dan memukul balik si zombieyang dianggapnya merusak rambut indahnya yang susah-susah ia rawat di salon. Padahal, saat itu ia sedang satu mobil bersama calon pacar idealnya (tidak perlu disebutkan bahwa mobil itu dibuntuti oleh tujuh zombie yang bergerak mengerikan ke arah kota dan salah satunya tengah nangkring di atap.
Pada akhirnya, buku horor namun konyol ini memang diperuntukkan bagi remaja. Tentang kepercayaan pada kemampuan diri sendiri, tentang menjadi dirimu sendiri, dan tentang pengeahuan bahwa selalu ada teman yang bersedia membantumu di luar sana. Inilah nilai-nilai yang seharusnya dipelajari dan dipegang teguh oleh para remaja.
“Semua orang kadang butuh bantuan. Jangan pernah takut meminta pertolongan. Untuk itulah kau mempunyai keluarga dan teman. Itulah yang terpenting.” (hlm 97)
“Selalu ada seseorang di luar sana yang bersedia mendampingimu. Di suatu tempat. Kau semata-mata harus memperkenankan mereka membantumu.” (halaman 231)
I love this book alot! If you like some mystery, fantasy, or just zombies, you will love this book. Its a little boring at first but it gets way better once you move on.
Norman bukanlah anak yang normal, dia special. Norman bisa melihat dan berkomunikasi dengan orang yang sudah meninggal. Karena kemampuannya ini Norman jadi dianggap aneh dan dikucilkan oleh teman-teman bahkan keluarganya. Di sekolah, Norman selalu dibully. Tapi Norman adalah typical anak yang cuek dan tidak ambil pusing dengan segala perlakukan itu.
Norman tinggal di sebuah kota bernama Blithe Hollow. Beratus tahun yang lalu, terjadi sebuah pengeksekusian terhadap seorang wanita yang diduga sebagai penyihir. Wanita ini tidak terima sehingga dia bersumpah akan membalas dendam dan menghantui Blithe Hollow.
Pada suatu hari, Norman didatangi oleh seorang kakek yang dikenalnya sebagai orang tua penjaga makam tua. Kakek itu berkata bahwa adalah Norman harus menghentikan kutukan si penyihir itu. Norman dan kakek itu rupanya masih saudara jauh. Sebelumnya kakek itulah yang bertugas meredakan kemarahan si penyihir di setiap peringatan kematian. Tapi karena kakek itu sudah meninggal, Norman lah yang bertanggung jawab mengemban tugas itu.
Tibalah di malam peringatan kematian si penyihir yang ke-300 tahun. Keadaan kota menjadi sangat mencekam. Zombie-zombie bangkit dari kubur dan meneror warga kota. Hanya Norman yang bisa mengentikan semua kekacauan ini.
Akhirnya Norman mencari makam penyihir itu dan berusaha berbicara padanya. Ternyata yang dimaksud penyihir hanyalah seorang anak kecil yang bisa mempunyai kemampuan paranormal, seperti Norman. Warga kota merasa takut terhadap anak itu, sehingga mereka menuduh anak itu sebagai penyihir dan membunuhnya. Setelah bicara dari hati ke hati, Norman akhirnya bisa menenangkan anak kecil itu dan menghilangkan semua kutukan yang ada di Blithe Hollow.
Norman mungkin tidak akan pernah menjadi normal. Tapi setelah kejadian itu, akhirnya keluarganya mau berusaha menerima Norman apa adanya.
Well, ini yang aku suka dari novel anak-anak. Ceritanya simple, bahasa yang digunakan juga sederhana dan tidak bertele-tele. Dan yang paling penting adalah pesan moral yang terkandung dalam cerita ini.
Norman hanya seorang anak-anak yang digambarkan sebagai anak yang cuek banget. Tapi banyak hal yang bisa kita pelajari dari Norman. Norman berbeda, karena itu di bully oleh teman-temannya. Seperti dalam kehidupan sehari-hari, betapa seringnya kita menilai sesuatu itu aneh hanya karena kita tidak sering melihatnya. Kita melihat perbedaan menjadi ancaman, padahal tidak ada yang salah dari perbedaan itu. Lalu ketika kita merasa terancam, kita akan menjadi takut, dan secara tidak sadar bersikap jahat pada subjek kita anggap sebagai ancaman itu. Padahal kita tidak pernah tau, betapa pedihnya ketika orang menjahati kita hanya karena kita berbeda.
“Tak ada salahnya merasa takut, asalakan kau tidak membiarkan rasa takut mengubah dirimu.” -97-
“Bagaimana dengan orang-orang yang menyakitimu? Tidakkah kau ingin balas dendam – tidakkah kau ingin membuat mereka menderita karena perbuatan mereka?” tanya Aggie. Aggie adalah anak kecil yang dituduh sebagai penyihir. Lalu Norman menjawab, “Iya sih, aku pernah mempertimbangkannya. Tapi apa gunanya? Malah memperparah keadaan saja. Mereka semata-mata bakal membalas lebih bengis lagi. Lagi pula, nantinya juga akan baikan kok. Jangan kira karena diluar sana ada orang jahat berarti tidak ada orang baik. Jangan kira kita harus melalui semuanya sendirian. Aku sempat berpikir begitu. Untuk sementara.”
“Selalu ada seseorang di luar sana yang bersedia mendampingimu. Di suatu tempat. Kau semata-mata harus memperkenankan mereka membantumu.”
Oiya Norman juga mungkin tipe anak yang introvert karena saking seringnya dianggap aneh, dia jadi lebih nyaman jika seorang diri. Tapi ada seorang anak yang bernama Neil. Neil juga anak yang selalu dibully karena badannya yang gemuk, tapi Neil selalu ceria. Ketika Norman sedang ingin sendiri, Neil selalu berkata, “Lebih asyik sendirian bersama-sama”. Haha… mana ada orang sendirian sama-sama… :p
Overall… ParaNorman ini cerita yang bagus untuk anak-anak dan semua umur. Yah karena tidak semua orang yang mengaku dewasa bersifat dewasa. Kadang kita masih harus belajar pada anak kecil. Oiya ParaNorman udah ada film animasinya lho… bagi yang malas membaca ya silakan nonton filmnya aja… ^^
Norman Babcock adalah anak laki-laki yang memiliki kemampuan spesial, yah meskipun banyak orang malah mencemoohnya karena bakat spesialnya tersebut. Mampu berkomunikasi dengan hantu memang memberikan Norman banyak masalah ketimbang banyak kegunaan, ia bahkan lebih sering berkomunikasi dengan mereka yang sudah mati ketimbang mereka yang masih hidup. Orang-orang yang masih hidup malah menganggap Norman anak yang aneh, menurut mereka Norman lebih sering berbicara sendiri seperti orang gila ketimbang bersikap seperti anak-anak pada umumnya.
Tak hanya tetangganya, teman-teman di sekolah, bahkan Ayah Norman sudah sering menegur Norman agar tidak ‘berperilaku aneh’. Tapi mau bagaimana lagi, hampir di setiap tempat yang ia lewati ataupun ia kunjungi selalu ada arwah yang mencoba berkomunikasi dengannya, bahkan arwah katak sekalipun seperti satu yang ada di ruang kelasnya.
Suatu hari di pemakaman Nenek Babcock, ada seorang laki-laki berpenampilan aneh, ia berteriak memanggili Norman dan bersikap seakan-akan ia juga dapat melihat arwah. Usut punya usut, lelaki itu ternyata masih memiliki darah keluarga yang sama dengan Norman dan ia adalah penjaga makam, namanya Mr. Prenderghast. Norman bertemu dengannya lagi sepulang dari latihan drama. Lelaki itu berpesan bahwa Norman adalah satu-satunya orang yang harus menyelamatkan seluruh warga Blithe Hollow, tentang hantu penyihir, kutukan dan zombie yang mengancam kota.
Norman dan teman-temannya akan mementaskan drama dalam rangka memperingati 300 tahun sejarah sidang seorang penyihir yang pernah ada di Blithe Hollow. Penyihir tersebut dikisahkan telah mengutuk hakim dan orang-orang yang menghukum mati dirinya.
Awalnya sih Norman tidak begitu ambil pusing dengan permintaan Lelaki aneh tersebut, tetapi mimpi yang berulangkali muncul serta tanda-tanda lainnya membuat Norman sadar bahwa semua ini benar-benar nyata. Bagaimana cara Norman menyelamatkan kota, sedang ia sendiri hanya anak kecil yang tak banyak dipercaya orang? Apakah ia sanggup melawan penyihir dan zombie-zombie yang masuk dan mengejar-ngejar penduduk kota?
Ini adalah buku kelima dari Elizabeth Cody Kimmel yang sudah saya baca. Buku lainnya yaitu seri Suddenly Supernatural yang tokohnya ternyata sama-sama memiliki kekuatan supranatural, yaitu mampu berkomunikasi dengan arwah, Bedanya si Norman ini tidak memiliki keluarga yang mendukungnya dalam hal ‘keistimewaannya’ tersebut. Membaca buku ini awalnya membuat saya prihatin dengan Norman, terutama karena dia sering dibully oleh Alvin, teman sekelasnya. Padahal kan Norman juga ngga minta lahir dengan kekuatan spesial, lagian juga ngga apa donk menjadi anak yang spesial. Kan semua anak itu spesial (kalo kata guru anak saya) :)
Balik lagi ke Norman, karena kemampuannya itu malah Si Norman minder kalau bergaul dengan orang lain. Belum apa-apa eh udah pesimis duluan, termasuk ketika Neil mencoba berteman dengan Norman.
Awalnya agak pesimis baca buku ini, karena kisahnya tentang zombie (yah, saya nggak begitu suka cerita Zombie), eh ternyata saya malah ngga bisa berhenti baca buku ini (selese dalam waktu 2,5 jam doank!!). Pesan moralnya banyak dan bahasanya ringan, jadi beneran bisa menikmati kisah Norman ini. Sayang ya bukan serial, sebenarnya saya ketagihan baca kisahnya Norman yang lain lagi.
Untuk penggemar fantasi, sihir, atau kisah remaja yang ringan saya rasa buku ini kudu dibaca deh. Bahkan bisa juga diberikan kepada seorang teman atau sahabat yang spesial :)
Apa yang akan kaulakukan apabila dapat melihat hantu dan berkomunikasi dua arah dengan mereka? Pura-pura tidak lihat? Atau berusaha mendengarkan dan menindaklanjuti curhat mereka sehingga jiwa mereka bisa benar-benar rest in peace?
Di Blithe Hollow, hiduplah seorang anak bernama Norman Babcock yang memiliki kelebihan seperti itu, bahkan yang bisa ia lihat dan berkomunikasi dengannya bukan hanya hantu manusia, tapi juga hantu binatang. Mending kalau jumlah yang harus dihadapi sedikit, ini sih banyak... dan hantu manusia lebih merepotkan karena cerewet dan tidak mau antri. Untung Norman hidup di kota kecil, bagaimana kalau hidup di kota besar di mana orang bisa mati setiap menitnya?
Tapi selain para hantu yang membutuhkan perhatian Norman, hampir tidak ada yang mengapresiasi kelebihan Norman. Yang ada ia kerap dikerjai di sekolah, terutama oleh Alvin Si Tukang Gencet, dan dipandang sebagai calon penghuni rumah sakit jiwa oleh... hampir seluruh penduduk kota, sebenarnya. Siapa sih, yang mau percaya kalau ada anak kecil yang mengaku bisa ngobrol dengan orang yang sudah mati? Tidak ada Bruce Willis di Blithe Hollow.
Sampai suatu ketika, Norman tiba-tiba mendapat "warisan" tugas dari paman buyutnya, yang ternyata memiliki kelebihan yang sama dengannya dan dianggap gila juga oleh seluruh penduduk kota, untuk mencegah kebangkitan penyihir terkenal Blithe Hollow. Tiga ratus tahun lalu seorang penyihir dieksekusi oleh tujuh hakim Blithe Hollow dan mengutuk para eksekutornya agar bangkit dari kubur sebagai mayat hidup, setiap tahun pada hari eksekusinya. Selama lima puluh tahun terakhir itu menjadi tugas si paman buyut, apa daya tahun ini ia meninggal dunia sehingga tugas tersebut harus jatuh ke tangan penerusnya.
Bisakah Norman menunaikan tugas mahaberat itu?
Meskipun premisnya horor, sebenarnya ini buku komedi horor, jadi kalau menurutku sih nggak ada seram-seramnya. Karakter-karakternya konyol-konyol, bahkan Alvin si Tukang Gencet. Iya sih, siapapun bisa bersikap konyol kalau tahu-tahu berhadapan dengan zombie. Meskipun tidak sengaja dan tak ada yang sukarela sebenarnya, Norman tidak sendirian dalam usahanya mendamaikan kota Blithe Hollow dari hantu penyihir dan para zombie. Selain Alvin, ia dibantu oleh temannya Neil dan kakak Neil, Mitch. Tidak lupa pula kakak perempuan Norman, Courtney, yang ngotot ikut dalam misi Norman demi menggaet Mitch, yang disebutnya Cowok Cakep Berhanduk.
Oya, novel ini merupakan novelisasi dari naskah film animasi stop-motion yang pertama kali tayang pada musim panas tahun 2012 lalu. Ratingnya cukup bagus di IMDb dan Rotten Tomatoes. Selain sukses di box-office, filmnya juga masuk nominasi Academy Award untuk kategori Best Animated Picture.
Komentar pertama setelah membuka pembungkus plastik buku ini : “WOW ... desain sampulnya keren dan menarik” – bahkan penerbit mempertahankan edisi illustrasi asli, yang membuatku semakin kegirangan ( karena pengalaman sebelumnya, dimana beberapa novel-novel fantasi justru dirubah atau tidak ditampilkan edisi aslinya ). Sebelum diriku memulai membaca kisah ini, terlebih dahulu ku-ingat-kan bahwa sampai selesai membaca buku ini, belum pernah kutonton filmnya, jadi review ini murni dari hasil baca bukunya. Selain desain sampul, illustrasi yang menggoda, nama penulis sudah kukenal lewat serialnya Suddenly Supernatural yang tidak kalah menariknya. Maka semakin mantap diriku untuk memasukan buku ini sebagai koleksi bacaan, dan kini mari kita mulai bersama perjalanan ‘mengintip’ apa sebenarnya isi di dalamnya ...
Norman terlihat sebagai bocah biasa, yang tidak populer di kalangan anak-anak sebayanya maupun orang-orang dewasa. Tapi akhir-akhir ini Norman menjadi sorotan serta bahan pembicaraan di mana-mana. Karena Norman bukan bocah biasa, ia anak aneh yang harus dijauhi. Kisah sebenarnya, Norman adalah bocah dengan kemampuan khusus, ia bisa melihat serta berkomunikasi dengan para arwah gentayangan. Nah, mungkin ada yang menganggap itu suatu kemampuan yang menakjubkan atau bahkan keren abis. Tapi percayalah, bagi Norman kehidupan sehari-hari yang senantisa berada di dua dunia yang berbeda, itu lebih sering membuatnya capek dan mengalami hal-hal tidak enak.
Gue liet filmnya dulu, dan gue suka filmnya. Jadi penasaran sama versi bukunya, selain itu covernya juga menarik, jadi deh beli bukunya.
Dan waktu ngebaca, ternyata... ini buku 'based on the film' kebalikan dari kebanyakan novel lainnya. Agak kecewa sih.
So, Elizabeth C. Kimmel udah berhasil ngebuat buku yang bener-bener mirip sama filmnya. Maksudnya, gue suka ini buku. Walopun agak gak sreg gimana gitu.
Judulnya mungkin banyak mengecoh, Paranormal, jadi ParaNorman. Ini mungkin disebabin Norman yang bisa ngliat hantu-hantu yang bergentayangan, aka paranormal. Jadi di mix namanya dan hasilnya ParaNorman.
Gue suka banget fantasy-paranormal, walopun jarang baca buku-buku yang bergenre gituan, tp udah banyak ntn filmnya. Di dalem buku ini juga banyak selingan komedi yang nggak ngebuat kita takut sama zombie, hantu yang menghantui Blithe Hollow, tempat Norman tinggal. Mungkin diselingin komedi gitu karena ini buku anak-anak, dan emang ini buku anak-anak. Tiap-tiap tokohnya punya sifat yang beda-beda, ada yang judes ga masuk akal, tapi macem-macem.
Cerita ParaNorman diawali ketika Norman di kamarnya sedang menonton film zombie bersama arwah neneknya--ilustrasi yang dimasukin juga bagus, bener-bener mirip kayak yang di filmnya, ya, Norman bisa ngeliat hantu-hantu walaupun orang lain enggak. Dan ini ngebuat Norman sedih, karena semuanya jadi nganggep Norman anak aneh, gila, dsb.
Bahasa yang dipake translator ringan, jadi enak ngebacanya. Enggak jenuh, jadi bisa nyelesein ini buku 1 hari tanpa jeda.
Mungkin, kalo Elizabeth C. Kimmel bisa masukin sedikit fantasi tambahan ke buku ini, buku ini bakal lebih menarik, saran gue aja sih. Tapi, overall, buku ini menarik. :)
SUKA BANGET! Tapi nggak bisa kasih terlalu banyak 'bintang'. Mungkin karena sekarang aku sudah besar ya.. jadi kurang wah pas baca buku ini. Paranorman memang lebih menakjubkan saat berbentuk film animasi. Lebih asyik ditonton daripada dibaca. Terutama kalau mengingat banyaknya zombie yang aneh-aneh membanjiri kota tempat Norman tinggal, yaitu "Blithe Hollow". Leluconnya juga kocak, setiap karakternya khas. Khas anak-anak.
Eniwei, aku agak terganggu karena nama tokoh utamanya "Norman". Terbayang beberapa kenalan yang bernama sama. Hehehe. Tapi overall sih suka, soalnya Norman ini beda. Unik. Aneh. Tapi dia bangga, dan pada akhirnya semua orang tahu bahwa dia punya sesuatu yang luar biasa.
Emang rugi bangetlah orang yang menghabiskan waktu dengan tidak menjadi dirinya sendiri.. Norman sendri pernah protes ke ayahnya saat ayahnya menghukumnya karena menjadi diri sendiri,
"Dihukum? Kenapa? Karena jadi diri sendiri?"
Hmm, jadi 'berbeda' memang kadang menakutkan. Manusia 'kan makhluk sosial, jadi mudah merasa kesepian kalau merasa terasing di lingkungannya sendiri. Tapi kemudian aku suka ketika Nenek Babcock berkata seperti ini pada Norman,
"Tak ada salahnya merasa takut, Norman.. Asalkan kau tidak membiarkan rasa takut mengubah dirimu."
Selain itu, ketika kau merasa takut dan butuh pertolongan dari orang lain. Katakan saja! Kata Nenek Babcock..
"SEMUA ORANG kadang butuh bantuan. Jangan pernah takut meminta pertolongan. Untuk itulah kau punya keluarga dan teman. Itulah yang terpenting."
Cerita ini berkisah tentang seorang anak bernama Norman Babcock. Norman memang bukan anak biasa, ketika ia lahir, sering muncul keanehan. Norman memiliki kemampuan spesial, yaitu bisa berkomunikasi dengan arwah orang sudah meninggal, banyak orang yang mencemoohnya karena kemampuannya tersebut karena dianggap mengganggu dan menimbulkan banyak masalah. Teman - teman bahkan keluarga Norman sendiri mengangap Norman tidak waras karena sering kali menemukan Norman berbicara sendiri.
Intinya suatu hari Norman diberi tugas oleh arwah paman buyutnya untuk menghalau sang penyihir yang mengutuk kota Blithe Hohlow. Disinilah kekacauan terjadi, Kota Blithe Hollow diserang sekelompok Zombie. Dan, ketika para zombie itu benar-benar menyerang kota, sudah terlambat bagi Norman untuk memperingatkan seluruh warga. Dengan dibantu teman, mantan musuh, tetangga, dan juga kakaknya, kelompok anak-anak ini harus bersama-sama menyelamatkan kota dari serangan zombie itu. Pada akhirnya, Norman pun dihadapkan pada satu tugas yang hanya dia sendiri yang mampu melakukannya.
Walaupun saya ga suka sama cerita tentang zombi-zombian ato semacemnya tapi buku ini cukup menarik juga, gaya bahasanya yang ringan , dan jalan ceritanya apa yang terjadi berikutnya tidak sesuai sama yang saya pikirkan hahaha. Selain itu ada beberapa pesan moral juga yang disampaikan penulis dalam cerita ini.
This was a cute book. I have not seen the movie so I don't know how exact a replication the book is, but I do believe the movie came out first. Fast read, not a lot of characterization. This is more of an action-oriented book.
Book Description Publication Date: June 5, 2012 | Grade Level: 3 and up In a quaint New England town with a history of witches and pilgrims, misunderstood eleven-year-old Norman Babcock can see and talk to ghosts. No one believes him, of course-everyone just thinks he's weird (including his parents). But when a folktale of a witch who cursed her accusers turns out to be true, it's up to Norman to save the town from pilgrim zombies! He'll also have to take on a very angry witch, an annoying sidekick, his boy-crazy teenage sister, and dozens of moronic grown-ups who get in his way. This young ghoul whisperer finds his paranormal talents pushed to their otherworldly limits in this hilarious and spooky adventure!
Featuring gorgeous black-and-white interior illustrations and a story beyond what you'll see in the film, this novel is sure to delight!
Nunggu ni buku datang serasa seabad,lama bgt hampir 3 minggu.Akhirnya datang semalam,dan baru mulai dibaca pagi ini.ceritanya ringan,konyol dan lumayan lucu.jadi pengen liat versi filmnya ,,.Paranorman berkisah tentang seorang anak lelaki bernama norman babcok yang mampu melihat bahkan ngobrol dengan arwah/hantu.Kemampuannya membuat dikucilkan dan sering dijadikan olok-olokan oleh teman-temannya. Hingga pada suatu hari norman diberi tugas untuk menghalau sang penyihir yang telah mengutuk kota Blithe Hollow oleh hantu paman buyutnya.Kekacauan pun terjadi dan kota Blithe Hollow diserang oleh para zombie.tapi dengan bantuan teman dan keluarganya norman berhasil menghilangkan kutukan tersebut. Paranorman memberikan kejutan ditengah-tengah cerita,tak terduga,,, suka ,,,pasti bkl baca ulang tp gak pengen kaya norman yang bs liat hantud
ceritanya sebetulnya menarik. mengenai perbedaan dan gimana orang-orang pada umumnya menyikapinya. ada yang mengejek, ada yang nggak mau tahu, dan ada pula yang bersikap memusuhi. belum lagi kalau jenis perbedaannya itu menyangkut hal-hal supernatural, semacam yang dialami Norman. tapi seperti kata shakespeare: All well, ends well. dalam cerita ini tentunya. tapi di dunia nyata, belum tentu. sudah banyak contoh kasusnya terjadi di Indonesia, negeri yang katanya menganut Bhinneka Tunggal Ika.
yang bikin rada ga suka karena bahasanya yang mungkin agak terlalu gaul buat gw. atau emang anak zaman sekarang ngomongnya pada gitu, ya? terutama gw ga suka dengan kata "bego". gw ngerasa konotasinya sangat negatif. kenapa nggak pakai kata bodoh yang lebih halus. oh, well...
I discovered this after having seen--and loved--the movie. The novel, based on the screenplay, added details to the story that were not in the film. It was similar to watching the director's cut of a film. It was a quick, enjoyable read, which was just what I wanted to take with me on vacation.
Cerita horor yang ringan dan agak kocak. Saya suka tokoh utamanya yang tegar. Ilustrasi dalam novelnya bagus. Hanya saja, kalau tidak ingin imajinasi terganggu ketika membaca, lebih baik tidak usah melihat gambar-gambar yang ada.
A highly underrated story, one which I find very relevant, given many of the stories you hear about in the news today. It would be easy to connect a tale like this to horrific incidents regarding minorities, the LGBT community, even the mentally ill, anything which might breed fear in the ignorant, uneducated, or misinformed, and lead to acts of violence. Same story, different historical period.
The identity of the witch was always something I found very sad and disturbing, as well as how she meets her untimely end. Such things were commonplace at one time, whether in our own country or elsewhere. It was a wonderful plot twist, albeit one that yanks at the heartstrings, hard, and without mercy. As a father, it never fails to affect me, no matter how many times I watch the movie. Even the remorse her executioners feel at the end is heartfelt in some way - would people like them, who lived during the Salem Witch trials, feel similarly if given the chance to see the effects of their misdeeds, hundreds of years later? It's hard not to wonder about such things, and I love that a children's story could inspire such profound questions.
I also find the way that Blithe Hollow embraces and celebrates the witch's trial and execution very relevant. Though it's not a popular opinion, I always found it incredibly offensive the way people dress up as witches and visit Salem, Mass in October. Though on a much smaller scale, it would be like dressing up in striped pajamas and visiting Auschwitz, attending street fairs, and having fun. Salem is famous for a great and shameful tragedy, a period in American history that shouldn't be celebrated in so disrespectful a fashion. I know a girl who is a direct descendant of Cotton Mather, who was a major instigator during the Salem Witch trials. And every year, she visits Salem and puts flowers on the graves of all the victims, out of respect, and because she's ashamed of her ancestor and his role in what happened. We should be mourning the passing of these poor souls, not celebrating how they came to be dead. It's easy to make the connection between Blithe Hollow and Salem, and not just for how both are infamous for wrongfully executing people as witches, but how the seriousness of these events have degraded over time, to the point of them being a fun tourist attraction rather than a real tragedy.
As for Norman and his story, it's one that many of us misfits can relate to - feeling like an outcast for being different in some way - sometimes even among your own family. And it wasn't until I discovered fellow misfits, like Neil, who made me feel welcome that I, too, started to like myself more and accept myself the way I am.
I'm sure most people would read this book because they've seen the movie, but if by some chance you haven't seen the film, I highly recommend you do so.
As a book adaptated from a movie, it does pretty okay. It's certainly not as bad as the other movie-to-book novels I've read. And the artistic efforts made by everyone involved helps elevate this book as more than just a movie tie-in.
When I bought this book, I did not know it was adapted FROM the movie. I simply thought that it was the other way around, like Laika's previous film, Coraline. That one was adapted from Neil Gaiman's book of the same title. And Paranorman the book certainly makes mention of it's film origins in the earlier pages of the book, but I was so excited to find a book version of the movie I loved (and still do), that I rang it up the counter without any second thoughts. If I had known that it was a movie tie-in, I'd have been more cautious before purchasing it.
Movie to book adaptations have not had provided me with very good experiences. Certainly far from the experience I had while watching the film, or a vastly different experience had I read it first before watching it.
But book Paranorman does quite well. It does what a book does when put side by side with its movie version: it delivers more. More details, more moments, more nuances. They're nothing massive--nothing that would completely alter the plot, but it does provide the characters with a bit more depth.
The illustrations inserted before each chapter was a nice touch too. They resemble the boxy, angular design of the claymated characters really well, and I believe this was what convinced me at first that this was the original source material.
However, having seen the movie first, I feel like some of the descriptions of scenes and people fall short of how they were depicted onscreen. But that's only because I watched the film first, and doing that could have the same effect on me for any other book.
The movie's message is made a bit more explicit in the book, which, as an adult rubbed me the wrong way, but I had to remind myself that I was far from the book's target demographic.
If you loved the movie, this book may or may not provide you with more than what you've witnessed, but it's still an enjoyable read.
So spent a little too much time with this one as my week was super busy and this one read so fast I put it off thinking I could binge it in a day and fell asleep several nights LOL..so I chose this one as it’s a rare one that I have more than one copy of after double buying at our Scholastic book fairs, so I thought it would be perfect to booktalk—and I found out its based on a movie or something so another amazing way to booktalk this one to middle school..Alright so the main character is a 7th grader that is labeled as weird because umm he can see and talk to dead people. This definitely baffles and frustrates his family and pretty much ensures that he doesn’t have many friends-that is until the annual night commemorating the hanging of a little girl named as a witch. For the past 300 years this girl Agatha returns to curse the town with no one having anyway of stopping the zombies she unleashes in the jury of men who condemned her that come alive as the undead. “I just think that’s the same thing that happened to Aggie Penderghast three hundred years ago. A bunch of people came together against her, but none of them could see in the moment that they were doing anything wrong. They were just doing what everybody else was doing.” ” Seventh grade all over again,” Courtney declared. (Pg. 230) So with his family and the town all thinking he is crazy he becomes their only hope in stopping the vengeful Agatha from waking up and wreaking havoc and he makes unlikely friends and of course saves the town and is accepted for his difference..It is a cute story that has its silly moments, snarky teenage humor and predictability but it seems like a great read for middle schoolers as its semi animated with quick chapters and large font that combined with a thrilling read seems like a formula for success, sometimes it sucks reading books like this as an adult but I must know what is on my shelves to recommend/force them on others LOL...
The main character in “ParaNorman” is a young kid named Norman Babcock. I enjoyed this book because it is very relatable to many other people. Norman Babcock is a very strange boy, he can see dead people and dead animals. Norman gets bullied a lot for seeing dead people even though it is not his fault he was born this way, so the other kids do not believe that Norman can actually see dead things. Norman is very angry and sad that these unfortunate events happen to him, sometimes he doesn’t even want to have his special talent. Neil, Norman’s “friend”, is always there to support Norman through anything. Norman on the other hand does not really like Neil.
This book is about an evil curse that is going to overrun Blithe Hollow (Norman’s city), somebody needs to help rid this evil once and for all, but who? This book is a fiction novel, for example the dead can not come back as “the living dead” (zombies). When I read this book, I didn’t think that I liked it very much. Then as I kept reading on, it just got more fascinating by the minute. This book is for younger kids (9 - 12), it is also for people who enjoy powers and zombies, so I think that Elizabeth Cody Kimmel did an excellent job for creating a very relatable novel.
This book is like none other book that I have read. It has that attention grasping plot and the outcome of the book is just like real life, but very different at the same time, for example, Norman went from a total freak to a normal kid with a special talent. I am very glad I got to enjoy this book very much, and I hope to read many more of her novels (if there are any).