Ketika bangun di pagi hari, aku memikirkan dirimu. Ketika bersiap-siap tidur, aku memikirkanmu juga. Dan di antara rentang waktu itu, aku memikirkan kita...
Bersiap-siaplah dibuai oleh 16 buah cerita manis karya 8 orang penulis berbakat. Bebaskan dirimu untuk tersipu-sipu, tergelak, bahkan mungkin sampai menangis. Kenapa tidak? Tak ada yang salah atau benar. Karena cinta yang membuatmu begitu....
Adhitya Mulya (Adit) aspires to be a story-teller.
At early age, Adit learned and enjoyed story telling thru visual mediums like movies and drawings. This, inspired little Adit to take up drawing as a child, and later photography in his teen years.
As a young adult, Adit tries to expand his storytelling medium thru novels. Jomblo (2003) is his first novel (romantic comedies) and was national best-seller - and later made into a movie by the same title (2006). He went on to write another rom-com novel Gege Mengejar Cinta (2004).
Adit uses novels as a medium to try new genres. Travelers Tale (2007) was the amongst the first Indonesian fiction novels with traveling theme before becoming mainstream in Indonesia. Mencoba Sukses (2012) was his effort to try on horror-comedy which later found, not working very well.
He released Sabtu Bersama Bapak (2014), a family themed novel which again became national best seller, well received, and also made its' way into motion picture (2016).
His latest novel, Bajak Laut & Purnama Terakhir (2016) - is his effort in learning how to make a thriller-history novel.
Adit's passion towards storytelling branches out from drawing, photography to novel and move scripts, which amongst other are, Jomblo (2006) Testpack (2012) Sabtu Bersama Bapak (2016) Shy-Shy cat (2016).
Judul Buku : Empat Musim Cinta (tentang aku, kamu, dan rasa) Penulis : Adhitya Mulya, Andi F. Yahya, Hotma Juniarti, Andi Fauziah Yahya, Okke ‘Sepatumerah’, Rizki Pandu Permana, S.A.Z Al-Fansyour, Veronika Kusuma Wijayanti Penerbit : Gagas Media Tebal : 174 Halaman Tahun Terbit: 2010 Harga: Rp30,000 (Leksika Kalibata City)
Rating: 2/5
“Ketika bangun di pagi hari, aku memikirkan dirimu. Ketikabersiap-siap tidur, aku memikirkanmu juga. Dan, di antara rentang waktu itu, aku memikirkan kita…..”
Empat Musim Cinta berisi kumpulan cerita-cerita pendek beberapa penulis yang aku gak begitu kenal kecuali Adhitya Mulya. Berdasarkan sekilas info tentang siapa saja penulis yang ada di halaman belakang buku bisa aku ketahui bahwa penulis yang ada di kumcer ini sepertinya tidak menjadikan menulis sebagai pekerjaan utama. Hampir kesemuanya menulis karena sebatas kegemaran saja, kecuali seperti kita tahu, Adhitya Mulya. Pertama kali melihat cover buku ini, aku langsung jatuh hati dengan desainnya yang berkesan teduh dan memanjakan mata. Dengan warna pink cerah bergambar jejeran pohon sakura yang berbunga indah. Bukan synopsis atau sajak yang biasa ada di belakang kaver buku terbitan Gagas Media yang membuat aku tertarik membaca buku ini, namun semata-mata karena kavernya (tentu juga karena di kavernya tertulis “Adhitya Mulya”). Jadi, pepatah don’t jugde a book by its cover seperti gak berlaku bagi aku.
Berbicara tentang konsep, penyusunan kumcer ini berisi 16 cerita pendek dari 8 penulis. Masing-masing penulis menyumbang 2 cerita dengan gaya bercerita yang bervariasi. Adhitya Mulya, misalnya, menulis 2 cerita komedi di awal buku. Tentu dengan membubuhkan sedikit bumbu-bumbu romantisme pada setiap ceritanya. Sayangnya, sorry to say, kedua cerita dari penulis komedi terkenal ini gak membuat emosi aku turun naik. Terlalu ringan dan datar.
Cerita menarik justru datang dari penulis S.A.Z Al-Fansyour. Dengan cerita berjudul “Pilihan Lamoreng” dan “Sekeping Hati yang Tersisa” sukses membuat aku merinding membaca twistnya. Apik dan gak mudah diduga.
Cerita pendek “Pilihan Lamoreng” menceritakan tentang kehidupan suami istri Lamoreng dan Banuang. Gosip sudah sampai ke telinga Banuang bahwa Lamoreng, suaminya yang sudah lama tidak pulang ke rumah karena urusan pilkada, akan menceraikannya. Perihal cerai-mencerai itu tentu menyakitkan hati Banuang. Ia takut gossip itu akan menjadi kenyataan. Masalahnya, sebelum Lamoreng pergi, mereka sempat berdebat hebat soal siapa yang akan dicoblos pada pemilihan gubernur dalam pilkada nanti, sedang Banuang dan Lamoreng memiliki pilihan yang berbeda. Selama membaca cerita ini, rasa penasaran terus menggelitik pikiran saya. Kira-kira apakah Lamoreng akan secetek itu pemikirannya sehingga harus menceraikan Banuang hanya karena perbedaan pendapat? Apakah Banuang sebegitu keras kepalanya sehingga tetap kekeuh menolak mengikuti pilihan Lamoreng?
Well, cerita dari S. A. Z ini mengingatkan saya kepada karya sastra pendek. Sangat jauh berbeda dibandingkan dengan cerita-cerita lain di dalam buku ini, yang cenderung menye-menye dan kurang berkelas. Rasanya seperti terlempar kembali ke era 90-an saat membaca kumpulan cerpen di majalah-majalah remaja yang ditulis penulis amateur.
Kebanyakan cerita-cerita dalam buku ini gak ada yang membekas di ingatan aku, menandakan cerita-cerita ini gak begitu berkesan. Kurang berbobot. Malah ada cerita yang dari awal sampai akhir cerita gak ditemui dialog sama sekali! Mana setting ceritanya tentang berbau-bau sejarah begitu. Wew, bisa dibayangkan bukan, betapa membosankannya cerita model begitu?
Meskipun begitu, harus aku akui setiap penulis memiliki gaya bercerita yang khas dan berbeda. Seperti misalnya, Rizki Pandu Pratama. Cerita-cerita ia bersetting suasana Eropa. Terkesan klasik. Juga Veronika Kusuma, yang menjabarkan tentang dunia pelacuran ABG dan cerita seorang yang mengidap sipilis. Lain hal dengan Okke ‘Sepatumerah’ yang menyuguhkan cerita sesuai dengan trend ABG masa kini ; semisal acara uji setia di televisi dan perjuangan cewek gendut yang terobsesi menjadi kurus. So drama, huh? Kemudian ada pula cerita ‘nyeleneh’ dari Andi Fauziah Yahya. Kenapa bisa aku bilang nyeleneh? Baca saja… hehehehe…
Entah kenapa, tapi aku (mungkin) merasa terlalu tua membaca buku ini. Buku ini akan menarik (mungkin) jika dibaca oleh remaja atau kalian yang menyukai genre teenlit dan sebagainya. Ringan, santai, dan gak bikin mikir. Oh iya, pun jangan pernah bertanya kenapa kumcer ini diberi judul “Empat Musim Cinta”. Karena aku rasa itu hanya sebuah ide yang terlontar tanpa memiliki konsep berarti terhadap isi buku. Gak nyambung blass.
At the end, I give my 2 of 5 stars. It’s enough for short story collection which are too commonly and almost flat.
Kumcer ini disusun oleh 8 pengarang berbeda dan ada 16 cerita di dalamnya, berarti tiap penulis menulis 2 cerita.
Dari judulnya, saya kira semua cerita ini pasti berhubungan dengan cinta. Tapi ternyata tidak. Khususnya untuk cerita kedua oleh Adithya Mulya, yang berjudul 'Scene 40 Yang Bermasalah Itu'. Itu cerita yang... kurang nggak wajar sebenernya. Mengambil tema pocong yang lagi hot mungkin saat itu. Tapi ya tetep aja, dari awal sampe akhir ga ada hubungannya sama cinta-cintaan. Aneh malah, ha ha ha.
Ada beberapa cerita yang saya suka:
Dimsum (Adithya Mulya), atau DIMas SUMitro, sukses membuat saya terpingkal-pingkal. Betapa gigih perjuangan si lelaki (uh, sampai dipalak 3 kali!) demi menyenangkan hati ceweknya pemuja Dimas Sumitro, tapi tak ada yang ia dapat--ha ha ha;
Uji Setia (Okke 'Separumerah'). Tentang Andrea yang curiga pada cowoknya tak setia sehingga mendaftarkan diri di reality show 'Uji Setia'. Diramu dengan ending yang... sebenarnya predictable tapi tetep aja bikin kaget. Konsep reality show 'Uji Setia' juga oke. Memang ada reality show seperti itu atau murni karangan nih? Boleh juga :D ;
Mimpi Dari Ujung Timur Kalimatan (Rizki Pandu Permana) yang dengan briliannya memasukkan unsur sejarah dan budaya membuat saya teringat pelajaran sejarah;
Sekeping Hati yang Tersisa (S.A.Z Al-Fansyour). Kisah yang sendu tapi apik, tentang cinta yang menunggu dan ditunggu, tapi tak bersatu. Tentang pertemuan yang membuat rindu dan kenangan menyeruak ke permukaan (anyway, saya suka konsep duduk-duduk-sorenya, jadi penasaran dengan taman kota Makassar);
Menjemput Mempelai (Veronika Kusuma Wijayanti). Cerpen yang bagus, mengingat saya seorang Katolik jadi saya mengerti alur dan maksud cerita ini. Good job, Veronika. Kau menyampaikan maksudmu dengan baik dan lugas. Yap, ini sebuah cerita tentang penyesalan dan pertobatan. Semua selalu terjadi belakangan, tapi ingatlah, Tuhan tak mengenal kata 'terlambat'.
Saya juga suka cerpen karya Hotma Juniarti: Atas Nama Cinta. Gambaran umum terhadap wanita yang 'diajak' ke Jakarta dengan iming-iming gaji besar. Dan nyatanya? Tapi yah, di balik itu, selalu ada cinta sejati menunggu.
Satu cerita ringan namun agak nge-jleb : Pernah Jadi Aku?-nya Okke 'Sepatumerah'. Jadi teringat mereka-mereka yang secara fisik (maaf) seperti yang digambarkan di cerpen ini. Dan termenung. Mungkin ini yang mereka alami ya...
Saya suka kumpulan cerpen ini. Di luar novelnya yang minim typo, cerpen-cerpennya ringan, tapi ada yang menusuk hati. Seolah mengingatkan kepada diri sendiri. Juga menyiratkan pesan kehidupan lewat kata-kata cerdas dan ilustrasi cerita yang mudah.
Sesuai taglinenya: 'tentang aku, kamu, dan rasa'. Rasa rindu, misterius, cinta, sedih, bahagia, penasaran, semua campur aduk di dalam novel ini. Great
Apa kita diciptakanNya sepasang? Sebab bersamamu ada indah harmoni Sendiri, aku piano kehilangan bunyi - hlm. 52
Waktu browsing ke webnya Gagas, saya langsung tertarik dengan beberapa novel yang setelah saya baca sinopsisnya menarik dan/atau penulisnya udah jaminan saya suka. Terpilihlah Empat Musim Cinta yang lahir dari beberapa nama yang sudah saya kenal di jagad tulis menulis dan telah melahirkan banyak bacaan nan menarik. Sebut saja Mas Andi F. Yahya, Mbak Okke 'Sepatumerah', Mas Adhitya Mulya, Mas Rizki Pandu Permana dan Mbak Hotma Juniarti.
Waktu liat buku ini di Goodreads, saya lalu timbul bingung disini ada Andi F. Yahya dan Andi Fauziah Yahya, keliatan sama kan ya? Langsung deh saya tanya ke Mas Andi F. Yahya, apa keduanya satu orang yang sama? tapi ternyata saya salah, itu dua orang berbeda, walau namanya hampir sama :D
Saya kenal nama Mas Andi F. Yahya dan Mbak Hotma Juniarti dari kumpulan cerita 100 Kata, kalo Adhitya Mulya mah udah banyak bukunya, walau saya harus jujur jika saya lebih merindukan karya-karya istrinya, Mbak Ninit Yunita. Rizki Pandu Permana tau dong ya, itu yang nulis Negeri Van Oranje, dan mbak Okke, saya termasuk pembaca setianya :)
Selain penulis-penulis itu, liat deh covernya yaang cantik itu, dengan warna pink lembut gambar pepohonan itu menjadi sangat manis, padahal pohon ga ada yang warna pink kan ya daunnya? :p Ditambah dengan tulisan judul yang dibuat timbul, saya meras covernya sangat baik dan bermutu.
Ada 16 cerita dari 8 penulis dalam buku ini, itu berarti masing-masing penulis mendapat jatah mengeluarkan 2 cerita. Yap bisa liat sendiri dari judulnya, ini semua bercerita tentang cinta, kalo ditanya empat musim itu apa aja? Saya rasa empat musim disini terlihat dari waktu penulisan.
Saya suka hampir semua cerita dalam buku ini, bener-bener kerasa deh perbedaan tulisan dari para penulis. Beberapa tulisan ada yang sudah pernah diterbitkan di beberapa majalah. Beberapa judul yang paling saya suka : 1. Dimsum alias Dimas Sumitro dari Mas Adhitya Mulya 2. Uji Setia dari Mbak Okke 3. Pilihan Lamoreng dari S.A.Z Al-Fansyour Itu cerita 3 yah berasa banget deh cintanya, sampe senyum-senyum bacanya. Tapi, ga cuma 3 cerita itu yang menarik, kesemuanya menarik kok. Eh, tapi ada 1 cerita yang judulnya Scene 40 Yang Bermasalah Itu, yang ini koko ceritanya bisa masuk ya? cerita tentang pocong kayak itu kok bisa masuk dalam buku ini? Aneh....
Ga nyesel deh kasih 4 bintang ke buku ini. Buat para penyuka cerita cinta, buku ini kayaknya perlu kamu baca :)
Melihat ‘penampilan’ buku yang bernuansa pink, ditambah dengan judul yang rada-rada , bisa dipastikan tema yang diangkat adalah perkara cinta. Orang yang sedang jatuh cinta, pasti akan berbinar-binar melihat cover sweet ala Gagasmedia yang satu ini. Terlepas dari sampulnya yang memang menawan, cerita pendek yang dimuat tidak semuanya mengena di hati.
Suguhan cerpen pertama sukses membuat saya tertawa saat menyelami kekocakan Aditya Mulya dalam Dimsum. Mengocok perut, tapi berakhir dengan indah. Cerpen yang sukses membuat saya tertarik untuk meneropong lebih jauh isi buku ini. Tapi sayangnya, memasuki cerpen kedua, Scene 40 yang Bermasalah Itu. Lah apa-apaan ini? Suer dah, GeJePe [Gak Jelas Pisan]. Saya benar-benar kesusahan menemukan sisi cinta dalam cerita Pocong yang ribut dengan Sutradara. Apalagi endingnya, Hah??!! Untungnya, GeJePe hanya berlaku untuk cerpen aneh bin ajaib dengan tokoh pocong yang terobsesi menjadi artis.
Cerpen-cerpen selanjutnya mengingatkan saya dengan cerita dalam majalah remaja. Ringan. Saking ringannya, ada beberapa cerpen yang tidak tergali, bahkan terkesan, “buru-buru amat habisnya.” Selain itu, ada juga kejutan-kejutan dalam cerita yang cenderung klise sehingga mudah ditebak. Namun, untuk masalah ‘rasa’, Empat Musim Cinta seperti permen nano-nano yang memberikan beragam rasa. Lucu, sedih, happy ending, aneh, gak nyambung, suram, bahkan mistis.
Ekspektasi saya di awal yang ingin mendapatkan cerita-cerita menawan dari beberapa penulis kenamaan, agak sedikit menurun. Namun, bukan berarti semuanya mengecewakan. Cerpen Pernah Jadi Aku? dan Eva Mencari Hati cukup mengena dan mendapat jempol dariku untuk pesan yang ingin disampaikan.
Ternyata memang tidak biasa. Bertemakan cinta dengan jalan cerita yang sederhana, tapi toh ternyata endingnya tidak seperti yang disangka. Banyak cerita yang mengejutkan. Ada yang bikin saya jadi senyum-senyum sendiri, tapi ada juga bikin hati saya ngenes. Yang jelas, cerita-cerita dalam buku ini terasa begitu jujur dan mengalir.
Ada Adhitya Mulya. Penulis yang saya kenal familiar lewat novel “Jomblo”-nya. Tulisannya kocak dan menghibur. Tapi kadang juga terasa aneh. Seperti cerita “Scene 40 Yang Bermasalah Itu”. Bagi saya cerita itu aneh. Sebenernya dia ingin melucu atau ngehoror? Aduh, saya sempat ingin melewatkan membacanya tapi, ya, tanggung juga. Saya tidak habis pikir kenapa ada salah satu tokoh menyeramkan—yang sangat tidak ingin saya sebutkan namanya—yang sering dimunculkan dalam cerita itu. Saya tidak suka horor dan mari kita skip saja. Bygones.
Saya suka cerita “Pernah Jadi Aku?” yang ditulis Okke ‘Sepatumerah’. Benar-benar terasa seperti ungkapan dari hati. Saya jadi berpikir bahwa memang banyak orang menutupi sisi psikologis yang ada dalam dirinya, sebenar-benar perasaannya, dan juga amarahnya. Dan yang bisa dia lakukan adalah mencari alasan pembenaran atas semua yang terjadi terhadap dirinya. Atas bagaimana orang-orang menilainya, memperlakukannya. Tapi sayang, ketika alasan itu sudah tak dapat lagi memberikan pembenaran bahkan peneguhan maka emosi dan amarah itu menyeruak, berteriak, meraung. Itu yang saya rasakan pada seorang “Cassie”, tokoh dalam cerita ini. Saya jadi ingin mengutip:
“Kalo gitu, lo nggak tau apa-apa sama sekali. Gue pernah. Selama 24 tahun gue hidup, gue diperlakuin kayak gitu. Selama ini gue berusaha nerima dan menganggap ringan semuanya. Tapi sekarang gue udah muak.”
Yap. Menerima begitu saja apa yang terjadi sepertinya bukan hal yang mudah dilakukan. Mungkin. Tapi intinya saya suka cerita ini.
Saya juga terpaut oleh cerita “Saya, Dia, dan Samuel Morse” yang ditulis Rizki Pandu Permana. Ooh, sebuah cerita perkenalan yang manis. Lebih deskriptif. Percakapan yang terjadi antara tokoh yang ada terlihat biasa saja, tapi jelas jujur dan bermakna. Saya juga ingin katakan cerita ini so sweeeeet... hehe...
Tapi hati saya mendadak terhempas ketika membaca “Sekeping Hati yang Tersisa”. Dari judulnya saja sudah bikin sedih. Kalau bisa saya andaikan, cerita ini sepertinya terwakili dengan lagu “Yang Terlewatkan”-nya Sheila on 7. Hmmm....
So, 16 cerita dalam buku ini menyajikan cerita cinta yang kalau saya bilang... sederhana tapi berbeda. Mantep deh!
P.S. makasih buat Mba Roos yang udah ngasih buku ini. :D
awalnya, melihat kover novel ini yang didominasi oleh warna merah muda, membuat saya berasumsi setiap cerita pendek yang dimuat di sini bercerita segala hal tentang cinta. namun, setelah benar-benar membeli dan membacanya di rumah, saya pun baru sadar banyak unsur dan tema lain yang tergambar dari setiap cerita yang disajikan.
dimulai dengan dua cerita yang ditulis oleh Adhitya Mulya, tentang seorang pacar yang benar-benar cemburu melihat kekasihnya sangat memuja salah satu aktor film, yang ia beri nama panggilan aktor itu 'dimsum'. lalu cerita tentang pocong kecentilan yang berasa aktor tanpa cela, yang tanpa sadar di salah satu adegan penting malah membunuh pemeran utamanya. dua cerita ini benar-benar menghibur dan membuat saya tersenyum dan mengernyitkan muka saking unik campur anehnya, kok cerita cinta kayak gini?. hehe
namun, yang paling membuat saya benar-benar yakin dengan judul dan kovernya, adalah dua cerita dari Hotma Juniarti (yang sukses membuat saya jatuh cinta dengan ceritanya) serta sekeping cerita dari S.A.Z Al-Fansyour.
secara keseluruhan, novel yang berisikan 16 cerita yang ditulis oleh 8 orang penulis berbakat ini, cukup untuk membunuh waktu saat menunggu teman di warung kopi atau halte bus terdekat, dengan berbagai macam ekspresi yang bisa wajah anda gambarkan (dari mulai tersenyum-senyum, mungkin sedikit tertawa, mengernyit, bahkan menikmatinya dengan terharu).
gaya penulisan yang bervariasi dan cerita yang khas dari para penulis, membuat saya merasa tidak sia-sia menyisihkan beberapa lembar rupiah untuk membacanya (haha, terlalu berlebihan).
Saya jarang membaca kumpulan cerpen, entah kenapa. Mungkin karena saya sering merasa ceritanya 'gantung'. Tapi terkadang, kalau ada review bagus dari teman- teman atau sang penulis promonya gencar, saya tentu akan penasaran. Pertama tertarik baca kumcer ini karena salah satu penulisnya adalah Adhitya Mulya, penulis Jomblo dan salah satu penulis di novel Traveler's Tale: Belok Kanan Barcelona, novel traveling favorite saya.
Setelah membaca sampai tuntas ke-16 cerita yang ada di kumcer ini. Saya sama sekali tidak kecewa, hanya saja, seperti saya sebutkan tadi, ada beberapa cerita yang 'gantung' atau bahkan bikin mikir berkali-kali, ini maksudnya apa sih?
Dari semua cerpen yang ada di kumcer Empat Musim Cinta ini, favorit saya adalah "Sekeping Hati yang Tersisa" karya S.A.Z Al-Fansyour. Ceritanya sederhana tapi menyentuh, dan mengharukan. Tapi saya tetap bertanya- tanya apakah tokohKelana mengalami kebutaan sampai tidak mengenali si gadis di taman?
Cerita-cerita lainnya juga menarik, melihat cinta dari berbagai sudut, membuat kita berpikir bahwa cinta dapat kita berikan dan kita dapatkan dari mana saja, tidak hanya kekasih, teman atau keluarga terdekat kita. Cinta ada dimana- mana. Bahkan empat musim cinta pun tak cukup mendeskripsikan semua bentuk cinta itu.
Pertama tahu buku ini dari twitter @GagasMedia, dan tertarik karena penulisan beberapa aku suka dan koleksi buku-bukunya. Seperti, Adhitya Mulya dan Okke 'Sepatu Merah'.
Mungkin buku ini lebih tepat disebut kumpulan cerpen yah, karena memang isinya kumpulan cerita pendek dari delapan penulis yang berbeda. Dan begitu dapet buku ini, langsung dituntaskan dalam waktu kurang dari dua hari ^^
Isinya menarik, terlebih ditulis oleh 8 orang yang berbeda, jadi isinya bisa dibilang gado-gado, sesuai dengan karakter menulis masing-masing orang. Tapi yup, buku ini bermuara pada satu hal, tentang cinta. Cinta yang nggak melulu cinta model anak pacaran loh, roman yang bukan hanya roman remaja, karena dibuku ini kamu akan menemukan cinta yang umum tapi tidak umum *nah loh mbulet >.<*
Dari 16 judul yang disajikan, ada beberapa yang aku suka, yaitu "Jalan Takdir", "Cerita Dua Hati", dan "Sekeping Hati yang Tersisa". Dan yang paling aku suka adalah "Pilihan Lamoreng", hal yang mungkin banyak terjadi walau tak banyak orang yang membicarakannya, tetapi endingnya aku suka banget, ketika kadang mengalah tak selamanya berarti kalah... karena ada kemenangan tersendiri dari sikap mengalah itu.
Banyak cinta ditemukan disini, dengan banyak ending tak terduga juga pastinya.
The flavor of love"... All in one. Ini kali pertama saya baca kumpulan cerpen. Ternyata asik juga. Dimulai dr satu cerita ttg cinta platonik yang bnr2 bs bikin sengsara sang pacar dlm "Dim Sum". Ribetnya efek narsis akut yg diwakili kisah si pocong gila kamera dgn hobi ngemil tukang bajaj, thd seorang sutradara film horor; sampai sebuah kisah forbidden love.
Kumpulan cerpen ini habis saya lahap dlm setengah perjalanan jkt-bdg. Buku yg ringan, cukup menghibur dan walau ga terlalu inspiratif hehehe.. tp lumayan jg bwt jd temen slm di perjalanan. Drpd bengong ga keruan :-p
Ada 3 cerpen yg plg saya suka di buku ini :
"Jalan Takdir", ttg bgm bijaksananya seorang ayah yg bs bgt memahami perasaan putrinya yg plg dalam dan bahkan tak pernah terkatakan.
"Sekeping hati yang tersisa", ttg sebuah cinta yg luput ternyatakan, selalu berhasil membuat tercekat memang :-)
dan, "Eva mencari cinta", kisah yg mempertanyakan keberhakan semua manusia akan cinta dan kesempatan mendapatkan pemaafan dan pengampunan.
Membaca judul yang diberikan, saya sempat berpikir kalau kumpulan cerita dalam novel ini akan banyak mengambil latar "musim" dalam pemaparannya. Namun rupanya saya agak kecele. Dibuka dengan Adhitya Mulya dengan gaya khasnya, kemudian dilanjutkan dengan cerita-cerita ringan lain yang sayangnya sangat bisa ditebak alurnya. Mencapai pertengahan buku, saya benar-benar yakin kalau buku ini merupakan kumpulan cerpen pop ringan yang sering kita baca di majalah-majalah remaja, yang mana sejujurnya membuat saya agak malas untuk melanjutkan.
Untungnya, ketika memasuki halaman 110, saya mendapat sedikit pencerahan. Cerita tak lagi melulu tentang anak muda dan lebih kaya dalam tema dan latarnya. Saya dibawa ke Berau, Belanda, Makasar dan berakhir bersama Magi yang terkena Sipilis. Save the best for the last, right? :)
sbnernya gw beli buku in buat tgas.. awlny gw sempet mengurungkan niat buat bli no novel krn coverny yg pinky bngt dn ddalmeny bnyk hati2.. :-| gw trpaksa bli krn susah nyari kumpuln cerpen yg bhasany ringn dn enak dbaca.. dn akhrny gw ga nyesek bli ni buku.. gw mengkategorikan buku in sbgai buku yg menghibur.. bukan dlm arti lucu, ad sih yg lucu..tp jg enak aj buat dbaca..ringan...yaa buat wkt senggang, ga ad salahny buat baca kumpuln cerpen in.. kisahny yg dtulis oleh pengrng yg brbeda2 bikin kita ga bosen buat nyelesainny dlm bebrp jam kisahny mash brhubungn sama sayang-menyayang, yg ga hanya antra pasangn tp jg sama kluarga dn temen..meski ad 1 tentang pocong, yg ga sinkron bngt sama judul ni buku..
Ada beberapa kisah-kisah pendek di dalamnya. Tapi, terus terang saya bacanya biasa-biasa aja, tidak menemukan sesuatu yang wah. Rata-rata ceritanya ringan khas cerita pendek di majalah remaja.
Cerita favorite saya? Tidak ada sepertinya. Mungkin, saking biasa-biasanya, saya jadi tidak menemukan sesuatu yang baru. Lagian saya juga sudah bosan dengan cerita-cerita bertemakan cinta, karena covernya yang sweet makanya saya berikan satu bintang lagi, kalau tidak mungkin buku ini berakhir dengan satu bintang.
Dua cerpen pertama dari Adhitya Mulya yang saya kira bakal langsung menarik hati, tapi ternyata? bah! Cerita pocong yang sangat-sangat tidak jelas, dan cerita seorang gadis yang menyukai seorang aktor muda.. langsung menjatuhkan ekspektasi tinggi saya terhadap buku ini.. -.-
Sebagai penggemar tulisan Okke "Sepatu Merah", saya beli Empat Musim Cinta semata-mata karena nama beliau *cie ileh. Dan memang, saya menikmati sekali tulisan Okke. Ringan dan enak dibaca seperti popcorn... Tapi saya agak kecewa sama cerpen "Pernah Jadi Aku?" Terlalu biasa dan ketebak banget. Padahal salah satu ciri khas Okke adalah ending yang unpredictable.
Selain Okke, saya suka cerpen dari Adhitya Mulya, termasuk yang tentang Pocong. Meskipun bingung juga sih, kok cerita serem begini bisa masuk kumcer cinta (?) Juga cerita Hotma Juniarti, "Atas Nama Cinta".
Yang lain kurang suka... malah ada yang ga dibaca, hahaha.
cukup menghibur, lumayan cepat juga diselesaikan. sesuai judulnya, di sini menggambarkan cinta dalam banyak perspektif dan rasa, yang bisa beda-beda di tangkap manusia. Cinta tak melulu soal senang dan sedih, banyak rasa lain yang terkandung di dalamnya. Sayang, yg paling membuat saya tak mengerti adalah "scene 40 yang bermasalah itu", cerpen ini kenapa bisa nyasar di buku kumpulan cerpen cinta yak? Bagaimanapun saya mengamatinya, dan dari sisi manapun, saya tak menangkap adanya percikan cinta meskipun hanya sekilas. Entahlah... tapi berhubung ada beberapa cerpen yang saya suka seperti dimsum dan sekeping hati yang tersisa, maka 2,5 bintang deh ^^
Baca buku ini pas lagi pengen banget baca cinta2an.. Rasanya kayak lagi pengen es krim magnum tapi stoknya yg ada cuma feast.. Coklatnya kurang terasa 'menggigit' Huehehehe.. Tapi bbrp ada yg keren.. 2.5bintang Nanti deh review per ceritanya.. Lagi pengen ngubek2 buku cinta yg lain.. *gigit jari kepengen eskrim*
makasih buat abang tukang galon dan kak roos yang telah menghibahkan buku ini ke tanganku.. makasih buat harun yang udah dititipin makasih buat ijul yang udah ngirimin pake tiki..
Cerpen-cerpen di buku ini sangat menarik hati saya. Meski diksinya tak bertabur seperti karya-karya Andrea, namun ide-ide baru mereka bisa saya perhitungkan sebagai nilai tambah yang mengangkat tingkat interesting-nya. Imaji yang kaya dan segar, di buku ini tak ada cerita yang hanya jadi anak bawang. Kesalahan-kesalahan kecil semisal EYD yang melenceng pun tak sampai mengganggu narasi, sepertinya. Saya menikmatinya.
Berhubung ini kumpulan cerita dari beberapa penulis, rasa yang didapat bermacam-macam. Ada yang konyol sehingga kening saya berkerut saat membacanya 'err kayaknya ketuaan deh baca buku begini', tapi ada juga yang sedih dan membekas di hati. 2 bintang untuk keseluruhan cerita 1 bintang untuk covernya. Cover Gagas Media akhir-akhir ini mulai menggoda iman saya, padahal sebelumnya jarang banget tertarik buku cinta-cintaan begini.
aslinya cuma 2.5 sih. tapi saya kasih tiga karna covernya yang bagus (meskipun saya ga suka warna pink).
cerpen yang saya suka adalah, dua di awal (karya Adhitya Mulia), empat di tengah (karya Okke 'sepatumerah' dan Rizki Pandu Permana), dan dua di akhir (karya Veronika Kusuma Wijayanti). sisanya? ga suka, ihihi :D
what the hell was in Adhitya's mind to include this stupid story of Scene 40 yang Bermasalah Itu in this book?? it's really is out of the topic. as i always follow his books, which are hillarious (at least from my view), this one story is rubbish :-P but i did enjoyed reading Empat Musim Cinta despite of that one particular story :-D
"Selamat pagi. Ada yang bisa saya bantu?" sapa seorng resepsionis. "Oh, barangkali bisa. Apakah Mas tahu di mana hati saya" tanya Eva,
salah satu cuplikan percakapan kumpulan cerpen di buku Empat musim cinta, tentang aku, kamu dan rasa. Ada berbagai macam cinta disini, mungkin itulah yg dinamakan empat musim cinta
Maaf, saya hanya bisa memberikan bintang 1 untuk buku ini. Saat beranjak dari cerpen pertama, saya mengharapkan tulisan yang lebih berkualitas pada cerpen berikutnya, tapi ternyata harapan saya hanyalah tinggal harapan. Setelah menuntaskan cerpen keempat, saya langsung menutup buku ini.
cepet banget baca buku ini... dari mulai baca pas awal naik angkot S15A di Ragunan,,berlanjut naik T15 dari Pasar Rebo,,sampe rumah tuh buku udah selesai dibaca...
paling suka sama "scene 40 yang bermasalah itu"... baru tau ternyata cemilannya pocong itu supir bajaj...hehe
Gw bacanya udah lama, sekitar Desember akhir. Agak susah buat gw untuk sangat menyukai tulisan kumpulan penulis dalam satu buku, bahkan jujur sekarang gw udah lupa isinya hihi... Ya gw baca buku ini karena ada seorang Adhitya Mulya di situ
jujur lebih banyak yang mengecewakan dibanding yang bagusnya.. memang sih isinya cerpen jadi karakter2nya ga terlalu tergali, tapi bukan berarti ga bisa meninggalkan kesan yang bermakna kan?
awalnya saya berharap banyak dari novel ini... ya kisah cinta yang romantis, lucu, dan mengharukjan... tapi ternyata ceritanya biasa aja, malah ada beberapa cerita yng menunurut saya ga nyambung sama judulnya. lumayanlah buat selingan bacaan.
kenapa hanya cerpen?? mungkin kalo lebih panjang-lebih panjang lagi, bakal 5 bintang. haha. sayang banget. suka beberapa cerpen dari pengarang yg berbeda-beda pula. tapi lupa siapa aja yg nulis dan cerita mana aja yg saya suka. hihi. ;)