What do you think?
Rate this book


448 pages, Paperback
First published December 18, 2016
"Dia adalah sang eros bagi cewek-cewek yang mengenalnya. Dia fokus pengharapan dalam doa-doa. Dia objek dari segala imajinasi. Dia inti dari begitu banyak angan dan mimpi-mimpi. Dan juga dia sumber dari runtuhnya banyak air mata. Milik mereka-mereka yang akhirnya menyadari bahwa sang Matahari itu sungguh-sungguh hanya angan dan mimpi serta imajinasi. Tidak akan pernah tergenggam dalam jemari"
"Tolong jangan tiba-tiba nggak ada. Tolong jangan pergi begitu aja, hilang, dan nggak pernah bisa ditemukan"
"Karena keduanya begitu sama dan serupa. Karena keduanya adalah kontras. Ata yang seperti gelombang yang bergulung-gulung menghantam pantai, dan Ari yang tenang seperti aliran landai sebuah sungai"
"Kematian akan menyelesaikan banyak hal. Termasuk hal yang sebenernya belom selesai. Gue nggak akan matiin elo. Cuma elo satu-satunya sodara yang gua punya. Dan gua tetep pengin punya sodara. Cuma mungkin formatnya yang mau gua ubah. Gue lebih seneng liat lo ancur daripada liat lo mati"
"Ari sering kali putus asa, tidak dimungkiri. Dia kerap nyaris menyerah, itu tidak terhitung lagi. Tapi kedua kakinya belum pernah sampai patah dan menyerah kalah. Ari bahkan akan menggenggam kuat-kuat jalinan benang yang paling rapuh jika dia yakin itu akan menuntunnya pada apa yang terus dia cari"
"Kalo lo disia-siain sama ortu, Dho, lo harus meninggalkan mereka dengan persembahan dukacita dan penyesalan yang amat pedih. Soalnya itu yang pantes buat mereka"
"Ata tidak bicara, tapi tatapannya memberikan banyak kilasan makna. Kepedihan, amarah, sesal, dan keputusasaan. Semua berbaur tumpang tindih. Tapi kepahitanlah yang lebih terasa. Kemarahan yang kelam merayap seperti angin dingin. Tidak terlihat namun membekukan"
"Ini emang kejam, tapi ini realitas. Jadi lo harus terima"
“Ada masa-masa ketika tangan yang terulur untuk menggapai hanya bisa meraih sosok dalam ingatan.” – halaman 41
“Banyak yang hilang. Banyak yang terlupakan. Sayangnya, ada yang tidak bisa dilupakan. Ada yang tidak sanggup dikalahkan waktu.” – halaman 423.
“Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realitas.” – halaman 66.
“Tolong jangan tiba-tiba nggak ada. Tolong jangan pergi begitu aja, hilang, dan nggak pernah bisa ditemukan.” – Matahari Senja.
“Kalau lo ngincer cewek yang udah punya cowok, rebut dia di depan cowoknya. Jangan di belakang.” – Matahari Jingga.

Well ketika aku lagi iseng-iseng mampir di gramedia it was like a luck, karena awal dari keisengan tersebut berujung pada ditemukannya buku JUM ini di tumpukan terdepan dengan cetakan yang berpuluh-puluh *I guess* . Aku langsung kegirangan enggak jelas karena penantianku selama 6 tahun terbayar sudah!
Sebelum aku baca bukunya karena penasaran aku emang baca review orang-orang dulu dan kebanyakan mengatakan kecewa terhadap buku ini, tapi tetep enggak menyurutkan keinginanku untuk membacanya. Maksudku walaupun buku ini jelek sejeleknya aku bakal tetep baca untuk membayar penantianku selama 6 tahun.
Ketika aku sudah membaca sekitar halaman 200an, aku jujur ngerasa boring. Ini kenapa cerita momen Ata dan Ari yang dielu-elukan satu sekolah karena kemiripan mereka dan menimbulkan kehebohan seluruh angkatan terlalu...panjang, jadi ada banyak adegan ketika mereka berdua yang harus menangani seluruh siswa yang ngefans sama mereka berdua dan lain-lain. Kalian baca sendiri aja ya daripada aku ceritain itu. Karena aku ngerasa itu bukan suatu hal yang penting, maksudku bisa aja porsi cerita untuk bagian mereka yang menghebohkan sekolah itu dipersedikit untuk momen yang lebih penting misalnya Ari dan Tari. Aku menemukan bahwa Tari di buku ini bisa dibilang jadi pemeran pembantu I should say, ya, kehadirannya enggak terlalu keliatan dan terkesan "Enggak ada lo enggak papa. Cerita tetep jalan." Jadi menurutku ada kesan terkepaksaan untuk memberikan momen si Tari ini. Maaf yaaa agak menyakitkan hati kata-katanya tapi itu yang aku rasain. Ari disini enggak sering mengingat Tari, walaupun ada kok. Tapi harapanku sih kalo dari awal bukunya tentang Tari dan Ari, aku rasa Tari ini harus jadi orang yang pertama untuk tau kondisi Ari, Tari harus selalu dilibatkan dalam setiap momen keterpurukan Ari untuk mempertahankan posisi Tari sebagai salah satu pemeran utama. Yang mengecewakan dari aku sih itu.
Tapi dari keseluruhan cerita YASHH! THIS IS SO GREGET! Ata banyak menyimpan misteri, aku juga sampai sekarang masih menerka-nerka karakter dari Ata ini. Kalau aku bilang jahat, he's not that mean. Dia berbuat seperti itu karena suatu hal, bukan sifatnya yang jahat. Kondisi yang membentuk karakternya seperti itu. And I think itu adalah sesuatu yang manusiawi banget dan aku enggak membenci Ata. Over all emang aku suka buku ini despite of the things i told previously. Gregetnya dapet banget ngebuat aku suka senyam senyum sendiri hehe :D