Jump to ratings and reviews
Rate this book

Jingga dan Senja #3

Jingga untuk Matahari

Rate this book
Ari dan Tari menjalani hari-hari penuh pelangi. Tari bahagia karena ternyata Ari cowok lembut dan penuh perhatian. Sedangkan Ari gembira luar biasa ketika mendengar Ata dan Mama akhirnya kembali ke Jakarta.

Namun, tanpa Ari ketahui, selama ini Ata menyimpan kepedihan yang membuatnya bertekad melampiaskannya kepada Ari dan Papa. Saat itulah Ari menyadari ada “kisah” yang dia tidak tahu di antara papa dan mamanya.

Sementara itu, Tari mulai bingung menata hati. Karena pada saat rasa sayangnya untuk Ari semakin tumbuh, Angga muncul lagi dan “nembak” langsung. Sebenarnya, apa yang menjadi alasan Angga begitu dendam pada Ari dan bertekad merebut seseorang yang paling berharga darinya?

“Kalo lo ngincer cewek yang udah punya cowok, rebut dia di depan cowoknya. Jangan di belakang,” kalimat Ata itu terus terngiang di benak Angga.

448 pages, Paperback

First published December 18, 2016

140 people are currently reading
1567 people want to read

About the author

Esti Kinasih

16 books866 followers
Mantan karyawan sebuah bank ini tidak sengaja menemukan jalan sebagai penulis. Berawal dari hobinya sebagai pecinta alam, Esti sering menyendiri untuk mencari ide dan inspirasi menulis.

Karyanya yang pertama, Fairish, sudah memasuki cetakan ke-10, dan akan disinetronkan oleh TV7.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
401 (38%)
4 stars
290 (27%)
3 stars
233 (22%)
2 stars
70 (6%)
1 star
51 (4%)
Displaying 1 - 30 of 123 reviews
Profile Image for Shinta Amelia.
49 reviews19 followers
February 10, 2017
JUM itu ibarat mantan pacar yang tiba-tiba nongol lagi ketika hidup elo udah mulai stabil tanpa dia. Setelah di-PHP-in berkali-kali, digantungin dan dibiarkan nunggu tanpa kepastian selama 6 tahun, sekarang... tau-tau aja serial ini hadir kembali dan ngajak kita buat balikan. Bikin jiwa fangirl supernorak ala ABG gue berkobar lagi.

"Dia adalah sang eros bagi cewek-cewek yang mengenalnya. Dia fokus pengharapan dalam doa-doa. Dia objek dari segala imajinasi. Dia inti dari begitu banyak angan dan mimpi-mimpi. Dan juga dia sumber dari runtuhnya banyak air mata. Milik mereka-mereka yang akhirnya menyadari bahwa sang Matahari itu sungguh-sungguh hanya angan dan mimpi serta imajinasi. Tidak akan pernah tergenggam dalam jemari"

PLOT

Gue merasa plot JUM benar-benar belok dari sinopsis yang disebarkan 6 tahun lalu. Nggak seluruhnya emang, tapi fokus utamanya berubah. Jingga Series bukan lagi tentang romansa di antara 2 remaja yang punya nama hampir sama. Kini, seri itu telah bertransformasi menjadi satu cerita yang jauh lebih kompleks, lebih kelam namun juga menghangatkan hati dalam waktu bersamaan. Sampai-sampai gue merasa novel ini sebenarnya bisa jalan sendiri tanpa kehadiran JDS dan JDE. Hmm. Mungkin nggak, sih, itu efek dari kabar bahwa JUM akan segera difilmkan?

Menurut gue, Jingga untuk Matahari lebih menonjolkan sisi keluarga dan persahabatan di antara para tokohnya dari pada romance. Dengan backstory yang hampir ironis (karena walaupun enggak sampai meninggalkan plothole namun tetap saja agak kurang plausible) serta banyak juga subplot atau side story nanggung yang kurang dikembangkan. Jadi, buat lo yang udah terlanjur excited pengin mengetahui sejungkirbalik apakah perkembangan hubungan Ari dan Tari di seri terbarunya ini, jangan terlalu berekpektasi tinggi. I warned you. Romance-nya ada namun bukan sebagai inti, mungkin lebih cocok jika disebut sebagai subplot. Malah kadang gue merasa kayak cuma sebagai formalitas doang. Dan nyaris banget flat karena hampir nggak ada konflik. Gue malah lebih nge-feel sama persahabatan AriDhoJi yang sangat bikin iri! I think their friendship is really sweet. And it was touching, so touching that I couldn't hold back my tears :')

Biar lo punya bayangan, nih, gue kasih gambaran tentang plotnya sekadar.

Jadi tuh, setelah Ari bertemu kembali dengan Mama dan Ata di Jingga Dalam Elegi, Mama akhirnya memutuskan pindah ke Jakarta karena tidak ingin lagi jauh dari buah hatinya yang sudah tak dilihatnya 9 tahun lamanya itu. Mama juga bilang, bahwa Ata akan masuk ke sekolah yang sama dengan Ari. Apapun yang terjadi, Mama akan mempersatukan kembali 2 anak kembarnya yang terpaksa pernah dipisahkan dari satu sama lain. Kabar bahagia itu sontak membuat Ari benar-benar tak dapat menahan kegembiraannya. Ia pun memberi tahu semua orang yang terlintas di kepalanya, serta mengadakan perayaan kecil-kecilan bersama teman-temannya. Bersamaan dengan kebahagiaan yang memenuhi diri Ari. Di tempat lain, seribu kilo meter jauhnya dari Jakarta, di sebuah desa terpencil di pinggiran Kabupaten Malang, sebuah rapat internal keluarga Mama diadakan. Membahas apakah mereka? Silakan lo baca aja nanti sendiri :)

"Tolong jangan tiba-tiba nggak ada. Tolong jangan pergi begitu aja, hilang, dan nggak pernah bisa ditemukan"

Cerita berlanjut, menampilkan kehebohan yang terjadi di SMA Airlangga sekepindahan Ata ke sana. Kemunculan kembaran sang pentolan sekolah untuk yang kedua kalinya disambut bak selebritas dan dengan antusiasme supertinggi. Semua pasang mata tercengang dan takjub akan pemandangan kedua kembar yang benar-benar identik dan sulit dibedakan satu sama lain itu.

"Karena keduanya begitu sama dan serupa. Karena keduanya adalah kontras. Ata yang seperti gelombang yang bergulung-gulung menghantam pantai, dan Ari yang tenang seperti aliran landai sebuah sungai"

Awalnya segalanya terasa begitu sempurna. Bagi Ari, semua ini bagaikan keajaiban luar biasa bahwa pada akhirnya ia bisa menemukan dua orang tercinta yang sudah dicarinya sejak lama dan bisa berkumpul kembali bersama mereka. Ia pun mulai membangun mimpi dan berharap keluarganya bisa kembali utuh seperti sedia kala, tinggal bersama dalam satu atap dan hidup bahagia lagi. Namun tidak bagi Ata, baginya ia nggak kembali untuk hal itu. Ada hal lain yang menjadi tujuannya. Tanpa Ari ketahui, sebuah dendam atas segala kepedihan telah meradang dan siap meledak seiring dengan kembalinya sang kembaran. Hal tersebut membuat Ari sadar bahwa ternyata ada "kisah" yang ia tidak ketahui dan lewatkan dari perpisahan kedua orang tuanya yang hanya diketahui oleh Ata seorang. Sebuah kisah tragis yang pada akhirnya sanggup meluluhlantakkan seluruh dunia, harapan, mimpi serta kebahagiaannya.

"Kematian akan menyelesaikan banyak hal. Termasuk hal yang sebenernya belom selesai. Gue nggak akan matiin elo. Cuma elo satu-satunya sodara yang gua punya. Dan gua tetep pengin punya sodara. Cuma mungkin formatnya yang mau gua ubah. Gue lebih seneng liat lo ancur daripada liat lo mati"

Sementara dunia Ari sedang retak-retak, Angga muncul kembali, kali ini ingin merebut hati Tari. Ata yang menyadari situasi pun menemui Angga di markas besarnya dan menawarkan sebuah bantuan. Bersama, mereka berdua lebur dalam dendam dan menghadirkan mimpi buruk yang tak pernah sekalipun Ari bayangkan.

"Ari sering kali putus asa, tidak dimungkiri. Dia kerap nyaris menyerah, itu tidak terhitung lagi. Tapi kedua kakinya belum pernah sampai patah dan menyerah kalah. Ari bahkan akan menggenggam kuat-kuat jalinan benang yang paling rapuh jika dia yakin itu akan menuntunnya pada apa yang terus dia cari"

KARAKTER

It was boring since JUM overwhelmed
by the perfect, charming characters. Lah, gue suka sama Oji. Gue kira gue bakal suka sama Ridho, tapi nggak, gue malah naksir Oji! Dia kocak dan muka badak banget, kadang juga agak bloon. Dia juga tipe orang yang suka ngomong terus terang kalau emang nggak suka, dan di ending... di bagian Oji mengutarakan cita-citanya, bikin gue akhirnya tau bahwa ternyata ada sisi lain yang lebih gelap dan lebih putus asa tentang dirinya. Yang nggak pernah sekalipun ditampilkan di JDS maupun JDE, yang mungkin aja selama ini dia tutupi dengan tingkah konyol dan banyolannya yang garing itu. Gue yakin, cita-cita Oji itu bukan hanya sekedar bercandaan biasa. Gue malah sampai yang mikir kejauhan, kalau jangan-jangan diam-diam ternyata si Oji ini menderita depresi kali ya. Tapi yah, Oji tetaplah Oji, mau semelankolis apapun dia berusaha, gue tetap aja ngakak sampai keluar air mata pas baca bagiannya itu XD , gue sungguhan berharap karakternya bakal lebih banyak dieksplor seperti halnya Ridho di novel terakhir kelak.

"Kalo lo disia-siain sama ortu, Dho, lo harus meninggalkan mereka dengan persembahan dukacita dan penyesalan yang amat pedih. Soalnya itu yang pantes buat mereka"

Anyway, gue merasa tokoh kesayangan sejuta umat, Matahari Senja kita yang tercinta, di sini kok bland banget ya karakternya. Dia agak meredup gitu, pesonanya malah hampir hilang. Surprise, Ata is an unexpected favorite, because he has much intriguing depth of character here. Karakter Ata jauh lebih kompleks. Kalau misalnya Ari ini hati yang penuh dengan retakan dan juga simbol dari kesepian yang mendalam. Maka Ata adalah hati yang dingin diselubungi kobar amarah, kegetiran dan dendam sehitam badai. Ata juga muka dua banget menurut gue, dan pinter banget ngambil hati orang. Anti hero yang menarik banget, kan? sementara sang hero sendiri tenggelam dalam bayang si saudara kembar.

"Ata tidak bicara, tapi tatapannya memberikan banyak kilasan makna. Kepedihan, amarah, sesal, dan keputusasaan. Semua berbaur tumpang tindih. Tapi kepahitanlah yang lebih terasa. Kemarahan yang kelam merayap seperti angin dingin. Tidak terlihat namun membekukan"

TENTANG PERCERAIAN

Gue nggak pernah bisa nahan nangis dan nyeri setiap baca bagian ini, hal-hal yang berhubungan dengan perpecahan orang tua dan keluarga juga tentang anak-anak yang menjadi korban karenanya. Meskipun gue gak bisa bersimpati atas sikap Ata, tapi gue ngerti akan kemarahannya. Gue paham angan-angan kekanakkan milik Ari. Gue bisa merasakan keputusasaan dalam candaan Oji dan gue juga tau pasti berat banget mengemban tanggung jawab seperti yang Ridho lakukan di usia remajanya itu. Yang namanya perceraian, mau sekuat apapun kita berusaha buat tetap tegar pasti akan selalu meninggalkan duka dan kepedihan mendalam. Mau sebesar apapun kita tumbuh nantinya, jauh di dalam sini, akan selalu ada hati anak kecil yang terluka dan ditinggalkan.

OPINI DAN KOMENTAR

In my very humble opinion, yang bakal gue share di bawah adalah murni pendapat pribadi gue banget, kok, dan sangat subjektif sekali sifatnya. Jadi kalian gak harus setuju, karena setiap orang kan punya opininya masing-masing. Dan sejak Jingga Series sendiri merupakan serial favorit gue banget sejak jaman SMA, tentunya gue nggak ada niat sama sekali buat menjatuhkan.

"Ini emang kejam, tapi ini realitas. Jadi lo harus terima"

Jujur, gue kecewa banget sama JUM. Novel ini benar-benar di luar ekspektasi maupun bayangan gue. Emang sih awalnya gue mikir, akhirnya novel ini terbit aja udah bikin gue bersyukur abis. Tapi setelah gue membaca, belakangan, gue malah jadi berharap kalau Jingga Untuk Matahari yang barusan gue baca itu hanyalah sebuah mimpi, imaji dan bukanlah kenyataan.

Akan gue pisahkan Jingga untuk Matahari ini ke dalam dua bagian. Kenapa? Karena gue merasa hampir 2/3 isi dari buku ini begitu menjemukan dan bikin gue depresi parah pas bacanya. Sementara sisanya begitu berkesan sampai bikin gue enggak rela banget buat menutup lembar terakhirnya. Itulah alasan kenapa gue cuma bisa kasih dua bintang buat JUM, novel ini OK tapi nggak cukup memuaskan hingga bikin gue SUKA apalagi TERGILA-GILA.

Paruh pertama: Gue sama sekali nggak bisa menikmati novel ini.

description

I can't believe I'm saying this, but the
book is surprisingly boring. It hurts to admit that tho. Bukan hanya karena pace-nya yang lambat atau karena konfliknya yang nggak maju-maju dan berputar di situ-situ aja. Ada sesuatu tentang JUM dan tulisan Esti yang  entah kenapa, nggak se-compelling biasanya. Suka-kah gue dengan gaya menulis Esti? Gue selalu suka. Esti punya ciri khas tersendiri dalam tulisannya yang bikin dia begitu beda, dan mudah dikenali oleh penggemarnya. Tapi tidak di Jingga Untuk Matahari, karena lebih dari setengah halaman JUM gue habiskan dengan perasaan nggak nyaman dan nggak betah.

Untuk ukuran teenlit, diksi yang beliau gunakan sering kali bikin dahi gue mengernyit. Bahasanya terlalu njelimet dan hiperbolis (JDS & JDE juga hiperbolis, sih), juga boros sekali kata ketika sedang mendeskripsikan adegan per adegan, sehingga membuat gue kesulitan memahami maksud dari setiap kalimat yang beliau ukir di sana. Gue malah sempat berpikir, baca novel bahasa inggris aja perasaan nggak pernah sampai sedepresi ini, masih lebih mudah dibanding dengan membaca JUM. Too bad, memang cukup banyak narasi yang berbelit-belit di bagian awal itu. Gue harus hati-hati banget membaca per kata-nya, nggak jarang pula gue mengulangi dan kalau masih rada bingung, gue balik lagi ke halaman sebelumnya. Melelahkan sekali, kan... Saat itu, rasanya gue pengin cepat-cepat menyelesaikan novel ini banget, karena kalau enggak, gue nggak tau lagi kapan gue akan punya mood buat melanjutkannya.

Ada hal lainnya juga yang membuat gue kecewa. Karena JUM memakai sudut pandang orang ketiga serba tahu, narator jadi lebih banyak membawakan isi cerita dari sudut Ata dibanding Ari maupun yang lebih tragis lagi, Tari. Bisa gue bilang, novel ini seperti didedikasikan khusus untuk Ata, agar kita lebih mengenal sosok Matahari Jingga, menyoroti banyak peristiwa dari sisi pandangnya. Banyak banget juga hal-hal yang ingin Esti dalami secara berbarengan (selain tentang Ata dan konflik keluarga Ari-Ata itu sendiri) sehingga membuat beberapa bagian yang gue kira seharusnya bisa menonjol malah dikesampingkan.

Ari dan Tari, yang sebelumnya di JDS dan JDE menjadi karakter utama, di paruh pertama novel ini, bisa dibilang kemunculan mereka langka sekali dan dapat dihitung dengan jari. Porsi dominan, tentu aja dipegang oleh Ata! Dan itu membuat gue merana, karena tiba-tiba aja segala hal tentang Ata menjadi fokus dari cerita. Gue malah sempat merasa seakan-akan tokoh yang lainnya ada hanya sebagai karakter pendukung serta figuran, bahkan tentang perkembangan hubungan Ari dan Tari pun, momen-momen mereka, benar-benar cuma hiasan! Sedih banget ish... tapi ini hanya pendapat gue untuk paruh pertama-nya saja, kok. Memasuki paruh kedua walaupun masih tersendat-sendat, konflik sudah mulai menanjak dan cerita sudah mulai terarah. Lumayanlah, walaupun memang masih belum mampu menaikkan mood membaca. Gue masih mudah teralihkan dan belum bisa terikat dengan karakter maupun jalan ceritanya.

Di paruh ketiga atau mendekati ending, semangat baca gue mulai menyala. Ceritanya makin seru dan tulisan Esti bisa gue bilang kembali menjadi seperti dirinya yang gue kagumi, begitu indah bagai puisi namun juga sangat ringan untuk ditelusuri, bahkan nyandu dan page-turner banget ketika mendekati akhir ini. Gue malah yang sampai kayak heboh gitu, dan bilang ke teman-teman, Esti akhirnya balik! Ini baru JUM! JUM tuh seharusnya begini!!!

Kelak, saat membaca sendiri, lo akan paham dengan apa yang gue maksud di atas itu. Jingga untuk Matahari memang nggak buruk, daya pikatnya ada, dan itu menjadi pamungkas di belakang. Hanya saja, pengalaman saat membaca kemarin bikin gue sadar, tentang apa yang paling gue dambakan dari kehadiran novel ketiga ini. Gue cuma pengin membaca lebih banyak tentang Ari dan Tari, mencari tahu lebih dalam perkembangan hubungan mereka, melihat Matahari Senja gue itu akhirnya bersinar lagi dalam setiap untaian kalimat yang Esti torehkan. Berdua mereka saling menguatkan, melewati berbagai ujian dan juga konflik. Hal-hal yang Esti hampir korbankan demi membayar harga dari kemunculan Ata, kembaran sang pentolan.






P.S. Novel selanjutnya berjudul Jingga Untuk Sandyakala. Gue tetap excited nunggu. Awas aja, ya, kalau sampai terbit 15 tahun kemudian! :D
Profile Image for lovehatexx.
3 reviews1 follower
February 7, 2017
Kecewa.
Gue nunggu buku ini dr jaman gue sekolah sampai sekarang gue udah mau lulus kuliah, yg dimana hampir 7 tahun! Gue akuin genre buku yg gue baca sekarang itu udah bukan kisah anak remaja ala drama/sinetron yang setelah gue pikir-pikir kenapa ya gue dulu baca teenlit karena ceritanya ga realistis banget. Tapi! Karena ini buku sebelumnya udah gue baca, gue bakalan tetap penasaran sama lanjutan ceritanya. Apa yang terjadi di antara tari, ari, ata dan angga.

alasan gue kenapa gue kasih dua bintang:
1st, boring pada beberapa chapter awal. Baru dipertengahan sudah memasuki konflik baru dapat jalur ceritanya. Saking bosannya, gue berusaha untuk menahan diri untuk tidak skip langsung ke pertengahan buku. Terlalu banyak bagian-bagian yg ga penting dan malah buang-buang kertas

2nd, kecewa dengan penulis. Gue tau nulis itu susah, gue tau banget. Tapi hampir 7 tahun Mbak Esti nulis buku ini, gue ekspektasinya "okelah lama, toh buku terakhir" dan ternyata masih ada kelanjutannya (mindblown). Kenapa ga langsung tebel nyelesain cerita drpd dipotong-potong dan masih belum tau kapan keluarnya lagi. Hell no for another 6+ years! Bagi gue, waktu untuk penulis yang khususnya nulis novel berseri untuk keluarin buku selanjutnya itu adalah 2-3 tahun dan itu menurut gue itu normal dan wajar, yah, 4 tahun deh maksimal! Tapi hampir 7 tahun itu rasanya (kok kzl ya) ga worth it aja rasanya nunggu selama ini, kirian ini bakalan jadi novel terakhir.... EH! Masih ada lagi. Mungkin nanti novel ke4nya keluar, kalau novel ke3 keluar gue udah mau kelar kuliah, mungkin novel ke4 bakal keluar pas gue mau married nanti.

3rd, sama sekali ga ada AriXTari disini. Jadi jangan berharap banyak. Disini itu lebih fokus kepada ceritanya si Ari sama Ata, cerita keluarga mereka dan... cerita anak-anak sma yang ngefans dengan Ari dan Ata. Dimana setiap jam istirahat, atau jam kosong mereka langsung memadati kelas si Ata untuk melihat tampangnya dia, intinya ala ala drama/ sinetron gitu, sedihnya ini bagian yang gue sebelin. mungkin karena gue bukan anak sma lagi, jadi gue rasanya kok ini childish banget, geli banget gue pas baca bagian begini dan gue skip.

Secara kesimpulan, mungkin kalau gue ga pernah baca buku sebelumnya mungkin gue ga akan beli JUM. Tapi kalau ditanya apakah gue bakal beli buku ke4nya? Ya, gue juga bakalan beli buku selanjutnya hanya karena penasaran, walaupun udah go cocok di umur lagi.
Baca JUM yang masuk kategori teenlit ini bikin gue bertanya tanya juga kenapa gue beli buku sebelumnya? This is so childish and I can't handle this! Adegan seperti Ata dikerumuni bagaikan Artis dan Ari, Ridho dan Oji nyelamatin dia, bikin gue kayak "what? Emang ada apa yang beginian???" Geli sendiri

One wish, jangan lama banget nulisnya ya Mbak Esti. Karena kelamaan sudah hilang feel dari novel ini.
Profile Image for Fikriah Azhari.
362 reviews143 followers
March 20, 2017
“Ada masa-masa ketika tangan yang terulur untuk menggapai hanya bisa meraih sosok dalam ingatan.” – halaman 41


Setelah kedatangan Mama dan Ata beberapa waktu lalu, Ari kembali mendengar kabar gembira, bahwa keduanya akan segera pindah ke Jakarta dan Ata akan bersekolah di sekolah yang sama dengannya. Berkumpul kembali seperti ini adalah apa yang diingikan Ari selama masa pencariannya sembilan tahun belakangan ini. Ari kemudian tidak bisa menahan diri untuk bercerita dengan semangat pada dua orang sahabatnya, Ridho dan Oji, tak lupa Tari yang menjadi sosok spesial baginya, bahkan ia menraktir teman-temannya dalam rangka merayakan kegembiraannya atas hal tersebut.

Di saat Ari masih dikelilingi oleh euforia kebahagiaan akan datangnya dua orang yang ia cintai, suasana justru berbanding terbalik di seribu kilometer dari Jakarta, tepatnya di sebuah desa di pinggiran Kabupaten Malang, rapat keluarga diadakan demi membahas kepindahan anggota keluarga mereka ke Jakarta, di mana salah satunya akan menempuh pendidikan di sana dan jelas membutuhkan biaya yang cukup besar. Yang kemudian membuat Ata, salah satu subjek yang sedang dibicarakan dalam rapat tersebut, kembali mengingat peristiwa menyakitkan itu, dan mau tidak mau, membuatnya kembali menggali dendam yang hidup kekal dalam dirinya beberapa tahun terakhir ini.

“Banyak yang hilang. Banyak yang terlupakan. Sayangnya, ada yang tidak bisa dilupakan. Ada yang tidak sanggup dikalahkan waktu.” – halaman 423.


Hari yang ditunggu pun tiba, SMA Airlangga dihebohkan dengan datangnya Sang Pentolan Sekolah, tapi yang mengejutkan adalah munculnya sosok lain yang sama persis dengan Matahari Senja dari taksi yang sama, membuat langkah orang-orang yang sedang berlalu lalang, terhenti begitu saja, dan menciptakan kesunyian total. Namun hal itu tidak berlangsung lama, karena setelahnya, pintu gerbang dipenuhi oleh jeritan dan lengkingan histeris dari mereka yang menyaksikannya.

“Dia khayal dalam nyata. Dia imajinasi dalam realitas.” – halaman 66.


Selebritis dadakan adalah peran yang sedang dijalankan oleh kedua Matahari tersebut. Hingga membuat Ari, dibantu dengan Ridho dan juga Oji, harus membantu Ata melepaskan diri dari cewek-cewek yang siap menerkamnya. Namun seiring dengan adanya mereka untuk melindungi Ata, Ridho yang disusul oleh Oji, mulai menyadari sesuatu. Bahwa ada yang berbeda dari sikap Ata, ada yang berbeda di mata pemuda itu, dan hal itu membuat keduanya berpikir, bahwa kembar identik sahabatnya itu ternyata jauh lebih berbahaya dari dugaan mereka sebelumnya.

Di sisi lain Tari dibuat bingung dengan kehadiran kembali Angga. Sedangkan Ari merasakan perubahan dari saudara kembarnya. Hingga akhirnya bom itu dijatuhkan, informasi di mana bahwa sembilan tahun lalu, telah terjadi peristiwa besar, sembilan tahun yang juga dilalui Ari dengan ketidaktahuan dan membuat dirinya hancur saat mengetahui kebenaran yang ada dan selama ini tersembunyi.

“Tolong jangan tiba-tiba nggak ada. Tolong jangan pergi begitu aja, hilang, dan nggak pernah bisa ditemukan.” – Matahari Senja.


***

“Kalau lo ngincer cewek yang udah punya cowok, rebut dia di depan cowoknya. Jangan di belakang.” – Matahari Jingga.


Lima tahun penantian buku ketiga dari Seri Jingga ini membuatku tidak berpikir lama untuk langsung membacanya ketika paketan Pre-Order tiba di rumah. Tidak tanggung-tanggung, Jingga Untuk Matahari muncul dengan ketebalan yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan dua buku pendahulunya, 448 halaman di mana pembaca akan dibawa untuk melanjutkan kisah para Matahari dan menyaksikan sisi dari Matahari Jingga yang selama ini 'bersembunyi'.

Jingga Untuk Matahari memang lebih banyak menyajikan narasi dibanding dialog, yang berkesempatan membuat beberapa pembaca dibuat lelah memandang lembar demi lembar yang akan mengantarkan ke rasa bosan. Bagian awal novel ini dibuka dengan kehebohan munculnya saudara kembar Ari yang sangat mirip dengannya bagaikan benda dan bayangan, bagian ini cukup seru dengan kehebohan para siswa yang seakan masih belum percaya dengan apa yang mereka lihat. Kalau aku jadi siswa SMA Airlangga, mungkin aku juga akan seperti mereka, merasa tidak menyangka dengan apa yang baru saja terjadi, ini Sang Pentolan Sekolah lho yang punya kembaran! Belum lagi, selama ini nggak pernah ada yang tahu tentang fakta itu. Terus, Ari dan Ata ini kembar identik, betul-betul sama, dan susah dibedakan, bedanya cuma Ata ini lebih hangat dibanding Ari. Cewek-cewek pasti langsung mikir peluang "Nggak dapat Ari, kembarannya pun boleh!" ya setidaknya Vero lah yang mikir gitu.

Aku suka dengan keputusan dari pihak Gramedia Pustaka Utama untuk menerbitkan Jingga Untuk Matahari dengan double cover menggunakan book jacket, di mana cover aslinya adalah Ari dan Tari sedang duduk di ayunan mengikuti tema cover lama dua buku sebelumnya, sedangkan book jacketnya mengikuti tema cover edisi cetakan ulangnya. Jadinya kelompok pembaca yang koleksi edisi cover lama dan kelompok pembaca yang koleksi edisi cetak ulang, tidak dibuat kesal dengan ketidak serasian cover buku ketiga dengan dua buku pendahulunya. Jadinya terserah saja mereka mau memandang bukunya dengan book jacket atau tanpa book jacket. Pokoknya aku menghargai keputusan yang bijak dari pihak GPU ini, sebab rasanya nggak enak banget punya buku berseri, tapi tema covernya beda-beda.

Plot-nya sendiri cukup seru menurutku. Sisi tentang keluarga mengambil bagian yang cukup banyak di buku ketiga ini. Terkejut. Ya, aku cukup terkejut dengan apa yang terjadi sembilan tahun yang lalu. Dan kisah yang mengalir dengan beberapa clue yang sudah ditebar di awal membuatku bisa cukup paham dengan apa yang dirasakan Ata. Tapi tetap saja menurutku Ata ini menyebalkan. Aku kemudian paham kenapa di halaman pertama, Kak Esti menuliskan "... jangan sebal sama teman kamu yang sukanya sama Ata ya?" Dan ya, aku nggak akan sebal sama kalian yang suka Ata, aku sebalnya cukup sama Ata saja. Semoga Ata di buku selanjutnya bisa diberikan pencerahan.

Untuk ARidhOji, rasanya aku cukup iri dengan persahabatan mereka. Ari, Ridho, dan Oji ini sudah seperti paket lengkap yang nggak bisa dipisahkan, mereka tidak hanya sekedar tiga cowok tampan dan nakal yang jadi incaran satu sekolah, tapi mereka betul-betul mengerti satu sama lain, berani bertindak dan saling mendukung. Karakter keduanya pun betul-betul khas. Oji yang blak-blakan tapi omongannya jujur minta ampun dan bisa dikatakan menusuk, sedangkan Ridho yang terkesan lebih cool dan lebih santai, tapi di samping semua itu ternyata mereka berdua juga punya beban masing-masing. Sebut saja Ridho sebagai pelindung dua adik perempuannya di saat kedua orangtuanya sudah tidak tinggal bersama mereka lagi. Kalau disuruh milih, aku rasanya lebih prefer untuk jatuh cinta ke Ridho. Tapi bukan berarti aku nggak suka Oji, aku suka Oji kok, apalagi di bagian dia nyeritain tentang Titanic itu, yang cukup menyiratkan apa yang dia rasakan selama ini. Pokoknya want to send virtual hug to them lah.

Untuk bagian Tari-Ari, jangan terlalu mengharapkan deh, nanti kalian jadi kecewa. Soalnya Jingga Untuk Matahari ini lebih menampilkan gimana kelamnya kehidupan mereka, kalian harus baca sendiri supaya tahu siapa yang kumaksud dengan mereka. Bahkan aku sempat mikir, kok bisa dari 400 halaman sekian, cuma dikit bagian Ari-Tari? How? Tapi ya, hal itu cukup terbayar saat sampai ke halaman terakhir yang mengisyaratkan bahwa cinta segitiga Ari-Tari-Angga akan seru di buku selanjutnya, yaitu Jingga Untuk Syandakala. Ending-nya JUM ini gantung dan mendebarkan banget, pemirsa. Apalagi aku ngebayangin kalau buku ini ditutup dengan backsound ala-ala gitu.

Overall, menurutku, Jingga Untuk Matahari ini lebih kepada perkenalan akan sosok Ata tapi tetap saja aku puas dengan buku ini. Dan Esti Kinasih juga sudah mengonfirmasi bahwa Jingga Untuk Matahari memang sebagai prolog untuk buku keempat sekaligus buku terakhirnya nanti, yaitu Jingga Untuk Sandyakala. Aku hanya berharap semoga Seri Jingga ini ditutup dengan happy ending atau apapun itu lah yang penting bisa membuat hatiku tenang saat menutup lembaran terakhirnya. Jadinya, JUS terbitnya akhir tahun ini, kan? Semoga tepat waktu karena aku sudah tidak sanggup lagi untuk menunggu lebih lama lagi.

Review juga diposting di : http://wearenoveladdict.blogspot.co.i...
Profile Image for Rain.
106 reviews18 followers
February 7, 2017
ada penulis yg kalau baca tulisannya aja tanpa melihat cover, kita nggak tahu dia siapa. dan ada penulis yg kalau baca tulisannya aja nih tanpa cover, kita langsung tahu itu tulisannya siapa.
kak Esti salah satunya. tanpa melihat cover kalau baca tulisannya kak Esti, udah langsung tahu aja. kak Esti udah punya identitas gaya bercerita.
dan ketika penulis sudah memiliki identitas gaya bercerita yg khas, apa istilah jaman sekarang itu >> kelar idup lo haha.
ide cerita bisa ditiru. tapi kekhas-an gaya bercerita nggak akan bisa diduplikasi.
magis. tulisan ka Esti itu selalu magis.
akhirnya JUM yg telah lama dinanti terbit juga. JUM kental sekali akan persahabatan, persaudaraan, kehancuran akan rahasia yg tersibak.
dan JUM meminta untuk menanti lagi...
semoga penantiannya nggak begitu lama. semangat menyelesaikan naskah JUS yah kak! :D
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews297 followers
January 1, 2017
Butuh lanjutannya, huhuhu.

Masih khasnya mbak Esti, kadang deskripsinya terlalu detil bahkan untuk yg g perlu juga, sehingga cerita terkesan berkembangnya lama banget, kalau nggak tahan bakalan bosan karena yg dibahas itu2 aja.

Poin plusnya, untung bukunya tebel dan tulisannya nggak besar2, hahahaha, misteri2 di buku sebelumnya mulai terkuak. Buku ini bisa dibilang cukup emosional, cukup jelas menggambarkan dari dua sisi bagaimana perasaan Ari dan Ata, tentang luka2 mereka.

Semoga buku keempat bisa terbit tahun ini deh, endingnya terlalu seru.
Profile Image for Yasfin.
119 reviews
April 5, 2017
Ganti review, deh

Sebelum JUM terbit, kita dikasih tau sekilas tentang novel ketiga ini di halaman terakhir JDE. Dijelaskan disitu bahwa si Tari makin sayang sama Ari, begitu pun sebaliknya. Tetapi, Vero dan gengnya tidak akan membiarkan hidup Tari seindah itu juga Angga yang muncul kembali karena merasa masalahnya belum selesai dengan Ari. Juga ancaman dari Ata bahwa Tari akan dibuatnya menangis, maka dari itu dia minta maaf sebelumnya.

Ketika JUM terbit (akhirnya) setelah 5-6 tahun berlalu, aku agak heran sih ekspetasi temen-temenku seperti apa terhadap JUM. Dan ketika kuamati, mereka menunggu sekali adegan Tari-Ari. Emang, dua novel sebelumnya banyak banget adegan Tari-Ari karena memang fokusnya, selain masalah hidupnya dan keluarganya Ari, juga lama kelamaan berfokus pada Ari yang kayaknya udah jatuh hati sama si Tari.
Tapi, mau gimana pun isi JUM, aku tetap menikmatinya. Mbak Esti juga menerima apa adanya komentar-komentar mengenai JUM dan dia sudah mempersiapkan hal itu karena udah tau pasti ada aja yg gak sesuai dengan pembaca.

Masa Lalu Ata
Yes. Ata mendapatkan banyak porsi di JUM. Dan sebenarnya juga, kita perlu tau kehidupan Ata tuh seperti apa di masa lalu ketika mereka berpisah. Karena kalau misalkan Ata tiba-tiba muncul dan bales dendam juga pastinya bakalan bertanya-tanya. Mungkin juga bisa ditebak sih kenapa Ata begitu, tapi Mbak Esti pengin ngejelasin juga, bahwa masalah gak sesepele itu. Dan terasa banget aura dendam dan bencinya si Ata di sini




Kehidupan Ridho-Oji
Bagi yang suka sahabat Ari, Ridho dan Oji, di sini kalian bakalan dikenalin nih dimulai dari suasana rumah Ridho-Oji, keluarga mereka, dan tentang pemikiran mereka terhadap Ari-Ata. Mereka menjadi pemeran pembantu yang penting banget, karena merekalah yang akan membantu Ari menyelesaikan masalah dan menenangkan Ari juga disaat Ari terpuruk. Persahabatan mereka bertiga emang bikin iri, deh

Diksinya Badhay
Gak bisa dipungkiri. Baca JUM harus dalam suasana aman, nyaman, tertib, dan gak ada beban apapun. Disaranin juga bacanya pas liburan, karena ada beberapa kalimat yang harus ekstra fokus banget pas bacanya kalo gak mau baca dua kali buat paham makna tu kalimat apaan. Saat baca pun, berasa lagi gak baca novel Teenlit saking badhaynya ni diksi. Tapi emang dabest lah, gak tau deh Mbak Esti dapet inspirasi darimana setiap kalimat yang dia tuangkan.

Konflik Yang Rumit
Konflik yang ditawarkan di sini kayaknya lebih cocok untuk genre Young Adult deh, menurutku. Soalnya konfliknya rumit dikarenakan tokoh pelaku yang berpikir demikian. Mungkin pas baca kalian bakalan mikir, "yaelah, gini doang" tapi emang pikiran dan perasaan orang gak bisa ditebak. Karena masalah yang rumit dan besar awalnya dari masalah yang dianggap sepele. Mungkin itulah yang mau disampein Mbak Esti juga.

Tapi, aku senang karena walaupun ada beberapa yang mungkin sedih karena Ari-Tari dikit, mereka tetap nunggu kelanjutannya, yaitu Jingga untuk Sandyakala. Karena emang endingnya greget banget, coy! Apa-apaan yaelah, masih banyak yang perlu dijelaskan terutama alasan kenapa Angga dan Ari tuh musuhan.

Oke. Sekian.


Review ini dibuat atas dasar pendapat pribadi. Kalau anda tidak setuju, ini hanya masalah selera
Profile Image for Tiny Shen 沈帝妮.
1,251 reviews34 followers
February 9, 2017
Penantian panjang banget nih..

Jingga untuk Matahari (JUM) tak lagi berkisah antara Ari dan Tari..
Scene mereka berdua sangat sedikit, dan ga da romensnya..

Lebih banyak tentang Ata. Ata yang ingin membalaskan dendam kepada Ari dan Ayahnya.. Dan rahasia2 masa lalu yang tidak ketahui Ari. Lebih ke drama keluarga deh ini..

Dan entah kenapa aku ga "klik" ketika baca JUM ini.. Mungkin karena kecewa udah nunggu lama tapi bukunya ternyata di luar ekspektasi banget dan juga karena bukan lagi cerita ttg Ari dan Tari..
123 reviews
February 7, 2017
Baca Review lengkapnya di https://redbluestory.wordpress.com/20... . Kalau kalian malas baca semua, bacabyang saya bold aja. Ada pesan untuk Kak Esti dan para Estikinatic.

Satu kata ketika selesai membaca novel ini adalah "ARRRRGHH!!"

Bikin penasaran mau dikemanain Jingga Untuk Sandyakala. Cerita JUM ini polanyamendekati JDS, seperti pengenalan kehidupan Ata dan Mama setelah "dibuang" dan dijauhkan dari Ari oleh Papa.

Hampir 75% adalah deskripsi, pengenalan, orientasi untuk babak kehidupan Ari yang baru. Tokoh-tokoh baru disebut tanpa adegan yang menjurus pada penjelasan detail.

Rasanya setelah baca : "ARRRRGHH!! Bawa sini JUS-nyaaa!! Aku butuh cerita selanjutnya! Nggak bisa kek gini!"

Satu demi satu yang dikatakan kak Esti di halaman pertama novel ini mulai terceritakan. Katanya jangan marah kalau temannya (pembaca) lebih suka Ata. Karena di sini Ata banyak juga perannya. Dan itu menyedihkan.

SATU LAGI, halaman terakhir novel ini! Di situlah cerita ini akan dimulai! Di situ cerita JUM dari Kak Esti yang kita tunggu! Di situlah titik baliknya! Yang kita tunggu-tunggu! Bikin merinding.

Saran: baca bagian terakhir sambil dengerin Top Secret ost. Billionaire (2011)

"Siapa yang jadi musuh lo bukan berarti dia juga harus jadi musuh gue."—hlm. 440

-RECOMMENDATION-
Aku saranin re-read JDS dan JDEsebelum baca JUM. Banyak hal yang harus kamu ingat sebelum baca cerita ini. Banyak hal yang diulang tanpa info pengingat lebih banyak. Aku aja lupa jadi nggak nyaman.

-THE STORY BEFORE THE BOOK RELEASE-
Ekspektasi tinggi. Itu yang terjadi padaku setelah menjadi korbanfanfiction. Kesalahanku jaman dulu.

Aku mengharapkam buku ini akan membuatku jatuh cinta sejatuh-jatuhnya. Tapi ternyata nggak sebegitunya. Dari ketiga buku yang sudah terbit, JDS masih di posisi teratas.

Mulai dari karakter, plot, sampai tekniknya saya suka dua buku yang sebelumnya. Benar kalau seorang reviewer mengatakan ini seperti bukan Esti Kinasih. Karena menurut saya Esti Kinasih di buku-bukunya selalu "remaja".

Sebelum buku ini rilis, saya berspekulasi sempat ada yang terjadi pada kehidupan penulis. Yang membuat dia tertahan untuk menerbitkan buku yang jelas-jelas sudah direncanakan segera terbit setelah buku kedua terbit. Sesuatu yang membuat dia nggak bisa nulis.

Apa ada hubungannya dengan fanfic itu? Entah.

Pengen banget melakukan wawancara pribadi dengan kak Esti. Tapi apa daya, nggak ada kontaknya sih. Dan saya bukan siapa-siapa selain fakta saya penggila Ari yang ternyata Ari malah memudar di cerita ini.

-HOPE-
Harapanku untuk Kak Esti, apa pun yang terjadi, sesulit apa pun, semangat terus, Kak!! Kami pembaca memang banyak nuntutnya, tapi menurutku, beri kami apa yang kakak cintai maka kami akan mencintainya pula.

Aku berdoa JUS berhasil membuat rasa hausku hilang. Aamiin.

-FOR ALL OF YOU-
Untuk sebuah buku, JUM masih kurang greget. Tapi untuk sebuah serial, ini pertanda akan dimunculkannya bombardir cerita di buku terakhir.

#UntukJUS #SemangatKakEsti #AdaJUSdi2017
Profile Image for Eve.
13 reviews
February 7, 2017
Ari, may I hug you? (இ﹏இ`。)
Gakuku... sedih bangett ternyata kisah hidup Matahari kembar ini >.< Sama kayak JDE, JUM bisa banget bikin aku ikut menitikkan air mata. Feel yang dibangun dapet banget. Gimana rasa putus harapannya Ari, gimana rasa sakit hatinya Ata. I want to hug them both!! Dan aku disini nggak bisa buat membenci Ata, karena sejujurnya dia cuma ingin membalas sakit hatinya atas apa yang dulu diperbuat Papanya pada dia dan Mama tersayangnya (ya meskipun balas dendam itu emang gak baik).

Ari. Di JUM ini makin membuat aku jatuh cinta sama dia. Ari yang ternyata sangat hangat, jail, dan cukup polos. Oke, mungkin bukan polos, tapi tulus..
Ridho. Wow, ternyata dia ini tipe cowok cool menawan ala drama korea sepertinya! Hahaha
Oji. Funny as usual!! Dan di novel disebutin kalo Oji ini juga ternyata punya tampang yang lumayan... hmm.. hahaha
Dan persahabatan mereka ini bener-bener bikin ngiri deh! Solid banget. Mungkin karena mereka punya latar belakang keluarga yang sama. Sama-sama buruk, sayangnya.

Okay, to be honest, aku capek baca JUM. Tebel banget sih untuk novel teenlit. Dan cukup berat juga diksinya, terlalu berkias (walaupun sebenernya ini bagus sih..hehehe) dan kebanyakan dipanjang-panjangin. Bener deh, menurutku, Mbak Esti bisa kayaknya sedikit meringkaskan cerita ini, karena, ya...setelah tamat baca dan diresapi dalam-dalam, ternyata jalan ceritanya cuma segitu. He he he.... Tapi tetep sih, nggak ada satu kata pun yang aku lewatin bacanya... ^_^

Dan lagi, aku sebenernya nunggu scene-scene romantis yang bikin mesem-mesem sendiri seperti waktu pertama baca JDS, tapi aku nggak nemuin banyak yang seperti itu disini.. so sad :((
Yah, mungkin JUM ini memang seri yang khusus untuk dark part-nya cerita ini..

Overall, aku suka JUM. Tapi sayangnya nggak pake kata banget. I give 4 stars because Ari & Ata kept me drowning in their story perfectly! ^_^
Profile Image for Nining Sriningsih.
361 reviews38 followers
July 13, 2018
bisa dipinjam di bookabuku.com yaa
=)

akhirnyaaa, setelah 5thn menunggu..
dan udah lupa smw cerita J&S dan JDE, nggak inget sama sekali.. XD
dan di JUM ini mendadak jadi ribet masalahnya..
ehmm, JUM lebih ngebahas Ata dan jadi q ga dpt chemistry dari Ari & Tari.. >,<
Profile Image for Utha.
824 reviews399 followers
May 11, 2022
Tebel amat novel ketiganya ini.

Aku mesti sabar pula baca tulisan yang agak dipanjang-panjangin ini. Namun, di sisi lain ceritanya lebih seru. Seenggaknya lebih to the point dibandingkan novel sebelumnya.

Masalah Ari-Ata adalah masalah keluarga sakit hati. Ari yang masih tetap jadi anak yang terlalu "polos", dan Ata yang masih menyimpan kesumat akan kebahagiaan Ari dan papanya.

Di sini si "Jingga" malah nggak kelihatan. Jadi cameo dia di sini novel ini.

Sama... apa ya? Buset deh, novel selanjutnya kan belum terbit ya? Hahahaha. Dahlah. Capek aku tuh.
Profile Image for Annelice.
200 reviews8 followers
October 28, 2023
Bintang 3 lah..

2 untuk keseluruhan cerita, 1 untuk dedikasi penulis bisa menulis sepanjang ini (bayangkan dari buku ke-1 udah berapa ribu halaman tuh).

Pertama-tama saat mau mengucapkan permintaan maaf pada Esti Kinasih karena review saya isinya 99% unek-unek yang menjengkelkan 🥲

Tau nggak rasanya kita dipaksa nelen makanan yang nggak kita suka tapi harus habisin. Nah ini yang saya rasakan saat baca novel ini.

Fyuh! Akhirnya selesai juga baca trilogi Jingga-Senja ini. Rasanya capekkk banget ngikutin kisah si kembar Ari-Ata yang nggak kelar-kelar. Ini novel teenlit terpanjang dan paling bertele-tele deh kayaknya. Karena masih ada buku ke-4 dan mungkin ke-5 atau ke-6 nya lagi.

Mana narasinya kaya koran, tellingnya panjanggggg banget dan sayangnya sebagian besar itu nggak penting. Entahlah mungkin penulis merasa senang pakai kata-kata yang indah nan belibet dan banyak biar kesanya WAH.

Saya sebel karena cerita muter-muter di Ari-Ata doang. Tentang pergulatan batin sodara kembar itu. Dari awal saya juga udah nggak habis fikir, emang kenapa sih kalau kembar? Kenapa harus ditutup-tutupi sebegitunya sampai merubah sikap kedua orang itu!

Sok jadi anak nakal lah, pembuat onar lah, sok misterius, si paling penyimpan rahasia lah padahal kalau diliat-diliat masalahnya ya sepeleeeee gitu lohh. Kedua orang tua bercerai, Ari ikut papanya yang kaya sedangkan Ata ikut mamanya yang miskin dan mereka berdua salah paham. Udah itu doang. Tapi cerita terlalu bertele-tele dan untuk sekelas teenlit, kata-kata yang digunakan dalam bernarasi terlalu berat engga seh?

"Ari tertegun. Kedua matanya menatap sang papa dalam cara yang sesungguhnya lebih menghancurkan dirinya. Detik-detik berlalu. Kesenian seakan menelan segalanya demi usahanya menampakkan yang terhalang. Hunusan dan tikaman digunakan untuk mematikan segala impian dan harapan, karena selama ini keduanya selalu berdiri paling depan dan menjulang. Menghalangi apa yang seharusnya disadari sejak bertahun-tahun silam"

See? Penggambaran perasaan Ari saat papanya bertanya "Mama pernah tanya Papa nggak?" aja belibettttt banget. Saya sedari buku ke-1 harus pake teknik baca cepat supaya waktu saya nggak terbuang hanya untuk memahami kata-katanya. Tak jarang saya bahkan skip narasi dan hanya baca dialog.

Bukan cuma narasi yang belibet, penggambaran tokoh Ari dan Ata ini juga menurut saya berlebihan banget "cowok itu bagaikan patung dewa Yunani dalam pahatan tanpa cela". "Dia sosok yang tak mungkin dimiliki". "Dia khayal dalam nyata, dia imajinasi dalam realitas". "Ata berada disana. Sekaligus di garis imajiner cakrawala". Hadehhh. Mereka hanya anak SMA booo. Jadi berasa baca novel-novel jebolan wattpad yang kacangan saya nih. Maaf loh mba Esti Kinasih, padahal saya benar-benar penggemarmuuu dari jalan sekolah. Tapi untuk sekuel Jingga dan Senja ini kayaknya engga deh. T.T

Saya juga bete dengan cerita-cerita para cewe yang selalu mengerubingi kedua saudara kembar itu kaya laler. Huftt.. kenapa ceweknya digambarkan senorak dan seudik itu, kaya nggak pernah liat cowok ganteng aja. Mereka bukan artisss kan? Oh ya lupa, mereka DEWA YUNANI! Tapi semoga bukan Hephaestus... Heol, heol, heol T.T U.U T.T

Sejak awal tokoh yang paling mencuri perhatian saya itu justru si Ridho, nggak tau ya kaya suka aja gitu. Anaknya tampan, tinggi, kalem, nggak neko-neko, pendengar yang baik, sensitif dan yang pasti amat sangat setia kawan!! Ih Tari mending kamu sama Ridho aja deh wkwkw.

Dari halaman awal hingga 300an, cerita yang disuguhkan hanya seputar Ari dan Ata gledek -_- saya sampe bosen bacanya. Padahal kan saya berharap dibuku ke-3 ini ada keuwuhan antara Ari-Tari mengingat dibuku ke-2 mereka baru aja jadian. Harusnya masih manis-manisnya. Ini malah mereka minim interaksi. Lagian cerita awal saat dibuku pertama juga mengisahkan romance antara Ari-Tari kan? Tapi kok makin kesini, cerita makin kemana-mana. Kaya sinetron, nggak jelasss.

*menghela nafas* *inhale* *exhale* *frustasi*

Setuju banget saat Ari berkali-kali tanya ke Ata "Maksudnya apa? Aku nggak ngerti apa yang kamu omongin dari tadi" ketika sikap Ata berubah dan dia terus mengeluarkan dialog-dialog yang nggak jelas. Karena saya juga nggak ngerti. Rahasia mereka kagak kebongkar-bongkar, isinya cuma muter-muter nggak selese-selese.

Dan lagi ya kedua orang tuanya Ari-Ata itu nggak gamblang wujudnya. Maksudnya tuh gini, Papa terlalu banyak rahasia dan Mama nggak suka ngungkapin sesuatu. Jadi kedua orang yang sama-sama dewasa itu nggak ada usahanya untuk meminimalisir perseturuan antar anaknya yang kembar. Sukanya hilang entah kabur atau sembunyi.

*inhale* *exhale* *darah tinggi*

Scene paling lucu : saat mug tari pecah dan menandakan sesuatu yang buruk terjadi. HAHAHAHAH mamam tuh drama!

Ps 1 : kerjaan bapaknya Ari apaan sih yaampun? Intel? Bandar? Agen? Tukang korupsi? Perasaan rahasia amat kerjaanya. 🙄🙄

Ps 2 : udah umur 9 tahun tapi nggak sadar kalau dia ada di acara resepsi nikahan bapaknya??? WTF. Ponakan saya umur 7 tahun aja ngerti loh kalau Mamanya nikah lagi... dan cuma selamatkan doang!
Bintang 3 lah..

Pertama-tama saat mau mengucapkan permintaan maaf pada Esti Kinasih karena review saya isinya 99% unek-unek yang menjengkelkan 🥲

Tau nggak rasanya kita dipaksa nelen makanan yang nggak kita suka tapi harus habisin. Nah ini yang saya rasakan saat baca novel ini.

Fyuh! Akhirnya selesai juga baca trilogi Jingga-Senja ini. Rasanya capekkk banget ngikutin kisah si kembar Ari-Ata. Ini novel teenlit terpanjang dan paling bertele-tele deh kayaknya. Karena masih ada buku ke-4 dan mungkin ke-5 atau ke-6 nya lagi.

Mana narasinya kaya koran, tellingnya panjanggggg banget dan sayangnya sebagian besar itu nggak penting. Entahlah mungkin penulis merasa senang pakai kata-kata yang indah nan belibet dan banyak biar kesanya WAH.

Saya sebel karena cerita muter-muter di Ari-Ata doang. Tentang pergulatan batin sodara kembar itu. Dari awal saya juga udah nggak habis fikir, emang kenapa sih kalau kembar? Kenapa harus ditutup-tutupi sebegitunya sampai merubah sikap kedua orang itu!

Sok jadi anak nakal lah, pembuat onar lah, sok misterius, si paling penyimpan rahasia lah padahal kalau diliat-diliat masalahnya ya sepeleeeee gitu lohh. Kedua orang tua bercerai, Ari ikut papanya yang kaya sedangkan Ata ikut mamanya yang miskin dan mereka berdua salah paham. Udah itu doang. Tapi cerita terlalu bertele-tele dan untuk sekelas teenlit, kata-kata yang digunakan dalam bernarasi terlalu berat engga seh?

"Ari tertegun. Kedua matanya menatap sang papa dalam cara yang sesungguhnya lebih menghancurkan dirinya. Detik-detik berlalu. Kesenian seakan menelan segalanya demi usahanya menampakkan yang terhalang. Hunusan dan tikaman digunakan untuk mematikan segala impian dan harapan, karena selama ini keduanya selalu berdiri paling depan dan menjulang. Menghalangi apa yang seharusnya disadari sejak bertahun-tahun silam"

See? Penggambaran perasaan Ari saat papanya bertanya "Mama pernah tanya Papa nggak?" aja belibettttt banget. Saya sedari buku ke-1 harus pake teknik baca cepat supaya waktu saya nggak terbuang hanya untuk memahami kata-katanya. Tak jarang saya bahkan skip narasi dan hanya baca dialog.

Bukan cuma narasi yang belibet, penggambaran tokoh Ari dan Ata ini juga menurut saya berlebihan banget "cowok itu bagaikan patung dewa Yunani dalam pahatan tanpa cela". "Dia sosok yang tak mungkin dimiliki". "Dia khayal dalam nyata, dia imajinasi dalam realitas". "Ata berada disana. Sekaligus di garis imajiner cakrawala". Hadehhh. Mereka hanya anak SMA booo. Jadi berasa baca novel-novel jebolan wattpad yang kacangan saya nih. Maaf loh mba Esti Kinasih, padahal saya benar-benar penggemarmuuu dari jalan sekolah. Tapi untuk sekuel Jingga dan Senja ini kayaknya engga deh. T.T

Saya juga bete dengan cerita-cerita para cewe yang selalu mengerubingi kedua saudara kembar itu kaya laler. Huftt.. kenapa ceweknya digambarkan senorak dan seudik itu, kaya nggak pernah liat cowok ganteng aja. Mereka bukan artisss kan? Oh ya lupa, mereka DEWA YUNANI! Tapi semoga bukan Hephaestus... Heol, heol, heol T.T U.U T.T

Sejak awal tokoh yang paling mencuri perhatian saya itu justru si Ridho, nggak tau ya kaya suka aja gitu. Anaknya tampan, tinggi, kalem, nggak neko-neko, pendengar yang baik, sensitif dan yang pasti amat sangat setia kawan!! Ih Tari mending kamu sama Ridho aja deh wkwkw.

Dari halaman awal hingga 300an, cerita yang disuguhkan hanya seputar Ari dan Ata gledek -_- saya sampe bosen bacanya. Padahal kan saya berharap dibuku ke-3 ini ada keuwuhan antara Ari-Tari mengingat dibuku ke-2 mereka baru aja jadian. Harusnya masih manis-manisnya. Ini malah mereka minim interaksi. Lagian cerita awal saat dibuku pertama juga mengisahkan romance antara Ari-Tari kan? Tapi kok makin kesini, cerita makin kemana-mana. Kaya sinetron, nggak jelasss.

*menghela nafas* *inhale* *exhale* *frustasi*

Setuju banget saat Ari berkali-kali tanya ke Ata "Maksudnya apa? Aku nggak ngerti apa yang kamu omongin dari tadi" ketika sikap Ata berubah dan dia terus mengeluarkan dialog-dialog yang nggak jelas. Karena saya juga bingungggg. Rahasianya kagak kebongkar-bongkar, isinya cerita bertele-tele yang nggak selesai-selesai.

Scene paling lucu : saat mug tari pecah dan menandakan sesuatu yang buruk terjadi. HAHAHAHAH mamam tuh drama!

Ps 1 : kerjaan bapaknya Ari apaan sih yaampun? Intel? Bandar? Agen? Tukang korupsi? Perasaan rahasia amat kerjaanya. 🙄🙄

Ps 2 : udah umur 9 tahun tapi nggak sadar kalau dia ada di acara resepsi nikahan bapaknya??? WTF. Ponakan saya umur 7 tahun aja ngerti loh kalau Mamanya nikah lagi...

Ps 3 : Tari berkali-kali bilang kalau dia khawatir dengan Ari karena nggak bisa dihubungi. Tapi dia nggak ada action apapun! Datengin kek ke rumahnya atau tungguin Ari pulang kan bisa! Kalian berdua kan pacarannn.

Ps 4 : masalah Angga dengan Ari sebenarnya apaan sih? Kelakuan mereka udah macam geng-geng brandal di film aja. Gabung aliansi disana sini. Padahal jelas-jelas mereka masih SMA. Masih anak-anak boooo

Ps 5 : Matahari Senja, Matahari Jingga, Jingga Matahari. Sampai sekarang saya nggak nemu kolerasi nama-nama tersebut dengan inti cerita. Saya fikir nama-nama tersebut bisa telepati gitu atau apa kek karena Wow banget sinopsis awalnya, tapi ternyata biasa aja. Dan kalau dipikir-pikir absurd juga ada orang pakai nama Matahari wk.

Ps 6 ; saya nggak ngerti apa yang membuat Tari diperebutkan banyak cowok. Karena dia itu biasa ajaaaa. Karakternya nggak kuat atau menonjol. Jadi hanya karena nama dia Matahari jadi diperebutkan gitu?

Ps 7 ; saya akan stop baca perjalanan Jingga & Senja ini disini. Saya kayaknya nggak ada niatan mau lanjut ke Jingga untuk Sandyakala deh. Soalnya kaya Sinetron Tersanjung nggak selesai-selesai..

Peace, Love and Gaul 🙈🙈
Profile Image for Dian Putu.
232 reviews9 followers
February 26, 2017
Jingga untuk Matahari – JUM, novel yang sangat ditunggu pembaca Esti Kinasih, khususnya para Pembaca Seri Jingga dan Senja. Sekitar enam tahun lamanya, akhirnya seri ketiga Jingga dan Senja ini lahir juga.

JUM benar-benar fenomenal. Peluncurannya pun super fenomenal. Apalagi Pre Ordernya, aiihh... spektakuler banget. Dalam 1 hari, sold. Dari kehebohannya itu, aku sangat berharap penantian panjang bisa dibayar tuntas, lunas, melegakan. Namun, kenyataan novel ini bakal lahir adiknya lagi, bikin aku menghela napas. Ternyata, Esti Kinasih masih pengin menguji pembacanya.

Aku baca novel seri pertama dan keduanya sudah super lama, saat aku belum kenal blog. Jadi, nggak usah di cari reviewnya, nggak ada. Pada saat itu, saat aku baca seri pertama dan kedua, usia masih belasan. Jadi, ceritanya beneran bikin baper, apalagi sikap Ari ke Tari yang super preman, tapi kadang bisa sweet banget.

Nah, saat ketemu novel seri ketiganya... erg... boleh jujur? Biarkan aku jujur, ya? Mohon aku jangan ditimpuk pake apapun, mohon jangan merasa aku ingin menjatuhkan novel ini, dsb. Ini asli isi hatiku yang terdalam. Terpakasa, dari awal aku harus bilang, aku kecewa dengan novel ini.

Pertama, gaya bahasa penulis nggak seenak dulu, nggak semantap saat aku baca novel Dia Tanpa Aku, Jingga dan Senja, juga Jingga dalam Elegi. Rasanya, terlalu belibet. Bikin pembaca harus mikir maksud penulis.

Baca selengkapnya >> http://dianputu26.blogspot.co.id/2017...
Profile Image for yun with books.
715 reviews243 followers
March 1, 2017
FINALLY, BERHASIL MENYELESAIKAN BUKU INI
Pertama-tama, beruntung banget aku bukan termasuk sebagian orang yang menunggu buku ini bertahun-tahun, karena baru membaca serinya tahun kemarin. Tapi, itu ga membuat saya mengabaikan perkembangan karakter dan cerita setiap bukunya.

Jingga untuk Matahari ini jujur mengecewakan, Jingga dan Senja masih membuat aku tersenyum dan excited untuk membaca lembar berikutnya. Namun, yang satu ini bisa aku bilang gagal dalam meningkatkan semangat pembaca untuk cepat-cepat menghabiskan bukunya. Serius, alur cerita membosankan dan banyak bagian yang seharusnya gak usah dimasukkan. Dan aku lebih setuju ketika cerita tentang Ari, Ata, Tari, dan Angga berhenti saja sampai buku ini, karena jujur tentu cukup jika Kak Esti tidak memasukkan bagian2 yang tidak penting.

Mengenai karakter, tidak begitu banyak (bahkan nol) perkembangannya. Ari dan Tari, sama sekali tidak ada perkembangan dalam hubungan mereka (disebut pacaran ya... masa kaya gitu.. disebut engga pacaran, tapii.. banyak yang bilang pacaran. GAK JELAS!) Dan, please Ata, jika Kak Esti ingin membuat Ata sbg tokoh antagonis, hmm mestinya ada latar belakang yang kuat. Latar belakang di dalam buku ini tidak cukup membuat saya puas.

Pokoknya, intinya kecewa. Untung aja waktu pre-order dapat hadiah tanda tangan & pencil case yang lucu. Maaf ya Kak Esti :(( abisnya saya kecewa sih.

Profile Image for Novia Sholihah.
1 review
February 22, 2017
Matahari Senja...
Adalah badboy pertama yang bikin jatuh cinta. Badboy sepanjang masa yang tak tergantikan oleh siapa pun. Dan tak akan pernah sosok Matahari Senja ini tertandingi oleh siapa pun. Kisah mereka masih tetap melekat hangat bahkan sampai bertahun-tahun lamanya.

JDS series memang luar biasa! Kalian yang belum baca, harus baca. Karena dia, Matahari Senja atau yang kerap kali disapa Ari benar-benar akan membuat jatuh cinta!

Profile Image for ade.
274 reviews16 followers
February 6, 2017
setelah 5.5 tahun menanti.. akhirnya buku ini rilis.. harusnya buku ini menjadi buku terakhir dari seri ini..tapi ternyata nggak .. masih ada lanjutan nya..

dan...

tetep..

CLIFFHANGER parah!!!!!!

jadi berapa lama lagi gw harus nunggu?????
Profile Image for Caca Venthine.
372 reviews10 followers
March 26, 2017
Setelah menunggu selama 6 tahun akhirnya keluar juga. Dan amat sangat memberikan ekspetasi yang tinggi untuk seri ketiga ini, tapi ternyata jreng jreng jrenngggg...

Baca ini kelar nya 1 bulan saudara-saudara.. Ini rekor amat baru ya mengingat gue baca 1 novel (kalau cerita nya bagus) gk nyampe sehari. Tapi baca JUM, kya mau mau gk gk.. Baca paling 10 halaman, trus 30 halaman, dan kadang gk dibaca sama sekali karena gk tau kenapa dr awal baca kok agak ngebosenin ya? Jauh banget sama buku pertama dan kedua nya yang gue rasa lebih hidup dibanding buku ketiganya.

Agak kecewa iya, karena nunggu nya ini udah lama banget. Tapi pas muncul, gk seperti yang diharapkan. Gue tau nulis gk gampang, susah malah. Tapi boleh kan ya kasih pendapat? Bisa jadi orang lain bilang bagus, tapi gue bilang biasa aja. Kan selera masing2 yaa.. Dan saking kelamaan baca, gue sampe lupa awal2 nih cerita nya kya gimana :( Biasa nya memang kalo gue baca novel, dan cerita nya bagus, pasti gk mau lepas. Dan berbeda dengan buku ini, bisa 1-3 hari gk tersentuh, karena ya itu, agak bosenin. Jadi mau lanjut baca juga agak males. Sory to say :( Tapi memang jauh lebih suka sama buku 1 dan 2 nya.

Di sini lebih banyak ngebahas Ata dan segala niatnya untuk ngancuri Ari dan papa nya. Dan semua nya rata2 memang tentang Ata. Hidup Ata yang di kampung lah, gimana hidup dia pas tinggal sama mama nya lah. Dan segala2 nya tentang Ata.

Kangen sama ulah Ari di sekolah, sama kenakalan dia di sekolah. Yang bikin agak hidup di cerita ini justru sahabatnya Ari: Ridho dan Oji. Makin ke sini kok gue makin suka ya sama Ridho. Berharap juga sih doi dibikinin cerita sendiri.

Dan jujur aja, banyak banget kejadian2 yang bikin gue gk ngerti. Dan banyak yang bertele2, jadi ya agak males bacanya. Kirain udh selesai dibuku ketiga, gk tau nya nyambung lg di buku keempat. Dan berharap di buku selanjutnya lebih baik lagi ya..
Profile Image for inas.
387 reviews37 followers
February 28, 2019
Hey~o! Berhubung aku lupa banget dua seri sebelumnya ini ceritanya kayak apa, dan aku tersesat selama baca, kesan dan review-ku sebagian besar sama kayak review Shinta Amelia.


Lebih lengkapnya, review-ku bisa dibaca di sini.



P.S.: Aku cepet-cepetin baca sejak hlm. 360 karena udah nggak betah dan ingin segera move on dari JUM (ಥ_ʖಥ)
29 reviews6 followers
May 15, 2019
jika dulu saya tak membaca novel jingga dan senja, saya tak akan bela belain baca jingga untuk matahari di usia saya yang tak seharusnya membaca teenlit yang bercerita tentang anak SMA. Gila saja, saya harus menunggu enam tahun untuk membaca lanjutannya. yang di buku kedua tante esti bilang bahwa buku ketiga adalah pamungkasnya tapi ternyata masih ada buku ke empat yang mungkin baru terbit sepuluh tahun lagi, dan dilanjutkan ke buku ke lima, ke enam dan seterusnya, yang jumlah episodenya mengalahkan sinetron stripping di indonesia.... sorry ngelantur. ok back to topic.

jujur saya sangat sangat sangat kecewa dengan isi buku ketiga ini, berbeda dengan buku pertama yang saya anggap the best teenlit yang pernah saya baca saat saya menyelesaikannya, buku ketiga ini malah banyak bagian cerita yang bikin saya ilfeel.

1. dengan jumlah halaman nyaris menyentuh angka 450 halaman, tante esti sebenarnya punya ruang yang cukup untuk menyelesaikan ceritanya tanpa harus menerbitkan buku ke empat. tapi tante malah mengisi ruang itu dengan cerita tak penting yang justru memakan banyak halaman. contohnya saja saat ari ingin menemui tari tapi terhalang karena keberadaan papa tari. nggak perlulah ari sampe minta tolong pengantar pizza segala untuk mengalihkan penghatian papa tari. tinggal call aja tari minta ketemuan dimana gitu kan beres

2. efek selebritas ari dan atta yang super duper berlebihan. plis deh, merak itu cuma ari dan atta, bukan seleb holiwud

3. novel setebal 450 halama hanya menceritakan hari hari pertama pertemuan antara ari dan atta? u kidding me tante?

4. Dalam novel diceritakan bahwa mama berasal dari kampung di jawa timur dan dari kalangan ekonomi lemah, seingatku dalam buku jingga dalam elegi, atta diceritakan harus bekerja demi menopang ekonomi keluarga, hal ini berbanding terbalik dengan papa yang diceritakan sebagai seorang bule eropa yang jika dilihat dari gaya hidup ari, dia bukanlah bule berkantong cekak yang terdampar di indonesia karena kehabisan duit waktu backpaceker-an. latar belakang yang begitu timpang dan sangat tidak realisitis, seperti majikan yang ngawinin pembantunya. sinetron banget

6. sosok ari yang digambarkan sebagai anak blasteran bule menurutku terlalu di paksakan, mengingat latar belakang mama yang sama sekali tak sepadan dengan latar belakang papa. lagian kalo emang blasteran juga kok namanya indonesia banget, kalau anak blasteran biasanya nama nama nya ada bau bau nama barat gitu

5. menurut saya inti cerita dari novel ini adalah kesalahpahaman antara ari dan ata yang menurut saja justru menjadi hal yang paling bodoh, maaf jika saya kasar. logika saya benar benar tidak bisa mencerna konfliknya.

jika mama dan atta yang tak diundang saja bisa mendengar berita tentang pernikahan itu, artinya pernikahan kedua papa bukan hal yang ingin disembunyikan dari orang lain. tapi masa ari selama delapan tahun bisa nggak tahu bahkan jika dia memang nggak ngeh saat pesta kebun itu berlangsung.

sangat tidak mungkin jika tak ada saudara atau kenalan yang tak sengaja mengatakan hal itu pada ari. dan kalau mau main rahasia rahasiaan mah, kenapa juga ari mesti dilibatkan dalam acara itu? sekalian aja dirahasiakan pernikahannya dari siapapun. pemecahan masalahnya sangat mudah tapi kok malah dibikin ribet.

kalau yang nulis bukan esti kinasih mah, ini novel nggak bakalan saya selesaikan bacanya, cuma disabar sabarin aja buat baca bagian yang bikin saya ilfeel agar tak melewatkan kalimat rangkaian tante esti yang puitis dan begitu membekas dihati

maaf tante hanya bintang satu dari saya
Profile Image for Nur Fadilla Octavianasari.
565 reviews45 followers
June 26, 2018
KOK KESEL YAAAA!!!
Kalau dihitung dari Saya beli seri ke-2 Jingga Dalam Elegi tahun 2011 lalu, bisa dibilang udah 6 tahunan lah ya Saya nunggu JUM keluar, sampe dilihatin mbak2 cashier udah tua belinya teenlit *bodo amat* wkwk ... dan... Cliffhanger banget ya Tante Esti, thankiss lho.

Tentang Ata, ya Matahari Jingga.
Seri kali ini lebih banyak mengulas tentang Ata. Tentang bagaimana kehidupan Ata dan Mama sejak 'hari itu', tentang bagaimana kebencian Ata untuk kembar identiknya lahir dan tak berangsur padam, dan tentang hal-hal mengejutkan lainnya. Ata, Ata, dan Ata. Saya seperti kehilangan sosok Matahari Senja yang selalu jadi favorite Saya. Saya yakin dari cara bagaimana Ata digambarkan dalam cerita dia 99,98% mirip Ari tapi entah kenapa Saya tidak bisa "mencintai" dia seperti Saya "mencintai" Ari.

Entah karena hiatus yang begitu lama yang bikin Saya ga begitu dapet feel-nya seri ini (kayanya sih faktor dikitnya Ari muncul :p) nope, saya merasa penjelasan tante esti agak begitu panjang aja untuk inti cerita sendiri. Nope, Saya tidak mau bikin spoiler biar mereka yang emang nunggu ini bertahun-tahun kaya Saya merasakan perasaan jengkel Saya juga *evil laugh*

Tentang Papa dan Mama...
Kalau di dua seri pertama info soal keduanya terkesan sangat irit, disini Tante Esti lebih dermawan menceritakan soal mereka berdua. But don't be greedy pals, untuk alasan apa yang mendasari sikap papa ke Ari saja kita harus tetep gigit jari nunggu sekuel selanjutnya.

Tentang Ata, Tari, dan Angga...
Angga yang ngilang kaya udah ga hits lagi tiba aja muncul dan "merangkul" sodara kembar Ari itu, dia juga seenak Jidat balik ke Tari walau dengan alesan apapun yang Saya sendiri yakin bukan itu tujuan utamanya. Dan yang paling bikin kzl ya Ata sendiri, bisanya dia begitu ke Ari.

Tentang Ari dan Tari...
Pecinta drakor pasti agak kecewa karena adegan cinta-cintaan Ari-Tari gak begitu kentara disini. Tapi tetep aja ada sedikit part yang bikin cewek sejagat ngiri sama Tari, tapi lebih banyakan sedihnya sih :(

Tentang Ari, Matahari Senja-ku.
Tapi dia tidak ingin menumbuhkan harapan, karena mematikannya kemudian akan jauh lebih menyakitkan - page. 32
Ari yang malang :' bahkan untuk harapan yang selama ini dia pupuk, dia siram, dia jaga, secuilpun tak bersisa untuk bisa menjadi kembang. Harapan itu layu jauh bahkan sebelum dia menyadarinya.

Tentang kasih.
Tentang waktu yang meskipun gagal sebagai penyembuh, dia berhasil menguatkan. Tentang orang-orang tercinta yang selamanya akan selalu menjadi yang tercinta. - page 403


#2018-[90]
Ari, sayang, yang kuat yah? Kira bakal dukung Ari terus kok. Tapi Ari kapan munculnya? Keburu kami semua punya anak seumur Ari nih wqwq.
Profile Image for Myke R. Biyanti.
2 reviews
February 7, 2017
Saya sudah menunggu seri ke 3 ini dari tahun 2011, sudah mengikuti PO tapi setelahnya tidak ada kabar lagi. Saya sempat berpikir kalau sebenarnya saya sudah ditipu saat melakukan PO itu. Sudah hopeless sekali, sampai akhirnya iseng baca fanfictionnya dan terus-menerus mengulang seri 1 dan 2. Sampai akhirnya, menjelang akhir tahun kabar baik datang menghampiri penggemar seri ini. Jujur, saya super excited dan juga rada takut untuk membaca seri ke 3 ini saat akhirnya novel ini di tangan.

Setelah digantung bertahun-tahun dan saya sampai tidak bisa move on dari si Matahari Senja ini, saya membangun ekspektasi yang setinggi langit untuk kemunculan seri ke 3 ini. Dan saya akui bahwa itu salah satu kesalahan saya karena kalau boleh jujur, saya lebih menyukai seri 1 dan 2. Saya cukup kecewa pada buku ke 3.

Saya beranggapan bahwa Jingga untuk Matahari adalah buku untuk Ata. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena dibandingkan kemunculan Ari dan Tari sebagai karakter utama, di seri ke 3 ini Ata lebih banyak mendominasi. Baiknya kita bisa mengetahui maksud dari ucapan Ata di akhir seri ke 2 tapi romansa antara Ari dan Tari yang digadang-gadangkan akan lebih menarik di seri ke 3 justru sangat sedikit terlihat. Menurut saya, interaksi yang lebih banyak terjadi justru datang dari trio Ari-Ridho-Oji, which is good. Tapi, tetap saya merasa buku ini kurang. Apalagi, buku ini di cut di tempat yang membuat kalian yang sudah menunggu bertahun-tahun akan menghela nafas kesal dan tertarik untuk melemparkan buku ini.
Overall, novel ini baguuus, karena memang buku kak Esti selalu bagus. Tapi tidak cukup memuaskan jika dibandingkan dengan buku ke 2 dan ke 3, serta lamanya kita menunggu kemunculan novel ini. Harapan saya seri ke 4 akan lebih memuaskan dan segera diterbitkan.

Tambahan, saya merasa tidak rela jika Jingga series difilmkan. Melihat dari banyaknya novel indonesia yang difilmkan dan hasilnya sungguh mengecewakan, saya fikir lebih baik Ari cs tetap di dalam imajinasi para penggemarnya. Apalagi kalau kalian sudah membaca Jingga untuk Matahari, Ari-Ata itu beyond your wildest dreams...

Sekian :)
Profile Image for Merina Ilmasari.
35 reviews
June 25, 2018
Baru bisa review ini novel. Pas nemu novel JUM di salah satu mall di Purwokerto, hasil dari iseng2 cuci mata, akhirnya kebeli juga. Salah satu novel yg dinanti2 dari jaman SMP (apa SMA?). Berharap JUM menjadi sekuel terakhir dan saya bisa tidur nyenyak setelahnya. Eh, ternyata salah, bahkan sekarang saya udah punya anak satu pun harus menerima kenyataan kalau masih bersambung! Hmmm kecewa iya, penasaran sama buku selanjutnya juga iya. Jadi harus nrimo lagi kalau kisah antara Ari, Ata, dan Tari masih berlanjut. Masih banyak yg belum kejawab dari rasa penasaran saya di beberapa konflik. DAN satu yang bikin sebel, ga ada romance antara Ari Tari di sini! Yang selalu dinanti itu ga ada! Hiks, ibarat New Moon yg di mana porsi Edward lebih sedikit dibanding Jacob. Dan saya ngerasa sosok Ari di JUM meredup... beda sama sebelumnya di buku JDS & JDE.

Dari segi deskripsi, entah ini perasaan saya aja atau yang lain juga sama, lebih njelimet. Jadi kadang saya harus ngulang lagi bacanya supaya paham maksud si penulis apa. Mungkin karna efek dari kelamaan nulis lanjutan novel ini ya... saya merasa tulisan ruh Mbak Esti di sini hilang. Mohon maaf sebelumnya 🙇🙇🙇🙏🙏🙏 Tapi saya tetap menyukai karya beliau yg sudah2. Karna karya2 beliau sudah menjadi bagian hidup saya di masa remaja *alah* jadi sampai sekarang pun saya tetap menunggu Jingga Untuk Sandyakala. Berharap ada perkembangan antara hubungan Ari &Tari.

Awalnya saya mengira apa karna sekarang saya makin dewasa, jadi jiwa keremajaannya hilang begitu baca teenlit lagi. Ditambah saya udah menikah dan punya anak. Menjawab rasa penasaran, saya coba baca lagi tulisan beliau di buku2 sebelumnya dan.... nggak ah! Tulisan Mbak Esti tetep seru dibaca walaupun saya udah beranak satu. Sama sekali ga ngaruh sama usia. Malah saya masih menikmati tulisan beliau di novel Fairish. Itu novel jaman saya kelas satu SMP kalo ga salah. Bacaan yang ringan, padet, jelas, dan lucu. Salah satu ciri khas karya beliau, banyak guyonnya. Lalu berlanjut ke novel CEWEK!! Tetap sama. Saya tetap menikmati tulisan beliau. Jadi sekarang, saya tetap nunggu kelanjutan JUM. Semoga ga lama2 ya keluarnya...
Profile Image for Izhura Kirana.
1 review
August 30, 2017
Jujur awalnya gue ngerasa excited banget ketika ngeliat buku ini ada di gramedia. Gue pikir ini adalah jawaban atas penantian panjang gue dari jaman masih SMA sampe sekarang gue udah lulus kuliah. Gue pikir akhirnya gue bisa menuntaskan rasa penasaran gue selama bertahun-tahun yang selalu mikirin gimana ending dari hubungan si Matahari Senja dan Jingga Matahari semenjak kemunculan Ata. Gue yang udah bangkotan begini bela-belain baca buku teenlit lagi (yang padahal udah ga sesuai umur yess) dengan ekspektasi yang sangat amat tinggi.

Hal pertama yang gue sadari setelah selesai baca buku ini adalah sorry banget mba esti, tapi gue ga suka banget sama Ata. Menurut gue karakter Ata disini egois banget, oke gue paham kalo Ata udah terluka dari umur 9 tahun, tapi apa Ata ga pernah mikir perasaan Ari? Apa Ari ga terluka sama sekali disini? Apa karna semua kekayaan dan kemewahan yang Ari punya dia jadi Bahagia? Engga kan. Justru disini yang gue liat itu Ari yang paling terluka. Ata dengan segala kehidupan yang dia jalani di sebuah desa di malang sana, dengan hidup sederhana cenderung kekurangan, tapi dia bisa mendapat kasih sayang dari mamanya, dari akung juga utinya dan dari bude dan om-nya. Sedangkan Ari, dia ga bisa dapet kasih sayang keluarga itu, dia cuma punya uang dan kemewahan. dan dia sadar betul uang dan kemewahan ga akan bisa beli kasih sayang tulus dari keluarga.

Di JUM kedatangan Ata itu bener-bener mimpi buruk buat Ari, tapi Ari terlalu bahagia sampe dia ga bisa ngerasa kalo kedatangan si Ata justru akan menghancurkan semua mimpinya bahkan mungkin bisa menghancurkan hubungan dia sama Tari.

Dan untuk Tari gue cuma berharap dia ga kemakan omongan Ata dan ga akan ninggalin Ari. Gue berharap dia jadi penguat Ari bukan malah makin nambah ancur hidup si Matahari senja yang sangat kita cintai itu.

P.s : Mba esti tolong jangan lama-lama ya terbitin buku JUS-nya, jangan sampe saya udah jadi nenek-nenek baru saya bisa tau ending dari hubungan Ari dan Tari, karna nenek-nenek baca teenlit itu ga keren banget wkwkwk
Profile Image for Shinta Kristianto.
3 reviews
May 15, 2019
Sebelumnya, biarkan aku ngitung berapa tahun aku menunggu JUM. Kali terakhir aku baca JDE saat aku 15 tahun, dan aku "menemukan" JUM di awal tahun 2019 ini, di usia 22 tahun dan sudah bekerja. Berarti sekitar 7 tahun aku menunggu JUM. Wow, itu aja. Hahaha, thanks to Esti Kinasih for remembering all of us, your very loyal readers.

Aku sangat exited waktu menemukan buku ini di toko buku, langsung ambil bawa ke kasir nggak pake tengok-tengok buku lain (serius). Tapi, aku nggak langsung baca karena kesibukan. Setelah lowong, baru aku coba buka halaman pertamanya dan jujur aja aku sempat ngeblank karena aku nggak ingat jalan cerita JDS sampai JDE dengan detil. Samar. Karena sudah 7 tahun yang lalu hahaha. Walau di halaman-halaman awal Esti Kinasih memberikan semacam review dari buku-buku sebelumnya, malah membuat aku berpikir, "Apa iya ceritanya gini? Berarti gue salah inget yah."

Kesan pertama aku dari buku ini adalah: wah, ada Ata. Cukup mengejutkan karena Ata terasa seperti sosok "asing" di buku-buku sebelumnya tapi tiba-tiba dia menjadi fokus cerita dari buku ketiga ini. Seolah JUM adalah cerita dari sudut pandang Ata. Diperlihatkanlah kehidupan Ata yang sangat sederhana di daerah Malang, bukan di kotanya, tapi di daerah gunung yg masih terasa "kampung banget". Well, bisa dibilang aku sangat paham terhadap kehidupan Ata di sana, dengan keluarga petani sederhana, rumah kayu sederhana, sekolah sederhana yang juga bersama teman-teman yang sederhana. Jauh lebih membumi dan realistis dari kehidupan Ari yang bak selebritis. Aku paham, Ata. Karena aku menghabiskan masa SMA di tempat yang hampir sama dengan kamu. Pergi dari Ibukota ke "antah berantah" untuk "kehidupan yang lebih baik". Aku tahu kehidupan semacam apa itu, dan membuat aku bertanya-tanya bagaimana Esti Kinasih menceritakan kehidupan di desa sederhana yang dijalani Ata dan keluarga ibunya dengan fasih? Itu sangat mendekati realita. Apa Esti Kinasih melakukan riset? Atau kehidupan macam itu pernah dialami orang terdekatnya? Aku nggak tahu, dan nggak akan mempertanyakan lebih dalam soal itu.

Sebenarnya JUM ini agak mengecewakan aku. Tidak ada konflik yang terselesaikan. Malah nambah konfliknya dan bikin tambah bingung. Aku malah terkejut dengan latar belakang keluarga Ari-Ata yang seakan "belok" dari dua buku pendahulunya. Kok ini cerita muternya cuma di sini aja sih? Dan aku sempat break baca buku JUM karena nggak ada mood atau feel. Itu pun bacanya belum sampai tengah, baru...belum ada seperempat malah. Break cukup lama, sampai akhirnya aku mulai buka lagi dan baca JUM dari awal. Setelah selesai, aku pikir ini buku "tekelam" untuk kategori teenlit yang pernah aku baca.

Yang ada di pikiran aku saat itu adalah Ari bukan anak orang kaya biasa. Dia sangat kaya dan tampaknya Ayahnya punya kekuasaan dan pengaruh yang besar. Itu bukan lebay, di SMA tempat aku kerja, memang ada murid yang punya latar belakang keluarga seperti itu. Tapi yang kehidupannya sedramatis Ari jelas nggak ada. Semakin lama aku baca JUM, aku menangkap kesan yang...ini JUM lama-lama kayak drama Korea sih? Ada pengawal pribadi segala yang ternyata mengawasi mereka selama ini secara diam-diam dan melaporkan setiap detil kepada bapaknya Ari-Ata, rahasia antara kepala Sekolah Airlangga dengan bapaknya Ari-Ata, latar belakang ibu Ari-Ata yang jeglek banget sama suaminya, rencana rahasia Ata alias balas dendam ke saudara kembarnya sendiri, dan lagu Paganini dan masih banyak lagi. Yang buat aku penasaran dan nggak habis pikir adalah rahasia bapaknya Ari-Ata. Kok sampai segitunya sih menyembunyikan rahasia dan "menjaga" anak-anaknya? Aku juga ngerasa bapak mereka itu punya rencana untuk mereka berdua dan alasan dia milih Ari daripada Ata. Hellooo...itu bokapnya Ari-Ata gembong mafia yah? Pimpinan perusahaan super besar yang bersekongkol sama pemerintah? Kok kayaknya "misterius" dan "ngeri" kekuasaannya. Dramatis banget. Kelam. Gelap. Ternyata konfliknya berat, lebih dari sekedar perceraian keluarga tapi juga mungkin melibatkan rahasia negara, kesannya kayak gitulah. Dan sayangnya--atau sialnya--belum juga keungkap apa pun soal rahasia negara itu. Aku paham banget betapa putus asanya Ari yang ingin mengetahui kebenaran dari 8/9 tahun itu, karena aku juga pengen tahuuuu...dan penantianku selama 7 tahun nggak membuahkan hasil. Yang ada malah kenyataan baru yang sulit dicerna.

Ata ternyata beda banget dari Ari. Dia kayak iblis yang menjelma jadi malaikat. Dia terkesan baik, sabar, lembut, pengertian, rajin belajar dan suka membantu guru. Tapi aku yakin dia jauh lebih menakutkan di dalamnya daripada Ari. Ari memang menakutkan di awal, tapi ternyata dia hanya Winnie the Pooh yang kehilangan Christopher Robin. Dialog antartokoh di buku ini juga bisa dibilang nggak banyak. Kebanyakan kalimat naratif dengan diksi yang luar biasa puitis. Aku ternganga-nganga sendiri baca diksi-diksinya yang walau indah tapi tidak membuat alur cerita jadi maju.

Dan Tari, hahaha...setelah aku bilang di dua buku sebelumnya dia useless, di buku ini dia semakin useless. Tari cuma muncul seiprit, aku pikir dia nggak muncul pun jalan cerita nggak akan keganggu. Fio juga masih sama perannya, jadi "dayangnya" Tari. Tapi ada yang menarik perhatianku selain kehadiran Ata, yaitu Ridho! Entah kenapa aku ngerasa Ridho keren banget di sini. Dia dewasa dan mandiri walau kekacauan keluarganya sama buremnya kayak Ari. Dia mampu mengatasi emosi dengan jauh lebih baik dari Ari. Dan itu poin plus buat Ridho yang buat dia jadi bias wrecker.

Angga juga ternyata punya sisi lucu yah. Kirain cuma bisa ngancem Ari-Tari. Kalau sama Ata, dia jadi kayak adek kecilnya Ata yang mengagumi kakaknya. Dan porsi Ari di buku ini sangat sedikit. Digusur sama Ata. Dan apa iya satu sekolahan bakal ngintilin Ari-Ata sampai segitunya? Bener kan, sejak awal JDS aku review, aku udh bilang kalau Ari (termasuk Ata) itu "ketinggian"untuk divisualisasikan. Se-"wah" apa sih mereka? Dan Tari modal luck doang dong bisa dapetin Ari? Karena dia "nggak ada apa-apanya", sorry. Soal Ari yang nggak tahu apa-apa tentang pernikahan kedua bapaknya, itu terlalu janggal. Katanya Ata liat Ari ada di situ, tapi Ari ingetnya itu bukan pesta pernikahan. Masa iya nggak ada satupun orang yang ngasih tahu Ari? Pasti ada salah satu di antara mereka yang salah. Kalau nggak Ata yang salah ngira pesta kebun itu sebagai pesta pernikahan, ya berarti Ari yang polosnya kebangetan. Atau Ari kecelakaan, trus dia amnesia partial. Jadi ingatan tentang masa-masa dia di keluarga barunya termasuk pernikahan itu nggak bisa diinget saking traumatisnya, kayak cerita di drama Korea Boys Before Flower, Goo Jun Pyo nggak inget Jandi karena Jandi sumber traumatiknya. Entahlah, yang jelas ketidakjelasan ini harus jelas di buku keempat. Tetralogi Jingga dan Senja. Baru kali ini ada teenlit yang sampai seberat JDS, setahu aku. Hebat Esti Kinasih, seenggaknya dia nggak nyerah untuk nulis dan melanjutkan cerita ini.



Profile Image for Wina.
80 reviews
December 5, 2025
Daripada disebut lanjutan JDE, novel ini lebih cocok disebut pengantar untuk seri keempatnya.

Di seri kedua pembaca sedang dalam puncak penasaran tinggi mengenai kelanjutan konflik Ari-Ata dan alasan Ata benci Ari. Sayangnya novel ini tidak langsung membahas ke sana. Pembaca mengerti maksud penulis yang ingin memperkenal sosok Ata terlebih dahulu sebelum masuk ke perseteruan utama antara Ari dan Ata. Namun, rasa penasaran tinggi yang dihempas tak terpuaskan tetap mengecewakan pembaca. Apalagi untuk pembaca yang menunggu kelanjutannya bertahun-tahun.

Novel ini hanya berisi crigenya reaksi para siswa yang terlalu heboh dengan kemunculan Ata, berfokus pada masa lalu Ata, dan tumbangnya Ari. Seri ketiga ini bukannya mengupas misteri malah menambah misteri yang membuat pembaca semakin penasaran.

Meski membuat pembaca agak kecewa karena misteri novel tidak terungkap, saya kagum dengan meningkatnya kemampuan penulis dalam menulis narasi. Di seri keempat ini narasinya lebih panjang dan banyak menggunakan kosa kata berat. Untuk para penggemar awal mungkin tidak masalah karena sudah pada dewasa, tapi untuk pembaca baru mungkin akan sedikit kesulitan memahami maksudnya karena narasinya terlalu berat untuk kategori novel teenlit.
Profile Image for Nikita  Normalitasari .
90 reviews29 followers
February 7, 2017
Akhirnya selesai juga baca buku ini :) Meskipun genrenya teenlit, tapi menurutku perlu konsentrasi ekstra untuk membacanya kalau dibandingkan dengan dua buku sebelumnya. Bahkan untuk bikin review di blog, aku harus membaca buku ini sampai dua kali biar bisa kasih review yang benar. Meskipun konflik dari series ini bisa dibilang melebar, tapi aku tetap suka, karena artinya untuk buku yang berseries itu memang cocok kalau masalahnya kompleks. Tapi, aku masih belum bisa lihat tujuan yang sesungguhnya dari series ini. Selain itu, format penulisan yang turn-pageable juga membuat aku semakin menyukai buku ini. Tapi kenapa aku masih ngasih bintang tiga? Karena aku agak kecewa dengan narasinya yang terlalu banyak dan panjang, selain itu aku juga agak terganggu dengan perumpamaan yang terlalu banyak dan panjang itu.

Untuk review lebih lengkap, kalian bisa baca di https://bliocineview.wordpress.com/20...
Profile Image for Titah Wibisono.
1 review1 follower
January 2, 2017
Sedih baca ini. Kasian Ari nya TT. Tenang Ri, di buku selanjutnya kamu bakal bahagia. Berakit rakit dulu aja ya Ri, biar hati skaligus otot jadi kuat :D
Profile Image for Ardelia putri.
27 reviews3 followers
February 11, 2017
A worth to the immensely long 6 years of waiting. But still think that this should've been the last part.
Profile Image for Anggun Safitri.
2 reviews
January 12, 2018
Pada dasarnya daya tarik dari jingga series itu ya Ari dan Tari, itu pendapatku sih! Tapi di JUM ini kisah mereka seolah cuma sekedar tempelan aja, jadi rasanya kayak hambar gitu..


Ditambah bahasa tulisan yg gak lagi sesantai pendahulunya. Di JUM ini bahasa yg dibuat bener bener bikin mikir keras dan itu buat gak nyaman untuk bisa masuk ke situasinya.

Jujur aja.. Gak kayak kakak kakaknya yang cuma butuh waktu seharian buat nyelesain baca. JUM ini butuh waktu seminggu buat ngelarin. Itu juga karena liburan mau selesai jd baca nya kayak ngejer deadline. soalnya kalo udh balik lg.. Gak tau deh kapan bisa nerusin bacanya. Keburu lupa sama kejadian awal awal.

Banyak bgt part part di JUM yang ngebosenin dan gitu gitu mulu. Itu juga jadi alasan knp aku bacanya kaya iya-iya nggak-nggak.
ditambah lagi masalahnya yg terlalu di dramatisir. menurutku garis besar masalah ata-ari ini sebenernya gampang diselesaikan tp gak tau knp disini malah dibikin njlimet gak karuan. malahan menurutku kasus ridho yg ditinggal ortu dan kakak sekaligus mengambil alih tanggung jawab atas adek2nya, juga oji yg bisa dibilang bener bener sendirian tanpa adanya perhatian sedikitpun dari keluarganya lebih mengenaskan dibaca daripada kasus dua saudara kembar itu. just my opinion ya!

Overall gak mengecewakan bgt sih.. walaupun aku baru dpt feelnya dipertengahan cerita. Tapi baca 441 halaman dgn ending yg gantung dan dilanjut ke buku selanjutnya itu bikin greget gak ketulungan.."gak akan butuh 6 tahun lg kan mba?" kalo sampe butuh waktu selama itu aku gak yakin masih bisa sepenasaran sekarang, secara usia aku udh bukan usia-nya anak pembaca teenlite lg, di usia aku skrg aja ketika baca buku ini udh gak menimbulkan atmosfir baper kayak dulu yg sampe kebawa mimpi!

Bahkan ada di beberapa bagian yg bisa bikin aku geli bacanya, terutama di bagian ata yg gak kelar kelar selalu di kejer plus dirubungin abg-abg norak bin alay itu. dan jadi kepikiran ini novel jd tebel pasti gara2 kebanyakan adegan kayak gitunya. Tp mungkin aja karna faktor U yg udh gak ada remaja2nya lagi kali ya.. jd ngerasa ganggu banget!

Dan gak tau kenapa aku malah lebih seneng ngikutin segala cerita yg berhubungan dgn ridho dan oji ketimbang ata dan ari.. Bagi aku adanya mereka di JUM ini bener bener  kasih warna tersendiri dari banyaknya keruwetan cerita tentang keluarga ari.
Tari juga agak bikin ilfeel sekaligus kesel sama sikapnya yg keliatan plin plan bgt d novel ini. Walaupun tak sadarin sih, Tari ini kan cuma cewek kelas satu SMA yg pikiran dan perasaannya masih di tahap labil..

Tapi gimanapun juga aku bakalan tetep nunggu jingga untuk sandyakala selain karena diending bikin greget dgn posisi tari dan ata, jd kalo sampe digantung dan gak tau kelanjutannya itu jahat bgt!
Juga dari awal baca jingga dan senja novel itu udh berhasil buat aku jatuh cinta dgn segala karakter dan situasinya yang gak bisa dilepasin begitu aja bahkan bertahun2 tanpa kepastian sekalipun. Walau agak terobati dgn versi fanfic nya Tapi tetep aja kalo bukan penulis asli yg buat itu ada yg ngeganjel. Jadi ngerasa harus dituntasin aja kisahnya para matahari ini..

Dan berharap jingga untuk sandyakala bisa nutupin beberapa kekecewaan saya dari JUM..
dengan harapan gak akan lama lama lagi kan mba esti??? Pliss saya kepentok umur.. Hehee
Profile Image for Gina Magfirah.
21 reviews3 followers
February 15, 2017

Well ketika aku lagi iseng-iseng mampir di gramedia it was like a luck, karena awal dari keisengan tersebut berujung pada ditemukannya buku JUM ini di tumpukan terdepan dengan cetakan yang berpuluh-puluh *I guess* . Aku langsung kegirangan enggak jelas karena penantianku selama 6 tahun terbayar sudah!


Sebelum aku baca bukunya karena penasaran aku emang baca review orang-orang dulu dan kebanyakan mengatakan kecewa terhadap buku ini, tapi tetep enggak menyurutkan keinginanku untuk membacanya. Maksudku walaupun buku ini jelek sejeleknya aku bakal tetep baca untuk membayar penantianku selama 6 tahun.


Ketika aku sudah membaca sekitar halaman 200an, aku jujur ngerasa boring. Ini kenapa cerita momen Ata dan Ari yang dielu-elukan satu sekolah karena kemiripan mereka dan menimbulkan kehebohan seluruh angkatan terlalu...panjang, jadi ada banyak adegan ketika mereka berdua yang harus menangani seluruh siswa yang ngefans sama mereka berdua dan lain-lain. Kalian baca sendiri aja ya daripada aku ceritain itu. Karena aku ngerasa itu bukan suatu hal yang penting, maksudku bisa aja porsi cerita untuk bagian mereka yang menghebohkan sekolah itu dipersedikit untuk momen yang lebih penting misalnya Ari dan Tari. Aku menemukan bahwa Tari di buku ini bisa dibilang jadi pemeran pembantu I should say, ya, kehadirannya enggak terlalu keliatan dan terkesan "Enggak ada lo enggak papa. Cerita tetep jalan." Jadi menurutku ada kesan terkepaksaan untuk memberikan momen si Tari ini. Maaf yaaa agak menyakitkan hati kata-katanya tapi itu yang aku rasain. Ari disini enggak sering mengingat Tari, walaupun ada kok. Tapi harapanku sih kalo dari awal bukunya tentang Tari dan Ari, aku rasa Tari ini harus jadi orang yang pertama untuk tau kondisi Ari, Tari harus selalu dilibatkan dalam setiap momen keterpurukan Ari untuk mempertahankan posisi Tari sebagai salah satu pemeran utama. Yang mengecewakan dari aku sih itu.


Tapi dari keseluruhan cerita YASHH! THIS IS SO GREGET! Ata banyak menyimpan misteri, aku juga sampai sekarang masih menerka-nerka karakter dari Ata ini. Kalau aku bilang jahat, he's not that mean. Dia berbuat seperti itu karena suatu hal, bukan sifatnya yang jahat. Kondisi yang membentuk karakternya seperti itu. And I think itu adalah sesuatu yang manusiawi banget dan aku enggak membenci Ata. Over all emang aku suka buku ini despite of the things i told previously. Gregetnya dapet banget ngebuat aku suka senyam senyum sendiri hehe :D

Displaying 1 - 30 of 123 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.