"Assalamu'alaikum, mba kamu benar-benar memberikan begitu banyak pencerahan bagi keutuhan rumah tangga kami yang hampir karam... tanpa kata tanpa bersua. Dua buah buku (Catatan Hati Seorang Istri dan Karenamu Aku Cemburu) menjadi jembatan pembuka bagi kami membuka diri. Subhanallah ibrah tutur tulisan dari mba telah membuka mata hati kami." (ruslirose.multiply.com dikutip testimoninya dari http://anadia.multiply.com/reviews/it...)
Sebuah buku sanggup menolong menyelamatkan satu keluarga dari sebuah perceraian? Itulah yang terjadi. Buku yang sama juga menggerakkan seorang anak. Bagaimana mungkin buku yang sama juga menggerakkan seorang anak yang selama ini tumbuh dewasa dalam kemarahan akan ayah-nya yang mengkhianati ibunya, kemudian menjadi memahami dan memutuskan memaafkan sang ayah.
Catatan Hati Seorang Istri telah membangkitkan gelombang empati puluhan ribu pembaca perempuan di tanah air, khususnya para istri, akan persoalan-persoalan perempuan dan rumah tangga muslim, yang selama ini seakan tabu untuk diungkap.
Majalah Tempo menobatkan buku Catatan Hati Seorang Istri sebagai buku nonfiksi terlaris tahun 2007. Harian Berita Kompas juga menempatkan buku ini sebagai buku nonfiksi terlaris berdasarkan survey dari 27 toko buku Gramedia di tanah air (Oktober 2007).
Belum pernah ada sebuah buku yang begitu besar pengaruhnya dan membangkitkan semangat para istri di tanah air untuk menulis. Lewat buku ini, Asma Nadia- pengarang yang telah mendapatkan banyak penghargaan nasional dan regional ini (terakhir tercatat sebagai pengarang fiksi terbaik Islamic Book Fair 2008, lewat buku Istana Kedua), memang secara khusus mengajak pembacanya untuk menjadikan kegiatan menulis sebagai sebuah terapi, juga cara untuk mengekspresikan kerumitan hidup yang dihadapi.
Lewat Catatan Hati Seorang Istri, Asma Nadia- penulisnya ‘dimusuhi’ oleh sebagian laki-laki, namun uniknya juga mendapatkan banyak ucapan terima kasih dari para suami, yang merasa jatuh cinta lagi dengan istrinya.
Asma Nadia Education: Bogor Agricultural University (IPB, 1991) Home FAX: +622177820859 email: asma.nadia@gmail.com
Working Experiences: I was working as a CEO of Fatahillah Bina Alfikri Publications, and Lingkar Pena Publishing House, before starting AsmaNadia Publishing House (2008)
Writing residencies: in South Korea, held by Korean literature translation institute (2006) & and in Switzerland held by Le Chateau de Lavigny (2009)
Writing Workshop: - Conducting a creative writing (novel), Held by Republika News Paper, 2011 - Writing workshop instructor for (novel) participants from Brunei, Singapore, Indonesia, Malaysia, held by South East Asia Literary Council (MASTERA), July, 2011 - Conduct a writing workshop for Indonesia Migrant Workers in Hongkong (2004,2008, 2011), and for Indonesian students in Cairo, Egypt (2001, 2008), and University of Malaysia. - Giving a creative writing workshop for Indonesian’s students in Tokyo, Fukuoka, Nagoya, Kyoto (November 2009). - Giving writing workshop in Manchester; Indonesia Permanent Mission in Geneve; Indonesian Embassy in Rome, and for Indonesian students in Berlin (2009) - Held a writing workshop with Caroline Phillips, a Germany writer, in World Book Day 2008
Performance: - Performing two poems for educational dvd (Indonesian Language Center) 2011. - Public reading: (poem) in welcoming Palestine’s writers in Seoul, 2006; - Public reading short story in Geneve 2009, Performing monologue in Mizan Publishing Anniversary 2008, Ode Kampung Gathering in Rumah Dunia, etc.
Awards and honors: 1. Istana Kedua (The Second Palace), the best Islamic Indonesia novel, 2008 2. Derai Sunyi (Silent Tear, a novel), won a prize from MASTERA (South East Asia Literary Council), as the best participant in 10 years MASTERA, 2005. 3. PREH (A Waiting), play writing published by The Jakarta Art Council, honored as the best script in Indonesian’s Women Playwrights 2005 4. Mizan Award for the best fiction writer in 20 Years Mizan (one of Indonesian’s biggest publishers) 5. Asma Nadia profile was put as one of the 100 distinguished women publishers, writers and researchers in Indonesia, compiled by well-known literary critic Korrie Layun Rampan, 2001. 7. Rembulan di Mata Ibu (The Moon in the Mother’s Eye, short stories collection), won the Adikarya IKAPI (The Indonesian Book Publishers Association) Award, 2001 9. Dialog Dua Layar (Two Screen’s Dialogue, a short story collection), won the Adikarya IKAPI (The Indonesian Book Publishers Association) Award, 2002 10. 101 Dating, a novel, won the Adikarya IKAPI Award, 2005 11. The most influential writer 2010, awarded by Republika News Paper 14. BISA Award for helping Indonesia Migrants Workers who wants to be writers (held by Be Indonesia Smart and Active Hongkong) 15. Super Woman MAG Award 2010 16. One of ten most mompreneurship 2010, by Parents Guide Magazine
Summary of translations of work into other languages: 1. Abang Apa Salahku (published by PTS Millennia SDN.BHD 2009) 2. Di dunia ada surga (published by PTS Millennia SDN.BHD 2009) 3. Anggun (published by PTS Millennia SDN.BHD 2010) 4. Cinta di hujung sejadah (published by PTS Millennia SDN.BHD 2011) 5. Ammanige Haj Bayake (Emak Longs to Take The hajj), NAVAKARNATAKA PUBLICATIONS PVT. LTD, 2010 (in south indian language/Kannada)
Saat cinta berpaling Saat rumah tangga dalam prahara Saat ujian demi ujianNya Mengguncang jiwa Kemana seorang istri harus mencari Kekuatan agar hati terus bertasbih?
Buku ini nampaknya memang dipersembahkan khusus untuk para ibu, istri, atau calon istri. Beberapa kali saya hanya menaruh buku tersebut di lemari,tanpa sedikit ketertarikan untuk menyantap isinya. Hanya karena tidak ada buku bacaan lain, tidak saya duga, buku ini bukan cuma high recommended buat istri, calon istri atau para ibu. Tapi juga perempuan-perempuan di Indonesia!
Diawali dengan keinginan hati si penulis, Asma Nadia yang tidak hanya ingin meneropong ke dalam hati, namun juga mencoba memasuki bilik hati perempuan lain dengan menuliskan catatan atau cerita dari perjalanan kisah perempuan-perempuan menghadapi hidupnya. Catatan 1 dituliskan tentang Pak Haris, seorang pemimpin sebuah penerbitan di Solo yang santun dan agak ceplas ceplos. Pembicaraan tentang poligami dimulainya dengan Penulis. Ia mengaku pernah tergoda dan sedikit lagi akan melakukan itu. Bahkan niat itu terjadi pada bulan suci Ramadhan. Namun ada suatu hal yang menyebabkannya membatalkan niatnya itu. Ia bertemu salah seorang teman. Ikhwan tersebut berkata begini, “Jika saya menikah lagi : Pertama, kebahagiaan dengan istri kedua belum tentu…karena tidak ada jaminan untuk itu. Apa yang di luar kelihatan bagus, dalamnya belum tentu. Hubungan sebelum pernikahan yang sepertinya indah, belum tentu akan terealisasi indah. Dan sudah banyak kejadian seperti itu.” Bukan kah itu benar teman? Banyak pasangan ‘baru’ yang pada awalnya merasa sangat kasmaran rela mengikrarkan pernikahan mereka sebagai pernikahan yang ke-sekian kali karena kesenangan yang mereka rasakan sebelum menikah. Dan ternyata kesenangan tersebut tidak lama dapat mereka rasakan. Kemudian ikhwan tersebut melanjutkan. “yang kedua?” dia termenung kemudian melanjutkan. “sementara luka hati istri pertama sudah pasti, dan itu akan abadi.” Saya terhentak ketika membaca alasan kedua itu. Jika saja semua laki-laki menyadari akan hal tersebut. Pasti tidak aka nada kesakithatian dari para istri. Di buku ini juga tidak hanya menyajikan masalah seputar poligami walaupun poligami memang mendominasi. Buku ini menyajikan sekitar 25 judul catatan hati dan saya rasa wajib dibaca tidak hanya para istri, namun juga perempuan dan lelaki yang ingin mengerti arti dari pernikahan yang abadi.
Jika kau kira dengan sebelah sayap, aku akan terkoyak Maka camkanlah Dengan sebelah sayap itu Akan kujelajah gunung, ombak-ombak samudera Dan gemintang di angkasa
Beberapa hari yang lalu, aku lupa tepatnya hari apa? Kudapati sebuah bungkusan yang tertera nama dan alamat rumahku. Berikut nama dan alamat singkat pengirim (Rizki di Cimanggis). Segera kubuka bingkisan itu, sebuah buku yang sudah lama sekali ingin kubaca. Tapi selalu lupa ketika sedang berburu buku di toko buku ataupun pameran, karena begitu banyak buku bagus yang hendak kubaca.
Sebuah buku karangan mbak Asma Nadia yang berjudul "Catatan Hati Seorang Istri". Dalam hati kuucapkan hamdalah, semoga Allah SWT mengabulkan semua doa Rizki. Membalas semua kebaikannya. Memudahkan dan melancarkan segala urusannya, amin. Makasih ya Ki :)
Kubaca buku itu selama perjalanan menuju tempat aktivitas, dan baru selesai pagi ini. Subhanallah isinya membuka hati dan pemikiranku tentang kehidupan pernikahan. Maklum aku belum menikah, jadi masih membayangkan kehidupan pernikahan yang selalu membahagiakan dan membuat senyum selalu mengembang. Walau tak jarang kulihat banyak kenyataan pahit, ombak, badai, gempa bahkan tsunami yang mungkin sudah antri untuk menghadang dan membuat air mata membuncah.
Dalam buku ini, diceritakan pengalaman para istri yang teraniaya baik secara lahir maupun bathin. Bagaimana kesetiaan, keikhlasan dan ketabahan seorang istri dalam menghadapi pengkhianatan, penganiayaan (lahir/bathin), serta perlakuan tidak menyenangkan dari suami yang disayangi. Suami yang dikagumi dan begitu diagungkan sebagai kepala keluarga.
Bagaimana perjuangan, kekuatan dan ketabahan seorang istri dengan anak semata wayangnya di negeri Kincir Angin, dalam menghadapi perlakuan suami yang warga negara sana berlaku sangat keji layaknya seorang Kompeni di jaman penjajahan.
Tak hanya itu, ada juga cerita mengenai kesetiaan dan kasih sayang seorang suami yang selalu membuat istri dan keluarga terdekat merasakan kebahagiaan dan rasa syukur yang melimpah karna telah memilikinya. Tapi Allah lebih sayang pada lelaki seperti itu.
Setelah membaca buku ini, aku jadi berpikir "betapa tipisnya kesetiaan lelaki jaman sekarang" seperti yang digambarkan oleh mbak Asma. Allahu Robbi, aku tak pernah lelah memohon padaMu. Untuk memberikan jodoh terbaik pilihanMu, padaku.
Jejak kecil yang kau tinggalkan Melemparkanku pada keajaiban penuh makna Dan dengan segala cinta yang kupunya Kubiarkan angan kita mengembara
Gak sengaja baca buku ini gara-gara sudah tidak ada lagi ebook bahasa indonesia yang bisa saya baca. Kehabisan bacaan.. :D
dan hasilnya,, Saya menemukan perspektif baru setelah baca buku ini. Laki-laki itu mengerikan.. gak nyangkaaaa... ternyata oh ternyata,, se-sholeh sholeh-nya laki-laki tetep aja ya...
Nyengir juga baca buku ini. Yang paling aman adalah,,titipkan suami pada Allah,, Biarkan Dia yang menjaganya. Menjaga dari segi jasmani dan ruhani (terutama hatinya)... Percayakan saja pada-Nya. Insya Allah aman dari gangguan setan yang terkutuk :D #tapi keknya gak semudah seperti yang diucapkan ..
Persembahan spesial Penerbit Asma Nadia Buku terbaru dari Asma Nadia: New Catatan Hati Seorang Istri (edisi revisi CHSI plus 12 tulisan baru)
Akankah abadi cinta yang telah terikat oleh tali suci, jika tak kau jaga sepenuh hati?
Apa yang sanggup diucap seorang istri, ketika melihat seorang gadis bersama keluarganya datang melamar sang suami? Bagaimana harus bersikap saat suami berpaling, dan ingin menikah lagi? Benarkah ketika suami berkata ingin menikahi perempuan lain, ia sedang jatuh cinta?
Apakah yang tercatat di hati istri, ketika suami melakukan kekerasan fisik ataupun psikis? Ketika mendapatkan kabar bahwa pasangan tercinta konon terkena guna-guna?
Lalu apa tantangan pernikahan dengan pasangan yang mualaf? Bagaimana menguatkan keimanannya agar menjauh dari kebiasaan lama yang merupakan dosa di mataNya? Bagaimana pula jika ternyata kita justru yang menjadi istri kedua?
Dunia pernikahan tidak selalu seindah pelangi. Pada kenyataannya seorang istri seringkali jatuh bangun mencari kekuatan. New Catatan Hati Seorang Istri memuat berbagai macam kisah menyentuh dan menggetarkan tentang perjuangan perempuan, seorang istri, sekaligus ibu dalam menghadapi berbagai prahara rumah tangga. Dan kita menjadi saksi, betapa kesulitan dan ketabahan mesti selalu beriringan dalam perjuangan. Dan betapa berliku serta dipenuhi luka, jalan menuju keikhlasan.
Testimoni dari pembaca buku pertamanya:
Mbak, kamu benar-benar memberikan begitu banyak pencerahan bagi keutuhan rumah tangga kami yang hampir karam. Tanpa kata tanpa bersua, buku Catatan Hati Seorang Istri menjadi jembatan pembuka bagi kami membuka diri. Subhanalah ibrah tutur tulisan dari Mbak telah membuka mata hati kami. - Ruslirose
Saya sangat suka cara Asma menuliskan suara hati perempuan. Satu hal yang terpikir adalah, para suami harus membaca buku ini. Saya pun mendorong suami untuk mau membaca buku ini. Untuk pengetahuannya, untuk alat bersyukurnya, dan … untuk warning dari saya! - Anis D. Raksanegara
Cara Pembelian online: Bonus TDT Penulis Email atau sms ke salah satu no dibawah ini Sertakan nama, alamat lengkap Kode pos, no telpon & buku pesanan apa saja. Setelah itu bagian penjualan online kami akan mengirimkan rincian harga yang akan anda transfer ke rekening kami. terima kasih.
Hp: Aulia: 085218683858 Email: aulia@tokoasmanadia.com Hp: Lemon: 087885273530 Email: lemon@tokoasmanadia.com Hp: Agung Pribadi: 085711946854 Email: agungpribadi@tokoasmanadia.com ( hrp sms atau email ke salah satu jalur saja ) hotline : (021) 77820859
I truely didn't like this book. Masih lebih bagus karya beliau yang "Cinta Lelaki Biasa". Kali ini, memoar Asma Nadia memuat nuansa gender sangat terasa. Perhatikan salah satu paragraf, ketika sang Penulis (red. Mbak Asma) begitu berkeinginan memukul wajah seorang lelaki yang berkisah tentang keinginan poligaminya. Menunjukan secara jelas pemikiran Asma yang kurang menyetujui syari'at ta'adud ini.
Feminis. Ada kesan, begitu banyak KDRT yang terjadi karena kesalahan pihak laki-laki semata. Mbak Asma, sengaja maupun tidak, telah menggiring pembacanya untuk menggeneralisasi bahwa laki-laki, meski sholeh sekalipun, bisa saja berkhianat, bahkan berselingkuh. Wah-wah,.. absolutely not reccomended.
Saya lebih suka membaca bagian2 akhir dari buku ini yang menceritakan tentang kelanggengan sepasang suami istri yang terbatas dari segi fisik dan materi, kesetiaan seorang suami terhadap isterinya sampai maut memisahkan...daripada kisah2 kegagalan sebuah pernikahan akibat pengkhiatan seorang suami..
Dalam buku ini Mbak Asma Nadia menyatakan "Telah lama saya meneropong, tidak hanya ke dalam hati sendiri, melainkan mencoba masuk ke bilik hati perempuan lain, lewat kisah-kisah yang mereka bagi kepada saya. Selama bertahun-tahun pula saya mencatat berbagai kisah itu dalam ruang hati, seraya berharap suatu hari bisa menuliskannya. Catatan Hati Seorang Istri, memuat sebagian kecil peristiwa itu. Isinya kisah-kisah yang mengharu biru dan membuat saya ternganga. Sebab ternyata betapa dahsyat kekuatan yang dimiliki seorang perempuan."
Buku karangan Mbak Asma Nadia yang luar biasa. Siapa pun yang membaca buku setebal 224 halaman pasti tercengang, karena buku ini mengambarkan kisah pribadi si penulis dan wanita-wanita lain yang ia ketahui. Peristiwa demi peristiwa ia torehkan dalam kisahnya. Mbak Asma Nadia mencoba memberi cakrawala baru baik kaum Hawa maupun kaum Adam. Ia menilai sosok perempuan seringkali dianggap lemah, tidak berdaya dan pada tataran tertentu sering hanya dianggap sebagai pelengkap saja. Dalam buku ini Mbak Asma Nadia bukan sekadar bercerita tentang perasaan dan tragedi perempuan, namun juga menyampaikan hal-hal yang tidak kita sangka dan bahkan lebih tragis dari sebuah fiksi.
Dalam buku ini Mbak Asma Nadia menyatakan "Telah lama saya meneropong, tidak hanya ke dalam hati sendiri, melainkan mencoba masuk ke bilik hati perempuan lain, lewat kisah-kisah yang mereka bagi kepada saya. Selama bertahun-tahun pula saya mencatat berbagai kisah itu dalam ruang hati, seraya berharap suatu hari bisa menuliskannya. Catatan Hati Seorang Istri, memuat sebagian kecil peristiwa itu. Isinya kisah-kisah yang mengharu biru dan membuat saya ternganga. Sebab ternyata betapa dahsyat kekuatan yang dimiliki seorang perempuan."
Buku karangan Mbak Asma Nadia yang luar biasa. Siapa pun yang membaca buku setebal 224 halaman pasti tercengang, karena buku ini mengambarkan kisah pribadi si penulis dan wanita-wanita lain yang ia ketahui. Peristiwa demi peristiwa ia torehkan dalam kisahnya. Mbak Asma Nadia mencoba memberi cakrawala baru baik kaum Hawa maupun kaum Adam. Ia menilai sosok perempuan seringkali dianggap lemah, tidak berdaya dan pada tataran tertentu sering hanya dianggap sebagai pelengkap saja. Dalam buku ini Mbak Asma Nadia bukan sekadar bercerita tentang perasaan dan tragedi perempuan, namun juga menyampaikan hal-hal yang tidak kita sangka dan bahkan lebih tragis dari sebuah fiksi.
Ketika Ibu melihat saya sedang membaca buku ini, komentar beliau adalah " Ngapain sih kamu baca-baca buku gituan? "
hahaha
Ini salah satu bentuk kekhawatiran ibu kalau saya nantinya akan berpersepsi buruk terhadap pernikahan karena dalam buku ini, penulis banyak menceritakan kisah-kisah mengenai seorang istri yang diselingkuhin suami, istri yang diduain sama suaminya, dan istri yang ditinggal suaminya. ow ow ow...
Na'udzubillahimindzalik..
Well, memang banyak kisah-kisah seperti yang saya sebutkan diatas tadi, namun sebagai seorang wanita yang nantinya akan menggandeng jabatan sebagai seorang istri alias belum menjadi istri, buku ini membuat saya tau bahwasanya kisa seperti itu memang ada, ga cuma di novel atau film, tapi memang ada di kenyataan.
Ya, sebagai seorang wanita, nggak ada salahnya samsek untuk aware dengan tipe2 lelaki hidung belang, tipe2 lelaki yang pnya kecenderungan selingkuh di masa depan meskipun ya nggak bisa juga kita menjamin 100% kalau si A akan selingkuh dan si B nggak akan selingkuh. kalau kata seorang teman, carilah yang kuat imannya. Asma Nadia juga banyak memberikan tips2 things to do pada istri2 yang mengalami kisah diatas, juga pada para wanita yang akan menjadi istri.
Waktu akal dah macam merajuk, jadi ambil masa untuk melihat sisi realiti kisah kehidupan manusia. Satu hal yang saya suka dengan saranan Mbak Asma Nadia, adalah perihal menulis.
Menulislah untuk diri sendiri, meski tak diwar-warkan kepada umum. Tidak pada waktu senang dan gembira sahaja tetapi juga pada waktu takut, resah dan marah.
Jua, hal kesetiaan dan lelaki ada disebut dan dikisahkan. Tidaklah aku jadi pesimis pula tetapi aku jadi sedar, 'it's not all about happiness'. Bukan macam kisah dongeng Sleeping Beauty (bangun-bangun sudah dapat putera raja), tetapi ada perjuangan dan kisah diri sendiri yang perlu dibina sebelum kemudiannya banyak pula menggunakan 'kami'.
Cinta itu, meski awalnya manis tetapi perjuangan di tengah mungkin menguji benar. Ada satu kisah, ditanya pada Pak Hamid, apa sebabnya menikah lagi?
"Justeru ada satu sebab. Kerana lelaki itu jatuh cinta lagi." Ah, aku tak tahu harus sebagai perempuan normal, patut merasa apa sewaktu membaca ini.
Sudah terubat rajuk akal. Mari menelaah semula. *buku ni baca dua jam dah boleh langsai.
Begitu membaca tentang berita tentang buku ini di milist, ketika sempat mampir ke toko buku, Sy langsung membelikan buku ini untuk istri.
Setelah istri membacanya, entah kenapa tiba-tiba istri jadi agak paranoid. kisah-kisah yang banyak mengungkapkan tentang KDRT sempat membuat istri memvonis laki-laki itu jahat. Wow?! sedemikian dahsyatnyakah isi buku itu?!
Kesibukan membuat buku itu hanya lembar demi lembar Sy cicil baca. Mungkin karena itu jadi terkesan datar saja.
Tak lama, sahabat Sy, Ryan menyatakan ia tidak menyukai buku itu. KDRT, Feminisme, dan gambaran bahwa laki-laki itu tukang selingkuh!
Ffew...Sy belum bisa menilai buku ini secara pribadi. Tapi dari reaksi orang tercinta dan sahabat terdekat, bisa jadi memang buku CHSI tidak seimbang karena melulu tentang negatifnya para laki-laki di RT.
Mungkin kalo ada buku "Catatan Hati Suami" atau buku lain yang bisa jadi penyeimbang, akan lebih baik.
Persembahan spesial Penerbit Asma Nadia Buku terbaru dari Asma Nadia: New Catatan Hati Seorang Istri (edisi revisi CHSI plus 12 tulisan baru)
Akankah abadi cinta yang telah terikat oleh tali suci, jika tak kau jaga sepenuh hati?
Apa yang sanggup diucap seorang istri, ketika melihat seorang gadis bersama keluarganya datang melamar sang suami? Bagaimana harus bersikap saat suami berpaling, dan ingin menikah lagi? Benarkah ketika suami berkata ingin menikahi perempuan lain, ia sedang jatuh cinta?
Apakah yang tercatat di hati istri, ketika suami melakukan kekerasan fisik ataupun psikis? Ketika mendapatkan kabar bahwa pasangan tercinta konon terkena guna-guna?
Lalu apa tantangan pernikahan dengan pasangan yang mualaf? Bagaimana menguatkan keimanannya agar menjauh dari kebiasaan lama yang merupakan dosa di mataNya? Bagaimana pula jika ternyata kita justru yang menjadi istri kedua?
Dunia pernikahan tidak selalu seindah pelangi. Pada kenyataannya seorang istri seringkali jatuh bangun mencari kekuatan. New Catatan Hati Seorang Istri memuat berbagai macam kisah menyentuh dan menggetarkan tentang perjuangan perempuan, seorang istri, sekaligus ibu dalam menghadapi berbagai prahara rumah tangga. Dan kita menjadi saksi, betapa kesulitan dan ketabahan mesti selalu beriringan dalam perjuangan. Dan betapa berliku serta dipenuhi luka, jalan menuju keikhlasan.
Testimoni dari pembaca buku pertamanya:
Mbak, kamu benar-benar memberikan begitu banyak pencerahan bagi keutuhan rumah tangga kami yang hampir karam. Tanpa kata tanpa bersua, buku Catatan Hati Seorang Istri menjadi jembatan pembuka bagi kami membuka diri. Subhanalah ibrah tutur tulisan dari Mbak telah membuka mata hati kami. - Ruslirose
Saya sangat suka cara Asma menuliskan suara hati perempuan. Satu hal yang terpikir adalah, para suami harus membaca buku ini. Saya pun mendorong suami untuk mau membaca buku ini. Untuk pengetahuannya, untuk alat bersyukurnya, dan … untuk warning dari saya! - Anis D. Raksanegara
Cara Pembelian online: Bonus TDT Penulis Email atau sms ke salah satu no dibawah ini Sertakan nama, alamat lengkap Kode pos, no telpon & buku pesanan apa saja. Setelah itu bagian penjualan online kami akan mengirimkan rincian harga yang akan anda transfer ke rekening kami. terima kasih.
Hp: Aulia: 085218683858 Email: aulia@tokoasmanadia.com Hp: Lemon: 087885273530 Email: lemon@tokoasmanadia.com Hp: Agung Pribadi: 085711946854 Email: agungpribadi@tokoasmanadia.com ( hrp sms atau email ke salah satu jalur saja ) hotline : (021) 77820859
Buku ini memuat kumpulan kisah tentang kehidupan rumah tangga. Dari yang manis sampai yang tragis... Tidak semua kisah merupakan pengalaman penulis, kebanyakan kisah2nya diambil dari curahan hati orang2 di sekitarnya.
Contoh kisah yang paling manis, ada di akhir cerita, tentang seorang laki-laki yang tetap menghormati istrinya setulus jiwa, biarpun orang2 di sekitar berpikir untuk mencarikan gantinya... keren banget... yang ini bikin nangis. Kalo kisah yang romantis... hmm... ada. tentang dua pasangan, yang sulit dicari alasannya kenapa mereka bisa saling mencintai...tak ada kecantikan, keindahan fisik, kemudaan, kekayaan, kenyamanan, tak ada apa-apa... tapi mereka hidup rukun, damai, dan mesra berdua...duh... kalah deh roman2 cengeng manapun...romeo&juliet mah gak ada apa2nya. pokoke harus baca sendiri biar lebih menghayati...xp Kalo kisah yang pedih mengiris... yah... ini dia yang menempati porsi terbanyak di buku ini... biasa deh, tentang laki-laki yang tak pernah puas dengan satu wanita... entahlah...bisa jadi karena di mata mereka pasangannya memang memiliki kekurangan (walaupun kalo mau jujur, mana ada sih orang yang sempurna?), atau mungkin memang karena kecenderungan hati mereka aja yang suka lari-lari kesana kemari... Nah, kalo yang tragis... ini sinetron banget sih, tentang laki2 sadis yang suka melakukan kekerasan fisik tak terkendali... hiii... pokoke tragis dan dramatis. Tapi semoga jarang dialami di dunia nyata.
sebetulnya buku ini tak sengaja saya baca, alias bukan karena sengaja hunting dan mengincar sejak lama... cuma karena tersedia dalam bentuk gratis saja maka (alhamdulillah) saya baca juga... alangkah (senang, terharu, kecewa, kaget?)-nya saya ketika menyadari bahwa isinya mendukung pesimisme dan kekhawatiran saya selama ini... huwaa... (lho kok jadi curhat). Saya bisa maklum sih kalau laki-laki jadi tersulut hatinya stlh baca ini, tapi jujur saja, menurut saya buku ini mewakili gambaran laki2 dalam pandangan sebagian besar wanita, hehehe...
Saya baca buku ini setelah membaca buku "Sakinah Bersamamu" dengan pengarang yang sama. Isinya lebih kurang sama, mirip-mirip. tapi saya bisa menyimpulkan kalau "Catatan Hati Seorang Istri" lebih oke. Mungkin karena penyajian cerita yang bermacam-macam pahit manisnya dan berfokus ke kehidupan seorang istri saja.
Setelah membaca buku ini saya jadi ogah nikah! Hahaha eits jangan diartikan secara sekilas. Maksud saya, ogah nikah tanpa ada persiapan lebih dahulu. Buku ini menjelaskan bahwa menikah ngga melulu tentang cinta-cintaan, menyenangkan pergi kemana-mana berdua dengan suami, dijagain suami, apalah yang manis-manis. Tapi juga tentang kehidupan pahit, asam, dan pelajaran yang didapat.
Jadi jangan pernah membayangkan bahwa dengan menikah kehidupanmu akan mulus-mulus saja. Bukan bermaksud menakut-nakuti, tapi setidaknya ini jadi pertimbangan buat yang menikah karena alasan nafsu saja. Jika belum cukup ilmu dan segalanya, menahan nafsu cukuplah dengan berpuasa (lah kenapa jadi ceramah? haha)
Jadi, buat yang mau persiapan menikah, atau yang akan menikah, atau yang sudah menikah, penting banget buat baca buku ini. Lumayan itung-itung nambah pelajaran dan bisa melihat perspektif orang banyak tentang kehidupan para istri.
Buku yg cukup mengharukan di beberapa catatan.. sebagai seorang single yg belum menikah dan yang sedang berharap bisa segera menikah, buku ini cukup menimbulkan ketakutan tersendiri untuk menjalani mahligai rumah tangga. Selalu berdoa semoga dikaruniai suami yang taat Allah dan RasulNya. Demikian juga aku berdoa semoga Allah memberiku hati yang lapang, PEMAAF dan sabar dalam menghadapi peran sebagai istri. Pada intinya, sebuah rumah tangga agar harmonis perlu usaha dari kedua belah pihak, baik suami maupun istri, Love Takes Two. Semoga bisa meneladani para wanita kuat di dalam buku ini dan bisa merasakan romantisme cinta sejati yg qur'ani seperti dalam salah satu kisah dalam buku ini juga :') Favorit saya dalam buku ini adalah kisah yg berjudul "Cinta bukan tak pernah salah" :'))) nangis bombay....
Buku bagus, based on true story… Banyak bercerita tentang ketulusan pengabdian, kekuatan dan ketegaran seorang istri… Sungguh dibalik kelembutan hati seorang istri..tersimpan kekuatan luar biasa.. Pelajaran bagus dari salah satu kisah, terkadang seberat apapun beban, sepahit apapun kenyataan yg harus dihadapi, sehancur apapun hati.. cukup kita sendiri yang tahu..karena dengan begitu qt menjaga keutuhan beberapa hati yg kita kasihi... Bacaan bagus buat para istri (para suami harusnya juga baca buku ini..;p), juga buat calon2 istri..
suka banget sama ceritanya,luar biasa bisa jadi pelajaran bagaimana menjadi istri yang sabar,bisa menjaga harkat martabat suami dan menjadi refrensi buat yang belum menikah dan akan menikah bagaimana seharus nya berumah tangga yang baik dan saling menjaga dan tidak menjelek-jelekan suami di depan orang subhanallah,jika saya nanti menikah saya ingin menjadi salah satu wanita penghuni surga atas ridho suami saya amiiiinnn
Cerita2 yg menyentuh....Saya sampai meneteskan airmata saat membacanya...Asma Nadia menceritakan, menyampaikan sedikit kisah para isteri yg membuat kt banyak belajar dan berusaha bersyukur atas apa yg kita miliki.
Judul: Catatan hati seorang istri Penulis: Asma Nadia Penerbit: AsmaNadia Publishing House Dimensi: xx + 312 hlm, 20.5 cm, cetakan ketiga Agustus 2011 ISBN: 9786029055030
21 kisah dan 12 catatan dari penulis yang merangkum berbagai kisah menyentuh tentang perjuangan perempuan, seorang istri, sekaligus ibu dalam menghadapi berbagai prahara rumah tangga.
Sungguh membuka mata bahwa menikah bukan hanya siap untuk bahagia, tapi juga siap untuk duka. Membaca beberapa kisah, saya tak habis pikir, bagaimana perempuan bisa bertahan meski disiakan, disiksa, tak pernah bahagia lahir batin, hanya berbekal iman pada surga dan menghindari murkaNya. Padahal haknya sangat lazim untuk ditalak dan meninggalkan manusia tak berguna itu (seriously, emosi).
Tapi, lagi saya merenung. Saya tak ada di posisi untuk menghakimi. Justru di situlah saya bisa mengukur sejauh mana keimanan saya. Mungkin jauuuuhh sekali lebih rendah dibandingkan para istri dalam kisah ini.
Meski ada beberapa yang bahagia, romantis, dan kisah tentang suami setia, namun tetap saja porsi duka lebih banyak. Menjadi pertanyaan besar bagi saya, mengapa? Apakah sedemikian sulitnya mempertahankan pernikahan? Jika Rasul yang menjadi teladan, mengapa selalu sunnah poligami yang dikedepankan? Lupakah pada monogami Rasul terhadap Khadijah? Ah, lagi... tanpa sadar saya judging!
Saran saya, siapa pun, bahkan terutama suami, BACALAH buku ini!
Saya apresiasi 5 dari 5 bintang.
"Mencurahkan isi hati ibarat melepaskan bongkahan kecil sebuah bangunan besar bernama kebekuan, kegagalan, dan ketidakberdayaan." (H.x)
"Jangan menyerah, setidaknya sebelum mencoba memperjuangkan sekuat tenaga." (H.xv)
"Jika saya poligami, pertama, kebahagiaan dengan istri kedua belum tentu, karena tidak ada jaminan untuk itu. Kedua, luka hati istri pertama sudah pasti, dan itu akan abadi. Sekarang, bagaimana saya bisa melakukan sebuah tindakan untuk keuntungan yang tidak pasti, dengan mengambil risiko yang kerusakannya pasti dan permanen?" (H.22)
"Karena menikah itu nggak mudah. Banyak yang harus diperjuangkan untuk mempertahankannya. Nggak melulu indah. Kadang kita yang harus mengalah, kadang dia yang harus didesak. Dan, ini perjuangan seumur hidup." (H.57)
"Pernikahan sakinah bukan pernikahan yang nggak ada ributnya, melainkan pernikahan yang ketika ribut segera kembali ke Al Quran dan As Sunnah." (H.96)
"Makin sakit hati, makin sulit memaafkannya, makin besar peluang masuk surgaNya kalau kita berhasil memaafkan pasangan." (H.97)
"Jika pasangan hidupmu khilaf dan berbuat salah, maka rangkullah dan segera maafkan. Jadikan dirimu tempat belahan jiwamu selalu rindu pulang, karena tahu dia akan selalu diterima dengan hati lapang." (H.104)
"Dalam perkawinan, kedua belah pihak HARUSLAH BERBAHAGIA. Bila 1 pihak berbahagia di atas penderitaan pihak lainnya, maka perkawinan itu sudah tak bisa dikatakan baik. Kekerasan dalam rumah tangga bukan cuma tindakan memukul. Membuat istri tertekan batinnya, menyakiti terus menerus dan mengintimidasinya hingga memengaruhi kondisi kejiwaan dan mentalnya, juga disebut kekerasan." (H.177)
"Allah yang membenci perceraian itu, adalah Allah yang sama yang juga mengajari kita cara untuk melakukan perceraian secara ma'ruf. Jadi, Allah sudah tahu bahwa akan ada di antara hambanya yang tak berhasil dengan rumah tangganya, sehingga Dia membolehkan perceraian untuk mengatasi masalah yang sudah tak dapat lagi dicarikan jalan keluarnya. Tak usah merasa bersalah. Allah Maha Tahu dan Mengerti." (H.184)
"Bagaimana pun, sebaiknya perempuan mandiri dan bekerja. Menghasilkan sesuatu bagi dirinya sendiri, memupuk kemandirian serta kesiapan mental ketika terjadi musibah." (H.186)
"Mereka yang berhasil padahal terlahir dari keluarga miskin, berpulang pada bagaimana sosok Ibu dalam keluarga membesarkan, memberi energi positif dan menempatkan PENDIDIKAN SEBAGAI PRIORITAS bagi anak-anaknya, apapun kendalanya." (H.198)
"Menulis agar kita memiliki sesuatu untuk dikenang. Menulis apa saja tentang hari-hari yang kita lalui sebagai istri dan ibu. Apakah Anda akan membaginya dengan orang yang bisa Anda percaya, atau tidak... tidak jadi soal. Paling tidak dengan menuliskannya bisa jadi terapi tersendiri, saat hati terbebani ribuan masalah dan kesedihan. Dan ketika menulis, kita mengabadikan kenangan demi kenangan, yang mungkin tak ingin kita lupakan." (H.256)
Dalam beberapa tahun terakhir, melalui tayangan televisi dan media, masyarakat kita semakin akrab dengan isu poligami dan perselingkuhan. Tema poligami kembali populer ketika ada sejumlah tokoh nasional yang menjadi kontroversial karena kasus poligami, dengan bumbu pro-kontra yang kemudian juga difasilitasi oleh media. Tema perselingkuhan pada tingkat tertentu, dengan cara yang cukup unik, menyebar melalui dunia hiburan dan selebriti. Ada yang mengatakan bahwa perselingkuhan kini sudah menjadi gaya hidup. Tayangan televisi yang hampir setiap hari tak luput mengabarkan kabar buruk tentang retaknya keluarga seorang selebriti belakangan ini memperkuat hal tersebut. Di bagian yang lain, akhir-akhir ini kita menemukan cukup banyak lagu yang digubah dan kemudian populer yang mengisahkan tema perselingkuhan. Pokok soal menarik yang patut disorot dalam dua persoalan ini adalah nasib perempuan berhadapan dengan situasi semacam itu. Bagaimana perempuan di sana? Buku karya Asma Nadia ini menghadirkan potret pergulatan perempuan dengan kedua persoalan tersebut. Buku ini menyajikan kumpulan jejak pengalaman perempuan, terutama dalam kehidupan berkeluarga, yang sarat dengan kekerasan dan tragedi. Dalam kata pengantarnya, Asma mengatakan bahwa buku ini adalah rekaman perjalanannya sebagai perempuan, istri dan ibu, dan juga pengalaman, dialog hati, pertanyaan dan ketidakmengertiannya tentang isi kepala dan sikap laki-laki. Memang tak berlebihan jika Asma menggunakan istilah seperti itu. Dalam buku ini, melalui banyak kisah, muncul sikap dan perilaku laki-laki yang tak menghargai perempuan—bahkan perempuan yang disebutnya sebagai istri. Simak saja kisah Amini, ibu dan tiga orang anak yang sudah menikah selama tujuh belas tahun. Suaminya, Arief, yang dari awal pernikahan sudah tampak sangat baik dan bertanggung jawab dalam memperhatikan keluarga, tiba-tiba diketahui menjalin hubungan dengan Dian, adik dari teman Amini. Memang, di akhir kisah Amini dan Arief tetap bisa bertahan, dengan permaafan dan kebesaran hati Amini yang cukup luar biasa, sehingga Dian tak sampai menjadi penyebab perceraian mereka dan melepas Arief. Ada lagi kisah Safitri, dengan suaminya yang sangat baik dan telah hidup berbahagia dengan pernikahannya selama lima belas tahun dan telah dikaruniai tiga orang anak. Suatu hari, tanpa sengaja, Safitri menemukan nama aneh di buku telepon suaminya: Spongebob. Safitri heran. Suaminya itu tipe lelaki serius, pendiam, dan sangat dewasa. Mengapa sampai ada kontak dengan nama tokoh kartun itu? Safitri sangat terpukul ketika dengan tenang dia mengklarifikasi masalah itu kepada suaminya, sehingga muncul pengakuan bahwa suaminya yang rajin beribadah itu telah menjalin hubungan khusus dengan “Spongebob” selama tiga tahun. Safitri menulis bahwa sejak itu ia merasa sulit membangun kepercayaan bersama suaminya. Kisah-kisah lain yang diungkap dalam buku ini tak banyak beranjak dari penuturan soal kekerasan psikis terhadap perempuan—yang dalam istilah lain populer dengan sebutan Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT. Ada kisah tentang suami yang ketahuan selingkuh dengan baby sitter-nya. Tragedi Nejla Humaira mengisahkan kesuksesan kariernya di dunia kerja, sementara suaminya yang sudah sepuluh tahun dinikahinya hanya menguras hasil kerjanya sambil berselingkuh dengan karyawatinya. Langkah cerai pun diambil, dengan tekanan batin yang sangat menyedihkan Nejla. Dan Nejla pun menjadi single parent, membesarkan anak-anaknya dengan keteguhan, kegigihan, kesabaran, dan penuh kasih sayang. Simpul utama kisah-kisah dalam buku ini menegaskan bahwa perselingkuhan, bagaimanapun, hanya akan menghancurkan ikatan suci yang dibina dalam keluarga. Rasa saling percaya yang menjadi fondasi bahtera keluarga tercederai. Seorang perempuan sangat paham dan sangat menghayati arti kepercayaan, sehingga begitu ia dilanggar, maka ia menjadi sulit untuk dipulihkan. Perselingkuhan menghancurkan keluarga tak hanya dengan merusak rasa kepercayaan, tetapi juga dengan aspek kekerasan yang diam-diam terjadi di sana. Kekerasan itu bisa berwujud kekerasan psikis hingga fisik. Dan eskalasinya dapat meluas hingga ke tingkat keluarga, yang meliputi anak atau anggota keluarga besar lainnya. Kelebihan buku ini terletak pada pertanyaan-pertanyaan mendasar yang diajukan terhadap kaum laki-laki atas berbagai bentuk kekerasan yang dilakukan—sadar maupun tidak, diakui atau tidak—terhadap perempuan. Pertanyaan tersebut mengusik pola relasi kemanusiaan yang selama ini terjalin antara laki-laki dan perempuan, dalam ruang keluarga pada khususnya dan ranah sosial pada umumnya. Pertanyaan yang dimunculkan Asma beberapa tampak cukup reflektif dan fundamental, seperti dalam kisah Pak Haris, seorang pemimpin penerbitan di Solo, yang berkisah tentang poligami. Dalam potongan pembicaraan Asma dan Pak Haris tentang poligami, muncul pernyataan yang cukup menohok dari Pak Haris: kebahagiaan dengan istri kedua belum tentu, sementara luka hati istri pertama sudah pasti dan abadi. Jadi, lanjut Pak Haris dengan sebuah pertanyaan retoris yang cukup tajam, “bagaimana saya melakukan sebuah tindakan untuk keuntungan yang tidak pasti, dengan mengambil resiko yang kerusakannya pasti dan permanen?” Eksplorasi Asma tentang tema poligami juga menjangkau wilayah agama. Asma memang tak mencoba masuk ke wilayah panas yang mendiskusikan hukum poligami dari perspektif agama (Islam), seperti yang sempat ramai dibicarakan belakangan ini. Dalam sebuah tulisannya di buku ini, Asma memunculkan sebuah pertanyaan tajam yang cukup menyindir: “tetapi apakah dimadu dan menjadi istri tua, merupakan jalan satu-satunya untuk mendekatkan perempuan pada surga?” Dalam tulisannya ini Asma menunjukkan bagaimana dalam praktiknya para lelaki—yang konon beralasan menikah lagi dalam rangka mengikuti sunnah Nabi—kurang memberi penghargaan yang pantas kepada istri pertama mereka dan melupakan jasa besar serta pengorbanan si istri pertamanya. Dalam tulisan terakhir di buku ini, Asma secara tidak langsung mencoba menghadirkan potret kesetiaan laki-laki melalui kisah Aba Agil, seorang tokoh terkemuka di Ambon yang tak mau menikah lagi setelah istrinya meninggal, meski anak-anaknya mendorong untuk itu. Ada nada kagum dan bangga yang tertuang dari pemaparan Asma—seperti yang juga tergambar dari benak anak-anaknya. Kisah-kisah dalam buku ini dapat dilihat sebagai semacam dokumentasi pengalaman perempuan dalam pergaulan mereka di ruang keluarga dan masyarakat dalam konteks sosial saat ini. Yang menarik, Asma membidik persoalan itu dari perspektif perempuan, yakni dari sudut pandang yang menempatkan perempuan sebagai subjek yang berbicara untuk kepentingan mereka. Dengan demikian, pembaca buku ini dapat ikut berempati dengan perasaan, gejolak, dan nasib perempuan dalam setiap pengalaman yang tersaji itu. Memang Asma tidak hanya menceritakan kisah pergulatannya sendiri, tetapi menghimpun pengalaman dan pertemuannya dengan banyak perempuan lain. Buku yang cetak ulang dalam waktu dua pekan sejak penerbitannya yang pertama ini memperkaya diskusi tentang perempuan dan keluarga dalam masyarakat Indonesia, dan yang lebih penting lagi, dengan cukup tegas menghadirkan suara perempuan dengan penuh empati dan menggugah.
Sebenarnya yang kubaca versi terbarunya berjudul New Catatan Hati Seorang Istri. Tapi sama saja lah ya bukunya, cuma nambah sedikit catatan dari versi pertamanya. (Semoga asumsiku benar begitu).
Buku ini non-fiksi, yang tidak kusangka-sangka karena dari cover dan filmnya seperti fiksi. Tapi dipikir-pikir cerita di dalamnya kan nyata dan benar terjadi, jadi dikategorikan non-fiksi meskipun gaya penceritaannya seperti novel.
Curhat, satu kata yang cocok mewakili seluruh isi buku. Isinya berupa kisah para istri dalam menghadapi suaminya yang (isi sendiri) dan bikin pembaca mengelus dada saking kesalnya. Meskipun tidak semua suami di buku tersebut buruk, ada juga kisah tentang suami yang baik.
Jujur buku ini berbahaya, JIKA dikonsumsi oleh remaja tanggung yang pikirannya negatif dan beranggapan menikah itu rumit bahkan memilih menunda-nundanya. Buku ini juga direkomendasikan kepada laki-laki yang kelak akan menjadi suami, atau yang sekarang menjadi suami sebagai turning point untuk menyayangi istri serta keluarganya lebih dalam lagi.
Aku jatuh cinta dengan cerita perjuangan istri-istri dalam buku itu, karenanya kuberikan rating 5/5. Selain itu tata bahasa dan kaidah kepenulisannya juga sempurna, pemilihan kata yang indah, jadi tertarik buat baca buku-buku Bunda Asma yang lain.
Bagaimana harus bersikap saat suami berpaling, dan ingin menikah lagi?
Apa yang tercatat dihati seorang istri, ketika suami melakukan kekerasan fisik ataupun psikis? Ketika mendapatkan kabar bahwa pasangan tercinta konon terkena guna-guna?
Benarkah, ketika suami berkata ingin menikahi perempuan lain, ia sedang jatuh cinta?
Lalu apa tantangan pernikahan dengan pasangan muallaf? Bagaimana menguatkan keimanannya agar menjauh dari kebiasaan lama yang merupakan dosa di mataNya?
Dunia pernikahan tak selalu seindah pelangi. Pada kenyataannya, seorang istri seringkali jatuh bangun mencari kekuatan. Ada banyak kerikil-kerikil tajam yang bakal menghampiri didalam suatu pernikahan. Bukankah pernikahan itu sekolah cinta? :) Sebuah sekolah yang akan dijalani sepanjang hayat.
Didalam Buku New Catatan Hati Seorang Istri yang ditulis oleh mbak Asma nadia ini, memuat berbagai macam kisah yang menyentuh dan menggentarkan tentang perjuangan perempuan, seorang istri, sekaligus ibu dalam menghadapi prahara dalam rumah tangganya. Mungkin bagi yang belum menikah *kaya saya* membaca buku ini, jadi berpikir panjang dan takut untuk menikah, ini yang dituturkan salah seorang sahabat saya saat saya menganjurkannya untuk membaca buku ini. Padahal dari cerita didalam buku ini, kita bisa berkaca, serta belajar bahwa menjalankan sebuah pernikahan itu tak selalu mudah. Banyak badai, cobaan yang bakal menghadang. Mungkin juga ada yang akan menemukan kisah serupa dengan apa yang sedang dialami saat ini (semoga saja tidak ya).
Ada cerita – cerita yang membuat saya heran, kesal, menangis, marah, ingin protes! Bagaimana setelah semua yang dialami, seorang istri tetap bertahan? Ketika sang suami tidak memberikan kontribusi apa pun, bukan hanya materi tetapi bahkan tidak menyumbang peran dalam mendidik anak-anak bahkan malah menghadirkan suasana yang cenderung merusak bagi anak-anak.
Dari kisah para istri yang ada didalam buku ini, kita jadi tahu betapa kesulitan dan ketabahan mesti selalu beriringan dalam perjuangan, serta betapa berliku jalan menuju keikhlasan. Dan menurutku kisah-kisah ini juga bisa menambahkan rasa syukur di hati para istri yang selama ini mungkin memiliki keluhan ini itu terhadap suami, namun kondisinya masih jauh lebih baik di banding apa yang di alami oleh sebagian istri di dalam buku ini.
Ada beberapa bagian menarik menurut saya didalam buku ini :
Kalau Saya Jatuh Cinta Lagi. Dialog antar mbak Asma dengan pak Haris (pimpinan sebuah penerbitan di Solo). Mbak Asma bertanya, sebenarnya apa yang ada dikepala seorang lelaki ketika mereka menikah lagi? Dan jawaban Pak Haris, ” sejujurnya mbak Asma, hanya ada satu alasan inti kenapa lelaki menikah lagi. Dan itu bukan karena menolong, bukan karena kasihan, atau alasan lain. Saya lelaki. Dan kalau saya menikah lagi itu murni karena saya suka dengan gadis itu. Saya jatuh cinta. Titik.”
Padahal, jika seorang lelaki menikah lagi: pertama, kebahagiaan dengan istri kedua belum tentu, karena tidak ada jaminan untuk itu. Sementara luka hati istri pertama sudah pasti, dan itu akan abadi. Kasih Kasmaran Lagi. Tau ga, kenapa nikah itu disebut ibadah? Karena menikah itu ga mudah. Banyak yang harus diperjuangkan untuk mempertahankannya. Enggal melulu indah. Kadang istri yang harus mengalah, kadang suami yang harus didesak. Dan, ini perjuangan seumur hidup.
Cinta Bukan Tak Pernah Salah. Pernikahan sakinah bukan berarti pernikahan yang ga ada ributnya. Pernikahan sakinah itu adalah pernikahan yang ketika ribut segera kembali ke Al-Quran dan As Sunnah. Namanya juga manusia menikah dengan manusia, justru disitulah letak ujiannya. Lewat kesulitan itu Allah kasih kesempatan untuk meraih anak kunci masuk ke salah satu surgaNya. Makin sakit hati, makin sulit memaafkannya, makin besar peluang masuk surgaNya kalau kita berhasil memaafkan pasangan.
Ternyata Aku Yang Kedua… Untuk perempuan yang sedang berada dipersimpangan untuk menjadi yang kedua, berpikirlah beribu kali. Tidak mudah hidup dalam cercaan keluarga, teman, masyarakat disekitar kita. Dan kemapanan ekonomi laki-laki beristri yang dimaksud, tidak sepadan dengan rasa bersalah yang mengiri langkah. Pernikahan bukan persoalan meraih kebahagiaan saat ini, tetapi upaya untuk bergandengan tangan, menambah kelayakan istri, pasangan dan anak-anak nanti, menuju surgaNya. Lalu, apa yang kita harapkan dari sosok laki-laki yang menjadikan kita yang kedua dan tidak mendekatkan kita kepada bau surgaNya?
Sebab Aku Berhak Bahagia. Tak seorang wanita pun ingin diceraikan apalagi menceraikan, tak seorang perempuan pun ingin ditinggal mati suaminya, tak seorang perempuan pun ingin berjuang sendirian karena suami tiba-tiba jatuh sakit, tak seorang perempuan pun ingin menjadi janda. Tapi ketika semua itu harus terjadi, karena takdir ilahi, maka seorang perempuan yang paling lemah sekalipun, harus siap memanggul beban di pundak. Sebab perempuan berhak sekaligus berkewajiban untuk berusaha dalam hidup. Tetapi kuat dan sabar enjawab setiap tantangan, tetap terpacu untuk mencari kebahagiaan duni dan akhirat. Sebab permpuan juga berhak bahagia.
Buku ini cocok dan sangat saya rekomendasikan untuk dibaca oleh para istri, para suami dan cewek/cowok yang akan menikah. Semoga kita bisa belajar dari pengalaman orang lain :)
Setiap terbit buku baru... Pasti gak ketinggalan.. harus baca....Wajib.. Banyak pengalaman yg akan di jadikan guru.. sehingga banyak pelajaran yang di dapat.. Gak ada ruginya membaca.. Karna pintu dari sgala pintu Pengetahuan adalah membaca😊😍
satu dekade kemudian, buku ini dibaca untuk kali kesekian. Dalam kondisi yg berbeda, sebelumnya msh sendiri dan saat ini sudah menjadi seorang istri. Waw, pengalaman membacanya pun berbeda. Alhamdulillah... penutup tahun dg bacaan yg tepat. Insya Allah.
Yang paling aman adalah,,titipkan suami pada Allah,, Biarkan Dia yang menjaganya. Menjaga dari segi jasmani dan ruhani (terutama hatinya)... Percayakan saja pada-Nya. Insya Allah aman dari gangguan setan yang terkutuk
Apa yang sanggup diucap seorang istri, ketika melihat seorang gadis bersama keluarganya datang melamar sang suami? Bagaimana harus bersikap saat suami berpaling, dan ingin menikah lagi? Benarkah ketika suami berkata ingin menikahi perempuan lain, ia sedang jatuh cinta?
Buku ini memuat kumpulan kisah tentang kehidupan rumah tangga. Dari yang manis sampai yang tragis... Tidak semua kisah merupakan pengalaman penulis, kebanyakan kisah2nya diambil dari curahan hati orang2 di sekitarnya.