Ini adalah kisah dari masa depan, sekaligus kisah dari masa jutaan tahun yang lalu. Kali ini Matara mengajakmu menjelajahi kemungkinan-kemungkinan tanpa batas, sebuah dunia yang dibangun oleh teknologi dan imajinasi. Mata dan Nyala Api Purba merupakan kisah penutup dari petualangan Mata, setelah Mata membawamuke dunia para Melus, mengajakmu mengurai rahasia Pulau Gapi, dan mengarungi lautan luas bersama Bambulo, si manusia laut. Petualangan Mata berakhir. Sudah waktunya ia tumbuh dan memulai kisah
Okky Madasari is an Indonesian novelist. She is well-known for her social criticism with her fiction highlighting social issues, such as injustice and discrimination, and above all, about humanity. In academic field, her main interest is on literature, censorship and freedom of expression, and sociology of knowledge.
Since 2010 Okky has published 10 books, comprising of five novels, one short-story collection, three children’s novels and one non-fiction book. Her newest book (2019) is Genealogi Sastra Indonesia: Kapitalisme, Islam dan Sastra Perlawanan or “Genealogy of Indonesian Literature: Capitalism, Islam and Critical Literature”, which is published online and can be freely downloaded from her website www.okkymadasari.net. Okky’s novels have been translated into English, Germany and Arabic.
Buku Tetralogi: MATA merupakan rangkaian buku cerita fiksi (novel) anak yang ditulis oleh Okky Madasari. Bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Mata, berusia 12 tahun, yang melakukan berbagai macam petualangan di berbagai tempat ‘antah berantah’. Disebut dengan antah berantah, untuk menggambarkan bahwa tempat tersebut adalah tempat-tempat istimewa yang baru pertama kali ia ketahui dan jumpai: baik alamnya, masyarakatnya, budayanya, teknologinya, hingga sejarahnya.
Menarik, mengingat novel anak pada saat ini masih cukup jauh dari popularitas dan pengembangan di bidang dunia sastra kita. Jika buku-buku anak pada umumnya mengangat isu seputar pendidikan karakter, maka dalam rangkaian tetralogi ini penulis cukup berani dan apik untuk menaikkan (atau meningkatkan) kadar isu dan nilai materi yang dilibatkan dalam setiap kisahnya. Mulai dari isu lingkungan, kemanusiaan, pendidikan, sampai dengan isu kesetaraan gender. Tentunya dengan cara penyampaian dan penggunaan bahasa yang ringan, agar mudah dicerna oleh para pembaca kategori anak.
Penulis menyampaikan gagasan-gagasannya melalui pertanyaan-pertanyaan kritis yang dilontarkan oleh Mata kepada orang tua dan sekitarnya. Secara tidak langsung, penulis sedang mendeskripsikan pentingnya seorang anak perempuan dilatih untuk menjadi kritis dengan cara pandang dan pemikirannya. Mata bisa dikatakan beruntung, karena sikap kritisnya didukung dengan cara yang baik oleh kedua orang tuanya. Ia cenderung diberikan kebebasan, meski masih dengan batas-batas yang dapat ditolerir, seperti keselamatan jiwanya saat bepergian.
Dalam buku dicontohkan, marah dan khawatirnya orang tua karena Mata pergi keluar rumah pada waktu pagi hari tanpa pamit terlebih dulu, lantas tidak pulang seharian karena terjebak di bawah tanah dengan dua binatang lainnya (kucing dan laba-laba) yang ia temui di jalan. Atau, ketika Mata (bersama seorang temannya) melanggar nasihat tetua desa untuk tidak mengunjungi lokasi tertentu yang dianggap berbahaya. Namun, rasa penasarannya membuat mereka justru nekat pergi ke tempat yang dilarang tersebut: tengah laut. Ini cukup untuk menjelaskan bahwa, a freedom is a freedom, but it doesn’t always mean that you are free.
Rasa penasaran Mata bersumber dari pemikirannya bahwa, “Ah, orang dewasa memang selalu tak pernah punya jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan sederhana.”
Dari petualangan Mata kita belajar, menjadi dewasa bukan berarti menjadi rumit, dan menjadi kritis bukan melulu memahami hal-hal yang sulit. Sesekali, orang dewasa butuh untuk berpikir sederhana seperti anak-anak. Sesekali, rasa kritis dimulai dari kepekaan kita terhadap hal-hal paling kecil sekalipun.
Selesai siri 4 #Mata. Kali ini watak mata terlihat begitu ringan berbanding siri-siri sebelumnya. Dari Dewa Buaya Pulau Timor, kucing dan labah-labah di Maluku Utara, Bambulo si anak Bajo 'manusia laut' kini Mata mendewasa menjadi guru di Sekolah Semesta, sekolah untuk pelajar luar biasa pintar.
Mata dan Binar, anak berusia 12 tahun terhumban ke dunia purba setelah terjatuh ke dalam sebuah lubang di Hutan Purba yang menempatkan haiwan uji kaji Binar bernama Bibikus.
bermulalah pengembaraan Mata dan Binar menghadapi ancaman manusia purba yang berusia jutaan tahun lalu. Selain itu, mereka juga bertemu dengan raksasa berupa dinasour yang menggugat perjalanan mereka keluar dari lohong masa tersebut.
Binar yang tiba-tiba mempunya kuasa tangan berapi (nyala api) berjaya membuatkan perjalanan itu sedikit mudah dengan mengancam makhluk-makhluk yang ditemui dengan api tersebut.
Jika diikutkan saya sedikit 'lost' dalam perjalanan cerita yang agak mendatar dalam tempoh pengembaraan itu. Teruja ketika awal cerita Binar melahirkan haiwan makmalnya yang mengagumkan (setakat yang dibaca, hanyalah haiwan yang berasal tikus, bertelur dan cepat membesar).
Apa pun, pengembaraan ke dunia purba tetap memberi pengalaman imaginasi yang menarik.
Mata sekarang sudah dewasa. Dia menjadi guru Biologi di sebuah sekolah impian, Sekolah Semesta. Anak-anak yang bersekolah di sini juga istimewa. Kurikulumnya berbeda dengan sekolah biasa. Semua anak didorong untuk menjadi penemu. Termasuk Binar, salah satu siswa di Sekolah Semesta. Berkat kisah-kisah yang disampaikan oleh Mata dan penugasan yang diberikan di kelas, Binar menciptakan makhluk rekayasa genetik yang bernama Bibikus.
Bibikus berasal dari tikus yang diberi suntikan campuran senyawa yang direkayasa oleh Binar. Tikus yang disuntik lalu bertelur dan menghasilkan bibikus. Bibikus ini perkembangannya sangat cepat. Dalam beberapa hari, mereka bertambah besar dan aktif. Mata sempat menjadi korban gigitan bibikus, tapi kemudian bisa pulih dalam beberapa hari. Hanya Binar yang bisa berkomunikasi dengan hewan ciptaannya. Hewan rekayasa ini menarik perhatian Dewa, kepala Sekolah Semesta. Penemuan Binar dianggapnya sebagai sebuah prestasi. Sayangnya bibikus mulai tidak terkendali dan akhirnya lepas dari Sekolah Semesta. Di sinilah petualangan Mata dan Binar dimulai. Mereka bertemu dengan manusia purba, Owa, dan juga menciptakan api purba.
Saya mengikuti rangkaian petualangan Mata sejak buku #1. Ada lompatan waktu antara buku #3 dan buku #4, dimana Mata akhirnya menjadi dewasa. Di dalam buku ini, petualangan fantasi yang dialami oleh Mata ditemani oleh seorang anak yang memiliki rasa ingin tahu yang sama dengan Mata. Tidak dijelaskan juga, linimasa kejadian di buku #4 ini. Yang pasti kejadiannya terjadi di masa akan datang, dimana organisme hasil rekayasa genetika tidak lagi melalui mekanisme yang ketat seperti saat ini. Kala itu, sekolah pun sudah canggih yang digambarkan para siswa tidak lagi menggunakan kertas dan didampingi oleh robot.
Kisah Mata seperti biasa page turning. Setiap bab tidak panjang sehingga membuat pembaca bisa dengan cepat menyelesaikan buku ini. Mungkin karena memang buku ini ditujukan untuk anak-anak.
Matara hidup di zaman modern yang serba canggih. Saat semua data manusia tersimpan dalam sistem di awan. Aktivitas manusia terpantau melalui CCTV di segala sisi. Robot-robot canggih membantu berbagai pekerjaan. Penjahat bisa tertangkap dalam waktu singkat. Berbagai jenis tumbuhan dan binatang buatan pun tumbuh ekstra cepat!
Saat itu murid Matara, Binar, seorang anak berusia 12 tahun bereksperimen menciptakan binatang buatan. Binatang yang belum pernah ada sebelumnya!! Tapi apakah tindakannya itu menguntungkan? Menjadi penemuan yang membanggakan sekolahnya? Atau justru berbahaya??
Siapa sangka, binatang itu justru mengantarkan Matara dan Binar pada petualang ajaib! Menjelajah masa saat manusia baru mengenal api 🔥 Seperti apa petualangan mereka? Tantangan apa yang mereka hadapi? Dan mampukah mereka kembali ke masa serba canggih ini?
🔥🔥🔥 Baca review buku lainnya di IG ku @tika_nia
Aku terpesona dengan cara penulis bercerita. Membuatku seakan-akan mengalami petualangan bersama Matara dan Binar! Serasa menikmati fasilitas canggih di Sekolah Semesta lalu ikut bertemu bibikus, owa, manusia purba, hingga manusia raksasa!🦖🦕
Setiap bab dibuat pendek-pendek sehingga tidak membosankan. Disertai ilustrasi yang menawan sehingga imajinasiku semakin terpantik. Page turner! Recommended buat anak-anak maupun orang dewasa yang mendambakan petualang di dunia imajinatif ✨
Beberapa insight yang ku dapatkan dari Mata dan Nyala Api Purba: • Di kehidupan serba instan dan canggih, bisa jadi manusia justru merasa terasing dan merindukan hal-hal sederhana yang bermakna 💕🤍 • Semesta adalah tempat hidup berbagai makhluk, selama kamu tak mengganggu maka kamu juga tak kan diganggu 😃 • Jagalah kelestarian lingkungan, maka alam akan menjagamu 🌳 • Tanamlah kebaikan, maka kebaikan akan menghampirimu ✨
salah satu seri Mata Okky: Mata di Tanah Melus (2018), Mata dan Rahasia di Pulau Gapi (2018), Mata dan Manusia Laut (2019), Mata dan Nyala Api Purba (2021).
Matara di sini sudah dewasa dan menjadi guru di Sekolah Semesta. Sekolah ini hanya menerima murid superpintar yang kelak menjadi pencipta robot dan penemu besar. Ia menugaskan siswanya menciptakan tumbuhan baru. Semua mengikuti tugas. Kecuali Binar, anak usia 12 tahun. Binar memilih bereksperimen membuat makhluk baru. Dalam eksperimennya Binar ditemani oleh Matara sebagai gurunya, entah menghasilkan eksperimen apa, mereka juga belum tahu. suatu hari eksperimen tersebut berhasil. Binar menamai makhluk eksperimennya dengan Bibikus, singkatan dari Binar dan tikus. Ia menganggap menciptakan tumbuhan sudah terlalu biasa. Binar terinspirasi dongeng-dongeng yang sering Matara ceritakan saat pelajaran biologi. Matara sengaja mendongeng karena sekolah ini terlalu modern. Murid tidak perlu menulis di kertas. Buku-buku hanya jadi artefak berdebu. Semua pelajaran ada di layar ponsel. Teknologi membuat segalanya praktis, tetapi imajinasi bisa hilang jika tidak dijaga. Eksperimen Binar ternyata memicu sesuatu yang jauh lebih besar dari tugas sekolah. Di sinilah petualangan Matara dan Binar benar-benar dimulai.
buku ini rasanya dekat dengan dunia anak sekarang. teknologi hadir dalam cerita, tapi bukan sekadar gimmick. kita diajak melihat bagaimana kemajuan harus diimbangi sikap bertanggung jawab. ilustrasi di dalam buku membantu pembaca membayangkan aksi dan dunia di dalamnya. ceritanya enak diikuti oleh anak hingga remaja yang suka petualangan dan ingin belajar sesuatu sambil menikmati bacaan. buku ini punya potensi jadi jembatan buat anak dan remaja agar makin suka baca dan makin berani mengenal dunia.
12.04 - Buku terakhir dari tetralogi petualangan Mata, tapi jadi buku kedua yang kubaca setelah Mata dan Rahasia Pulau Gapi, gapapalah ya masih bisa dibaca karena ga menyambung cerita-cerita sebelumnya😂
Tapi setelah baca-baca review versi yang lain, ketiga bukunya ceritain Mata pas masih kecil, buku terakhir ini Mata udah dewasa dan udah ada di dunia modern. Dewasanya Mata di buku ini justru ngebuat dia kaya bukan tokoh utama di petualangan kali ini, Binar menurutku yang mengambil alih. Karena ku sendiri juga malah tertujunya ke Binar.
Ini buku diperuntukkan anak-anak jadi cukup salah bagiku mengharapkan lebih dari petualangan Mata wkwkw. Kaya interaksi antar tokoh itu kurang natural dan banyak plot yang terkesan buru-buru selesainnya. Karena bacanya dari sudut pandang orang dewasa pasti ya pengen lebih punya plot yang lebih kompleks, tapi kan ini buku anak-anak jadi ya bagi anak-anak plot sederhana lebih masuk di imajinasi mereka wkwkw. Aku aja yang salah baca buku.
But overall, this book very authentic, give me some imajination about history!
Buku ke 4 yang saya baca setelah 3 buku sebelumnya ikut petualangan Matara menjelajahi Indonesia dan belajar banyak hal baru. Di buku ini, Mata sudah beranjak dewasa, sehingga ada tokoh anak - anak lain bernama Binar yang berhasil menciptakan temuan baru dari seekor tikus, namun memiliki karakteristik lain dan bisa terbang!
Ditengah kesuksesannya di masa muda menciptakan spesies baru dengan kecanggihan teknologi dan bantuan sekolah Semesta yang gambarannya dalam fiksi keren banget, Binar dan Matara bertemu dengan manusia purba dari jutaan tahun lalu - yang jika ditelusuri melalui sejarah, juga ditemukan di beberapa wilayah Indonesia misalnya di Sangiran.
Buku ini sekalipun dikhususkan untuk anak - anak usia 7+, menurut saya masih bisa dinikmati oleh pembaca dewasa. Bacaan ringan tapi mengajak kita berandai - andai, seperti apa wajah masa depan bumi dan manusia - manusianya, yang juga tidak lepas belajar dari sejarah di masa lalu.
🧌 Buku ini lanjutan dari petualangan Matara di seri Mata, dan kali ini kita dibawa ke petualangan yang lebih gila lagi. Bayangin aja, bisa menjelajah waktu ke masa dean dan masa jutaan tahun yang lalu, ketemu manusia purba, ketemu raksasa, sama dinosaurus. Ketemu anomali anomali aneh dan yang serunya, mereka berpacu pada waktu!
Untungnya, dari segi bahasa, kayak series yang lain, buku ini enak banget dibaca, nggak berat sama sekali. Buat yang nggak biasa baca novel petualangan atau sci-fi, tenang aja, alurnya nggak ribet dan gampang dikutin. Untungnya lagi, bahasa yang digunakan Okky Madasari ga berat-berat banget. And again, kita bener-bener dibawa masuk ke dunia Matara tanpa perlu banyak mikir.
AAAA MATARA SUDAH BESARR DISINI 🥺📯✨ cerita inii menurut aku epik sangat buat jd closing buku terakhir! ❤️🔥 selalu suka sm series buku ini yg nyempilin sejarah di indonesia dgn imajinasi 💭⭐️ banyak pengetahuan yg bisa diambil disinii! dari biologi, sejarah, juga teknologi yg wooOw 🤠 SERUUU BGT menjelajah waktu ktmu peradaban seratus tahun lalu 🥹👣
agak amaze sm perilaku dewa diakhir’ yg perhatian🌟 krn awalnya aku kira dia villain 😣😤
BINAR 👩🏻🔥 super kerennnn, aku disinii lebih suka karakter binar dibanding matara 😣🫰🏻 wlaupun ada di bbrp chap binar trllu mentingin perasaannya dibanding logika, tp dia ttp keren krn BERANI di usia yg kecik sgtu 🙌🏻❤️ seolah aku jd ngeliat matara yg di buku 1-3 🤩💥 matara pun keren! sudah dewasa, otomatis pemikiran dia juga jd lebih dewasa ‼️💫
This entire review has been hidden because of spoilers.
To be very honest, buatku seri ini surprisingly nggak ngasih excitement sebesar tiga buku sebelumnya—which I love so so muchhh. Cerita di sini terasa jauh lebih ringan dan lebih cepat diselesaikan, tapi di sisi lain rasanya selesai begitu aja. Kurang ada “sesuatu” yang meninggalkan kesan. Yet, although this story does not satisfy me enough, still hats off for Kak Okky’s cool writing! The fully fresh ideas, wonderful and lively depiction, also the sharp and smart puzzles; all delivered well, amazing as always!
Walaupun ga ngasih aku excitement besar kayak aku baca seri-seri lainnya, tapi topik yang disini ga kalah menarik dari yang lain! Campuran antara masa depan yang super duper wow teknologinya dengan gimana mereka masuk ke zaman purba, keren bgt dan seru banget. Konfliknya rumit tapi bisa dibuat ringan jadinya terasa menyenangkan! Mata selalu punya petualangan yang keren bgt eventhough disini Mata udah dewasa! 🥺 sedih bangettt seri Mata harus berakhir dibuku ke empat ini~ sejujurnya masih pengen tau cerita Mata dengan petualangannya yang lain!!!
Kalau di manusia laut dan api jadi tau beberapa hal baru karena emang jarang dibahas. Nah kalau di nyala api purba ini kalian pasti bakal tau dikit-dikit karena mirip penjelasan sejarah di sekolah.
Pokoknya cocok buat manusia reading slump 🫣 Rate 4,5/5
Selalu menyenangkan berpetualangan dengan menggunakan imajinasi anak-anak. Karena mereka selalu penuh dengan spontanitas dan energi yang berlimpah ruah. Setelah tertunda beberapa bulan dari buku sebelumnya. Akhirnya, bulan ini berhasil merampungkan buku ke-4 dari keseluruhan seri petualangan Mata. Untuk buku ke-4 ini, tentu saja masih bercerita tentang petualangan Matara, tetapi versi bukan anak-anak lagi. Pada cerita kali ini, ia adalah seorang guru biologi di Sekolah Semesta yang karena sebuah percobaan ilmiah, ia dan muridnya yang bernama Binar berpetualang ke zaman Purba dan melewati banyak petualangan yang tidak pernah mereka bayangkan.
Di buku ke-4 ini, menurut sy porsi peran Matara hanya seperti figuran yang mendampingi tokoh Binar yang justru cukup mendominasi. Asumsi sy kemungkinan karena memang Matara sudah bukan lagi anak-anak namun tokoh Mata harus tetap ada untuk menjaga benang merah series Mata ini tetap pada jalurnya.
Hal lain yang menurut saya cukup disayangkan yaitu interaksi para tokoh cenderung flat, banyak emosi yang tidak tersampaikan. Cerita seolah fokus pada pengembangan dari petualangan itu sendiri. Atau memang bisa jadi karena cerita dibuat dari sudut pandang anak-anak, jadi interaksi yang melibatkan emosi antar tokoh sedikit dikurangi. Namun, akan jadi kontras karena disini ada tokoh Matara dan Dewa dimana mereka adalah orang dewasa, yang digambarkan sangat cerdas.
the fourth book of Mata series. rada kaget soalnya MATAAAAA KAMU UDAH GEDE T___T ah jadi keinget yg mata dan bambulo t___t as always, the illustrations are always good. for the story, aku suka gimana penggambaran manusia purba dan makhluk makhluk purba yang lain. konfliknya ringan dan ternyata chapternya banyak juga ya.
Ih aku suka banget sama buku yang ini tuhh! Karena dianya ngebahas masa depan berteknologi super canggih dan digabung sama dunia zaman purba, dijadiin satu buku IH KEREN BGT!! Ini cocok banget sih dibaca buat selingan dari bacaan-bacaan yang 'berat'.