What do you think?
Rate this book


229 pages, Paperback
First published February 1, 2002
... In the next-door apartment something disturbing is going on. And outside in the streets around their apartment block, there is violence in the air. From the writer of the cult classic Villain, Parade is a tense, disturbing, thrilling tale of life in the city.
Belakangan ini TV kami memang sering ngadat. Benda itu seolah ingin memberi kami sinyal: “Oi! Beli yang baru, oi!”
“Yah, nge-zip lagi,” ujar Kotomi saat kami memandangi layar.
“Itu bukan nge-zip. Nge-zip itu artinya mindah-mindahin saluran. Aku sering pake kata itu di kampus dan gak ada seorang pun yang paham.”
“Oke, kalau gitu kita mesti nyebut apa?”
“Entahlah, tapi setahuku cuma kita yang pake istilah begitu.”
Koto berdiri, berjalan ke arah TV lalu mengetuknya dengan cukup keras. Layar tiba-tiba berkedip, seolah seperti sedang kesakitan, dan akhirnya dengan hantaman ketiga, kembali normal seperti sedia.
“Hebat,” kataku.
“Hah?”
“Itu bisa langsung kamu perbaiki.”
“TV? Kan ada triknya.” Koto kemudian duduk lagi di lantai dan melanjutkan memotong kuku. “Ryosuke, acara TV favorit kamu apa? Maksudku yang drama.”
“Pas kemarin kamu udah nanya itu,” kujawab sambil menonton Arisa Mizuki yang masih berlarian menyusuri lorong.
“Waktu itu kan aku nanya drama TV favorit Senin pagi. Oke, sekarang aku tanya drama TV favorit yang tayang Jumat siang di TBS.”
Setelah Arisa Mizuki terlihat sudah mengganti baju perawatnya, kuputuskan untuk pergi keluar. Di belakangku Koto berteriak, “Jawab dulu, hey!” Karena sepertinya dia masih akan tetap menerorku sepulangnya dari toko, aku pun bertanya, “Mismatched Apples masuk hitungan gak?”
“Iya, bisa,” katanya.
“Ya sudah aku pilih Mismatched Apples, yang musim pertama, kedua sama ketiga,” kataku. Dan sesaat setelah berada di luar, tiba-tiba aku kepikiran untuk menanyakan trik TV yang dimaksud Koto barusan, tapi aku langsung berubah pikiran. Kurasa memang lebih baik benda itu rusak.