Tak ada yang lebih menyakitkan dalam jatuh cinta kecuali kata hampir. Aku hampir merasa kau yang selama ini kucari. Kau hampir membuatku berhenti berlari. Mesti pada akhirnya, kita berdua hanya sebatas hampir; hampir seperti sepasang kekasih. Memang, melupakan adalah fase terberat dari perpisahan. Karenanya, hati hanya perlu mengikhlaskan, bukan melupakan.
"The book of almost" is an antology that is presented simply and easily understood, supported by several related images. The contents of the book that relate to the love life of young people make this book is very recommended. Especially for someone who has a "almost" love affair. Moreover with the tag line "I almost had you, you almost love me", which certainly many people experience it so it is quite interesting for people who want to read.
This book presents poems and words that are easy to understand equipped with interesting images. There are also some short stories at the end of the book with the same theme. The story in it can bring the reader back to sad times and must rise from the breakdown of a relationship that is even "almost" together.
The thing I like about this book is the choice of words that are deep in expressing feelings. Just reading it can create its own tightness. From all the parts, I like the most "Hanya Aku" it says: "Siapapun pendampingmu kelak, kumohon ingatlah aku. Sebagai satu yg tak pernah dua. Asing yang tak pernah usang. Yang selalu berusaha penuh, yang tak pernah mencintaimu dengan separuh."
Some suggestion to the readers, you can just read a part at a time to get a deep feel because each part has a different story.
Some suggestion to the author, some grammar mistakes need to be checked and proofread. When reading it, I rather have to close my eyes to the mistakes while emerge myself into emotions. Some grammars are managed to make a little bit cringed but it was fine if you are not that nazi grammar. I also regret the expression of feelings that I think many have the same core. So the reader will tend to skip that part because too often find the same parable.
Awal membeli buku ini karena tertarik dengan tagline-nya yang “baper” banget. “I almost had you, You almost love me” entah karena aku sendiri suka dengan hal-hal berbau seperti ini atau bagaimana, tapi jelas sangat menarik dan mendorongku membelinya.
Benar saja, buku ini adalah kumpulan ‘perasaan’ tokoh yang berulang kali mengalami hubungan yang ‘hampir’. Iya, semua hubungan yang dijalaninya hanya sebatas ‘hampir’.
Hal yang aku sukai dari buku ini adalah pemilihan kata yang mendalam dalam mengungkapkan perasaan. Membacanya saja sudah bisa membuat sesak sendiri.
Hanya saja, aku menyayangkan ungkapan perasaan yang menurutku banyak memiliki inti yang sama. Pengulangan itu yang kemudian membuatku sempat berhenti di tengah atau memutuskan membaca bagiab yang lain.
Untuk orang yang juga mengalami hal serupa, hubungan yang hanya sebatas ‘hampir’, buku ini sangat cocok dan membuat baper. Jangan-jangan nanti malah berpikir: ‘ini sama seperti yang kurasakan sekarang!’.
Cocok untuk orang yg kena friendzone, cinta beda agama, patah hati, gamon wkwk. Tp karena gw kebanyakan ga ngerasain cuma beberapa aja jadi ga terlalu relate sama kehidupan gue. Yaaa buku ini isinya kumpulan tulisan ya guys bukan cerita novel gitu👍🏻
i think it's a pretty good stuff to read esp for those who need to move on from an "almost" relationship. this book kinda makes me go through it but it was kinda hurt to finish it. it's like everything is written out of your heart.
maybe some suggestion, some grammar mistakes need to be checked and proofread. while reading it, i kinda had to close my eyes to the mistakes while emerging myself into the emotion. some grammar managed to make a lil bit cringed but it was fine if you are not that grammar nazi.
all in all, i recommend this to you guys out there who want some kind of light reading stuffs esp who are struggling in this kind of relationship. remember, you are not alone.
Kaget campur seneng pas di tengah buku tiba-tiba ada special story. Cerita singkat tapi mengena, terlebih untuk yang pernah merasakan pacaran beda agama.
Terima kasih br, sudah menuliskan apa yang ingin kami sampaikan pada orang-orang yang hanya singgah lalu pergi.
Oh by the way, i love the graphics too. Simple and sweet.
Jenis novel yang aku sukai karena bukan cerita yang panjang dengan penjelasan panjang dan alur yang harus diikuti. Novel yang lebih kearah ngasih segala keluh kesah lewat tulisan tanpa cerita. Sebelumnya sempet drop baca karena buku Mati di Jogjakarta yang bikin emosi naik turun. Sekarang dilanjutkan malah bikin kenangan balik lagi. Banyak banget bagian yang paling ngena. Cocok juga buat yang ga ada minat baca tapi mau coba baca buku. Awal beli ragu, tapi temen sempet spoiler isinya dan itu bagian yang... Arrrgghh bikin batin dan kenangan lama balik sampe kepikiran parah. Ya, bahas soal hubungan beda agama. Cerita yang paling bikin nyesek kalo dah bahas agama. Terlebih bagian 25 Kisah Cinta yang ditulis ada beberapa poin yang bisa dibilang relate sekali. Part paling nyesek juga pas bagian ini. Emang tulisannya bener benr bikin ngerasa bersalah sama masa lalu. Tapi selain ini, tulisan lainnya bener bener bisa masuk juga emosinya. Seru bacanya asal jangan pas sakit hati bacanya.
Keseluruhan emang poin yang paling disukai itu membahas perbedaan agama karena meskipun berharap pada dua Tuhan, akhirnya tetap saja hal tersebut salah. Menentang ajaran Tuhan tetapi berharap untuk bisa dipersatukan.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Semacam curhatan yang sengaja dibentuk prosa. Aku pribadi menyebutnya 'curhatan high-class' (apa ini bahasaku). Curhatan-curhatan yang entah mengapa terasa istimewa. Karena dicampur perasaan saat menuliskannya.
Aku yakin si kakang penulis menyertakan perasaannya juga dalam setiap tulisannya di buku ini. Hal itu terasa olehku, walaupun nggak terlalu cocok di diriku. Aku nggak punya pengalaman seperti apa yang si kakang penulis ceritakan di sana. Aku nggak ngerti gimana rasanya. Tapi aku bisa merasakan perasaan penulis yang terselip diantara tulisan-tulisannya. Oke, aku semacam penonton ftv. Menyimak, ikut terhanyut alur, kemudian berakhir teriak-teriak di hadapan layar tv kalau ada adegan yang tidak diinginkan.
Saya membaca buku ini di saat saya hampir berhasil menjalin hubungan dengan seseorang. Hanya karna satu kesalahan, didukung dengan situasi yang rumit. Semua masa pendekatan yang saya bangun dengan sangat hati-hati, malah hancur berantakan.
Ini membuat beberapa bagian dalam buku ini sangat mewakili apa yang ingin saya katakan. Tentang merayakan, merelakan, dan mencaci maki setiap kepahitan dalam hidup.
Walaupun pada dasarnya buku ini terkesan membahas kesedihan yang berulang, cuman perspektif dan gaya bahasa yang berbeda. Tapi saya cukup puas menyerap semuanya karna buku ini seakan-akan berbicara untuk saya.
Jika kamu sedang tidak patah hati, barangkali buku ini akan menjadi buku tebal yang sangat membosankan. Tapi jika kamu sedang patah hati, buku ini akan jadi temanmu.
Walau pada akhirnya kita tak bisa bersama, kembali saling asing dan tidak menyapa. Aku tetap bersyukur pernah mengenalmu. Aku tidak menyesal kita pernah hidup bersama dalam satu waktu. Terima kasih.
Membaca buku yang semuanya bertema hampir, membuatku tersenyum. Dalam tulisan singkat disetiap halamannya, tanpa sadar terselip cerita yang kurasakan dalam hidupku sendiri. Namun terkadang aku merasa takut untuk membuka halaman selanjutnya, 'pertanyaan seperti bagaimana jika ternyata ada orang lain yang merasakan hal ini karenaku?' kemudian setitik rasa bersalah muncul.
Terima kasih penulis, untuk cerita yang telah anda bagikan.
Buku kumpulan sajak ini mengajarkan kita bahwa cinta tak selamanya akan bersatu pd akhirnya. Cinta juga tentang persinggahan. Entah karena soal waktu yg salah dan kondisi yg tidak merestui, atau hanya krn sesederhana dia bukan orang yg tepat, atau bahkan ketika ia tidak merasa hal yg sama.
Di beberapa part, aku merasa sangat relate dengan kondisi yg lagi bikin aku bingung akhir2 ini. Sempet beberapa kali bikin aku ngerasa tertampar dan mikir apa aku akan jadi orang yg "jahat" ya pada akhirnya?
This entire review has been hidden because of spoilers.
Karya ke2 dari Bang Bri. Ini buku quotes, covernya simple dan menarik, dapet pembates buku, banyak ilustrasi yang gak bikin monoton dan fontnya nyaman dibaca. Buku ini cukup ngena di gue, karena pas baca lagi break sama mas pacar ehe.
"Aku ingin memiliki seseorang yang miliki aku, takut kehilangan aku seperti kamu yang takut kehilangannya. Dicintai begitu besar, seperti kamu selalu kembali kepadanya. Aku ingin itu." (Hal.4-5)
Baca buku ini ketika lagi enggak kenapa-kenapa kurang berasa nyesnya, tapi dijamin makin terbawa suasana kalau bacanya lagi anget-angetnya patah hati. Dipastikan tiap abis baca per cerita bakal teriak “BENER BANGET”, “INI YANG GUE RASAIN”, lalu berlanjut nangis semaleman. Pokoknya, yang lagi galau dan ingin memperdalam rasa galaunya oke banget baca ini. Tapi kalau yang lagi enggak mood galau, mending cari bacaan lain hehe.
Tulisan di dalamnya cukup mengusik hati. Beberapa part ada yg terlihat sangat memilukan, ketika seseorang jatuh cinta tapi hanya sampai di bagian hampir. Hampir merasa bahagia, hampir merasa seolah semua yg dia inginkan sudah mencapai titik ujungnya. Namun semuanya hanya sampai di kata hampir, tidak benar-benar terjadi.
Tulisan ini akan relate ketika dibaca oleh orang yang benar-benar mengalami hal tersebut. Tulisan ini akan menyentuh hati setiap orang yg pernah ada di posisi itu.
Menyentuh, buku ini cocok sekali dibaca untuk orang-orang yang bernasib sama seperti di buku. Bahasanya indah & nyaman sekali untuk dibaca. Sayangnya, menurutku beberapa isi dari buku ini terlalu mendramatisir, terkesan lebay, dan malang sekali.
Tapi, overall memang menarik sih bukunya. Gara gara buku ini aku jadi inget mantanku hahahahah
Aku suka banget diksinya. Tapi masuk ke halaman 20 aku mulai mikir, "Kok ini lagi?" Sampai ke halaman 70-an aku nyaris DNF karena, "Ini lagi dan ini lagi?" Mungkin ini balik ke masalah selera ya, bukan perkara pernah patah hati atau enggak hehe karena siapa yang nggak patah hati berkali-kali? Paling suka special story tentang Dimas, nyeseknya kerasa.
buku ini merupakan kumpulan dari sajak-sajak dan cerpen yang menceritakan mengenai seorang yang tidak bisa memiliki pujaan hatinya. Entah karena restu orang tua, dianggap teman, atau karena beda agama. Apa yang pengarang tuliskan terasa begitu menyayat hati pembaca karena dikemas dengan baiknya. Buku ini sangat direkomendasikan untuk kalian yang tak sempat memiliki walau sudah saling mencintai.
saya kira ini buku novel, ternyata buku puisi toh....
Yah buat baper baperan, buku ini "sedikit" Berhasil menggambar kan gimana rasa sakitnya tak bisa memiliki. Cuman bukan buku yang saya suka secara tema dan pembawaan, kek ini tu buku cengeng banget.
Tapi mungkin karna saya belum pernah ngerasain kali ya?
Isi bukunya sendu banget menurutku. Kebanyakan tentang patah hati dari seorang laki laki. Lalu, ada cerita pendek agak di akhir akhir buku. Berhubung saya jomlo dari lahir, jadi saya kurang bisa menghayati dan menikmati buku ini. Wkwk. Overall, keren kok bukunya. Ini masalah selera aja~~~
Just not my cup of tea. The book is sad, the point of view is from someone who has a onesided love, friendzoned. But the book is a bit boring tho the point of this book is good, just the choice of words aren't really enticing to read.
Bukunya bagus, dan lucu juga ada gambarnya. Isi ceritanya apik dan sedih juga. Aku juga dapat merasakan perasaan sedih, bahagia yang di alami tokoh cerita ini.
Dan yang tertulis di sini sangat relate dengan kehidupan cinta semua orang. Pokoknya bagus.
bukunya terlalu pahit ketika di bagian awal dan tengah cerita karena berisi rangkuman cerita sedih dalam hidupku yang tidak pernah bisa tersampaikan, lalu di bagian akhir ceritanya sangat manis sekali. betapa beruntungnya si tokoh anan ini.