What do you think?
Rate this book


172 pages, Paperback
First published March 4, 2018
tangan kiri atau kanan, sama saja, willa. pakai yang paling kamu suka, yang tidak ragu-ragu waktu pegang pensil. kenapa harus seperti teman-temanmu? ini tanganmu. ini tangan mak. kita pakai yang paling enak, yang mantap pegang pensil dan menggunting. tidak ragu-ragu..
Na Willa dan Rumah dalam Gang masih menghadirkan keluguan dan kegembiraan kisah Willa, sama seperti buku pendahulunya. Bedanya, kini kita diajak untuk mengenal sosok Pak yang jago menggambar. Selain itu, Willa yang telah naik kelas tiba-tiba dihadapkan dengan konflik yang cukup berat bagi anak seusianya. Melalui narasi khas bocah, konflik itu terasa lebih sedih. Lewat konflik itu pula, hubungan kedekatan Willa dengan Mbok yang di buku sebelumnya kurang terjalin, kini disoroti. Bagian itu menjadi yang paling saya suka.
Meskipun tetap sama, saya lebih menyukai buku yang pertama. Bukan berarti buku ini tidak menghibur, hanya saja pengalaman pertama kali mengenal sosok Willa dan teman-temannya terasa lebih menyenangkan. Di buku yang ini, pembaca bertemu banyak tokoh baru. Sayangnya, kemunculannya hanya sekejap saja, contohnya Ibu Rao dan Karuna. Interaksi Willa dengan Ida, Bud, dan Dul juga lebih minim. Terlepas dari itu, Na Willa dan Rumah dalam Gang tetap menjadi bacaan anak dan eskapisme orang dewasa yang pas.