Jump to ratings and reviews
Rate this book

Na Willa #2

Na Willa dan Rumah dalam Gang

Rate this book
Hari-hari Na Willa masih dipenuhi kegembiraan: bermain-main bersama teman-teman kecilnya, membaca buku-buku baru dari bu Juwita, atau menyanyi di RRI. Apalagi Pak kini juga mengisi hari-harinya. Pak mengantar Na Willa ke sekolah dan membelikan es krim (tanpa bilang-bilang Mak), atau mengajarinya ketak-ketik di kantor, atau bersama-sama menggambari dinding rumah (barangkali hanya rumah Na Willa yang dindingnya juga digambari bapak- bapak).

Na Willa bahagia tinggal di rumah kecilnya di dalam gang. Hingga suatu hari Pak memberi kabar yang membuat dunia kecilnya terguncang.

172 pages, Paperback

First published March 4, 2018

27 people are currently reading
456 people want to read

About the author

Reda Gaudiamo

53 books64 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
351 (63%)
4 stars
181 (32%)
3 stars
19 (3%)
2 stars
3 (<1%)
1 star
2 (<1%)
Displaying 1 - 30 of 141 reviews
Profile Image for ucha (enthalpybooks) .
201 reviews3 followers
February 17, 2019
Ketika menyelesaikan buku Na Willa kedua ini saya membuka ulang buku lamanya dan teringat dialog Ida dan Willa pas episode kue cucur dan pesta pengantin. Willa heran kenapa mbak Tin menangis jelang perkawinannya. Ida berbisik "Kalau jadi penganten memang begitu. Nangis. Kalau ndak nangis, artinya ndak senang jadi pengantin". Willa yang dekat Mak-nya bercerita tentang peristiwa itu. Mak menjelaskan mungkin mbak Tin belum mau kawin dan belum siap. Tidak bisa main-main.
Ah pantas mbak Tin menangis.

Saya suka sekali interaksi intim Mak dan Willa di buku pertama dan berlanjut di buku ini dengan tambahan Pak juga bu guru Juwita. Bermain, bersahabat, bahagia, dan sedih mewarnai masa kecil di rumah dalam gang. Hal-hal baru yang ditemui Willa di sini seperti dua cabang yang berbeda : menyenangkan seperti menonton sirkus, dan menyanyi di radio. Tapi juga menyebalkan seperti pindah ke Jakarta dan berpisah dengan sahabat-sahabat kecilnya.
Ah pantas Na Willa menangis.

Kami menunggu kisah Willa berikutnya ya mbak Reda.
Tak apa bila itu besok-besok-besok-besoknya besok, baru terbit.
Ya, ya, ya, janji ya..
Profile Image for Puty.
Author 8 books1,378 followers
March 28, 2022
Manis dan hangat 🖤 Dinamikanya lebih terasa dibanding buku pertama karena Na Willa sudah mulai sekolah dan terpapar konflik di rumah tangga. Menggemaskan sekali dan menurut saya mengingatkan kita, para orang tua, agar lebih berempati dan memahami perspektif anak-anak.
Profile Image for Citra Maudy.
24 reviews
June 15, 2021
Harusnya tidak dibaca selama ini, tapi tidak apa-apa. Saya termasuk mengeman-eman bacanya, khawatir sudah selesai, karena ceritanya bagus! Tidak berbubah dari bukunya yg pertama.

Di bukunya kali ini, Na Willa "tumbuh" dan memasuki dunia yg semakin kompleks. Ia menemui kejadian di mana bapak dan ibu terlihat tidak baik-baik saja. Dia juga harus pindah ke Jakarta dan meninggalkan teman-temannya. Ada perasaan bingung, sedih, takut, kesal, dan sebagainya yg lebih kompleks, tetapi tidak mudah dipahami karena usianya yg masih kecil. Kelak, tebakanku, emosi dan ingatan inilah yg akan membentuk dirinya.

Reda Gaudiamo adalah penulis yg cerdas menurutku. Dia bisa menggambarkan peristiwa anak-anak dengan menyelipkan konteks sosial yg ga baik-baik saja, serta menunjukkan bahwa anak kecil juga bisa berpikir. Mereka peka dan memerhatikan kejadian di sekelilingnya, meskipun kerap kali berakhir diabaikan karena ngga begitu paham. Tapi ingatan itu ada, dan barangkali menubuh.

Membaca cerita anak-anak membuatku sadar akan adanya perjalanan yg kulalui selama ini. Bahwa hal-hal yang tidak kupahami ketika itu, terjawab satu per satu seiring berjalannya waktu atau tetap sama sekali tidak kumengerti sampai sekarang. Tapi, yang lebih penting dari perjalanan itu kupikir adalah upayaku untuk tetap berjalan.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Wahyu Novian.
333 reviews45 followers
March 15, 2018
Senangnya bisa bertemu lagi dengan Na Willa. Sekarang lebih ramai dengan teman-teman di TK dan Ibu Juwita (bikin kangen mamah saja cerita dengan Ibu Juwita ini 😅. ) Dan Pak muncul lebih banyak juga. Dan Tante Lan, Oom Sie, dan banyak lagi. Masih tetap hangat dan polos. Tapi sekarang ada kemuraman juga yang tiba-tiba membuat kelilipan. Mungkin tumbuh dewasa memang harus berjalan seperti itu.

Tapi memang menyenangkan sekali bisa bermain bersama Na Willa lagi.
Profile Image for Nanaku.
155 reviews9 followers
April 10, 2018
Kalau ada (semoga ada) Na Willa 3, semoga Pak dan Mak sudah baikan :D
Profile Image for Op.
373 reviews125 followers
October 7, 2019
Tok-tok-tok untuk bakso, bukan ting-ting-ting

Suka sekali. nanti baca lagi. supaya bisa senyum lagi. bahagia lagi. kadang-kadang sedih nggak apa-apa. Nanti senyum lagi.
Profile Image for cel.
94 reviews5 followers
January 5, 2024
kebayang sih rasa gak enaknya harus pisah sama temen-temen yang dari dulu udah main bareng. but that's life, right? pindah, pergi, meninggalkan, ditinggalkan.. (rasanya inner childku ikut meronta-ronta)
Profile Image for Sulhan Habibi.
805 reviews62 followers
November 21, 2021
Masih menyenangkan. Baca keseharian Na Willa bikin senyum senyum sendiri.
Baca sama anak pun dia suka.
Profile Image for Desca Ang.
704 reviews35 followers
May 1, 2021
The review is taken from my IG account @descanto

I am feeling so nostalgic and it's because Reda's Na Willa. The books dragged me to the old days when Biyung taught me how to read when I was three just like what Mak did to Willa. I was giggling and was touched while reading the whole story. Willa's innocence, Mak's instinc as a mother, Pak and the songs he whistles.

Family, friendship, tolerance, education are some of the topics addressed in Reda's Na Willa.It amazes me seeing that those so-often-considered as a heavy topic to be discussed are seen from the children perspectives. The narration is delivered in super light tone. The language seems so simple...honest and touching.

The bound among all the characters is the centre of story. It what makes this story seems so real. My heart even constricts when I read the part where Willa has to leave Mbok and move with Mak and Pak to Jakarta. Could we please still keep Mbok in the next book, Reda? My heart aches remembering how mbok would have to leave and to stay with her distant family without Willa. Willa, Mak, Pak and Mbok are one big family tho. Please do not separate them.It breaks my heart. 😭..import our mbok to the Big Duriannnn, please.

Like what I keep saying...I can go on writing thousands words about Willa and her adventures and I'll never get tired of them. But I dun want to end up spilling the fun part. Just grab a copy of Na Willa at @post_santa for an affordable price - of course!

PS: Dearest Reda @reda.gaudiamo please do work on Na Willa's sequel asap... I look forward to go on another adventure with this cute little darling Na Willa. ❤ Iki request yang agak maksa...😂😁🤗
Profile Image for Asuka Mai.
634 reviews31 followers
June 8, 2023
Judul: Na Willa dan rumah dalam gang
Author: Reda Gaudiamo
Ilustrasi: Cecelia Hidayat
Page: 172 halaman
Terbit: 4 Maret 2018

Di Buku ke dua ini, Na Willa sudah bersekolah di TK Juwita. Bu Guru Na Willa sangat sabar dan penyayang. Begitu juga teman-teman di sekolah Na Willa.
Kita akan dihibur dengan kepolosan Na Willa yang selalu bertanya ini.. Itu.. Sampai mendapatkan jawaban yang pas.

Ada lagi kejadian lucu yaitu Dul yang kelas 4 menyuruh Na Willa membacakan pelajarannya demi Ulangan yang akan dihadapi Dul keesokan harinya. Na Willa yang polos akhirnya mau-mau saja di peralatan Dul🤣

Tapi yang paling berkesan dan membuatku ikut menitikkan air mata adalah saat-saat di bagian akhir cerita, dimana Pak memberi kabar kepada Na Willa dan Ibunya yang membuat dunia kecilnya terguncang :')

Pokoknya seri ini sangat rekomen, bacanya pelan-pelan dan di sayang-sayang.

5 ⭐ dari ku:)
Profile Image for Laaaaa.
208 reviews5 followers
April 17, 2022
terlepas dari beberapa kata yang typo, buku ini menyenangkan banget. heartwarming. sedikit haru pas menjelang ending.

ahh na willa yang gumush, jadi nyata yok bisa yok
Profile Image for Rezzy Yolanda.
19 reviews2 followers
October 7, 2021
Melihat dunia dari kacamata anak-anak dengan kepolosan dan keluguan yang mereka punya, ternyata bisa sehangat ini. Terima kasih bu Reda atas cerita Na Willa yang sebenarnya sederhana, tapi manis sekali. 🥲
Profile Image for Sulin.
331 reviews56 followers
March 24, 2025
Dibaca dari flight Jakarta ke Shenzhen, lalu ke Dalian.
Sepanjang membaca banyak mengingat memori masa lalu, rasa penasaran itu, pertama kali merasakan macam-macam emosi.

Sama dengan Willa, saya pindah rumah dari Bandung ke Malang. Meninggalkan teman saya bernama Teh Fitri, Hana, dan Ropik yang punya orang tua alim. Berharap mereka juga diajak pindah.

Punya peliharaan ayam warna kuning. Pernah bakar kasur kapuk Ibu karena mainan lidi di bakaran sampah. Menggambar palet eyeshàdow waktu disuruh menggambar bebas hari pertama TK. Kurindukan memoriku sendiri sembari membaca Na Willa.
Profile Image for Rari Rahmat.
38 reviews7 followers
May 15, 2020
terlalu banyak, terlalu banyak cerita na willa yang membuatku mengorek diriku dalam dan lebih dalam lagi. kalau kau mau membaca buku ini, diperlukan kesiapan. sebab, akan tayang lagi ingatan-ingatanmu tentang masa kecilmu. dan di sana, di pikiranmu, cuma ada kamu sendirian. meski pun tak semua, aku berani jamin setidaknya akan ada satu atau dua bagian dimana kamu berhenti membaca lalu mengingat-ingat—entah itu kenangan paling seru, kacau, membahagiakan, menjengkelkan, bikin geleng-geleng kepala, kenangan sewaktu merengek, menangis atau perasaan lainnya.

bila dibanding dengan buku pertama, seri kedua ini lebih membuatku 'waras', bisa menikmati baca tanpa terlalu banyak berhenti, merenung. sementara dalam seri pertama, duh, perasaanku porak-poranda. tapi tentu ada bagian dimana air mata saya jatuh, turut bersedih; ketika willa sekeluarga akan pindah ke jakarta dan menetap di sana. sebab pak akan berpindah kantor, ketika ia bilang pada farida, dan farida menyuruhnya agar cepat pulang. ia akan meninggalkan rumah nyamannya dan si mbok, meninggalkan teman bermainnya; bud, farida, dul. meninggalkan bu juwita (guru sekolah willa) yang penuh kelembutan menghadapi omongan serta pertanyaan-pertanyaan willa dan meninggalkan semua kenangan hangatnya selama di surabaya.

di buku ini, na willa masih bocah yang penuh kuriositas dan bawel. penuh kepolosan pada bagaimana ia pamit ingin ke jakarta pada farida dan dul. na willa 2 menampilkan kepribadian willa yang lebih beranjak, dengan dunia yang lebih muram. sosok pak di sini jadi lebih terasa dekat, hadir dalam keseharian na willa. di banding seri pertama, mak juga tidak banyak mengomel-ngomel pada willa, dan sedikit sekali diceritakan main-mainnya willa dengan teman-temannya. kesemua cerita jadi semakin menggemaskan dengan ilustrasi-ilustrasi yang dibuat cecil. buku ini cocok sekali jika kita mau membacakannya pada anak kita, pada adik kecil kita, pada bocah tetangga-tetangga kita atau pada anak didikan kita. "na willa" dan "na willa dan rumah dalam gang" membuat kita belajar merawat kenangan.

"jakarta? kamu mau ke sana? jalan-jalan ya? seperti waktu aku ke madura itu?"
"katanya mau tinggal di sana, di rumah sendiri."
"rumahmu sendiri? di jakarta? wah, itu berarti kamu pindah ke jakarta! eh, jakarta itu jauh?"
"kata pak, kalau ke jakarta bisa naik kereta atau kapal terbang."
"berarti jauh. kenapa kamu musti ikut? tinggal di sini saja, di rumahku."
"tapi aku mau tinggal sama mak."
"kalau begitu kamu dan mak tinggal di rumahku saja. kan rumahku besar." (127)

"jangan lama-lama perginya. nanti aku main boneka dan masak-masakan sama siapa?" (farida, 129)

"willa berangkat besok! besok!"
"lalu kapan pulang lagi ke sini?" dul bertanya.
"besok-besok-besok-besoknya besok, dia pulang," farida menjawab.
"kalau begitu ya masih lama!" dul mendengus.
"tapi aku bisa tulis surat, dul!" (willa)
"ah, aku repot membalasnya nanti." ia berbalik badan, masuk rumah. (137)

dul berlari di samping mobil dengan tongkat di ketiaknya, di belakangnya bud ikut berlari. meski sudah berlari sekuat tenaga, dul tak semakin dekat. jaraknya dengan mobil semakin jauh. tapi aku masih bisa mendengar teriakannua masuk lewat jendela kaca mobil.
"willa, tulis surat! nanti aku balas! willa!"
ya, ya, nanti aku tulis surat.
jangan lupa membalas.
jangan lupa. (143)
Profile Image for Fitra Rahmamuliani.
166 reviews3 followers
December 16, 2020
Kehidupan Na Willa semakin kompleks dan cerita yang dimilikinya semakin muram. Apalagi cerita-cerita Na Willa bersama Pak dan malah membuatnya sekeluarga pindah ke Jakarta. Diakhiri dengan perasaan Na Willa yang tidak terima untuk sendiri di sana, rasanya sangat membuat saya tersentuh dan mengharukan karena saya juga tidak mau pindah pulang haha 😅 (I know your feeling, Na Willa).

Walaupun begitu Na Willa, tetaplah Na Willa, yang penuh dengan rasa penasaran yang tinggi, polos, dan tidak terlalu membawa emosi negatif di dalam ceritanya. Perasaan-perasaan yang diberikan oleh penulis terhadap setiap cerita kecil Na Willa, membawa kita ke masa lalu yang tidak bisa bermain karena teman sakit, memilih untuk ke sekolah dibandingkan mengurus ini-itu, bermain mesin ketik seharian dan ingin membawa mesin ketik itu pulang kerumah, dan pengalaman berkegiatan ketika sekolah.

Saya merasa buku ini semakin membuat saya related dengan perasaan Na Willa dibandingkan buku pertama. Ditambah lagi, di buku ini terdapat penggunaan sastra ketika Na Willa terbang ke pesawat namun tetap memperlihatkan kepolosannya. Ini menjadi nilai plus untuk saya ketika membaca buku ini.
Profile Image for Marliyanti Yanti.
19 reviews2 followers
July 29, 2018
Gak sabar nunggu seri Na Willa berikutnya. Cerita anak yang bagus sekaligus memberi makna buat orang dewasa yang membacanya.,
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Harumichi Mizuki.
2,430 reviews72 followers
March 21, 2025
Pertama kali tahu Na Willa adalah dari postingan-postingan dan share friendlist soal kompetisi novel anak DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) yang tidak memberikan gelar juara pertama tahun itu. Lupa tahun berapa. Keputusan yang sempat menghebohkan para penulis anak, karena itu berarti dewan juri tidak menganggap ada karya yang layak dapat juara utama.

Seingatku saat itulah karya Na Willa disebut-sebut sebagai salah satu acuan dari dewan juri soal buku anak yang benar-benar menggambarkan sudut pandang anak dengan baik. Aku pun penasaran, buku apa itu? Kucek di Goodreads, rasanya begitu asing. Bukan buku yang bisa ditemui dengan kudah di toko-toko buku konvensional seperti Gramedia dan Togamas. Padahal buku-buku itu sudah terbit lumayan lama. Waktu itu aku belum kenal dengan Shopee dan Tokopedia. Kenalnya Mizanstore sama Grobmart.

Bertahun-tahun kemudian aku menemukan buku-buku Na Willa tersedia di toko-toko seperti Owlstore dan Patjar Merah. Aku langsung memasukkannya ke keranjang, tapi belum juga membelinya karena wishlist-ku buanyak sekaleeeeee! Aaaaaaaaaaaaaa!!!

Berkali-kali buku ini kukeranjangin, tapi berkali-kali juga kehabisan stok. Lalu ada stok lagi baik di toko yang sama atau toko yang lain, lalu tertimbun lagi. Hiks.

Makanya happy banget pas Mbak Lita Lestianti ternyata punya dua bukunya dan bersedia meminjamiku. Horeeeee. Sebelum baca Na Willa kedua, aku sempat menemukan buku lain yang ditulis Mbak Reda Gaudiamo bersama anaknya, "Aku, Kamu, Kita". Diterbitkan Gramedia Pustaka Utama dan ada di iPusnas. Langsung ngerasa cocok sama formatnya yang ditulis dengan bentuk seperti puisi. Dan memang sudut pandangnya anak-anak buanget. Seri Na Willa pun begitu. Oh ya, cerita Na Willa sendiri diambil dari kisah masa kecil Mbak Reda. Sedangkan "Aku, Kami, Kita" adalah cerita nyata tentang keseharian anaknya dulu.

Di cerita Na Willa kedua ini, Na Willa punya teman yang kalau ngomong gagap. Namanya Gatot. Na Willa sering nggak sabar nungguin anak ini selesai ngomong 😭 Suatu hari Na Willa pingin membantu anak ini agar nggak gagap lagi. Caranya? Menggebrak-gebrak meja tiap anak ini tergagap 😭 Jelas Gatot makin susah ngomong. Akhirnya Bu Guru menegur Na Willa. Namun, Na Willa bilang dia hanya ingin membantu Gatot.

😭

Ya Allah. Polosnyaaaaaaaaaah 😭 Kadang anak kecil tuh pingin bantu orang lain, tapi cara dan hasilnya disaster, yah 😭 Untungnya Bu Guru bijak. Na Willa nggak dimarahin. Nggak dijelasin juga soal gagap itu gimana (kok?). Bu Guru minta Na Willa menyerahkan urusan melatih Gatot biar bisa ngomong lancar itu diserahkan padanya. Sebagai anak kecil, Na Willa pun tidak memikirkannya lagi. Cerita Gatot pun tak lagi disebut-sebut.

Sebagai anak kecil, Na Willa juga ingin seperti orang lain. Misalnya, dia ingin boleh pakai bedak wangi seperti temannya. Saat menyanyi di radio RRI, dia pun ingin boleh pakai lipstik seperti temannya. Namun, tentu saja Mak alias ibunya tidak membolehkan.

Lalu Na Willa juga ingin punya hidung mancung seperti Ibu Rao, tetangga barunya yang orang India. Dia bertanya-tanya kenapa hidungnya kalah mancung dari Mak dan Pak. Akhirnya dia menarik-narik terus hidungnya. Saking terobsesinya, dia sampai ditegur berkali-kali oleh Mak. Na Willa bahkan menjepit hidungnya dengan jepit jemuran di kelas karena tangannya harus menulis, tidak bisa untuk menjepit hidung 😂

Keinginan anak itu sungguh sederhana, ya. Astagaaaa... Tapi meskipun sederhana, kadang keinginan itu tetap saja tidak bisa terpenuhi. Kasian 😂 Buat si anak, itu dilema besar. Buat orang dewasa, itu sesuatu yang bisa bikin tertawa terpingkal-pingkal 😂

Lalu setelah diajak Mak dan Pak-nya nonton sirkus, Na Willa ingin jadi pemain sirkus 😂 Dia latihan akrobat dan lompat-lompat di tempat tidur 😂 Ini aku banget dulu wakakakakak 😂

Bagian paling kocak buatku adalah saat Na Willa dibelikan kuda-kudaan besar dari kayu. Teman Na Willa yang bernama Bud suka main kuda itu. Suatu hari ibunya Bud panik dan berteriak-teriak di luar, "Bud minggaaaaaaaaaat!" Rupanya dia khawatir karena Bud tak kunjung pulang. Apakah Bud minggat? Tentu tidak. Bud tertidur di atas kuda kayu itu 🤣 Dia pun langsung dijewer ibunya wakakaka.

Setelah selesai membaca Na Willa kedua ini, aku sungguh bahagiaaaa. Rasanya seperti melayang. Rasanya, selama aku masih bisa baca buku bagus, masalah dunia ini tidak ada apa-apanya. Selama ada buku bagus, kurasa aku akan baik-baik saja. Semoga aku bisa terus membaca sampai mati. Semoga aku bisa terus membeli buku, baik buatku sendiri maupun orang lain.

Dan semoga aku bisa mengoleksi sendiri serial Na Willa, juga buku-buku Mbak Reda Gaudiamo yang lain tentang anak-anak.

Aamiin yra.
Profile Image for Anggi.
134 reviews3 followers
May 22, 2025
[Indonesian]

Saya sudah lama ingin membaca buku seri Na Willa karena sering melihatnya di beberapa toko buku Independen kesukaan. Namun, baru berhasil untuk membelinya beberapa hari yang lalu.

Ini merupakan buku Na Willa saya yang pertama walaupun sebenarnya ini adalah buku seri ke-2. Menurut saya buku ini tergolong buku yang tidak harus dibaca secara beruntut karena saya masih bisa mengikuti ceritanya dan mengenal tokoh-tokohnya tanpa pernah membaca buku pertamanya.

Tentunya jika ada kesempatan lagi saya akan membeli buku pertamanya juga karena saya sangat menggandrungi buku ini.

Saya senang dengan karakter-karakter ciptaan Reda Gaudiamo dalam buku ini karena mengingatkan saya dengan pengalaman masa kecil. Jadi bisa bernostalgia lagi di umur yang sudah kepala tiga ini.

Na Willa adalah anak dari Mak dan Paknya. Ia tinggal di rumah yang terletak di dalam Gang di Surabaya. Na Willa adalah anak kecil yang sangat penuh rasa ingin tahu dan pemberani. Buku ini juga dilengkapi dengan ilustrasi dari Cecillia Hidayat yang begitu memukau sehingga bisa menambah keasyikan membacanya.

Selain itu menurut akun Instagram(@maesy_ang) salah satu pendiri dari penerbit Post Press(@post_santa), buku ini juga akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh Emma Press(@theemmapress) yang merupakan penerbit buku Independen asal Inggris. Jadi, ayo segera baca buku ini sebelum dia Go International!

[English]

I have wanted to read the Na Willa series for such a long time ever since I saw them advertised in a few of my favourite independent bookshops. However, I have only managed to purchase one of them a few days ago.

Truth be told this is my first Na Willa's book. Although this book is actually the second one in the series. I think this is the type of book that you don't need to read in order as I can still follow the story line and get to know the characters better without having read the first book.

Having said that, I will surely get the first book too whenever I get the chance to because I really liked this book!

I fell in love head over heels with the characters that Reza Gaudiamo has created. As they remind me of my own childhood. They are very relatable and they make me feel really nostalgic even though I am now already in my thirties.

This book is about a little kid called Willa and her Parents Mak and Pak. Mak and Pak mean mom and Dad in Indonesian. Willa is a very curious and brave little girl.

Every story in this book comes with such beautiful and apt illustration from Cecillia Hidayat which definitely adds to my enjoyment of the book.

Moreover, this book is going global! As Emma Press, which is an English independent publisher has acquired the translations rights to it. I learned this exciting news from the instagram account of Maesy Ang (@maesy_ang). She is one of the founders of Post Press (@post_santa) who published the Na Willa Series in Indonesia. So what are you waiting for? Please go and check it out in its original language before it is available worldwide!
Profile Image for literautres.
290 reviews26 followers
December 7, 2022
tangan kiri atau kanan, sama saja, willa. pakai yang paling kamu suka, yang tidak ragu-ragu waktu pegang pensil. kenapa harus seperti teman-temanmu? ini tanganmu. ini tangan mak. kita pakai yang paling enak, yang mantap pegang pensil dan menggunting. tidak ragu-ragu.
.

akhirnya ketemu na willa lagi! >< di buku kedua ini, hari-hari na willa masih dipenuhi dengan kegiatan-kegiatan seru seperti bermain bersama teman, pergi ke sekolah dan baca buku bersama bu juwita, kedatangan tante lan dari singapura, pergi ke sekolah bersama pak, dan banyak lagi. tapi mendekati akhir buku, ada berita yang membuat hidup na willa mengalami banyak perubahan, kebanyakan tidak ia sukai.

membaca cerita sehari-hari na will selalu bikin aku inget masa kecilku dan pertanyaan-pertanyaan serta tingkahku yang juga macam-macam. aku senang di buku ini banyak cerita willa bersama pak, karena di buku sebelumnya pak jarang muncul. willa kalo sama pak seru sekali yang dilakukan, ada pergi ke kantor pak dan mencoba mesin tik, pulang sekolah naik sepeda dan bernyanyi lagu yang dibikin-bikin sama pak, sampai makan es krim yang dirahasiakan dari mak. aku bacanya senyum-senyum terus. sifat willa yang sering nggak sabar, polos dan lugas, juga bikin aku kadang tertawa, kadang meringis.

di sini juga banyak diceritakan kegiatan willa di sekolah! setelah di buku sebelumnya willa mengalami kejadian nggak enak di sekolah, di sini sekolah na willa seru sekali. bu juwita baik banget, pengertian, murah senyum, dan sabar. aku suka, aku juga mau diajar bu juwita…. (lho). oh iya, terus aku suka banget di buku ini cara mak jelasin berbagai macam hal ke willa. dari mulai persoalan sepele macam bedak endang temannya willa sampai willa yang kidal. aku suka banget karena mak sabar dan jelas sekali kalo nerangin apa-apa ke willa, menyesuaikan bahasanya dengan willa yang masih kecil.

mendekati akhir, sebuah berita yang mengejutkan itu juga bikin aku sedih… aku dulu karena satu dan lain hal juga harus mengalami pindah-pindah beberapa kali dan rasanya selalu berat, terutama kalo harus meninggalkan tempat yang aku udah merasa kerasan di sana. lingkungan baru selalu berat untuk anak kecil menurutku, berdasarkan pengalaman pribadi (yha). semoga willa bisa melewatinya ;___; ini bikin aku pengen buru-buru lanjutin baca buku ketiganya, supaya bisa ketemu na willa lagi dan melihat bagaimana dia handle lingkungan barunya.

intinya, seri kedua na willa ini masih sangat seru dan bikin hepi, tapi kali ini ada unsur sedih dan mengharukannya. semoga aku bisa cepet-cepet baca buku ketiganya! 4.3 / 5 stars.
------------------------------------------------------------
pre-review

huaaaa akhirannya mengharukan :"""" rtc 4 /5
Profile Image for Ayu Ratna Angela.
215 reviews8 followers
November 23, 2019
Hari-hari Na Willa masih dipenuhi kegembiraan:
bermain-main bersama teman-teman kecilnya, membaca buku-buku baru dari Bu Juwita, atau menyanyi di RRI. Apalagi Pak kini juga mengisi hari-harinya. Pak mengantar Na Willa ke sekolah dan membelikan es krim (tanpa bilang-bilang Mak. Atau mengajarinya ketak-ketik di kantor, atau bersama-sama menggambari dinding rumah (barangkali hanya rumah Na Willa yang dindingnya juga digambari bapak-bapak).

Na Willa bahagia tinggal di rumah kecilnya di dalam gang. Hingga suatu hari Pak memberi kabar yang membuat dunia kecilnya terguncang.

Sekali lagi Na Willa berhasil memerangkap kita dalam dunia kanak-kanak yang lugu dan polos. Sambil mengajarkan nilai-nilai kehidupan dari Mak yang bijaksana.

Kalau buku Na Willa yang pertama seringkali membuat saya tersenyum-senyum sendiri, maka di buku kedua ini saya bisa merasakan kesedihan dan pergolakan hati si kecil Willa yang terpaksa harus berpisah dengan rumahnya di Gang Krembangan, dengan Farida, Dul, Bud, dan Ayam Kuning Kecil Sekali. Dengan Mbok dan Bu Guru Juwita.
Pak dan Mak yang berbicara keras di malam hari setelah Willa tidur, karena kepindahan yang mendadak ke Jakarta.

Saya rasa hampir semua dari kita pernah merasakan pindah rumah sewaktu kecil. Ada yang hanya 1 kali tapi ada juga yang berkali-kali. Tidak bisa tidak, yang paling terpengaruh akan hal itu pastilah anak-anak. Bagi kita orang dewasa pindah memang sama tidak enaknya, tapi kita lebih bisa beradaptasi dan menerima perubahan itu dengan cepat.

Dari buku ini Reda mengajak kita mengintip dan mencuri dengar kegelisahan si kecil Willa yang kehilangan sabahat-sabahatnya, rumah kecilnya, dan sekolahnya.

Semoga di buku berikutnya Willa sudah lebih bahagia yaaa
Profile Image for Fhia.
497 reviews18 followers
May 23, 2023
Jika di buku pertama pembaca banyak disuguhkan tentang kepolosan Na Willa menjalani hari-harinya yang biasa, di buku kedua ini Na Willa (yang tentu saja masih kecil) dihadapkan dengan realita yang dapat mengubah dunianya. Na Willa memang masih menceritakan tentang kepolosannya dalam menjalani kehidupan. Hanya saja kepolosan itu hadir dalam bentuk yang berbeda. Kalau kata penerbitnya, Na Willa sedang naik kelas karena menghadapi masalah yang lebih kompleks dan hidup yang lebih muram.
Selain hadirnya sosok Pak yang lebih intens, beberapa kisah juga terasa menguatkan nilai-nilai tentang saling menghargai perbedaan agama, ras, suku, dan budaya. Klimaksnya adalah ketika Pak memutuskan untuk pindah ke Jakarta.
Nyaman sekali rasanya ketika membaca bagian dimana Na Willa dan Mak merespon keputusan Pak. Genuine!
Secara pribadi, cerita kepindahan Na Willa membangkitkan memori masa kecilku. Bedanya kalau Na Wila ke Jakarta, aku justru pindah dari ibu kota ke kampung halaman orang tua. Selain itu usiaku terpaut jauh jika dibandingkan Na Willa yang masih TK. Rasanya senang sekali ketika mama papa mengutarakan bahwa kami sekeluarga akan pindah. Ternyata perasaan senang itu sementara, karena menjelang hari keberangkatan aku malah sedih karena merasa khawatir tidak akan mendapatkan teman-teman sejak kecil dan guru-guru yang sudah akrab.
Please tell me, bahwa bukan aku sendiri yang mewek di halaman 133 fan selanjutnya.
Masih sama seperti buku pertama, Na Willa dan Rumah Dalam Gang bisa dibaca oleh siapa saja. Tentu saja, aku tidak ragu untuk memberika bintang lima.

P.s: imo, jika dibaca oleh anak yang baru masuk sekolah, ada baiknya tetap didampingi meskipun anak sudah bisa membaca.
Profile Image for Meiliana Kan.
242 reviews52 followers
November 7, 2022
Actual rating 4.5⭐

Di buku kedua ini aku kembali bertemu dengan Na Willa yang polos, yang rasa ingin tahunya meletup-letup, yang tingkahnya selalu ada-ada saja. Juga kembali bertemu dengan Pak, Mak, Bu Guru, dan tentu saja teman-teman mainnya Na Willa. Ku pikir buku keduanya ini akan menyuguhkan perasaaan yang menyenangkan nonstop dari halaman pertama sampai tamat seperti buku pertamanya, tapi ternyata dugaanku salah. Buku kedua ini sangat mengacak-ngacak emosiku.

Dulu waktu aku main ke Patjar Merah Kaget di Jakarta dan mengikuti diskusi buku Na Willa bersama Mba Reda dan penerbit Post Press, MC (atau penerbitnya ya? lupa) bilang bahwa di setiap buku terasa sekali perkembangan karkter Na Willa. Anak kecil polos itu perlahan tapi pasti menjadi semakin dewasa dengan caranya sendiri dan yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana Mba Reda bisa menggambarkan sosok Na Willa yang semakin dewasa seiring berjalannya waktu tapi tetap mempertahankan jiwa anak-anaknya. Sayangnya, aku lupa Mba Reda menjawab apa 😂😂 Tapi, saat membaca buku kedua ini, aku kembali teringat pada pertanyaan itu dan menyimpulkan jawabanku sendiri.

Di buku kedua ini, Na Willa banyak melakukan kegiatan baru yang selain memantik rasa ingin tahunya juga memantik rasa percaya dirinya. Seperti saat ia diundang bernyanyi di radio, nampak jelas kegugupan khas anak-anaknya, tapi kegugupan itu cepat sirna karena tidak lama kemudian Na Willa sudah enjoy sekali menyanyinya. Dan kurasa setelah itu, ia sudah sama sekali tidak penasaran dengan orang-orang kecil yang ia curigai menyanyi-nyanyi di dalam radio 🤣🤣 Di buku ini, Na Willa juga semakin banyak terpapar dengan dunia orang dewasa. Ia mulai cemas dengan bentuk hidungnya yang tidak semancung hidung tetangga baru mereka yang merupakan orang India, belajar bahwa menjadi dewasa berarti harus bisa mengurus dirinya sendiri, belajar mengetik-ngetik di kantor Pak, mengetahui bahwa orang tuanya bisa bertengkar, dan yang paling menyayat hati adalah anak itu belajar untuk mengucapkan "selamat tinggal". Bagian terakhir ini lah yang paling mengacak-ngacak emosiku dan rasanya bikin aku pingin peluk Na Willa erat-erat.. 😭😭

Ku rasa cara Mba Reda "mendewasakan" Na Willa adalah dengan membuat Na Willa mengalami "urusan" orang dewasa dan memproses semua itu dengan jiwa anak-anaknya. Buku ini pun dilengkapi dengan surat dari Penerbit yang kurasa benar-benar menggambarkan keseluruhan buku ini sekaligus ngepuk-puk aku yang juga turut menangis bersama Na Willa.

"Tumbuh dewasa itu kerap menyebalkan. Kita Dipaksa untuk belajar menerima kenyataan pahit, bahwa hidup tidak seperti kembang gula atau episode terbaru Doraemon. Sering kali masalah baru datang hanya untuk menghantam kita lebih keras. Tapi bukankah ini yang membuat kita jadi lebih kuat? Jadi lebih baik? Pelan-pelan kita menghargai masa lalu dan belajar merawat kenangan. Seperti banyak peristiwa lain dalam hidup masa kanak-kanak terkadang mengajarkan kita bahwa menjadi naif dan lugu bukanlah kesalahan.

... Kini kepolosan itu masih hadir dalam bentuk yang berbeda. Di buku kedua ini kamu merayakan Na Willa sebagai anak yang naik kelas. Ia menghadapi masalah yang lebih kompleks, juga hidup yang lebih muram."


Setelah membaca surat dari penerbit itu, aku berusaha percaya bahwa apa yang Na Willa lalui adalah hal-hal yang akan membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik lagi (apalagi di buku ketiga, Na Willa akan punya adik!), meski ku harap jiwa anak-anaknya tidak akan terlalu banyak terkikis dengan "urusan" orang dewasa yang sangat kompleks dan hidup yang lebih muram (setidaknya begitulah yang ia pikir setelah mengucap "selamat tinggal" pada Mbok dan juga teman-teman mainnya. Na Willa ini adalah buku anak-anak yang menurutku cukup realistis dan menunjukkan bahwa "anak-anak" adalah salah satu fase dari kehidupan kita tapi "jiwa anak-anak" adalah sesuatu yang bisa kita abadikan selama yang kita mau. Bertemu Na Willa adalah salah satu caraku untuk mengabadikan jiwa anak-anakku itu.
Profile Image for Muhammad Akhyar.
Author 1 book39 followers
April 22, 2018
Jika di jilid I, ada semacam soda yang menggigit, di episode ini tampaknya Reda lebih subtil ketika ingin menyampaikan sesuatu. Tak terlalu terang-terangan lagi. Reda membangun kesadaran multikultural dengan anak tangga bernama mengenal tubuh dan menerima diri. Titik mulanya bahwa Na Willa tak perlu risau karena menulis dengan tangan kiri. Ia tak sama dengan teman-temannya dan memang tak perlu sama. Na Willa juga gelisah dengan hidungnya yang tak tajam. Ia tarik-tarik hidungnya agar segera mancung. Lagi-lagi Reda mau bicara, kamu memang tak sama dan tak perlu sama.
Jika di buku I ada Dul yang cukup membuat kelilipan, tetapi masih ada semacam kehangatan karena respon Dul yang begitu lugu dalam menerima kenyataan bahwa kakinya hilang ditelan nasib, pada akhir buku II, kelilipan itu tak diakhiri dengan rasa hangat. Na Willa dan juga Mak belum juga bisa menerima kepindahan mereka ke Jakarta. Hanya Pak yang begitu gembira tampaknya. Pak tentu tak merasakan “pindah” karena baginya Jakarta adalah kelaziman.
Tentu adalah semacam penantian bagi pembaca Na Willa, apakah Reda akan melanjutkan kisah ini dengan buku ketiga keempat kelima... Lalu dengan tangkas bisa meringkus kata “pindah” berubah menjadi “indah” buat Willa dan Mak.
Profile Image for N.  Jay.
241 reviews9 followers
April 22, 2019
Buku anak asli negeri sendiri yang pertama kali saya baca, awal saya membeli di Post saya cuma ingin menyesuaikan suasana saja karena sedang natal. Waktu mau membayar sebetulnya hendak dikenalkan oleh salah satu pendirinya pada ibu Reda yang tengah asyik berdiskusi, tapi saya kemudian menolak dengan alasan saya sudah cukup menyukai apa yang telah dinyanyikan beliau (merujuk pada beberapa puisi yang pernah saya saksikan penampilan musikalisasinya di malam sayembara novel DKJ tahun lalu) meski kemudian saya menyesal tidak meminta tanda tangan :(

Meskipun saya membaca buku yang kedua ini tidak ada masalah biarpun dibaca sebagai standalone, meski ada kejanggalan karena Willa sedikit membahas kaki Dul yang terluka akibat kecelakaan karena kereta api. Tapi itu tidak mengurangi keseruan membacanya. Kadang saya tertawa, kadang gemas, namun sesekali juga agak kelilipan dengan bagian sedihnya. Buku ini sengaja tak saya tandai sedang dibaca di Goodreads biar saya tak buru-buru dan saya memang tak tega lekas-lekas menamatkan baca buku yang bisa mengubah suasana hati ini.

Saya cuma penasaran kapan kiranya buku ketiga akan terbit, mungkinkah besok-besok-besoknya-besok-besoknya-besoknya-besok, entahlah, mungkin sembari menunggu saya bisa membeli buku pertamanya saja.
Profile Image for Sandra Frans.
208 reviews4 followers
January 15, 2021
Menceritakan kisah sehari-hari dari seorang anak perempuan berumur 5 tahun yang tinggal di Surabaya.

Cerita Willa yang sederhana, lugu dan apa adanya membuat saya si pembaca dewasa menjadi diingatkan kembali untuk mengapresiasi hal-hal kecil di sekitar. Kejadian sesederhana memanjat jendela gereja, punya teman yang suka memakai bedak, membuat pohon natal, mengetik di mesin tik, naik sepeda motor, makan es krim dengan Pak, sampai teman yang lagi sakit cacar, dapat menjadi kisah manis yang membuat pembaca bertahan. Sehingga walau tanpa drama berlebihan di buku ini, saya jadi penasaran di lembar belikutnya petualangan apa lagi yang dialami Willa.

Meskipun tergolong buku anak, buku ini bisa dinikmati oleh siapa saja. Membaca ini saya juga terkenang kembali dengan potongan memori masa kecil. Sembari terkagum dengan mempri penulis menghadirkan kembali kisah masa kecil dia di dalam sebuah buku.

Mungkin salah satu kekurangan kecil (yang bisa saja jadi kelebihan menurut orang lain), adalah tampilan buku ini. Awalnya saya pikir ini buku puisi, karena semua paragraf hanya rata kiri saja, dan satu kalimat percakapan itu satu baris. Ternyata ini cerita biasa yang saling menyambung satu sama lain.
Profile Image for Rafli.
102 reviews41 followers
April 19, 2023

Na Willa dan Rumah dalam Gang masih menghadirkan keluguan dan kegembiraan kisah Willa, sama seperti buku pendahulunya. Bedanya, kini kita diajak untuk mengenal sosok Pak yang jago menggambar. Selain itu, Willa yang telah naik kelas tiba-tiba dihadapkan dengan konflik yang cukup berat bagi anak seusianya. Melalui narasi khas bocah, konflik itu terasa lebih sedih. Lewat konflik itu pula, hubungan kedekatan Willa dengan Mbok yang di buku sebelumnya kurang terjalin, kini disoroti. Bagian itu menjadi yang paling saya suka.


Meskipun tetap sama, saya lebih menyukai buku yang pertama. Bukan berarti buku ini tidak menghibur, hanya saja pengalaman pertama kali mengenal sosok Willa dan teman-temannya terasa lebih menyenangkan. Di buku yang ini, pembaca bertemu banyak tokoh baru. Sayangnya, kemunculannya hanya sekejap saja, contohnya Ibu Rao dan Karuna. Interaksi Willa dengan Ida, Bud, dan Dul juga lebih minim. Terlepas dari itu, Na Willa dan Rumah dalam Gang tetap menjadi bacaan anak dan eskapisme orang dewasa yang pas.


Displaying 1 - 30 of 141 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.