Jump to ratings and reviews
Rate this book

Fiksi Lotus Vol. 1

Rate this book
Seorang pria membeli ramuan di tengah malam buta untuk menaklukkan hati sang kekasih... John Collier

Dua orang musuh bebuyutan terjerembab di malam pekat, menunggu nasib menentukan siapa di antara mereka yang akan selamat... Saki

Seorang prajurit menemukan namanya dicetak di atas koran dan tak sabar mengumumkannya ke semua orang... Anton Chekhov

Sang Kaisar sekarat, ia mengutus seorang kurir untuk mengantarkan pesan penting... Franz Kafka

Dua orang pelayan berdebat tentang fungsi sebuah kafe... Ernest Hemingway

Dan cerita pendek klasik lainnya terangkum di sini. Bermula dengan situs sederhana, Fiksi Lotus menghadirkan koleksi cerita pendek klasik dunia yang menarik dan tak jarang menggelitik bagi pembaca Indonesia. Keempat belas cerita yang telah dipilih untuk dihadirkan dalam volume perdana ini merupakan karya-karya besar sejumlah penulis ternama seperti Dorothy Parker, O. Henry, Naguib Mahfouz, dan masih banyak lainnya.

184 pages, Paperback

First published May 1, 2012

10 people are currently reading
191 people want to read

About the author

Maggie Tiojakin

15 books43 followers
Maggie Tiojakin adalah seorang jurnalis, copywriter, dan penulis fiksi pendek. Karyanya telah dimuat di The Jakarta Post Weekender, Asian News Network (ANN), The Boston Globe, Brunei Times, Writers’ Journal, Voices, La Petite Zine, Femina, Kompas, Eastown Fiction, Somerville News, etc. Buku kumpulan cerpen pertamanya, berjudul Homecoming (and other stories) diterbitkan di tahun 2006 oleh Mathe Publications. Dia juga telah menerjemahkan dan mengadaptasi: buku karya Jason F. Wright yang berjudul Wednesday’s Letters (Surat Cinta Hari Rabu); Sugar Queen karya Sarah Addison Allen; serta mengadaptasi dari film-ke-buku Claudia/Jasmine berdasarkan skrip karya Awi Suryadi. Keduanya diterbitkan Gagas Media (2008/2009).

Saat ini, Maggie tengah menerjemahkan buku karya Sarah Addison Allen yang berjudul Garden Spells. Buku kumpulan cerpen ke-duanya, berjudul Balada Ching-Ching, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, kini telah hadir di toko buku.

Di waktu luangnya, Maggie mengelola sebuah situs gratis yang menghadirkan cerpen klasik karya pengarang dunia baik yang sudah ternama maupun belum dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia untuk asupan masyarakat luas. Situs ini dinamakan Fiksi Lotus.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
43 (17%)
4 stars
108 (45%)
3 stars
74 (30%)
2 stars
11 (4%)
1 star
4 (1%)
Displaying 1 - 30 of 57 reviews
Profile Image for Nindya Chitra.
Author 1 book21 followers
October 17, 2019
"Untuk jadi penulis yang baik, kita wajib belajar dari penulis yang sudah mati. Karena tidak ada hal baru yang bisa dipelajari dari karya modern yang tidak dipelopori oleh para penulis di masa-masa sebelumnya. Dan, kalau kamu benar-benar ingin mempelajari sesuatu, mulailah dari awal." ~Maggie Tiojakin

Quote di atas mendukung alasan mengapa aku begitu tertarik pada dunia sastra klasik. Bukannya mengejar eksistensi dan fokus pada apa yang digandrungi sekarang, atau yang tampak mewah di masa sekarang, kurasa karya-karya yang tak lekang waktu itu punya lebih banyak roh untuk dipelajari. Entah bentuknya seperti apa, meskipun waktu bergulir dan menyisakan ratusan tahun jarak antara milenial dan zaman ketika karya-karya itu ditulis, kedalaman makna tulisan bisa diimplementasikan untuk menambal apa yang hilang dari khazanah literasi masa kini.

Bukankah bagus jika karya pop bisa segurih dan sedalam sastra?

Aku suka semua cerpen di sini. Beberapa nama penulis belum kukenal, tapi yang begitu membekas di hati lagi-lagi nama-nama terkenal. Paling suka The Wall nya Sartre, dan The Gift of The Magi nya O Henry. Ada cerpen yang sudah pernah kubaca: The Telephone Call Dorothy Parker dan A Clean Well Lighted Place Hemingway.

Di luar nama-nama di atas, semua cerpen di sini karya fenomenal semua. Cocok dibaca buat ngilangin bosen. Jangan takut berat karena ini gurih banget. hehe
Profile Image for Rido Arbain.
Author 6 books98 followers
January 15, 2018
Fiksi Lotus berisi kumpulan cerita pendek klasik pilihan dari penulis-penulis dunia, rasanya cukup jadi jaminan untuk disukai. Cerita-cerita klasik yang ditulis sekian tahun lalu, mungkin beberapa masih relevan jika dibaca di masa sekarang. Persoalannya, tinggal bagaimana persepsi pembaca; bisakah menikmati dan menangkap alegori dalam tulisan-tulisan terkenal itu.

Aku sangat mengapresiasi alasan Maggie Tiojakin mengoleksi dan menerjemahkan cerpen-cerpen dalam buku ini: "bahwa kita semua bisa belajar dari karya-karya klasik." Lagi pula, kapan lagi kita bisa berkenalan dengan penulis sekaliber Ernest Hemingway, Franz Kafka, dkk. dalam sekali balikan buku.

Cerpen-cerpen favoritku dalam Fiksi Lotus:
Ramuan Cinta (The Chaser) — John Collier
Menembus Batas (The Interlopers) — Saki
Charles (Charles) — Shirley Jackson
Republick (Evil Adored) — Naguib Mahfouz
Profile Image for htanzil.
379 reviews149 followers
August 1, 2012
Fiksi Lotus merupakan sebuah buku kumpulan cerpen yang terdiri dari 14 cerita pendek klasik yang diterbitkan pada tahun 1884-1957 karya para sastrawan dunia, beberapa penulis terkenal yang namanya familiar ada di buku ini antara lain O Henry, Ernest Hemingway, Franz Kafka, Anton Chekov, Jean Paul Sartre, dan lainnya, namun ada juga nama-nama yang mungkin bagi sebagian orang masih asing seperti John Collier, Stephen Crane, Saki, dll.

Sebagai cerpen pembuka kita disuguhkan oleh cerpen misteri berjudul Teka-Teki karya Walter De La Mare yang menceritakan seorang nenek dengan tujuh cucunya yang sedang berlibur di rumah tuanya. Semua cucunya diizinkan untuk bermain di seluruh ruangan kecuali sebuah kamar kosong di lantai atas dimana terdapat sebuah peti kayu tua misterius. Ketujuh anak-anak itu rupanya tak mengindahkan larangan neneknya sehingga satu persatu menghilang secara misterius dibalik peti tua tersebut.

Selanjutnya pembaca akan disuguhkan dengan cerpen-cerpen dengan keragaman bentuk dan tema. Semua cerpen dalam buku ini menarik untuk disimak. Untuk cerpen bertema cinta kita bisa membaca cerpen Pemberian Sang Magi karya O Henry yang menceritakan bagaimana sepasang suami istri merelakan benda kesayangannya dijual untuk memberikan kado natal bagi pasangannya.

Jika kita ingin membaca cerpen yang diangkat dari kisah biasa namun disajikan dengan menarik, cerpen Gegap Gempita karya sastrawan Rusia Anton Chekov yang diterbitkan pertama kalinya pada tahun 1884, dan cerpen Dering Telpon karya Dorothy Parker, penulis, penyair, dan penulis naskah yang naskah-naskah filmnya sempat memenangkan piala Oscar.

Cerpen Gegap Gempita menceritakan begitu antusiasnya seorang prajurit ketika menemukan namanya muncul di koran sehingga ia tak sabar untuk mengumumkan kemunculan namanya di koran pada semua orang. Di cerpen ini Anton Chekov membuktikan keahliannya membuat kisah yang sangat pendek namun meninggalkan kesan mendalam pada pembacanya karena pembaca seolah dapat ikut merasakan betapa bahagianya si tokoh dalam cerpen ini ketika namanya muncul di koran meskipun itu sebuah berita kecelakaan kecil yang menimpa dirinya.

Cerpen Dering Telepon karya Dorothy Parker juga diangkat dari keseharian yang mungkin pernah kita pernah alami yaitu menunggu dering telepon dari sang kekasih. Lewat cerpen ini kita dapat merasakan kegelisahan sang tokoh yang sedang galau menanti dering telepon kekasihnya.

Yang tak boleh dilewatkan adalah cerpen karya Jean Paul Sartre, filsuf Prancis berjudul Menjelang Fajar, ini merupakan cerita pendek terpanjang (55 hlm) di buku ini. Dalam cerpen ini Sartre berkisah tentang 3 orang narapidana dalam satu sel yang sedang menunggu eksekusi mati. Dalam sel tersebut juga disertakan seorang dokter yang ditugaskan unuk memantau perkembangan fisik dan psikis dari ketiga tawanan yang hendak dihukum mati tersebut.

Buku yang diterjemahkan dengan sangat baik ini ditutup dengan cerpen Kalung Mutiara karya W. Somerset, penulis Inggris yang dikabarkan merupakan satu-satunya penulis dengan bayaran tertinggi dalam periode 1930an. Dalam cerpennya ini Somerset menceritakan seorang pembantu rumah tangga yang membeli kalung mutiara bernilai ribuan ponsterling hanya dengan 15 shilling saja akibat kelalaian penjual tokonya.

Secara keseluruhan seluruh cerpen-cerpen dalam buku ini sangatlah menarik. Tampaknya cerpen-cerpen yang dipilih untuk dimasukkan di Vol.1 buku ini pas dengan selera saya, buktinya saya yang tidak begitu menyukai membaca cerpen dibuat terpukau oleh kisah dan cara penuturan yang beragam dari para penulis klasik dunia ini.

Karena seluruh cerpen dalam buku ini berasal dari cerpen-cerpen yang terdapat dalam situs Fiksi Lotus yang dikelola oleh penyusun buku ini, maka terbersit pertanyaan apa yang mendasari penyusun untuk memilih ke 14 cerpen untuk dimasukkan dalam bukunya ini? Dalam kata pengantarnya, penyusun tak menjelaskan secara rinci, penyusun hanya mengemukakan bahwa “Karya-karya yang terlampir di sini lebih dari cukup untuk mewakili prinsip terbentuknya Fiksi Lotus yang mengutamakan kualitas di atas kuantitas, visi di atas misi, dan fungsi di atas estetika” (hlm ix)

Jadi apa benang merah dari ke 14 cerpen dalam buku ini? Tampaknya penyususun memberi kebebasan pada pembacanya untuk mencari sendiri benang merahnya berdasarkan imajinasi masing-masing pembacanya.

Karena buku ini dilabeli dengan Vol.1 maka tentunya kelak akan ada vol.2, 3, dan seterusnya. Saya sendiri tadinya berharap ada pembagian yang jelas dari vol.1 ini misalnya disusun berdasarkan tahun terbit, tema, asal penulis (penulis Eropa, Asia, Amerika, dll). Sehingga di volume-volume selanjutnya merupakan kelanjutan dari volume pertama.

Dengan pembagian yang jelas antar volumenya kelak ketika Fiksi Lotus telah diterbitkan dalam beberapa volume maka hal ini akan memudahkan pembaca untuk mencari cerpen-cerpen diinginkannya berdasarkan volume-volume tersebut. Misalnya volume 1 untuk cerpen dari penulis-penulis Eropa, volume dua untuk penulis2 Amerika, dan seterusnya.

Terlepas dari hal tersebut kehadiran Fiksi Lotus dalam bentuk buku ini patut mendapat apresiasi dari para pembaca dan sastrawan kita. Semoga buku ini bisa menjadi buku referensi bagi pembaca, pengamat sastra, penulis, atau calon penulis yang tentunya membutuhkan sumber-sumber referensi terbaik sebagai medium pembelajaran dan pembangkit inspirasi bagi perkembangan genre cerita pendek tanah air.

@htanzil
http://bukuygkubaca.blogspot.com
Profile Image for Mandewi.
570 reviews10 followers
October 1, 2015
1.
Tiga cerpen pertama benar-benar membuat saya nggak bisa berkata-kata saking sukanya. Cerpen berjudul Teka-Teki benar-benar sebuah teka-teki karena nggak ada jawaban atas misteri yang disajikan. Kalau penulis zaman sekarang diberi judul teka-teki barangkali akan menulis teka-teki paling rumit tetapi dengan tetap memberi jawaban di akhir cerita. Kadang kita lupa makna sebenarnya dari 'teka-teki'.

2.
Biasanya, yang namanya kumpulan cerpen, pasti ada yang dirasa bagus banget, bagus, biasa. Di Fiksi Lotus Vol. 1 ini, dari empat belas cerpen yang ada, saya bingung menentukan mana yang biasa. Setelah saya ingat-ingat lagi apa yang saya baca, nggak ada yang pantas dikasih 'biasa'. Semuanya bagus.

3.
Yang mau baca FF, simak cerpen Charles karya Shirley Jackson. Yang mau baca cerita tentang gimana rasanya jadi cewek yang nunggu telepon dari seorang cowok, baca Dering Telepon karya Dorothy Parker. Yang mau baca cerita mengenai beberapa napi jelang ditembak mati, baca Menjelang Fajar karya Jean-paul Sartre. Yg terakhir adalah favorit sayaa. <3

Ah, keren lah!
Profile Image for Heireina.
80 reviews40 followers
March 15, 2022
Fiksi Lotus bikin saya ingat sama ucapan Mia dalam La La Land yang kira-kira begini, "sebab seseorang senang melihat orang lain melakukan sesuatu karena dorongan passion." Itu menjadi pembuka yang pas buat mengulas buku ini.

Empat belas cerpen klasik dengan alih bahasa yang apik dan dipenuhi (tentu saja)... passion. Maggie Tiojakin berusaha mengisi celah dan menjawab pertanyaan, "kok karya klasik Barat dari penulis yang itu-itu saja?" Bukan, itu bukan pertanyaan yang buruk tapi sebaliknya, bagi saya memunculkan pertanyaan lain, "iya ya, penulis siapa lagi yang paling enggak karyanya pernah aku icip?" Di samping nama-nama besar yang karyanya sudah public domain dan dicetak berulang kali oleh penerbit mayor. Saya ingin membaca lebih banyak variasi dan rupanya Maggie Tiojakin sudah menjawab kebutuhan itu sejak 2010 lalu–saya baru tahu sekarang, thanks to this book!

Passion yang dari tadi saya sebut itu merujuk pada bentuk kumcer ini yang berasal dari karya-karya yang penulis terjemahkan di webiset yang judulnya sama seperti buku dan ya, cerita-cerita di sini adalah kurasi dari karya dalam website itu.

Semangat dan mungkin kepuasan pribadi dalam mengantarkan pembaca Indonesia untuk lebih banyak lagi mengenali penulis dari masa silam, adalah satu dari beberapa hal yang perlu diapresiasi oleh penulis.

Senang sekali rasanya menemukan buku dan website Fiksi Lotus.
Profile Image for Helvry Sinaga.
103 reviews31 followers
Read
June 21, 2012
Ini adalah buku kumpulan cerita pendek klasik kedua yang saya baca setelah Kisah-kisah Tengah Malam karangan Edgar Allen Poe yang saya baca. Kedua buku tersebut sama-sama diterjemahkan oleh Maggie Tjojakin. Pekerjaan menerjemahkan sekaligus mengklasifikasikan cerita pendek tersebut dalam kelompok-kelompok, tentunya tidak mudah. Mungkin seandainya cerita pendek tersebut adalah postingan-postingan pada sebuah blog, maka hal yang paling simpel dilakukan adalah memberi label pada tiap-tiap cerpen agar mudah dilakukan pengelompokan, seperti tahun terbit, asal pengarang, tema cerpen, dan sebagainya.

Dari 14 penulis cerpen ini, saya hanya pernah membaca karyanya Ernest Hemingway dan Jean-Paul Sartre. Itu menunjukkan pengetahuan saya akan penulis karya sastra klasik masih minim. Untuk itu mari berkenalan dengan para penulis-penulis lainnya. Hasil penelusuran di wikipedia dan sumber-sumber lainnya diperoleh informasi-informasi sebagai berikut.

1. Walter De La Mare (25 April 1873 – 22 Juni 1956) dikenal dengan nama pena Walter Ramal. Salah satu puisinya yang terkenal adalah Song of Childhood (1902). Ia pernah bekerja di departeme akunting di perusahaan minyak (1890-1908). Karyanya banyak berisikan tentang pemikiran imajinatif, antara dunia khayal dan dunia nyata. De La Mare menulis kurang lebih 100 cerita pendek, kumpulan cerita pendek diantaranya The Riddle, And Other Stories (1923), On The Edge (1930), And A Beginning, And Other Stories (1955).

2. John Collier (3 May 1901 – 6 April 1980) cerita pendeknya The Chaser diadaptasi menjadi serial TV di Amerika The Twilight Zone

3. Bjørnstjerne Martinius Bjørnson seorang penulis Norwegia yang memperoleh Nobel Sastra tahun 1903. Ayahnya adalah seorang pastor di tanah kelahirannya, Kvikne. Tiga tokoh utama di cerita ini. Si Pastor, Sang Ayah, dan Sang Anak barangkali adalah latar belakang kehidupan Bjørnson. Namun pemaknaan akan cerita ini lebih jelas bila kita melihat biografi Bjørnson secara lengkap.

4. William Sydney Porter (11 September 1862 – 5 Juni 1910). Ia menulis sekitar 381 cerita pendek ketika ia pindah ke New York. Khas pada tulisan cerita pendeknya adalah plot twist ending, yaitu ending yang di luar dugaan pembaca. Cerita The Gift of the Magi dalam buku ini cukup menyentuh. Sebuah pelajaran berharga tentang bagaimana memberi dengan hati. Kata Magi sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti tiga orang bijak (Majus) yang memberi hadiah pada bayi Yesus. Ia seorang peminum yang parah. Karena penyakit liver dan diabetes yang juga membuat karir kepenulisannya turun, dan meninggal pada tahun 1910.

5. Hector Hugh Munro (18 Desember 1870 – 13 November 1916) dengan nama pena Saki. Cerita-cerita pendek Saki banyak menginspirasi lahirnya film maupun pertunjukan seni, seperti he Playboy of the Week-End World (1977), Wolves at the Window (2008), Saki Shorts (2003), dan Miracles At Short Notice (2011).

6. Stephen Crane (1 November 1871 – 5 Juni 1900). Ia membawa aliran naturalisme dan realisme dalam karyanya. Ernest Hemingway memfavoritkan novel karangan Crane, Red Badge of Courage, sebagai buku terbaik dalam sastra Amerika. Crane meninggal pada usia 29 tahun karena penyakit tuberculosis.

7. Ernest Hemingway (21 Juli 1899 – 2 July 1961). Ia menerima nobel sastra tahun 1954. Gaya menulisnya disebut Iceberg theory. Halliday, E.M. (1956) menyatakan bahwa teori tersebut adalah He makes use of physical action to provide an interpretation of the nature of man's existence. It can be convincingly proved that, "while representing human life through fictional forms, he has consistently set man against the background of his world and universe to examine the human situation from various points of view. Hemingway menderita penyakit liver dan kecanduan minum minuman keras. Hemingway meninggal tahun 1961 karena bunuh diri.

8. Anton Chekhov (29 Januari 1860 – 15 Juli 1904)sebelum menekuni kepenulisan, Chekhov berprofesi sebagai seorang dokter. Tujuan awalnya menulis adalah semata-mata untuk kepentingan finansial. Hal ini agak mirip dengan apa yang dilakukan oleh Alexandre Dumas. Namun kemudian ia memberikan pengaruh besar atas dunia cerita pendek. Ibunya, Yevgeniya, adalah seorang pencerita yang pandai bagi keenam anak-anaknya.

9. Shirley Jackson (14 December 1916 – 8 August 1965). Salah satu kumpulan ceritanya, The Lottery telah difilmkan. Karyanya The Bird's Nest (1954) and The Sundial (1958). The Haunting of Hill House (1959) dipilih sebagai novel horor yang paling menarik sepanjang abad 20.

10. Dorothy Parker (22 August 1893 – 7 June 1967). Seorang penulis dan penyair yang lahir di New Jersey, Amerika. Kehidupan yang tidak bahagia pada masa kecilnya turut menyumbang dalam karya-karyanya. Ia menekuni dunia penulis setelah pindah ke New York. Kumpulan puisi pertamanya, Enough Rope diterbitkan tahun 1926.

11. Franz Kafka. (3 Juli 1883 – 3 Juni 1924) Kafka adalah seorang novelis dan cerpenis dari Jerman. Kafka dianggap sebagai penulis terbaik abad 20. Sebelum menjadi penulis full time, ia bekerja di perusahaan asuransi namun ia keluar karena waktu kerjanya yang tidak memungkinkan bekerja maksimal dalam menulis.

12. Naguib Mahfouz (11 December 1911 – 30 Agustus 2006). Selama hidupnya, ia menghasilkan kurang lebih 350 cerita pendek. Peristiwa revolusi Mesir tahun 1919, membekas di ingatannya dimana pasukan Inggris menembaki para demonstran saat itu. Kritik sosialnya terlihat pada cerpen yang berjudul "evil adored" pada buku ini.

13. Jean-Paul Sartre (21 June 1905 – 15 April 1980). Seorang filsuf dari Prancis. Ia menjadi profesor filsafat pada usia 26 tahun Le Havre. Tulisannya sarat dengan nuansa filosofis. Sartre mengajarkan eksistensialisme, dimana setiap manusia memiliki kebebasan menentukan apa makna hidupnya. Hal ini tercermin dalam cerpennya dalam buku ini, The Wall.

14. William Somerset Maugham (25 January 1874 – 16 December 1965). Pada usia 16 tahun, ia belajar sastra dan filsafat di Heidelberg University. pada tahun 1974, ia membuat the Somerset Maugham Award untuk mendukung para penulis Inggris muda berbakat yang berusia sebelum 35 tahun. Dengan bayaran tertinggi pada tahun 1930, ia sangat kaya raya, termasuk membangun perpustakaan baru bagi King's College, Canterbury, England.

Dari pengenalan singkat para penulis cerpen ini saya melihat bahwa kebanyakan penulis-penulis tersebut adalah penulis yang sukses pada masa karirnya. banyak diantara karya mereka yang dijadikan film, teater, bahkan menjadi karya yang terbaik pada masanya. Beberapa penulis memang berasal dari profesi tertentu, namun mereka benar-benar berkarya setelah menggeluti dunia tersebut secara penuh. Beberapa penulis meninggal muda, ada yang dikarenakan sakit, ada yang karena kebiasaan merokok dan minum minuman keras, namun ada yang tetap berkarya sampai usia tua.

Beberapa bagian cerpen yang saya anggap menarik adalah antara lain adalah pertama, cerita berjudul "Charles" ketika ayah Laurie mengingatkan istrinya perihal kekhawatirannya tentang suasana sekolah anaknya:"Di dunia ini pasti ada seseorang yang memiliki tabiat seperti Charles. Lebih baik Laurie sadar sekarang daripada nanti."

Kedua, cerita Dering Telepon, kisah yang berputar-putar tentang keinginan seorang wanita akan panggilan telepon dari sang kekasih. Agak menggelikan bagaimana resahnya menunggu telepon dikaitkan dengan doa oleh narator: "Ah, jangan biarkan doaku terasa ringan dan tak berarti bagi-Mu, Tuhan. Engkau duduk di atas sana, dikelilingi para malaikat dan bintang-bintang, dan aku justru datang kepadaMu untuk mengadu tentang dering telepon. Ah, jangan tertawa, Tuhan. Kau tidak tahu seperti apa siksaan ini..."

Ketiga, cerita berjudul Republick, dimana penulis cerita menggambarkan apa yang menjadi fenomena ketidakadilan sosial yang menjadi pangkal penyebab kericuhan dan keamanan pada suatu kota:..saya melihat banyak sekali yang masih kelaparan, sehingga mereka condong berteriak dan membuat kericuhan gara-gara rasa lapar yang mendera. Di waktu yang sama, mereka yang tidak kelaparan justru mengkonsumsi makanan dan minuman secara gila-gilaan.

Keempat, cerita Menjelang Fajar. Cerita ini adalah yang paling panjang dari semua cerita di buku ini. Di tengah penantian hukuman mati, Ibbieta merasakan rindu yang sangat dalam pada kekasihnya yang diutarakan dengan kalimat berikut: semalam, aku rela memberikan apa saja yang aku miliki demi melihatnya sekali lagi, bahkan untuk lima menit saja. Itu sebabnya aku menyinggung namanya dalam pembicaraanku dengan Tom semalam, karena perasaan rindu itu ternyata lebih kuat daripada keyakinanku untuk tetap tenang, terkendali.

Cerpen-cerpen ini adalah bagian kecil dari hidup penulis-penulis tersebut. Fiksi Lotus ini mungkin merupakan pengenalan akan siapa sastrawan dunia abad 20 dan 21. Masih jauh dari memadai untuk mengenal semuanya. Buku ini juga sangat minim menginformasikan tentang para penulisnya, karena mungkin fokusnya adalah cerita itu sendiri, bukan penulisnya. Saya berharap edisi mendatang paling tidak biografi singkat para penulis tersebut dilengkapi dengan fotonya. Saya jadi bertanya-tanya, apakah di Fiksi Lotus tidak ada karya penulis Indonesia?

Mungkin suatu saat ada juga yang berminat untuk menerbitkan kembali cerpen-cerpen klasik karya penulis Indonesia, agar kita sendiri mengerti (walau sedikit) siapa dan apa karya-karya yang pernah tersiar di dunia sastra Indonesia. Kita harus akui dan sewajibnya menghargai, tanpa ada sumbangsih HB Jassin dengan pusat dokumentasi sastranya, tidak pernah ada dokumen tentang sastra Indonesia.

 
Helvry Sinaga | 21 Juni 2012

NB. Trimakasih buat neng Ika a.k.a @owlmilove yang sudah memberi buku ini :)

Profile Image for Rayya Tasanee.
Author 3 books23 followers
March 28, 2018
Buku ini saya beli pada tahun 2014. Pernah saya baca beberapa cerpennya. Namun, waktu itu saya kurang tertarik untuk membacanya hingga akhir.

Sebelum terbit menjadi buku, cerpen-cerpen terjemahan ini ada di situs fiksilotus.

Buku ini berisi 14 cerpen klasik dari penulis-penulis dunia seperti Ernest Hemingway, Franz Kafka, Naguib Mahfouz, bahkan cerpen karya filsuf Jean Paul-Sartre. Secara keseluruhan isinya cukup menghibur, meskipun ada beberapa cerpen yang konfliknya kurang mengena. Ada pula cerpen panjang yang begitu saya nikmati tetapi akhir ceritanya hanya membuat saya bergumam, "Oh, cuma begini?" Sayang sekali. Setidaknya membaca cerpen Sartre dalam buku ini tidak membuat saya pusing seperti ketika membaca cerpen Borges. Hehe :D

Cerpen yang paling saya sukai adalah karya Republick karya Naguib Mahfouz tentang alegori sistem pemerintahan. Juga karya O. Henry yang berjudul Pemberian Sang Magi. Tentang suami istri yang saling memberi hadiah natal. Namun, karena kondisi keuangan yang terbatas, mereka merelakan satu-satunya hal berharga yang masing-masing mereka miliki. Cerita ini pernah saya tonton versi kartunnya ketika saya masih kecil. Dengan gaya penulisan yang renyah, meskipun saya sudah tahu akan bagaimana kisah itu berakhir, saya sangat menikmatinya.

Cerpen selanjutnya yang membuat saya sedikit merenung adalah karya Shirley Jackson yang berjudul Charles. Tentang seorang anak TK yang nakal dan pandai membohongi orangtuanya. Cerpen ini semacam tamparan bagi orangtua yang seringkali mengelu-elukan anaknya sendiri, merasa sudah mendidik anak dengan baik, padahal ternyata anak itu tumbuh menjadi anak yang nakal, pandai berbohong, kurang sopan santun. Memang tidak ada pendidikan tinggi khusus untuk orangtua. Tetapi keterampilan parenting bisa dipelajari. Semestinya para orangtua tidak jumawa bahwa cara mendidiknya sudah baik dan benar. Perlu ada introspeksi mendalam mengapa anaknya bersikap demikian. Ya meskipun karakter anak tidak hanya merupakan hasil didikan orangtua, karena faktor lingkungan di luar keluarga juga berperan penting. Tetap saja keluarga adalah institusi pertama seorang anak memperoleh pendidikan.

Yang patut diacungi jempol dari Fiksi Lotus volume 1 ini adalah terjemahan Maggie Tiojakin sangat enak dibaca.

3,4 of 5 stars.
Profile Image for Lila Cyclist.
853 reviews71 followers
May 7, 2017
Sudah pernah mendengar tentang Fiksi Lotus ini looonggg time ago. Pernah mencoba membaca satu cerpennya di web, tapi menurut saya waktu itu kok, otak saya kurang prima untuk menangkap kisahh yang ada di cerpen yang saya baca waktu itu. Apa judulnya dan siapa yang nulis, saya sudah lupa :D Kemudian, satu hari, tiba-tiba saya di follow oleh Fiksi Lotus di twitter, saya follow balik lah. Masak di follow akun gedhe, saya sombong ngga folbak.. hehehe.... Dari situ, saya kemudian membaca lagi beberapa cerpen lain di web, ternyata asik dan bikin pensaran. Eh, kok ndilalah nemu di Scoop, ya sudah, saya unduh dan baca.

Beberapa cerpennya cukup asik dinikmati, sementara beberapa yang lain, saya roaming hahahaha... Kalo ngga salah, di bagian kisah milik Franz Kafka. Sepertinya saya bakal kurang cocok membaca novelnya. Yang paling membuat saya tak bisa lupa kisahnya adalah Charles, milik Shirley Jackson. Endingnya mengingatkan saya pada cerpennya yang pernah saya baca dulu, dan dibahas rame2 sama anak2 Joglosemar. Kisah yang berjudul Teka Teki itu endingnya cukup masih teka teki bikin gondok hahaha... Dan yang bikin ngga betah baca adalah yang berjudul Dering Telpon. Ya ampun, ni cerita baper banget. Macam film Prancis, he loves me, he loves me not sambil dengerin suara tokek hahahaha.... Overall, saya cukup menikmati cerpen2 disini, dan ngga nolak kalo ada Fiksi lotus volume 2. So far, saya baca di web, cerpen2 milik Ray Bradbury yang super duper keren... Ayo, mbak Maggie dikumpulin dan dibukukan lagi dong hasil terjemahannya :)
Profile Image for Pris.
445 reviews38 followers
February 9, 2019
Saya lupa pernah belajar ini di mana (kalau nggak salah ingat, di kelas menulis kreatif-nya Mbak Ayu Utami): cerpen nggak seperti prosa panjang yang harus memiliki bagian pembuka-konfliks-klimaks-penyelesaian yang jelas. Cerpen bisa jadi hanya suatu fragmen, yang saking nggak ada awal dan akhirnya bikin kita mikir "hah ini tentang apa ya ceritanya, apa sih maksudnya?"

Justru itu seninya membuat cerpen. Membuat cerpen lebih susah daripada membuat prosa panjang dalam artian, penulis harus cerdik menyampaikan banyak dalam batasan yang sedikit. Cerpen yang bagus itu seperti puisi: singkat tapi padat. Bisa dimaknai beragam oleh pembaca. Kadang saat sebuah cerpen tidak jelas juntrungan alurnya tapi mampu menggugah rasa mendalam di benak pembaca, itu sudah cukup.

Di kumcer ini, kita bisa jumpai cerpen-cerpen berkualitas demikian dari para penulis klasik dunia. Favorit saya adalah cerpennya Sartre yang yaampun sangat intens....

Kekurangannya, sepertinya penerjemah di sini mengganti beberapa judul asli menjadi judul yang mungkin dirasa lebih nyaman (?) bagi pembaca Indonesia. Salah satu cerpen yang sudah pernah saya baca sebelumnya dalam buku ini karya Ernest Hemingway yang diberi judul Persinggahan Malam, padahal setahu saya judul aslinya A Clean, Well-Lighted Place (di buku lain pernah diterjemahkan sebagai Tempat yang Bersih dan Terang, kalau tidak salah). Saya mencoba mencari beberapa cerpen yang diterjemahkan di sini dalam bahasa Inggrisnya, tetapi karena judulnya sudah beda, saya agak kesulitan. Barangkali lebih baik kalau penerjemah/editor menambahkan list semacam daftar pustaka dari cerpen-cerpen ini, minimal mencakup judul asli dan tahun pertama terbitnya.
Profile Image for Lania Fatma.
239 reviews1 follower
September 13, 2018
Buku kedua MT yang aku baca dan tetap memuaskan. Kumpulan cerpen klasik dunia dengan terjemahan yang tidak kaku dan aneh. Tidak juga harus baca ulang untuk memahami apa inti cerita. Tidak bisa komen panjang. Cukup saya sodorkan dan baca saja kalau kamu penasaran!
Profile Image for Alvina.
732 reviews122 followers
June 14, 2012
Cerita klasik adalah cerita yang tidak kenal batasan waktu (Maggie Tiojakin, Fiksi Lotus Hal viii). Tetapi karya klasik terkadang menjadi momok bacaan yang cukup menakutkan bagi sebagian besar orang. Bukan karena isi ceritanya, tetapi lebih sering karena bahasa yang dipakai untuk menuturkan-lah yang cukup njelimet sampai kadang membuat pembaca lelah.

Mungkin itu yang mendasari Maggi Tiojakin begitu ingin mengenalkan karya klasik yang sederhana bagi para pembaca. Tentu selain alasan bahwa masih ada banyak karya klasik yang berupa cerpen yang belum diterjemahkan ke Bahasa Indonesia sehingga cukup sedikit yang mengetahui siapa saja Tokoh-Tokoh sastra klasik Dunia.

Melalui Fiksi Lotus Volume pertama, kita akan diajak mengapung, melayang hingga tenggelam dalam keunikan karya klasik. Ada 14 cerita pendek dalam buku ini yang masing-masing ditulis oleh seorang sastrawan klasik dunia yang bukan tidak mungkin namanya baru Anda kenal beberapa di buku ini.

Teka-teki adalah cerita pembuka pertama buku ini. Ditulis oleh Walter De La Mare, bercerita tentang kisah para cucu yang tinggal di rumah Neneknya. Rumah tua itu memiliki satu ruangan yang terlarang untuk dimasuki. Pesan moral cerita ini buat saya, bahwa terkadang menaati pesan orang yang lebih tua bisa menyelamatkanmu dari bahaya.

Cerita kedua adalah Ramuan Cinta yang ditulis oleh John Collier, sastrawan asal Inggris. Bercerita tentang seorang lelaki yang berniat membeli cinta untuk kekasih idamannya. Ada banyak jalan pintas menuju keberhasilan, tetapi tentu saja harga yang harus dibayar tanpa kita sadari sebenarnya sangat mahal.

Sang Ayah adalah cerita ketiga yaitu dari Bjornstjerne Bjornson, sastrawan yang pernah memenangkan Nobel Sastra tahun 1903. Tentang seorang Ayah yang seringkali menjadi perwakilan kisah dari apa yang dilakukan orang tua untuk anak-anaknya. Hingga akhirnya Sang Anak memberikan pelajaran berharga untuk orang tuanya, meski itu yang terakhir kalinya.

Pemberian Sang Magi dari O. Henry adalah cerita keempat di buku ini. Seperti cirri khas kisah-kisahnya, kali ini ia menceritakan sepasang suami isteri, kado natal dan harta berharga dalam twist ending yang menghanyutkan.

Menembus Batas karya Saki adalah cerita yang saya suka di buku ini. Bagaimana kisah dua orang yang berseteru dari lahir sampai dewasa, sampai turun – temurun ke anak-anaknya. Meski endingnya sempat membahagiakan, tak urung saya tersenyum kecut membaca paragraf penutup kisahnya.

Meski sejauh ini ada cerita-cerita yang gampang dinikmati, tetapi Sang Komandan milik Stephen Crane masih sulit saya ambil inti dan maksud moral ceritanya.

Siapa yang tak tahu Ernest Hemingway? Kali ini dia hadir dalam kisah para pelayan café dalam kisah Persinggahan Malam. Di cerita ini ia menggambarkan bagaimana pandangan dua orang yang memiliki usia dan pengalaman beda juga memandang cara hidup di dunia ini dengan berbeda pula.

Gegap Gempita milik Anton Chekov menjadi kisah selanjutnya di buku ini. Cerita klasik tak perlu selalu serius, sebab kali ini kita akan dihibur oleh Mitya Kuldarov dengan kelucuannya dalam membaca sebuah berita di Koran dari sudut pandang yang lain.

Charles milik Shirley Jackson adalah kisah yang unik menurut saya, meskipun sebenarnya sudah bisa ditebak endingnya. Tentang seorang bocah lelaki yang baru masuk sekolah TK dan memiliki teman yang super nakal bernama Charles.

Dering Telepon dari Dorothy Parker membuat saya tersenyum-senyum saat membaca. Bukan, bukan karena cerita komedi, tapi kisah ini benar-benar pernah saya rasakan saat masih berpacaran dulu. Tentang seorang gadis yang menunggu telepon dari cowok pujannya. Ya, jatuh cinta memang membuat yang dulu begitu menawan malah sekarang menjadi agak konyol jika dipikir-pikir lagi.

Berikutnya masih ada Pesan Sang Kaisar (Franz Kafka), Republick (Naguib Mahfouz) dan Menjelang Fajar (Jean-Paul Sartre) yang bisa Anda nikmati di buku ini.

Sebagai kisah penutup adalah kisah lainnya yang saya suka dengan judul Kalung Mutiara karya W. Somerset Maugham. Penulis asal Inggris ini bercerita tentang kalung mutiara yang dikenakan seorang pelayan wanita saat diundang makan malam di rumah majikannya. Cerita yang berpotensi menjadi cerita detektif ini memiliki keunikan karena ia cerita di dalam rangkaian cerita yang dikisahkan seseorang.

Buat saya, cerpen adalah cara yang mudah menikmati sebuah bacaan. Meski terkadang ada juga cerpen yang membuat saya pusing memikirkan apa inti ceritanya seperti dalam kasus buku ini adalah pada kisah Sang Komandan dan Menjelang Fajar. Cerita kedua ini malah menghabiskan cukup banyak halaman sehingga membuat saya agak capek juga menikmatinya.

Menulis cerpen jauh lebih susah dari yang dulu pernah saya bayangkan. Penulisnya harus mahir memilih-memadatkan-mengakhiri sebuah kisah dengan kesan dan cirri khasnya yang unik. Demikian pula yang ada di buku ini, semua penulisnya seakan memiliki sidik cerita yang membedakan gaya kisahnya antara satu dengan yang lain.

Untuk Volume satu ini, saya rasa 4 bintang layak disematkan karena membuat saya jauh lebih mudah menikmati sebuah karya sastra klasik :)


Profile Image for Kiromil Baroroh.
7 reviews
December 9, 2018
Sayang sekali cerpen favorit saya, 'Lotere' dari Shirley Jackson, tidak dimasukkan di buku ini:(
Profile Image for Adelaylight.
110 reviews
October 21, 2020
Setelah membaca ini saya dibuat penasaran dengan maksud ending dari beberapa cerpen but still recommended!
Profile Image for melmarian.
400 reviews134 followers
June 8, 2012
Jika buku diibaratkan makanan, maka buku ini tampilannya memikat dan menggugah selera. Diangkat dari situs cerita pendek klasik Fiksi Lotus yang diprakarsai Maggie Tiojakin, Fiksi Lotus Vol. 1 membukukan beberapa cerpen pilihan dari situs tersebut.

Tidak kurang dari 14 cerpen dikumpulkan dalam buku setebal 184 halaman ini, yaitu sebagai berikut:
1. Teka-teki (“The Riddle”) karya Walter De La Mare
2. Ramuan Cinta (“The Chaser”) karya John Collier
3. Sang Ayah (“The Father”) karya Bjornstjerne Bjornson
4. Pemberian Sang Magi (“The Gift of the Magi”) karya O. Henry
5. Menembus Batas (“The Interlopers”) karya Saki
6. Dilema Sang Komandan (“The Upturned Face”) karya Stephen Crane
7. Persinggahan Malam (“A Clean, Well-Lighted Place”) karya Ernest Hemingway
8. Gegap Gempita (”Rapture”) karya Anton Chekov
9. Charles karya Shirley Jackson
10. Dering Telepon (“The Telephone Call”) karya Dorothy Parker
11. Pesan Sang Kaisar (“A Message from the Emperor”) karya Franz Kafka
12. Republick (“Evil Adored”) karya Naguib Mahfouz
13. Menjelang Fajar (“The Wall”) karya Jean-Paul Sartre
14. Kalung Mutiara (“A String of Beads”) karya W. Somerset Maugham

Dari keempat belas cerpen ini, 2 yang menjadi favorit saya, Sang Ayah karya Bjornstjerne Bjornson dan Pemberian Sang Magi karya O. Henry, sudah pernah saya baca di kumpulan cerpen klasik terjemahan dari penerbit lain. Sang Ayah menceritakan tentang dedikasi seorang ayah kepada putranya tercinta, dari saat putranya baru lahir hingga dewasa. Akhir ceritanya menyentuh dan mendorong pembaca untuk merenung. Sedangkan Pemberian Sang Magi, salah satu karya terbaik O. Henry menurut saya, menceritakan tentang sepasang suami-istri yang hendak memberikan hadiah Natal istimewa kepada pasangannya, meskipun sebenarnya mereka tidak punya uang. Cerpen lainnya yang menarik dari buku ini adalah Menembus Batas karya Saki, yang mengisahkan tentang dua keluarga yang bermusuhan selama tiga generasi. Suatu hari masing-masing kepala keluarga dari dua musuh bebuyutan itu bertemu dalam keadaan yang menentukan hidup dan mati mereka. Cerpen yang ini menunjukkan bahwa sekuat-kuatnya manusia dan rasa benci yang mereka rasakan, alam masih lebih kuat dan sekali alam diijinkan Sang Pencipta untuk memukul manusia, pukulannya tidak tanggung-tanggung. Satu lagi yang membuat saya merenungkan makna kebaikan dan kejahatan adalah cerpen Republick karya Naguib Mahfouz. Agak sulit mendeskripsikan cerpen yang satu ini, yang berusaha menyampaikan pesan bahwa dunia ini tidaklah sempurna, kalaupun kedamaian sempat bertahta untuk beberapa waktu, tidak lama kemudian kejahatan akan kembali merampas keadaan. Betapa samanya dengan kondisi dunia sekarang ini.

Empat cerpen itulah yang punya tempat khusus di hati saya, sementara 10 lainnya bagi saya biasa-biasa saja. Seperti yang saya singgung di awal review, buku yang satu ini tampilannya menggugah selera, namun setelah saya mencicipinya, kok ternyata tidak cocok dengan selera saya. Dalam Kata Pengantar (yang bagi saya merupakan “appetizer” yang memuaskan, tapi ternyata tidak diikuti dengan hidangan utama yang sama memuaskannya), Maggie Tiojakin menguraikan alasan memilih keempat belas cerpen tersebut untuk dikumpulkan dalam Fiksi Lotus Vol. 1, yaitu karena ia ingin mengangkat karya-karya cerpenis yang mungkin kurang terkenal, namun merupakan milestone dalam perkembangan cerita pendek. Dan satu lagi, entah karena saya yang agak o’on atau kurang berjiwa sastra; saya tidak menemukan mata rantai yang menghubungkan keempat belas cerpen dalam buku ini. Cerpen Teka-teki tak ubahnya (atau memang) dongeng anak-anak; sementara Sang Ayah, Pemberian Sang Magi, dan Charles menceritakan hubungan dalam keluarga; beberapa cerpen lainnya bersetting pada masa perang; dan sisanya membawa tema yang acak.

Kesimpulan yang saya ambil adalah; buku ini cocok sekali bagi:
1. Para pecinta cerpen dan followers blog Fiksi Lotus
2. Mereka yang ingin mempelajari cerpen dari sumber-sumber klasik
Jika kamu termasuk salah satu dari dua diatas, maka rasanya buku ini akan cocok bagi kamu. Sedangkan saya, setelah membaca buku ini saya akan berpikir lagi sebelum membaca kumcer keroyokan apapun (baik klasik maupun modern, dan bukannya saya tidak punya kumcer keroyokan di dalam timbunan).

@melmarian
http://surgabukuku.wordpress.com
Profile Image for Tp Kharisma.
5 reviews4 followers
January 6, 2013
Jika kata adalah senjata*, maka jam terbang penulis kombatan akan dikenali dari caranya memuntahkan peluru kata-kata.

Fiksi Lotus, kompilasi cerpen penulis-penulis legendaris macam Anton Chekhov, Ernest Hemingway, Franz Kafka, Jean-Paul Sartre, adalah contoh yang baik untuk itu. Bernas. Cerkas. Cerpen tidak memberi ruang seluas novel untuk menjelaskan, mengomunikasikan rasa, sehingga penulis cerpen harus bisa menyampaikan tanpa banyak berbasa-basi. Mereka wajib memilah, memilih, mana yang layak tayang dan mana yang masuk keranjang sampah. Buku setebal 184 ini membuat pembacanya paham, mengapa nama-nama di dalamnya mendunia.

"Charles" oleh Shirley Jackson, misalnya, telak menyindir ketidakacuhan orangtua lewat sosok anak TK bandel bernama Laurie. Dinarasikan oleh sang Ibu, Laurie digambarkan berjarak dengan orang tuanya. Hal ini berubah ketika Laurie mulai bercerita tentang Charles, kawan sekolahnya yang berperangai buruk. Orangtuanya merasa akhirnya ada yang bisa menjadi bahan pembicaraan bersama, sedangkan Laurie merasa mendapat perhatian karena ceritanya--pulanglah ia dengan kisah mengenai kenakalan Charles setiap hari.

Sang Ibu senang, dan pembaca tak mendengar keseharian Laurie lagi. Sampai akhir cerita, ketika si Ibu yang sudah penasaran sekali pada Charles ini bertanya pada guru TK Laurie. Apa yang ia dapat?

See? Mengena itu tak harus menuding di muka.

Pilinan (astaga, apa sih serapan yang tepat untuk twist?) yang tajam juga disampaikan dalam "Menembus Batas" - Saki. Cerita mengenai pertikaian turun-temurun antar keluarga ini menghancurkan pola tipikal happy ending cukup dengan satu kata di akhir cerita. Satu kata, lalu para pembaca ditinggalkan mengenes begitu saja, setelah bernafas lega separagraf sebelumnya. Kurang ajar betul :D

Selain twist yang efisien, penulis-penulis legendaris ini menunjukkan kemampuan yang membedakan mereka dengan amatiran: menyampaikan rasa. "Menjelang Fajar" - Jean-Paul Sartre bertutur dengan hati-hati: bagaimanakah emosi tiga orang yang akan dihukum tembak dalam empat jam?

Lalu ada kegilaan yang tragisnya lucu (ya, khas Anton Chekhov) dalam "Gegap Gempita", serta Ernest Hemingway bertutur tentang orang-orang yang mengakrabi malam.
"Aku salah satu orang yang senang duduk di cafe sampai larut malam, bersama orang-orang yang tidak mau tidur, yang butuh cahaya di malam hari. Setiap malam aku enggan menutup cafe lebih dini karena takut siapa tahu ada yang butuh menghabiskan waktu mereka di sini."

Cerita biasa hanya akan menuliskan pesan moral, sementara kisah klasik memahamkannya.

"Sang Ayah" mengajarkan arti syukur yang sesungguhnya. Cinta diobral jadi bahan cerita sepanjang dunia, tetapi tak semua berhasil mendefinisikan cinta dengan sederhana pun setepat-tepatnya seperti "Pemberian Sang Magi". "Republick" mendongeng politik: tak ada kedamaian mutlak dalam kekuasaan.
"Yang dilakukan para petinggi hanyalah mengusir pelaku kejahatan, merawat yang sakit, dan mengikat perban pada mereka yang terluka. Yang saya lakukan adalah mengeliminasi penyakit itu sendiri."

Penyakit hilang, penduduk damai. Para petinggi tak sepakat. Dalam kedamaian rakyat yang absolut, mereka tak lagi dibutuhkan, tak lagi ditinggikan. Damai bagaimana?

Apresiasi untuk para penyusun koleksi yang telah dengan cermat menyusun Fiksi Lotus. Saya kira, buku ini tepat untuk mengenalkan nama-nama besar cerpenis (dan novelis) dunia, serta alasan kelegendarisan mereka: kepekaan. Cerpen-cerpen terbaik kadang 'hanya' berkisah tentang lima menit kejadian sehari-hari, selintas dialog di halte bus, atau bahkan monolog seperti "Dering Telepon".

Kepekaan inilah yang menjadikan mereka abadi, karena pada akhirnya, yang melekat adalah kisah yang dekat dengan hati.

*) Kutipan dari "Catatan Seorang Demonstran", Soe Hok Gie. Sepertinya Gie juga mengutip, tapi saya lupa dari mana ^^v
Profile Image for Anastasia Cynthia.
286 reviews
February 6, 2013
Fiksi Lotus Vol. 1 memang dapat diinterpretasikan dari subjudulnya: "Kumpulan Cerita Pendek Klasik Dunia". Di dalamnya terdapat empat belas cerita dengan rupa-rupa penulis, mulai dari Hemingway hingga Chekov. Keempat-belas penulis lainnya memiliki karakteristik tersendiri dalam menulis.

Menurut analogi dari sang penerjemah, Maggie Tiojakin. Fiksi Lotus diberi judul seperti itu karena bunga lotus sendiri, yang sering dijadikan lambang kemurnian, keindahan, dan spiritualisme, memiliki keterikatan kuat dengan potensi sebauh fiksi pendek, yaitu dapat mengubah hidup pembacanya. Jadi, tentunya tidak heran, jika Fiksi Lotus menyuguhkan empat belas cerita yang mungkin kala dibaca memiliki gaya tutur kata kaku, mengalir, tapi bermanka tersirat.

Dari empat belas karya:
1. "Teka-Teki" oleh Walter De La Mare
2. "Ramuan Cinta" oleh John Collier
3. "Sang Ayah" oleh Bjornstjerne Bjornson
4. "Pemberian Sang Magi" oleh O. Henry
5. "Menembus Batas" oleh Saki
6. "Dilema Sang Komandan" oleh Stephen Crane
7. "Persinggahan Malam" oleh Ernest Hemingway
8. "Gegap Gempita" oleh Anton Chekhov
9. "Charles" oleh Shirley Jackson
10. "Dering Telepon" oleh Dorothy Parker
11. "Pesan Sang Kaisar" oleh Franz Kafka
12. "Republick" oleh Naguib Mahfouz
13. "Menjlenag Fajar" oleh Jean-Paul Sratre
14. "Kalung Mutiara" oleh W. Somerset Maugham

O. Henry mungkin bisa menjadi jawara, menurut gue. Dari segi setting, "Pemberian Sang Magi" dirasa amat sangat memiliki unsur kekeluargaan. Sopan santun antar suami-istri, tapi perlu diketahui, bahwa makna hadiah natal jauh melebihi seonggok kotak berpita dan kartu ucapan. Kedua, "Dering Telepon" milik Dorothy Parker memang agak terkesan monton dan membosankan, lantaran konversasi-konversasi dalam cerita tersebut hanya ditujukan kepada lawan bicara di seberang, tapi sebaliknya, monolog sang naratorlah yang justru membangun "Dering Telepon" menjadi agak lebih kompleks. Dari depan hingga tengah, gue pribadi merasa bosan. Dengan satu tema yang sesungguhnya singkat, yaitu "menunggu dering telepon" tapi tidak terasa dapat beranak-cicit hingga menyinggung sebuah peradaban harga diri.

"Sesungguhnya, harga diri yang tertinggi adalah jika kita tidak punya harga diri atau ego."

- Dorothy Parker, "Dering Telepon"


Adalah Hemingway dengan karyanya, "Persinggahan Malam" dan memiliki setting apik. Dan juga "Dilema Sang Komandan" karya Stephen Crane yang dilukiskan agak konyol.

Jika disimpulkan dari sampul depannya, gue rasa, Staven Andersen, yang lagi-lagi dipilih Maggie Tiojakin berhasil memvisualisasikan apa yang disebut dengan "fiksi lotus". Tidak perlu membebani para peminatnya dengan sampul uzur, yang kerap kali menjadi patokan desainer/ilustrator dalam mencitrakan sebuah nuansa klasik. Namun, sebuah sentuhan warna-warna komplementer tak ayal membangun wajah baru bagi "Fiksi Lotus" agar lebih dipandang oleh masyarakat.

Fiksi Lotus memang bisa dibilang ketinggalan zaman dari segala segi, baik setting, gaya penulisan/penerjemahan yang kaku, tapi gue sangat menikmati ke-178 lembarnya yang berisi cerita-cerita sarat pesan kehidupan.
Profile Image for Azia.
243 reviews11 followers
August 15, 2012
Fiksi Lotus Volume 1 mengumpulkan 14 cerita pendek dari sastrawan-sastrawan dunia. Hanya beberapa dari nama-nama tersebut yang sudah baca karyanya seperti Naguib Mahfouz, Ernest Hemingway, Anton Chekhov. Nama-nama yang lain hanya sebatas tahu saja seperti Franz Kafka, Jean Paul Satre, W. Somerset Maugham, dan Bjornstjerne Bjornson. Sisanya saya tidak mengenal nama-nama pengarang tersebut apalagi membaca karya mereka.

Cerpen yang sukses menghibur saya tergantung tema,gaya penulisan dan ending dari ceritanya. Ada tiga reaksi yang biasanya saya rasakan ketika selesai membaca cerpen. Pertama, Ouch! serasa tertohok dengan ending yang tidak terduga atau merasakan 'sesuatu' dari cerita tersebut. Kedua, Errrr..cuma gitu aja? Jika ceritanya terasa flat bagi saya. Dan ketiga, Mmmm…kemudian hening alias tidak mengerti.

Ada tiga cerpen yang membuat yang saya sukai. Menunggu Fajar – Jean Paul Satre. Tiga tahanan yang dijatuhi hukuman mati. Ketiganya menunggu waktu eksekusi. Entah mengapa ketika membaca cerita ini membuat saya terngiang-ngiang lagunya ‘Peterpan –Menunggu Pagi’ : Apa yang terjadi dengan Hatiku/Kumasih disini menunggu pagi/Seakan letih tak menggangguku/Ku masih terjaga menunggu pagi. Dering Telepon – Dorothy Parker. Memang menunggu dering telepon yang tak kunjung datang dari lelaki yang disukai membuat uring-uringan. Ingin menghubungi lebih dahulu tapi tersangkut harga diri sebagai wanita, 'Masa sih aku duluan'. Pikiran macam-macam langsung menghampiri. 'Aku tidak mengerti mengapa pria bisa menelantarkan begitu mereka berhasil membuat wanita jatuh cinta terhadap mereka. Bukankah ini yang mereka cari?' Ouch! Saya berasa dejavu deh. :D Republick – Naguib Mahfouz. Keren! Salah satu sastrawan dunia favoritku. Ceritanya patut direnungi lebih dalam. Selain itu masih ada cerpen-cerpen lain yang menggigit: Menembus Batas – Saki, Charles - Shirley Jackson, Pemberian si Magi - O.Henry, Sang Ayah - Bjornstjerne Bjornson

Bagi saya cerpen yang termasuk kategori kedua,ya biasa-biasa aja, yaitu Teka-teki - Walter De La Mare, Kalung Mutiara – W. Somerset Maughan, Dilema Sang Komandan – Stephen Crane, Persinggahan Malam - Ernest Hemingway, Gegap Gempita - Anton Checkhov. Dan satu-satunya cerpen yang saya tidak mengerti adalah Pesan Sang Kaisar – Franz Kafka. Cerpennya paling singkat dibandingkan lainnya,hanya 3 halaman. Waktu pertama baca,saya belum menangkap cerita “Ha,udah selesai?”. Saya membolak-balikkan halaman dan mengulangi membacanya. *kening berkerut* Mmmm..tetap tidak mengerti. xD

Suka atau tidak suka hal bersifat subjektif,dikembalikan lagi ke masing-masing pembaca. Untuk memperluas wawasan tentang sastra dunia,Fiksi Lotus memberikan referensi yang cukup bagus karena tidak banyak karya-karya dari penulis yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Profile Image for Andrea Ika.
423 reviews24 followers
April 25, 2014
Judul :
Fiksi Lotus - Kumpulan Cerita Pendek Klasik Dunia. Vol.1
Penerjemah : Maggie Tiojakin
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : I, April 2012
Tebal : 184 hlm
Seorang pria membeli ramuan di tengah malam buta untuk menaklukkan hati sang kekasih... John Collier

Dua orang musuh bebuyutan terjerembab di malam pekat, menunggu nasib menentukan siapa di antara mereka yang akan selamat... Saki

Seorang prajurit menemukan namanya dicetak di atas koran dan tak sabar mengumumkannya ke semua orang... Anton Chekhov

Sang Kaisar sekarat, ia mengutus seorang kurir untuk mengantarkan pesan penting... Franz Kafka

Dua orang pelayan berdebat tentang fungsi sebuah kafe... Ernest Hemingway

Dan cerita pendek klasik lainnya terangkum di sini. Bermula dengan situs sederhana, Fiksi Lotus menghadirkan koleksi cerita pendek klasik dunia. Sastra klasik tidak selalu njelimet contohnya yang satu ini justru mudah dinikmati dan membawa saya untuk merenungi makna yang tersirat dalam cerita tersebut.
Keempat belas cerita yang telah dipilih untuk dihadirkan dalam volume perdana ini merupakan karya-karya besar sejumlah penulis ternama seperti Dorothy Parker, O. Henry, Naguib Mahfouz, dan masih banyak lainnya.

Ada 14 cerita yang telah dipilih dari situs Fiksi Lotus yaitu
1. "Teka-Teki" oleh Walter De La Mare
2. "Ramuan Cinta" oleh John Collier
3. "Sang Ayah" oleh Bjornstjerne Bjornson
4. "Pemberian Sang Magi" oleh O. Henry
5. "Menembus Batas" oleh Saki
6. "Dilema Sang Komandan" oleh Stephen Crane
7. "Persinggahan Malam" oleh Ernest Hemingway
8. "Gegap Gempita" oleh Anton Chekhov
9. "Charles" oleh Shirley Jackson
10. "Dering Telepon" oleh Dorothy Parker
11. "Pesan Sang Kaisar" oleh Franz Kafka
12. "Republick" oleh Naguib Mahfouz
13. "Menjelang Fajar" oleh Jean-Paul Sratre
14. "Kalung Mutiara" oleh W. Somerset Maugham

Masing-masing dari keempat belas cerita yang hadir di sini memiliki nilai unik dan pesan universal, dikemas dengan teknik penuturan yang beragam.
Cerita favorit saya adalah Pemberian Sang Magi,dimana sepasang suami-istri yang hendak memberikan hadiah Natal istimewa kepada pasangannya dengan mengorbankan milik pribadi masing-Masing yang berharga

Saya sangat menikmati setiap lembarnya yang berisi cerita yang sarat pesan kehidupan.Kumcer yang menyenangkan. Mungkin akan terus menyebabkan saya membaca edisi selanjutnya.
Kumcer ini wajib dibaca karena akan menambah khazanah pengetahuan kita akan cerita klasik!

Rating :4/5 bintang
Profile Image for Khonsa Kholila.
37 reviews
January 16, 2023
Kumpulan terjemahan cerpen klasik yang baguus banget, penuh dengan plot twist yang menurutku keren banget.

Salah satu cerpen yang ada disini bahkan aku jadiin subjek penelitian skripsi.

Meskipun ada beberapa yang aku kurang paham latar ceritanya, tapi sebagian besar aku suka banget.
Profile Image for Haniva Zahra.
425 reviews43 followers
August 28, 2014
Akhirnya, menyempatkan diri membuka laptop dan menuliskan review.
Tidak banyak orang, saya rasa menyukai cerita klasik. Kadang terlalu sarat makna, jadi terasa berat. Atau sebenarnya penulisnya tidak bermaksud seperti itu, bisa jadi kita yang berpikir keras hingga akhirnya lupa untuk menikmati saat membaca. Pun dalam satu buku ini, ada cerita yang begitu manis, begitu melahirkan haru, begitu juga tidak saya mengerti. Ah, karena memang saya saja yang seringkali berpikir terlalu sederhana atau terlalu kompleks tetapi berlebihan untuk hal yang sebenarnya tidak perlu.

Buku ini, layak dibaca untuk penikmat sastra? Orang-orang yang mampu memberikan penghargaan secara tepat pada cerita-cerita yang tidak lekang oleh waktu. Cerita yang abadi, yang selalu bisa kita tarik hikmah karena jujur bercerita tentang kehidupan.

Buku ini, berisi 15 cerita klasik. Diantaranya saya paling suka 'Sang Ayah' karya Bjornstjerne Bjornson (yang saya juga tidak tahu bagaimana cara melafalkan nama penulisnya). Bercerita tentang kecintaan ayah pada seorang anak. Ya begitulah, kalau kamu ingin tau sekilas tentang buku ini, saya persilakan kamu mampir ke www.fiksilotus.com dan menentukan, apa kamu penasaran untuk membaca buku in atau tidak?

Terima kasih untuk seorang teman yang meminjamkan buku ini, akan segera kukembalikan ;)
Profile Image for winda.
357 reviews14 followers
December 8, 2014
cerita klasik adalah cerita yang tak kenal batasan waktu. Ia bisa dinikmati sekarang atau seribu tahun dari sekarang. Isinya selalu relevan terlepas dari siapa yang membacanya atau di mana cerita itu diterbitkan. Dan secara keseluruhan cerita tersebut mampu memberikan nilai resonansi yang kuat bagi para poembacanya.

Buku ini teridiri dari 14 cerita pendek dari 14 pengarang dari berbagai negara yaitu:
1. Teka-teki (The Riddle) karya Walter De La Mare
2. Ramuan Cinta (The Chaser) karya John Collier
3. Sang Ayah (The Father) karya Bjornstjerne Bjornson
4. Pemberian Sang Magi (The Gift of the Magi) karya O. Henry
5. Menembus Batas (The Interlopers) karya Saki
6. Dilema Sang Komandan (The Upturned Face) karya Stephen Crane
7. Persinggahan Malam (A Clean, Well-Lighted Place) karya Ernest Hemingway
8. Gegap Gempita (Rapture) karya Anton Chekov
9. Charles karya Shirley Jackson
10. Dering Telepon (The Telephone Call) karya Dorothy Parker
11. Pesan Sang Kaisar (A Message from the Emperor) karya Franz Kafka
12. Republick (Evil Adored) karya Naguib Mahfouz
13. Menjelang Fajar (The Wall) karya Jean-Paul Sartre
14. Kalung Mutiara (A String of Beads) karya W. Somerset Maugham
Profile Image for Nabila Budayana.
Author 7 books80 followers
May 11, 2012
Fiksi Lotus berisi empat belas cerita pendek klasik milik penulis-penulis dunia yang diterjemahkan oleh Maggie Tiojakin. Sebelumnya saya bahkan belum pernah mengakses page fiksi lotus karena terlalu malas membaca lewat layar PC :P Karena itu sungguh berbahagialah saya karena fiksi lotus dibukukan.
Saya merasa nyaman membaca buku ini. Bukan hanya karena memang kisah-kisah yang disuguhkan luar biasa, namun juga terjemahannya yang terasa halus mengalir. Penyusun terlihat sengaja memilih banyak jenis cerita dengan gaya penulisan yang sangat beragam, namun tetap dengan benang merah sebagai cerita klasik. Tema-tema sosial yang diangkat penulis-penulis ini pun sungguh menarik. Beberapa favorit saya adalah "Sang Ayah" - Bjornstjerne Bjornson, "Charles"- Shirley Jackson, "Republick"- Naguib Mahfouz dan "Menjelang Fajar" - Jean-Paul Satre. Cerpen-cerpen tersebut seakan enggan dilupa karena terlanjur membekas di ingatan. Bukan hanya karena temanya, namun juga pesannya yang ditanamkan dalam-dalam.

Kumcer yang menyenangkan. Mungkin akan terus menyebabkan saya membaca edisi keduanya, keitganya, dst.:)
Profile Image for Nana.
405 reviews27 followers
June 12, 2012
Walau biasanya saya cukup anti baca karya pengarang klasik karena nggak pernah mudeng dengan ceritanya, tapi untuk yang ini berbeda. Memang sih, dari 14 cerita yang disuguhkan di buku ini, ada juga beberapa yang saya nggak ngerti ini sebenarnya cerita apa siiih?? Tapiii.. beberapa cerita justru mudah dinikmati dan membawa saya untuk merenungi makna yang tersirat dalam cerita tersebut.

Favorit saya adalah cerita pertama, Teka Teki, yang agak creepy sebenernya tapi pas baca endingnya kok sedih banget ya. Lalu Ramuan Cinta, yang membuat saya ngakak di bagian ending karena benar-benar mencerminkan manusia yang nggak pernah puas. Menjelang Fajar, yang rasanya terlalu panjang untuk disebut cerpen, juga menarik hati saya dan membuat saya menebak-nebak ending macam apa yang akan saya temukan untuk cerita ini.

Penerjemahan Maggie Tiojakin untuk cerpen-cerpen klasik ini patut diacungi jempol karena berhasil membuat cerita klasik ini mudah dipahami. Mungkin kalau saya membaca karya aslinya langsung saya bakal nyerah duluan deh.

Bintang 4 buat buku ini (nggak 5, soalnya ada beberapa cerita yang saya bener-bener nggak nangkep maksudnya apaan. Hehe)
Profile Image for Antariksa.
79 reviews3 followers
April 27, 2013
Saya tidak tahu, tapi dalam terjemahan ini seolah-olah ada sesuatu yang hilang. Cerpen Teka Teki misalnya, tidak saya temukan maknanya. Apa itu sebuah alegori, atau ada hal lain yang ingin diungkapkan, sulit ditebak. Secara keseluruhan, saya tidak begitu gembira dengan apa-apa yang saya temukan di sini. Entah ini terjadi karena terjemahannya yang kurang sempurna, atau karena cerpen yang diterjemahkan memang seperti itu adanya.

Tapi sisi positifnya, usaha penerjemah untuk menerjemahkan cerpen-cerpen dari penulis dunia ini patut diapresiasi. Tidak banyak karya sastra asing yang diterjemahkan dan apalagi diterbitkan akhir-akhir ini.

Tidak semua cerpen di sini tidak saya suka. Ada Republick, karangan Naguib Mahfouz yang secara gamblang mengekspos keabsurdan konsep pemerintahan. Ada Menjelang Fajar, karangan Sartre yang menjadi satu di antara sekian banyak pernyataan tertulisnya tentang eksistensialisme.

Mungkin kali lain, penerjemah perlu lebih selektif dalam memilih karya-karyanya yang akan diterbitkan. Syukur-syukur kalau buku-buku selanjutnya bisa dibuat tematis.
Profile Image for Nisrina.
48 reviews14 followers
March 7, 2015
"Karena tidak ada hal baru yang bisa dipelajari dari karya modern yang tidak dipelopori oleh para penulis di masa sebelumnya. Untuk itu, jika ingin mempelajari sesuatu, mulailah dari awal." - Maggie Tiojakin dalam pengantar buku ini.

Serentetan kalimat itu bikin saya tambah semangat untuk memperkaya bacaan saya. Terutama dalam sastra klasik dari penulis yang namanya sudah dikenal banyak orang. Meski hingga halaman terakhir buku ini, saya masih terus bertanya-tanya, mengapa "karya lama" justru membuat saya susah mencerna?

Tiap kali saya mencoba memahami isi buku ini, tiap kali pula saya sadar bahwa menulis itu membebaskan. Beberapa cerita tampak begitu panjang dan membosankan, beberapa juga terasa begitu cepat selesai dan mengundang adiksi. Kembali lagi, ini adalah penilaian subjektif saya.

Cerpen favorit saya: Menembus Batas karya Saki (Hector Hugh Munro).
Profile Image for Helvira Hasan.
Author 2 books8 followers
July 26, 2012
Cerita bagus yang akhirnya meng"klasik" itu tak melulu soal romansa sepasang kekasih. Cerita bagus itu diangkat dari realita sosial zamannya; dan menjadi perenungan yang mendalam.

Cerita bagus yang akhirnya meng"klasik" juga tak mesti berakhir bahagia, kadang ia membikin miris pembaca bahkan menyisakan tanda tanya yang selalu menghadirkan jawaban-jawaban baru setiap kali selesai membacanya.

Cerita bagus yang akhirnya meng"klasik" itu bukan kumpulan kalimat-kalimat puitis yang mendayu-dayu, bisa jadi hanya rangkaian kalimat yang menggambarkan apa adanya pikiran, perasaan, dan kehidupan itu sendiri... apa adanya.

Itulah yang saya temui dalam buku Fiksi Lotus ini. Bisakah kita tulis satu cerita pendek yang kelak juga meng"klasik"? Well, sebagai titik tolak, baca dulu Fiksi Lotus. :)
59 reviews
February 26, 2013
Cerita pendek!
Saya dua bulan terakhir ini sedang menggemari apa yang disebut dengan 'cerita pendek'. Berawal dari membaca kumpulan cerpen yang ditulis Anton Chekov. Fiksi Lotus ini berisi kumpulan cerpen klasik dari berbagai penulis di penjuru dunia. Meski negeri kita tidak menyumbangkan cerita di sini hehe, tapi buku ini tetap menarik untuk dibaca.

Saya sebenarnya ingin menjabarkan komentar saya per cerpen, tapi berhubung masih banyak tugas yang harus saya kerjakan, sepertinya saya harus menunda melakukannya hehe

Ada beberapa cerita yang menurut saya membosankan. Ada yang sarat akan moral. Dan ada cerpen terkenal karya O.Henry yang dimuat di sini. Saya lupa judul cerpen favorit saya, yang jelas judulnya memiliki kata 'fajar'.

Profile Image for Rhein.
Author 7 books173 followers
July 24, 2015
Jadi gini, saya ini nggak ngerti sastra yang berat-berat dengan rangkaian kata penuh makna tersirat. Sama tulisan dengan makna tersurat saja seringkali otak saya loading lama dulu untuk mencerna. Hebatnya, fiksi lotus ini semua isi ceritanya mengandung makna tersirat. Jujur saat baca buku ini, otak saya memberi respon yang menghasilkan ekspresi wajah ibarat sarjana sastra mendengar penjelasan detail proses pemecahan solusi persamaan Schrodinger. (ya nggak beda jauh sama muka saya yang lulusan fisika juga, sih).

Untungnya, saya penulis juga manusia punya rasa punya hati. Mungkin otak saya nggak berfungsi, jadi saya memberi penilaian berdasarkan respon perasaan yang muncul setiap kali selesai menyelesaikan membaca tiap cerita. Hasilnya wow...wow.. Mejik!
Displaying 1 - 30 of 57 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.