Jump to ratings and reviews
Rate this book

The Not-So-Amazing Life of @aMrazing

Rate this book
Bapak itu merogoh kantong celananya, lalu mengeluarkan bergepok-gepok uang.
"Nih! Sekian belas juta!"
Bahkan setelah menghitung sekian belas juta, sisa uang di tangan Bapak itu masih banyak. Fakta bahwa bajunya lusuh, serta handphone lamanya buluk segera terlupakan. Rupanya Bapak ini orang tajir yang tak tahu cara berdandan serta belum melek teknologi. Gue lagi-lagi salah menilai. Terkadang manusia memang hanya memandang penampilan luar. Menghakimi bahwa sebuah buku pasti jelek isinya hanya karena cover yang buruk.
Berlama-lama si Bapak mengagumi handphone terbarunya. Setelah puas, ia kembali bertanya hal yang paling penting.
"Dek, gimana cara main Fesbuk? Terus, internet itu apa, sih?"

The Not-So-Amazing Life of @aMrazing merupakan kumpulan kisah pengalaman Alexander Thian saat menjadi penjaga konter handphone di sebuah mal. Tidak sekadar menjual handphone, Alex memotret manusia melalui berbagai tingkah laku para pelanggan yang datang. Ada mereka yang butuh tampil mengesankan dengan handphone tercanggih, mereka yang ingin membahagiakan orang terkasih, juga mereka yang tertipu (dan menipu). Adakah wajah kita di sana?

228 pages, Paperback

First published August 1, 2012

21 people are currently reading
318 people want to read

About the author

Alexander Thian

8 books113 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
134 (19%)
4 stars
231 (33%)
3 stars
237 (34%)
2 stars
68 (9%)
1 star
15 (2%)
Displaying 1 - 30 of 135 reviews
Profile Image for Pauline Destinugrainy.
Author 1 book265 followers
February 9, 2017
Sejak awal saya membuat account di twitter pada tahun 2009, ada satu account yang selalu saya cari hampir setiap pagi ketika saya bangun tidur atau kalau belum bisa tidur, yaitu @aMrazing. Twit-twitnya kocak, menghibur bahkan kadang bikin “jleb”. Ketika suatu waktu saya melihat ada hashtag #TNSALOA di timeline-nya dan itu mengarah ke sebuah buku yang ditulisnya, saya langsung memasukkan bukunya ke wishlist. Dan kemarin, kesampaian juga membaca bukunya dalam waktu kurang dari 3 jam.

#TNSALOA ini adalah kumpulan kisah Alex saat masih menjadi penjaga konter hape sekitar tahun 2007 sampai 2009. Jaman dimana hape Nokia masih berjaya dengan harga sekian juta. Masa dimana lagunya Kangen Band atau Trio Macan masih dikejar-kejar banyak orang untuk dijadikan nada dering. #TNSALOA memuat 14 cerita yang saat membacanya serasa naik rollercoaster alias naik turun emosinya.

Diawali dengan kisah Maria Kere Vs Selin Dion, dimana Alex berhadapan dengan pelanggan yang ngotot bahwa lagu soundtrack film “yu jam ai jam” itu yang nyanyi adalah Maria Kere. Kemudian ada juga pelanggan bahenol yang minta diisiin hapenya dengan lagu-lagu dangdut dan dibayar pake goyangan ala Inul dalam kisah Kondom Ona Sutra. Apa hubungannya lagu dangdut sama kondom? Fenomena demam fesbuk juga ada dalam kisah Fesbuk Oh Fesbuk yang bikin perut tekosok karena ngakak.

Masih senyum-senyum setelah membaca tiga cerita di atas, tiba-tiba saya nangis (iya.. beneran nangis) membaca kisah Dummy Seharga Dua Juta yang bercerita tentang Rama, anak autis yang pengen banget hape Sony Ericcson W880i. Juga ada kisah Nggak Canggih, Nggak Gaya? Nggak Gaul! tentang anak kecil kelas enam SD yang pengen iPhone sampai mamanya harus jual hape dan menguras isi ATM.

Lanjut… ngakak lagi dengan kisah Amnesia Mendadak, Napas Dari Neraka, The Akward Moment dan Saya Anggota Dewan Yu Know?! Ternyata masih ada juga orang yang sok keren tapi gaptek ya…Dangdut Halitosis dan Manajer Masturbasi adalah kisah yang bikin euww… Kemudian kisah Don’t Judge The Heart By The Look membuat saya belajar tentang satu hal.

Belajar melihat dengan mata hati. Dunia akan lebih berwarna kalau kamu bisa.


Kisah Alex ditutup dengan Jujur Itu Mahal! yang terasa personal tapi mengandung pelajaran moral.

Pada akhirnya, kebenaran dan kejujuran akan membebaskan dan melegakan. Dan pada akhirnya, orang yang berbesar hati akan menertawakan kesalahannya sendiri tanpa beban.


Saya ngasih bintang lima untuk buku kuning dengan judul yang eyecatching ini dan memasukkannya dalam daftar buku favorit saya. Saya tidak menemukan typo, plus ada bonus komik di antara halamannya. Buat kamu yang mencari buku ringan tapi isinya dalam, jangan melewatkan buku satu ini. Hidup Alex mungkin ga hebat, tapi buku ini amazing!! Semoga Alex ga berhenti nulis buku ya…
Profile Image for Mia Prasetya.
403 reviews268 followers
September 20, 2012
Sebelum bercerita tentang buku #TNSALOA, cerita soal awal mulanya saya ngefans berat sama doi dulu gpp yak :D

Berawal dari follow akunnya di twitter, kicauan khas Alexander Thian mulai mewarnai hari saya, kalau lagi bete atau lagi bosan menunggu pas ga baca buku yang saya klik di ‘go to user’ ya pasti @aMrazing :D Tweet-tweetnya itu RTable, ceplas ceplosnya bikin ngakak, tweet mellownya pengen klik jadi favorite mulu atau lebih seru lagi kalau doi berantem dengan fans beratnya penyanyi Indonesia berkaliber internasional itu :p

Tulisannya sebelumnya sudah pernah saya baca di kumpulan kisah The Journeys dan siapa sangka review The Journeys di blog ini dikomentarin langsung oleh @aMrazing. Akkk, senang!

Makanya saya yang jarang banget beli buku pre order, langsung sigap memesan buku The Not-so Amazing Life of @aMrazing! Tak butuh waktu lama untuk membaca habis buku #TNSALOA, sampai pacar saya bengong, kadang ketawa ngikik, eh sebentarnya berkaca-kaca.

#TNSALOA terbagi menjadi 14 cerita unik tentang pelanggan-pelanggan ajaib Alex saat ia memiliki konter HP.

1. Bapak Yu jam ai jam yang ngotot pengen lagu My Heart Will Go Onnya Maria Kere.

2. Mbak-mbak bohay yang nyimpen kondom bekas Ona Sutra *kalau ga salah dulu @aMrazing pernah ngetwit soal Mbak ini deh*

3. Bapak pemilik HP yang punya nama Pelangi *perhatian baca bagian ini diharapkan di tempat sepi biar ga kliatan gila ngakak-ngakak ga jelas*

4. Dummy seharga 2 juta yang sukses membuat saya menitikkan air mata. Duh, apa kabar Rama sekarang ya?

5. Anak kecil kembaran Pretty Asmara yang bawaannya pengen nampol dan sedihnya sering kali saya jumpai anak macam begini sekarang.

6. Bab yang berjudul Amnesia Mendadak selain lucu juga berjasa menambah kosakata permisuhan saya. ‘sapi’ ‘sapi berkoreng’ ‘sapi budukan’ dan ‘sapi bersusu jumbo’ :D

7. Kali ini kita melihat Alex yang apes kuadrat kena nafas bau neraka plus ‘digajahi’.

8. That awkward moment antara ibu berkonde tinggi dan ibu polos yang kebingungan softwarenya yang harus di’flash‘.

9. Takjub-takjub dengan kisah loper koran yang punya Nokia N70 plus selera musiknya juara. Tak hanya itu, saya juga belajar untuk tidak menilai dari luarnya saja, di jaman everybody judges everbody kita diingatkan kembali untuk mendalami arti ‘beauty is only skin deep‘. Touching!

10. Bapak dangdut terorejing, Alex kembali mengalami hari dengan pelanggan bernafas naga :p

11.Manajer masturbasi, kisahnya mirip-mirip pengalaman @vabyo di Kedai 1001 Mimpi hanya saja nama bapak ‘Kokcoli’ ini fenomenal! Dan beneran deh, bolak balik saya bingung kok bisa ya kejadian aneh-aneh selalu menyertai hidup Alex? Sudah ditakdirkan untuk buat buku selanjutnyakah? #kodebuatkohAlex

12. Pelanggan selanjutnya adalah khas tipe pejabat Indonesia bedanya yang ini pake Virtu bukan Vertu.

13. Preman jadi-jadian, another tragic day buat Alex dan menjadi hiburan buat pembaca :D

14. Terakhir. Jujur itu Mahal yang saya tangkap sangat personal, terbukti quotenya yang dalem banget.

Sometimes, acceptance is the hardest thing to do. Not because we can’t, but because we just don’t want to. We hold on to things that are no longer there, because we’re not ready to go.

Ditutup dengan kalimat ‘Dan pada akhirnya, orang yang berbesar hati akan menertawakan kesalahannya sendiri tanpa beban’, 4 bintang untuk pelanggan-pelanggan fenomenal dan tulisan khas @aMrazing!

Kalau bisa diumpamakan sebagai penonton di penutup konser-konser artees, kali ini saya akan joget-joget sambil berkata, “We want more, we want more!” :)

Ditunggu buku selanjutnya ya Mas Alex or should i say Mas Gordon Levitt? :p

Bagi penggemar buku macam Kicau Kacaunya Indra Herlambang dan Kedai 1001 Mimpinya @vabyo, buku ini wajib baca, apalagi bagi follower-followernya. Belum pernah dengar tentang penulis, silahkan follow twitternya di @aMrazing dan tumblrnya di amrazing007.tumblr.com.
Profile Image for Caca Venthine.
372 reviews10 followers
December 18, 2012
Jujur aja beli buku ini bkn karena pengarangnya yg mgkin bsa disebut (sorry) "selebtwit" :p Prtma kali bca TNSALOA itu minjem dr tmen kantor,tp pas baca nih buku gk tw knpa HARUS PUNYA ini buku.. Dan akhir nya,berhubung gw sibuk *alaahh* dan gk sempet ke Gramedia buat beli nih buku,jd gw mesen online di @bukabuku (udh pelayanannya oke,dpt diskon lg :p)

Jadi setelah buku yg dipesen udh nyampe,mulailah gw baca ulang lg. Ceritanya ngalir banget,dr awal bab gk akan pernah berhenti ketawa (ya kecuali yg dummy seharga 2jt,itu mah bikin air mata gw ngalahin banjir yg di perumahan Pondok Arum) Oke sorry jd ngaco gini,balik lagi ke cerita ya. Gk tau kenapa gw suka aja sama gaya tulisan ko Alex,ringan,enak dibaca dan langsung menyerap ke otak #eeaa

Tapi jangan salah,ini buku gk cuma bkin kita ketawa aja,walau mungkin bsa dibilang ini buku "komedi" tp di dlm buku ini ada byk pelajaran yg bsa kita petik. Pas baca nih buku yg ada "pelajaran2nya" gtu lgsung aja gw mikir,iihh kok pas banget ya sama gw? Gw jg suka begini nih (re: judge org cm karena liat penampilannya aja) Jadi pas baca nih buku,mulai sekarang gw jd suka mengurangi utk gk ngejudge org lg krna penampilannya,ya mungkin harus berpikir2 berulang kali buat ngelakuinnya hahaha :p

Gk perlu ngarang cerita lucu untuk dibikin sebuah buku,tapi kejadian nyata kita pun begitu lucu dan beragam. Gw kasih 4 bintang buat nih buku ya ko Alex :p Suka sama buku lo,dan berharap buku ke2 nanti halamannya lebih banyak ya,kalo perlu kaya Harry Potter 5 or 7 :p Kekurangan dari buku lo ini cm terletak di covernya yg biasa aja,dan juga halamannya yang kurang byk ._. (gk blh marah,hrus trima kritikan jg)

Pernah waktu itu pas lg baca nih buku,temen yang tinggal di Aussie telepon dan denger gw lg ketawa2,trus dy nanya kenapa? Gw ceritain deh ttg buku TNSALOA,eh jeleknya dy minta gw kirimin nih buku kesono (udh mikir ongkosnya berapa yaa) Seakan itu blm ckup,trnyta dy cerita jg ke temennya yg disono,alhasil tmennya pd mau dan jadilah gw kirimin ini buku 3 BIJI!! (3 buku TNSALOA+ongkir ke Aussie) -____-!! Iya sih gw suka banget sama nih buku,tp kalo gw tekor jd mikir2 lg deh buat suka #plakk

Jadi yauda sih itu aja yang mau diceritain (jari pd pegel) maap kalo kepanjangan ya,moga suka,gk suka yaa ttep harus suka.. Btw,ini buku komedi pertama yg gw punya lho,buku komedi yg dari...uummm uummmm selebtwit yg....yaa gitu deh (you know who,gk enak nyebutnya) ya jadi gtu deh moga ngerti apa maksud gw #ditampar Jadi yauda deh ya gw ngetiknya udahan. Udahan nih udahan. Matiin nih matiin.. Bye muggles. Mischief Managed *NOX!! :p
Profile Image for Ainun M..
68 reviews6 followers
August 28, 2012
Satu hal yang langsung lewat di otak gue setelah baca cerita pertamanya Alex “Maria Kere Vs. Selin Dion”: Eh sumpah, jaga konter aje bisa bikin buku. Gue juga mauuuu!!

Alkisah, bermodal rasa ingin tau yang hampir meledak, malam itu juga gue ngacir ke bukabuku.com dan order buku ini sama Kala Kali. Paginya langsung transfer, dan tadi siang nyampe. Woaa!! Makasih bukabuku.com, pelayanannya muantep!

Gue langsung meluncur ke Benteng di Bukit Tinggi - ceritanya gue di Padang Panjang nih, 30 menit kesana. Kenapa jauh amat? Karena gue udah lama banget nahan kebelet pengen baca, dan ketika udah ada buku di tangan, gue ga mau ada yang mengganggu. Hahahahha... Sok sibuk ye, padahal selama baca kaga ada juga yang nyari/telpon/sms.

Benteng ini Central Park versi imyut nya geto, jadi adem. Sebelahan sama kebun binatang, jadi tentram buat jadi tempat kontemplasi diri dan merenungkan masa dep... Oke, sori. Obsesi jadi travel-writer masih suka kumat :b

The Amazing @aMrazing (karena emang lebih pantes disebut amazing tanpa 'the not so') ini abis gue lahap dalam dua kali duduk, karena pada halaman 151 gue harus ke kamar mandi dulu (padahal udah lama banget nahan tapi gara-gara sayang tetep dipertahankan, oh I love you, kak Alex!), lalu lanjut lagi setelah lega dan plong.

Isi bukunya bener-bener memblender perasaan. Sekali lucu, gue ngakak sampe guling-guling ulet bulu nahan diare. Semua paporit gue, ga ada yang gue ga suka. Paling suka pastinya isi bukunya, plus cover mantep, layout top, fisik dan rohani buku ini top markotop dah! Mulai dari Kondom Ona Sutra yang dijadiin jimat, Napas dari Neraka dari makhluk yang berjiwa sosial tinggi, anggota dewan yang punya hape 35jeti karna saking begonya, hahhahahha... Semua dah!

Tapi... Sekalinya sedih, gue nangis sampe akhirnya terbenam muhasabah diri setengah jam. Kesabaran pak Soni dan ajaibnya Rama... Gue bener-bener terdiam, ga kerasa itu adalah cerita dengan jumlah halaman terpanjang (kalo gue ga salah itung sih :b )

Gue kasih ni buku 5 stars. Worth the wait, worth the time, worth the laughter, and worth the tears. Highly recommended! XD
Profile Image for Mark.
1,284 reviews
May 18, 2015
Sometimes, acceptance is the hardest thing to do. Not because we can't, but because we just don't want to. We hold on to things that are no longer there, because we're not ready to let go.

-- Quote from "Jujur Itu Mahal!", last chapter in this book.
Profile Image for Meiliana Kan.
242 reviews52 followers
May 19, 2018
Kalau aku harus menggambarkan buku ini dalam satu kalimat, maka kalimat yang akan ku lontarkan adalah "small things matter". Karena buku ini memuat kisah-kisah sederhana yang seringkali kita anggap angin lalu. Kisah sederhana yang sebenarnya kalau mau ditelaah lagi bisa menjadi kisah yang unik dan sayang kalau tidak dibagikan. Kisah sederhana yang bikin ngakak, seperti misalnya saat ada seorang bapak yang ngotot kalau pengisi soundtrack Titanic adalah Mariah Carey alih-alih Celine Dion. Kisah yang bikin miris dan seolah menjadi pengingat untuk berlaku baik, seperti kisah si anak manja yang minta dibelikan iPhone padahal hp nya masih bagus dan akhirnya mamanya terpaksa menjual hp kiliknya untuk membelikan si anak kesayangannya sebuah iPhone, semata-mata agar dia bisa pamer ke temannya.

Penulisnya benar-benar apik membuat sebuah cerita sederhana menjadi cerita yang penuh emosi. Setiap bab terlewati perasaanku pasti selalu berubah-ubah. Di bab 1 aku ngakak banget, lalu bab berikutnya bisa terharu sampai nangis. Duh suka banget sama buku ini pokoke.
467 reviews
November 5, 2013
Agak was-was ya.... beli buku ini, bisa semacam jebakan batman. Secara ini buku Selebtwit, dan aku dah berkali-kali ketipu gitu. Bukan ketipu sih sebenarnya, cuma sering kecewa karena yang didapat gak sesuai dengan ekspektasi dari hasil promo besar-besaran di twitter.

Mulai dari buku falla adinda, Dwitasari, Bernard Batubara, Dokter Ferdiriva, Oka LandakGaul, .... gak ada yang bagus -_-

Tinggal Chachathaib aja yang belum. Sengaja nunda-nunda beli, ntar aja deh kalau dah gak ada bacaan :p

Trus... ntar ya, aku kata pengantar dulu.

Tahu buku ini berkat Andra. So, thanks buat kak Andraaa...hahaha, yang terus ngerecokin tentang buku ini dan bilang "bagus ini bukunya! bagus!" sampai aku penasaran dan akhirnya follow @aMrazing (juga gegara kak Andra sering retweet tweet nya).

Heh, dirimu dibayar berapa sama koh Alex buat promosiin bukunya??? *ngomong sama tembok yang anggap aja Andra* Hahaha.

Waktu beli buku ini, aku yakin banget pasti bagus! (walau masih adalah sedikit rasa takut gak sesuai selera hehe). Tapi aku yakin, karena ratingnya di GR bagus banget, dan GR mah gak pernah bohong :)))

Buku ini: 3,5 bintang yang lebih condong ke 4 bintang. Ya. Itu penilaianku!! X)

Ini buku sumpahh dehhh, nggak banget!! Nggak banget, dalam arti hal karena dah bikin aku yang dari mesem-mesem sampai ngakak guling-guling plus gebuk-gebuk bantal!! =]] Dannnn... sial! Sempat nangis dua kali. Pertama waktu cerita yang tentang Pak Soni dan anaknya yang autis, Rama. Nangis disertai emosi. Emosi sama si penipu :( Pengen rasanya nyari tuh orang trus paksa dia baca buku ini! Mau liat hatinya terbuat dari apa?? :(((

Sisanya... berkaca-kaca...

Dan i feel guilty, saat lihat tingkah seorang anak SD ke ibunya yang ngotot banget keinginannya harus dipenuhi :'((

Aku berkaca-kaca... Begitu besar kasih sayang seorang ibu... Jadi berpikir, apakah aku selama ini juga berlaku seperti itu? :'( Jadi sedih...

Ahhh...ya gitu lah, emosiku dipermainkan saat baca ini. Kayak lagi ngendarain the roller coaster. Sekejap ngakak gila-gilaan, sekejap lagi dah emosi sampe ubun-ubun, sekejap lagi dah berkaca-kaca aja, sekejap lagi dah bergulir air mata, sekejap dah nyengir lagi, sekejap kemudian ngakak lagi, dll begituuuu terusss sampai kelar bacanya.

Recommended banget ini untuk dibaca!!

Mau kritik??

ada!


Buku ini banyak kurangnya!

Kurang banyaaakkkk ceritanya! Kurang tebel!! Harusnya lebih tebel dari Breaking Dawn, biar ceritanya banyaaakkkk! I want moreeeee~
Profile Image for an.
113 reviews
April 20, 2016
Jujur, saya beli buku ini karena saya sudah follow Twitternya @aMrazing selama kurang lebih 2 tahun. Jujur, saya sukaaaa banget sama tweet-tweet dia, walaupun kadang ada tweet yang nyeleneh dan ga asik. But overall, gaya bercerita, atau mungkin malah gaya nge-tweet-nya @aMrazing itu keren. Mangkanya saya beli buku ini. Saya berharap di buku ini dia bisa menghibur saya sama seperti bagaimana tweetnya menghibur saya selama ini.

Tapiii... ternyata ekspektasi saya salah. Saya namatin buku ini kurang lebih satu bulan. Padahal biasanya mah 3-4 jam juga buku ludes saya baca. Satu cerita lewat.. Dua cerita lewat.. Tiga cerita, ah tidak ada yang bisa memancing tawa saya. Sampai akhirnya saya bosan dan meletakkan buku ini. Di bawah meja kerja saya. Sampai tadi sore saya ambil lagi sebagai teman makan siang saya.

Lanjut baca cerita demi cerita.. Hasilnya tetap sama. Pengungkapan ekspresi Alex tetap sama. Penggunaan kata yang terlalu sering berulang. Bahkan ada di satu baris dia menulis kalimat ekspresi yang sama persis dengan dua baris selanjutnya. Tidak jadi masalah seharusnya, kalau buku ini bukan bergenre mengarah ke komedi. Dan sebagai penikmat tweet-tweet Alex, sayang sekali, buku ini tidak mengundang tawa. Sedikit pun.

Tulisan pertama Alex yang saya baca adalah kisah perjalanannya di buku The Journeys 1. Di situ dia berbeda. Tulisannya baguuuus sekali. Ditambah dengan foto-foto travellingnya. Rasanya mengalir saja. Tidak seperti buku perdananya ini.. Garing.

Dan untuk pertama kalinya, saya menyesal membeli suatu buku. Lagi-lagi, sayang sekali.
Profile Image for Ratna Sofia.
2 reviews30 followers
February 5, 2017
Lepas dari beberapa part yang agak garing, sesungguhnya buku ini mengandung banyak humor renyah yang ga dipaksakan. Lewat mata Alex si kokoh-kokoh konter, gue jadi ngelihat dan ngesain juga real life dan nilai yg bisa dipetik. Ada aja yang bisa dijadiin bahan kontemplasi.

Homo homini lupus. Manusia adalah serigala untuk manusia lain. Gambaran terbaik untuk kaum milenial abad ini. Thankyou mas Bambang buat pesannya ya :)

Oh ya, bab terakhir jadi favorit gue. Tentang cerita si Gay yang mau nikah. Bukan, bukan tentang orientasi seksualnya yang jadi masalah, tapi demi pembenaran untuk bersembunyi di balik statusnya. Too unfair to someone else.
Profile Image for Winna.
Author 18 books1,966 followers
December 8, 2012
Buku ini saya terima dari buntelan surprise Gagas Media (threesome, namanya) yang disandingkan dengan Kala Kali.

Sabtu pagi ini, entah kenapa saya ingin membacanya. Kisah hidup yang dirangkai dengan balutan komedi, ringan tapi penuh renungan. Beberapa membuat saya senyum-senyum, trenyuh, dan terharu. Beberapa penuh pengulangan kata dan ada sedikit pengulangan kisah atau renungan yang mirip, tapi keseluruhan buku ini sangat menghibur.

Saya rasa, style penulis memang sangat spot on untuk buku-buku semacam ini :D
Profile Image for Daniel.
1 review
August 25, 2012
i loved this book.... it makes me think that a humble heart is really need in this life.... and always give thanks for all we have today... recommended novel.... :)
Profile Image for Sulis Peri Hutan.
1,056 reviews294 followers
May 5, 2015
Siapa sih yang nggak kenal @aMrazing? Yang suka maen twitter dan suka ngefollow para selebtwit pasti nggak asing sama akun yang satu ini, akun yang terkenal dengan kenyiyiranya. Tahun kemaren bisa dibilang tahun kejayaan para selebtwit, kenapa? Hitung deh buku-buku jebolan dari para selebtwit. Saya nggak skeptis, kalau saya biasanya akan lebih memilih pinjem atau beli seken, atau kalau kumcer saya akan membeli buku dari penulis yang saya pernah baca karyanya, nggak mau beli kucing dalam karung, baru deh dalam proses ini saya bisa menemukan penulis yang tulisannya saya sukai, contohnya di buku Cerita Sahabat dan Cerita Sahabat 2 (reviewnya nyusul :p) saya menemukan dua penulis newbi yang ceritanya saya suka banget. Dan saya setuju sama perkataan dedek @ndarow, walau aji mumpung, setidaknya mereka membangkitkan semangat baca anak muda jaman sekarang, di mulai dari bacaan ringan kayak Pocooong siapa tahu mereka ngak sengaja kenalan sama bukunya Gabriel Garzia Marquez, sebut saja Seratus Tahun Kesunyian (yang dua tahun tetep nggak ada progesnya *mukok-mukok*).

Kalau lihat review di goodreads dan teman BBI yang lain, rating buku ini cukup bagus, bahkan si empunya buku ini memberikan nilai penuh. Sebelumnya saya pernah membaca tulisan @aMrazing di buku The Journeys dan Cerita Sahabat, menurut saya masih biasa, belum bisa mengambil hati saya sehingga belum bisa memaksa saya untuk membeli buku ‘egois’nya ini.

Buku ini berkisah tentang pemgalaman penulis ketika masih mempunyai konter Handphone yang sekarang malah kesasar menjadi penulis scenario (pernah nonton Putih Abu-Abu?). Ada 14 cerita dan kalau benar semuanya kisah nyata, penulis benar-benar sangat beruntung bertemu dengan orang-orang yang LUAR BIASA.

1. Maria Kere Vs Selin Dion

Pengalaman penulis bertemu dengan seorang bapak yang ngotot kalo yang nyanyiin My Heart Will Go On itu adalah Maryah Carey.

2. Kondom Ona Sutra

Pengalaman penulis bertemu seorang ababil yang dandanannya kayak girl band Korea tapi selera musiknya dangdut Pantura. Yang heboh adalah ketika si ababil gagal ngrayu biar dapet gratisan, ketika dia membuka dompetnya untuk mengambil uang ada sesuatu yang jatuh dan dipunggut oleh penulis yang ternyata ….. *bergidik jijik*

3. Fesbuk Oh Fesbuk

“Status social seseorang dilambangkan dengan handphone yang dia punya.”

Pengalaman penulis bertemu dengan orang gaptek, ndeso! Ndeso! Ndeso! *muncrat ala Tukul*

“Terkadang manusia memang hanya memandang penampilan luar. Menghakimi bahwa sebuah buku pasti jelek isinya hanya karena cover yang buruk.”

4. Dummy Seharga Dua Juta

Pengalaman penulis bertemu dengan seorang bapak yang ditipu sampai dua juta yang ternyata handphone yang ingin diservis itu adalah HP Dummy. Replika dari handphone asli yang kalau dijual hanya laku 50k. yang mengharukan adalah bapak itu ingin memberikan handphone tersebut sebagai hadiah ulang tahun untuk anaknya yang autis.

“Namanya juga hidup, Dek. Ditipu adalah bagian dari kehidupan supaya kita bisa belajar. Berhati-hati, nggak gampang langsung percaya sama orang.”

5. Nggak Canggih, Nggak Gaya? Nggak Gaul!

Pengalaman penulis bertemu dengan seorang ibu dan anak yang maksa ingin punya HP paling mahal dan keluaran terbaru. Padahal uang ibunya nggak cukup dan si anak tanpa pri kemanusiaan, lebih mementingkan rasa malu di depan teman-temannya tanpa mengindahkan kondisi keuangan ibunya.

“Tak habis pikir, tak habis mengerti. Kasih seorang ibu kepada anaknya memang terkadang tak masuk akal.”

Membaca bagian ini jadi mengingatkan saya jaman SMA dulu, sejak kelas satu temen-temen udah pada ‘megang hp’, bahkan udah ada yang dari SMP, dulu HP masih WAH, sedangkan saya? Kelas tiga SMA, mau lulus baru dibelikan Hp, waktu pulang les kesorean, kendaraan umum udah nggak ada, nunggu jemputan lama banget, nagis sesegukan di jalan lagi, baru deh ada rencana mau dibelikan hp –“ Rasa iri, pengen pasti ada, ada sedikit rasa ingin ngeyel kayak ababil di cerita ini tapi ketika mendengar penjelasan ibu saya jadi maklum, waktu itu saya masih belum memerlukan hp, masih satu rumah dengan ortu, masih deket dengan ortu, sedangkan kalau ingin ngobrol sama temen bisa dilakukan di sekolah. Tuh kan, saya jadi kangen sama ibu.

6. Amnesia Mendadak

Pengalaman penulis bertemu dengan seorang penyanyi yang terkenal dengan dandanan menor dan busana hebohnya, sayangnya kekhasan penyanyi itu malah membutakan penulis sehingga tidak mengenali dia siapa.

7. Napas Dari Neraka

“Hobi mengamati manusia adalah hobi yang paling menyenangkan dan paling murah. Dan manusia adalah gudang tawa, sekaligus tempat untuk bercermin.”

Pengalaman penulis bertemu dengan anak SMP yang bau mulutnya kayak bangkai binatang, nggak cumin itu, penulis berhasil dikadalin dan berhasil melarikan diri tanpa membayar.

8. That Awkward Moment

Pengalaman penulis bertemu dengan orang-orang aneh (dari tadi kali). Bertemu komplotan lima laki-laki yang membeli hp, ibu-ibu yang softwarenya harus di flash ulang dan ngotot bertanya kenapa mesti nginep dua hari dan terakhir bertemu dengan pasangan suami istri yang protes agar penulis mengembalikan uang dari komplotan tadi yang ternyata hasil curian.

9. Don’t Judge The Heart By The Look

“Mungkin salah satu kerjaan yang paling enak adalah nge-judge orang lain. Everbody judges everybody.”

Pengalaman penulis bertemu dengan orang yang dikiranya nggak punya duit, hp-nya jadul, memori hp-nya 256MB, dan mau donlot lagu dangdut/melayu. Kenyataannnya, penulis bertemu dengan seorang agen Koran besar, hp-nya N70 Black (yang sekarang setara dengan iPhone 4), lagu-lagu yang di donlotnya Frank Sinatra, Alan Parsons Project, Pink Floyd, pokoknya yang anti mainstreams, dia juga mempunyai istri yangs angat cantik, mantan pembantu yang bacaannya The Jakarta Post.

“Ada satu pepatah bahasa Latin yang artinya dalem, Lex. Homo homini lupus. Manusia adalah serigala untuk manusia lain. Kita sudah terbiasa menilai orang berdasarkan penampilan luar. Kalau pada pandangan pertama ndak bikin efek ‘wah’, kita akan mengganggap rendah orang tersebut. Kita akan bertindak superior, mendakwa orang itu pasti lemah. Lingkungan mengajarkan dogma tersebut. Padahal, menilai orang dari kulit luar sebenernya kan jahat. Kita nggak member kesempatan ke diri kita untuk mengenal lebih jauh. Kita cuma melihat apa yang seharusnya kita lihat, kita lupa, beauty is only skin deep.”



“Prinsip saya, kalau mau pasti bisa, ndak ada itu istilah ndak bisa. Adanya, mau atau ndak? Gitu…”



“Belajar melihat dengan mata hati, Lex. Dunia akan lebih berwarna kalau kamu bisa.”

Kalau bagian ini menjadi salah satu kisah hidup favorit penulis, bagian ini menjadi favorit saya di buku ini.

10. Dangdut Halitosis

Pengalaman penulis bertemu dengan pemuda yang nggak bisa bedain mana iPhone, mana iPod Touch dan bapak-bapak dengan penampilan perlente. Mobilnya aja Marcedes, ketika donlot lagu pake nawar (konter Alex menjual lima lagu sepuluh ribu, mahal juga ya XD)

11. Manager Masturbasi

Pengalaman penulis bertemu dengan manager mesum di mall di amna konter penulis bermukim. Yang hobinya nonton bokep selalu mengacuhkan protes kalau di suruh menghidupkan AC, baru deh ketika dipergoki sama Alex dia menuruti ancamannya, sayangnya nggak bertahan lama.

12. Saya Anggota Dewan Y U Know?!

Pengalaman penulis bertemu dengan orang yang sok tahu, sok berkuasa, orang kaya baru yang belagu, orang yang hobi ngeyel, dan orang yang super sombong.

Nah, kalau ketemu orang macam ini saya pernah, beberapa kali di tempat kerja, ngakunya berpendidikan tapi nggak tahu caranya bersikap. Kalau ingin dihargai orang lain kita juga harus mengahargai orang lain, kalau nggak menginggat keluarganya yang sakit, behhhhh.

13. Preman Jadi-jadian

Pengalaman penulis bertemu dengan palang parkiran.

14. Jujur Itu Mahal

Pengalaman penulis bertemu dengan perempuan yang nggak menyadari kalau calon suaminya gay.

“Buat gue, apa pun orientasi seksual elo, nggak akan jadi masalah, asal jangan merugikan orang lain. Bahkan jika elo nafsunya sama taplak meja atau kotak rokok, silahkan aja. Yang penting jangan mencari status dengan menikahi perempuan yang nggak tau apa-apa.”



Pengalaman penulis bertemu dengan….. udah abis ceritanya woi!

Saya bahas cover dan tampilannya dulu. Simple, hanya berisi tulisan aja, kalau menurut pemikiran awam saya, karena judulnya terlalu panjang dan akan penuh kalau di kasih gambar macem-macem jadinya cukup tulisan aja, kalau masalah warna mungkin itu warna favorit penulis *meringis*

Untuk tampilan dalemnya, karena buku ini bercerita tentang handphone, tampilan daftar isinya pun serupa dengan tampilan handphone versi nyata, jenius deh yang buat, cocok banget. Selain itu, ada ilustrasi komik yang kocak, yang mewakili beberapa cerita.

Nah, untuk tulisannya. Jujur, saya jauh lebih suka buku non fiksi ini dari pada cerpen fiksi Alex yang pernah saya baca sebelumnya. Tulisan lebay-nya sanggup membuat saya tertawa, cerita tentang Dummy Seharga Dua Juta dan Don’t Judge The Heart by The Look sanggup membuat saya terharu, dalam hal ini saya rasa Alex berhasil menggungkapkan apa yang pernah dia rasa ke pembacanya. Bahkan, mungkin Alex lebih berbakat menulis non fiksi dari pada fiksi, atau buku komedi mungkin? hehehe ini menurut saya loh.

Setelah membaca buku ini (yang sebenernya udah tahun lalu) saya memberikan nilai 3,5 sayap. Entah kerasukan apa ketika membuat review ini penilaian saya berubah, saya menginggat kembali masa-masa ketika pertama kali mempunyai hp sampai sekarang, kalau menuruti teknologi yang makin hari makin maju mah….. nggak akan ada habisnya XD.

Mumpung lagi baik hati, tidak sombong dan selalu bokek, saya kasih buku ini….

4 sayap untuk TOREROREJING.

read more: http://www.kubikelromance.com/2013/01...
Profile Image for Haryadi Yansyah.
Author 14 books62 followers
February 21, 2017
Aku terharu. Akhirnya bisa baca bukunya si Alex, seleb twit paling ngehits-cetar-membahana (masalah followers banyak bot urusan belakangan. Twitter Audit, please. -aduh maaf aku nyinyir). Dulu banget "kenal" Alex di blognya multiply. Sempet "temenan" gitu deh. (pake tanda petik, biar nggak disangka ngaku-ngaku). Setelah multiply tewas (pas banget peluncuran buku The Journeys kayaknya), mulai hilang kontak dan tadaaa, sekarang belio tersohor banget.

Oke-oke, ini bukan FB atau blog hosip-nan-gak-hot. Ini Goodreads. Jadi aku kudu kasih komentar dikit tentang bukunya.

Buku ini aku curi-curi-baca di gramedia. Sayang duit buat beli (di pojokan sana ada yang tereak, "boooo Yayan kere" emang sih :p). Jadilah, berbekal pinjeman temen, aku akhirnya bisa menuntaskan buku ini.

Bukunya oke. Bercerita tentang pengalaman Alex saat belum jadi buzzer eh pas jadi pemilik konter hape. (Sekarang mah, sekali kedip aja itu untung 100 hape bisa didapetin sama Alex -aduh Yayan, kok nyinyir lagi, sirik ya?). Banyak cerita seru saat menghadapi pelanggan konter yang untungnya masih manusia semua, bukan makhluk goib atau dedemit hehe.

Aku paling suka cerita si bapak loper koran yang sekarang jadi pengusaha besar. Asli itu ceritanya bagus banget, Lex *ini ngomong dengan gaya sok akrab gitu muahahaha.

Sisanya, bagus juga. Walaupun ada beberap tulisan yang kayaknya dipanjang-panjangin. Tapi overall, aku menikmati buku ini. Penasaran sama bukunya yang satu lagi itu. Itu yang dipegang sama pak Jokowi (disuruh Kaesang ya?). Bagus gak ya? ada yang mau pinjemin? Atau Alex mau kasih aku buku itu pleees cap bibir Hugh Jackman?

3,2/5
Profile Image for Tika Nia.
222 reviews4 followers
October 11, 2022
"Homo homini lupus. Manusia adalah serigala untuk manusia lain. Kita sudah terbiasa menilai orang berdasarkan penampilan luar. Kita cuma melihat apa yang ingin kita lihat, bukan melihat apa yang seharusnya kita lihat." (h.116)

The Not-So-Amazing Life of @aMrazing📱
✍🏻 Penulis: Alexander Thian @amrazing
📕 Penerbit: Gagas Media @gagasmedia
📆 Tahun Terbit: 2012 (Cet. Kedua)
📑 Halaman: 220
🔖 Genre: Lifestyle (17+)

Alex menjadi penjaga konter HP di sebuah mall di ibu kota. Selama bekerja di sana, salah satu hobinya adalah mengamati pelanggannya. Tak jarang dia tertipu oleh penampilan mereka.

"Kumal bukan berarti miskin atau kampungan. Sederhana bukan berarti tak canggih. Bertampang preman bukan berarti penjahat. Penampilan dan gaya yang di bawah 'standar', bukan berarti bodoh" (h.115)

Total ada 14 kisah dalam buku ini. Masing-masing disajikan dengan gaya bahasa yang ringan dan asyik. Beberapa akan membuat kita terharu atau bersedih, beberapa membuat kita tertawa, ada juga yang membuat jengkel ataupun marah.

Mulai dari bapak-bapak yang ngeyel dan sok tau hingga bapak-bapak anggota DPRD yang gila hormat. Mbak-mbak modis yang suka dangdut, mbak-mbak alay hingga seorang ibu yang sangat memanjakan anaknya. Adakah gambar kita dalam kisahnya? Atau barangkali kita pernah mengalami kisah yang serupa?

⚠️ Secara keseluruhan aku sangat menikmati buku ini, ringan tetapi banyak pelajaran yang bisa diambil. Namun beberapa bagian ada yang cukup vulgar sehingga tidak direkomendasikan untuk yang belum berusia 17 tahun.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Profile Image for Stebby Julionatan.
Author 16 books55 followers
November 11, 2012
Tulisan ini dimuat di harian Radar Bromo (Jawa Pos Group) Minggu, 11 November 2012

GADGETDISTRY, SEBUAH CABANG TEORI PSIKOANALISA BARU

Buku ini... terasa pas untuk Anda yang terbiasa menilai seseorang dari penampilannya. Untuk Anda yang takut nggak dibilang gaul karena nggak punya HP atau gadget keluaran terbaru. Atau, untuk Anda yang masih suka nawar dengan nilai penawaran yang mencekik padahal bawaan Anda adalah Mercedes keluaran terbaru.

Buku ini... memang pas banget dihadiahkan untuk mereka yang bossy, sok gaul, padahal kenyataannya ga bisa membedakan antara facebook dan internet, antara HP rusak dengan HP nge-hang dan butuh di-flash. Untuk mereka yang ngakunya sosialite tapi kenyataannya nggak bisa ngebedain mana barang asli dan mana barang KW, dan juga... (kali ini untuk yang terakhir) untuk mereka, para cewek lugu bin ababil, yang pengen mengembangkan gaydar-nya.

Silahkan Anda beli buku ini.

Tahun ini (baca: beberapa tahun belakangan) buku dengan genre seperti ini (buku yang diangkat dari catatan-catatan blog) memang lagi laris dan mewabah. Tercatat, ada pemain lama, si Kambing Jantan Raditya Dika dengan buku terbarunya Manusia Setengah Salmon, comic-kus Pandji dengan Nasional.is.Me-nya atau Soleh Solihun dengan Celoteh Soleh. Lalu ada Trinity, yang amat sukses dengan serial TNT-nya, yang kini sudah menginjak buku keempat. Terakhir, ada kisah petualangan unik si Vabyo (Valiant Budi) saat menjajal jadi TKI di Timur Tengah, yang terangkum dalam catatan renyah namun berbobot, Kedai 1001 Mimpi.

Jadi, kalau sekarang kita mengenal si @aMrazing (baca: Alexander Thian) lewat buku The Not So Amazing Life of @aMrazing, memang kenyataannya buku ini nggak amazing banget.

Secara kasat mata, bagi saya yang sudah membaca buku milik Vabyo, dengan teknik menulis mereka yang sama (teknik menulis dengan meng-hiperbola-kan semua keadaan, didramatisir, atau dalam bahasa gaul dikatakan men-lebay-kan keadaan) saya menilai buku ini biasa saja. Emang bener-bener not so Amazing.

Itu secara kualitas.

Tapi... sebagaimana yang dikatakan oleh Alexander Thian sendiri dalam bukunya, Don’t judge the heart by the look, dari segi ide, buku ini pun tidak dapat dipandang sebelah mata.

Untuk Anda yang terbiasa hidup dan berkutat dengan pekerjaan yang monoton, pekerjaan yang itu-itu saja –bangun pagi, mandi, berangkat kantor, pulang, tidur, istirahat, menyimpan tenaga untuk besoknya harus bangun pagi lagi, mandi lagi dan berangkat kantor lagi seperti Alex, idenya untuk menulis tentang dunia yang tak biasa (amazing life) dari dunia seorang pedagang (baca: penjaga) counter HP, sungguh luar biasa. Sungguh di luar kotak. Out of the box!

Bayangkan bila kehidupan kita seperti Alex, bekerja pada sebuah counter HP pada sebuah mall yang hampir bobrok, yang di sana isinya semuanya pedagang HP, panas, seuplekan, benar-benar sebuah kehidupan yang homogen dan (tentu saja) monoton, bisakah kita sekreatif Alex?
Jangankan kita jadi sekreatif Alex yang tak henti memotret keadaan sekelilingnya dalam blog-nya, rasanya nulis satu kalimat aja kita sudah malezzz. Tergerus oleh rutinitas yang monoton tersebut.

How lucky Thian!

Dari 14 bab yang disajikan dalam buku ini, bagi saya yang paling amazing adalah bab ke 9, Dont Judge The Heart by The Look. Kisahnya tentang Mas Bambang, seorang tukang loper koran yang sederhana, yang semua orang pasti memandangnya sebelah mata. Tapi, rupanya di balik kesederhanaanya itu, dialah sosok Diva dalam Supernova-nya Dewi Lestari (Dee). Sebuah paradoks.

Sebagaimana Diva, Mas Bambang adalah sosok yang tak terkotak oleh persepsi umum masyarakat. Sebuah lompatan paradigma. Mas Bambang yang dengan gayanya yang agak melambai, tiba-tiba nongol di depan counter Thian suatu siang. Menenteng tas kresek, berwarna warna merah yang sudah lecek. Dengan kulit coklat tua terbakar matahari, wajah yang amat sangat ndeso -pakaian lusuh yang warnanya sudah pudar plus, lubang di bagian saku kemejanya plus celana jeans yang entah apa warna aslinya (hal. 112), meminta kepada Thian agar HP miliknya diisikan lagu.

Thian yang siang itu melayaninya dengan malas-malasan kontan terkejut. Mas Bambang mengeluarkan Nokia N70 Black. (waktu Thian masih berprofesi sebagai penjaga counter, HP dengan spek tersebut baru saja keluar. Atau setara dengan iPhone 4 saat ini)

Tak sampai di situ, mata Thian kembali terbelalak kala lagu yang diminta Mas Bambang bukan lagu-lagu dangdut atau pop Melayu seperti yang diperkirakannya. Mas Bambang meminta komposisi lengkap Frank Sinatra, Alan Rasons Project, The Perishers, Pink Floyd, U2 dan Queen.

Dan rasa traumatik Thian yang terakhir langsung terjawab kala Mas Bambang membuka dompet untuk membayar lagu-lagu yang dia download. “Ini istri dan anak-anak saya,” ujar Mas Bambang saat Thian kedapatan mengintip foto yang terselip di balik dompetnya.

“... Mas Bambang adalah anomali atas semua judgement yang beredar. Kumal bukan berarti miskin atau kampungan. Sederhana bukan berarti tak canggih. Ngondek bukan berarti cong. Tampang jelek tak berarti istrinya jelek juga. Bertampang rada preman bukan berarti penjahat. Dan pamungkasnya: penampilan dan gaya yang di bawah “standar”, bukan berarti bodoh.” (hal. 115)

Mas Bambang adalah yang disebut Maslow (seorang ahli Psikoanalisa) sebagai Reversed Order Mechanism.

Artinya, secara umum buku ini, dengan kajian yang lebih mendalam, mungkin apa yang sekarang ditulis secara slengek’an oleh Alex, ke depan bisa jadi cabang (teori) psikoanalisa baru. Gadgetdistry. Tentang bagaimana menilai karakter dan kepribadian seorang anak anak manusia melalui gadget yang dibawanya.

“Setelah beberapa tahun bekerja di toko handphone, gue menarik suatu kesimpulan: status sosial seseorang dilambangkan dengan handphone yang dia punya.” (hal. 27)

Tapi sekali lagi hal itu tidak dapat menjadi patokan. Selalu ada chaos dalam setap order. Selalu ada Mas Bambang yang tiba-tiba nongkrong, mencungul di depan counter Thian. (tby)
49 reviews
May 5, 2017
Akhirnya beli buku ini di Big Bad Wolf kemarin dengan harga diskon, plus bisa ketemu penulisnya secara langsung >.<

Well, awalnya aku mulai membaca tulisan-tulisan ko Lexy di blognya, postingan-postingan instagramnya *yang sumpah aku suka banget cara ngambil gambarnya!*, juga tulisannya di The Journey 1 dan The Journey 3. Dan ya, I'm kinda like it.

So, aku sedikit menaruh ekspektasi saat membaca buku ini. Dan ya, aku suka! Dari buku ini juga, ada beberapa hal yang bisa kita pelajari, seperti do not judge a book by its cover. Hey, kadangkala kita menilai seseorang dari penampilannya kan?

Next, bakalan baca Somewhere Only We Know-nya ko Lexy, yang omong-omong belinya di Big Bad Wolf juga ^^
Profile Image for Denna.
70 reviews28 followers
August 22, 2017
Bought this book on a sale for only 10k. Yay for me x)
Anyway... Mungkin sudah ada 6 tahun saya mengikuti Alex di Twitter. Sejak saya masih SMA sampai sekarang, Alex dan tweets-nya masih terasa relevan. His writings are enjoyable, I'm sure of that. And honest. I think that's the most important thing, no? Saya menikmati kisah-kisah yang Alex tuangkan ke dalam buku ini, because through them I get to have a glimpse of yet so many kinds of people I didn't even know existed. In some ways, it taught us to appreciate other people more. To see them through the cover, and to find the true colors behind that.
Profile Image for Alya N.
306 reviews12 followers
January 18, 2019
Kayaknya ini satu satunya buku genre true story non fiksi yang saya kasih rate 4 deh. Bias sih sebenarnya alasannya. Apakah karena saya memang demen sama Amrazing dari dulu hingga sekarang atau memang karena buku nya worth it untuk diberi bintang 4.
Yang jelas, menurut saya tiap chapter berkesan.
Alex nggak menuliskan secara runut hidupnya bahwa dia blabla blabla atau blabla. Buku ini hanya satu potongan kolase dari keseluruhan hidupnya yaitu fase ketika ia menjadi penjaga konter ponsel di suatu mall.
Good job, amrazing! Memang saya tidak salah ngefans dengan Anda.
Profile Image for Lia Ursula.
4 reviews
July 7, 2017
Ini sebenernya buku yang ringaan banget dibaca. Anggep aja diary konyolnya Alexander Thian. Sebagai salah satu follower Alex di twitter yang terpikat karena pertama, dia aquarius, kedua karena dia orangnya sering keluar konyolnya, ketiga karena dia punya banyak stok cerita-cerita unik. Itu yang membuat saya penasaran cerita konyol apa yang bakal dia bagi disitu. Apalagi dia orangnya susah mengingat wajah dan sering ga ngeh kalo yang dihadapannya seorang artis/public figure. So, i like this part of Alex dalam part hidupnya selama bekerja di counter HP.
Buku ini cocok dibaca untuk yang bener-bener butuh hiburan, atau sekedar penghangat tawa di hari yang mendung. Well done Alex. Nice book.
Profile Image for Prinska Sastri.
86 reviews7 followers
June 2, 2017
Seneng sama "meaning" di setiap ceritanya. Lumayan buat yg lagi gak ada bacaan, terus butuh buku yg ringan2 macem begini
Author 2 books2 followers
October 31, 2019
Baru baca buku ini daaaan, puas banget... Ngakak parah asli! Tapi ada bagian terharunya juga. Ada lanjutannya nggak sih? Pengen baca kisah2 ajaib dua hyena yang lain 😂
2 reviews
May 7, 2020
Shite read. Just a silver spoon mommy's boy who wrote a book because he has a lot of free time. Do yourself a favour and don't buy this cheap ass book. You will feel dumber by reading it.
Profile Image for irey.
10 reviews
June 7, 2021
found this book at gunung agung's bazar. ceritanya cukup menarik dan menghibur!
Profile Image for Lisa Nahar.
123 reviews
February 4, 2025
Gaya penceritaannya agak lebay di beberapa bagian tapi sangat menghibur dan juga banyak pelajaran berharga yang disajikan. Suka!
Profile Image for Zelie.
Author 2 books13 followers
December 1, 2014
“Meributkan yang tak penting, menyepelekan yang penting”

Tagline yang pas sekali untuk buku ini.

Seperti kebanyakan orang yang lain, saya membeli buku ini karena ‘kehebohan’ yang kerap terjadi di twitterland. Alexander Thian terkenal sebagai salah satu selebtwit alias orang yang eksis di twitter, alias.. orang kurang kerjaan? #kaburnaikodong2

Berhubung saya senang dengan caranya berkicau di twitter, saya pun tertarik untuk membeli bukunya. Ingin tahu, seperti apa sih seorang Alex akhirnya bercerita lewat buku? Dan hasilnya, buku ini sukses menghibur saya!

Saya membaca buku ini dalam waktu kurang dari dua jam, kalau dihitung secara bersih, ya. Maklum, waktu itu multi-tasking. Sambil menunggu handphone yang diservice, ngemil sebentar sambil baca buku ini. Diliatin sama pengunjung yang lain karena heboh sendiri, tapi peduli amat. Toh enggak akan ketemu sama mereka lagi #alibi

Bahkan, karena saya tidak sabar ingin melanjutkan membaca, saya tetep baca buku ini di dalam taksi saat perjalanan pulang. Padahal, main handphone selama perjalanan aja biasanya saya anti karena sering pusing. Tapi buku ini sukses bikin saya penasaran pengen baca terus.

Dan saat akhirnya sudah tiba di halaman terakhir, saya pun mengeluh kecewa. Yaahhh.. udah nih?

Saya senang dengan cara bercerita Alex. Dia tahu betul cara membuat cerita yang disampaikan tidak terasa membosankan. Hal yang biasa bisa menjadi luar biasa kalau dilihat dari kacamata seorang Alexander Thian. Mungkin, untuk buku selanjutnya, judulnya bisa Alex dan Kacamata Ajaib, ya.. #maksa #abaikan

Menurut saya, buku ini seperti gabungan antara My Stupid Boss dan Anak Kos Dodol. Kalau menurut saya beberapa cerita di My Stupid Boss terlalu pendek sedangkan Anak Kos Dodol kebanyakan terlalu panjang hingga saya sedikit malas membaca secara komplit, TNSALOA pas.

Cerita disampaikan dalam porsi yang tepat, tidak berbelit-belit walau tetap ada dramatisasi yang memang diperlukan agar cerita semakin ‘seru’.

Pembaca diajak tidak hanya menertawakan si penulis (iya, memang itu kan tujuan penulisan buku ini? :p) tapi belajar melihat segala sesuatu secara objektif. Seperti tagline-nya, terkadang kita terlalu meributkan hal yang sepele dan menyepelekan hal yang penting. Apakah kita sudah melihat hidup dengan cara yang tepat?

Total, ada 14 cerita yang termuat di dalam buku ini. Sejujurnya, saya suka semua cerita di dalam buku ini.

Tapi..

Cerita yang paling menyentuh buat saya adalah cerita dengan judul Dummy Seharga Dua Juta. Rasanya ikutan kesel pas baca ceritanya. Rasanya pengen ikutan nangis dan enggak berhenti ngomel, bahkan saat nginget kembali (termasuk sekarang, pas nulis review ini) keselnya masih ada di ubun-ubun. Kenapa, oh, kenapa? Tapi, saya suka dengan semangat Pak Soni. Dia tidak merasa perlu dikasihani, walau kita pasti merasa kasihan sama dia. I love his spirit and love to his son

Cerita yang paling membuat saya susah berhenti ngakak adalah Preman Jadi-jadian. LUCU!

Nah, itulah, as I mentioned before, tagline buku ini emang pas banget. Alexander Thian berhasil membuat kita terhibur dengan cerita yang sepertinya ‘biasa aja’ tapi tetep bikin mikir, “Iyaa juga, yaa.. Hmm..”

Karakter favorit saya dalam buku ini adalah Pak Bambang, yang membuat saya bimbang untuk bersikap pada orang yang tidak dikenal. Who knows kalau ternyata orang yang kita anggap ‘biasa aja’ atau bahkan ‘enggak banget’ sebenarnya lebih hebat daripada kita? Don’t judge book by its cover. Selalu didengar tapi sulit sekali dilaksanakan.

Anyway, kalimat favorit saya dari buku ini juga ngomongin soal sulit-sulit nih:

Sometimes, acceptance is the hardest thing to do. Not because we can’t, but because we just don’t want to. We hold on to things that are no longer there, because we’re not ready to let go – hal. 211

Yang saya enggak suka di buku ini, kenapa enggak ada kisah asmara-nya yaa? Mungkin kisah kasih antara hyena satu dan dua? XD

Sebenernya, yang di bagian terakhir, sedikit ada nuansa romance, tapi.. entahlah, I expect something more than that. Why? Well, maybe karena saya terbius oleh #PecahDiUbud atau..I’m just hopeless romantic X))

Overall, I love this book. Cocok dibaca kalau memang butuh bacaan ringan. Menghibur tapi tetap bermakna. Wajib dibaca juga kalau kamu mengaku sebagai follower-garis-keras dari @amrazing.

Oh ya, jadi inget, kalau ada yang kasih komentar ke Alexander Thian soal tanda-tangannya. Katanya, tanda-tangan si penulis terlalu ribet, seharusnya dibuat sederhana aja karena orang sukses biasanya tanda-tangannya malah gak ribet #penting XD

Senang udah beli buku ini karena telah membuat hari-hari saya jadi seru dan ceria kembali. Iya, hari-hari, karena saya re-read buku ini beberapa kali kalau lagi suntuk dan enggak bisa tidur :p
Profile Image for Rose Gold Unicorn.
Author 1 book143 followers
September 6, 2012
Judul Buku : The Not So Amazing Life of @aMrazing
Penulis : Alexander Thian
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2012
Tebal : 220 Halaman
Harga : Rp 34.400,00(bukabukudotcom)

“Meributkan yang tak penting,
Menyepelekan yang penting”

Buku berwarna kuning cerah ini bukan fiksi lho. Menurut saya, buku ini masuk kategori personal literature semacam buku Kambing Jantan-nya Raditya Dika. Berisi cerita dan pengalaman seru seorang @aMrazing saat menjadi penjaga counter hape. Who is @aMrazing actually? @aMrazing adalah akun twitter si penulis. Tadinya, saya pikir buku ini akan berisi cerita kekonyolan yang seperti biasa ditweetkan di akun twitternya itu. Tapi, ternyata (lagi dan lagi) saya salah besar. Alex, begitu nama asli @aMrazing, dulunya adalah seorang penjaga counter handphone di sebuah trade centre di Depok. Wow, siapa sangka? Saya juga tadinya gak percaya! Hehehe…

Selama menjadi penjaga counter ini, banyak hal-hal konyol, gila, ajaib, sekaligus mengharukan yang dirasakan oleh Alex. Pelanggannya macem-macem dan terdiri dari berbagai kalangan karena counter hape yang Alex jaga ini memiliki koleksi lagu-lagu paling lengkap seantero mall. Loh? Kok jadi lagu-lagu sih? Iya, soalnya counter hape ini melayani pengisian mp3 di hape juga. Pengisian lagu dari komputer ke hape dengan model begini memang sempat booming di tahun 2003-an pada waktu itu.

Kalo kamu tanya buku ini lucu atau gak, saya akan jawab : begitulah. Hehe, datar banget ya kesannya? Well, mentok-mentok palingan cengar cengir aja karena kekonyolan pelanggan-pelanggan Alex yang ajaib. Gak akan sampai tertawa terbahak-bahak (itu kalo saya loooh. Selera humor setiap orang kan beda-beda ya mas, mbak… hehehehe). Dan seperti layaknya buku-buku personal literature kebanyakan, bahasa yang dipakai dalam buku ini tentunya gak baku. Sangat santai. Cocok dibaca untuk yang lagi butuh bacaan selingan ringan. Eeeiiitttsss… meskipun kayaknya ini buku buat cengar cengir aja, jangan dikira buku ini gak punya pesan moral loh.

Ada satu cerita berjudul Dummy Seharga Dua Juta yang lumayan bikin saya merasa “nyesss” karena bercerita tentang kasih sayang seorang bapak kepada anaknya yang autis. Si bapak ini tadinya berniat membelikan anaknya hape baru di hari ulang tahun putranya. Apa daya, niat baik itu hanya tinggallah niat karena nyatanya saat membeli hape di salah satu orang, bapak itu ternyata ditipu. Kemudian dia dating ke counter hape Alex menanyakan kenapa hapenya kok nggak bisa di-charge? Setelah diteliti Alex, ternyata itu hape dummy alias hape tiruan! Bagaikan disambar petir di siang bolong (ya ampun, maafkan saya pakai peribahasa njadul) bapak itu langsung pucat mendengar penuturan Alex. Di situlah bapak itu sadar kalau dia ternyata sudah ditipu sama seseorang yang tempo hari menjual hape itu kepadanya.

Ada juga cerita soal anak perempuan 6 SD yang totally-annoying-dan-minta-dijambak-banget sampai “menyiksa” ibunya untuk membeli hape keluaran terbaru hanya karena si anak malu kepada teman-temannya bahwa hapenya hape jadul. Padahal si ibu sedang ga punya uang. Sampai akhirnya si ibu menjual hape miliknya sendiri untuk ditukar tambah dengan hape baru buat anaknya.

Tunggu dulu! Ada satu lagi yang nempel juga di pikiran saya. Salah satu pelanggan Alex adalah seorang loper koran! Waktu pertama kali si loper koran datang ke counter hape Alex, Alex sempat mengunderestimate dan berburuk sangka-ria kepada si loper. Bagaimana tidak? Lha wong penampilannya kayak gembel banget! Lusuh dengan baju yang compang camping. Tapi ternyata Alex salah besar! Loper koran itu bukan loper koran biasa! Dia jago banget bahasa inggris dan punya duit banyak buat beli hape keluaran terbaru. Kok bisa? Hahahah… baca saja… yang pasti, Alex dapat pelajaran berharga kalau kita gak seharusnya menilai orang hanya dari penampilan luar atau gadget apa yang dia punya.

“Terkadang manusia memang hanya memandang penampilan luar. Menghakimi bahwa sebuah buku pasti jelek isinya hanya karena cover yang buruk.” – p. 34

“Padahal, menilai seseorang dari kulit luarnya kan jahat. Kita nggak memberikan kesempatan ke diri kita untuk mengenal lebih jauh.” – p. 116

Well, harus aku akui, buku ini lumayan bagus. Ada nilai hidup yang bisa kita ambil. Gak hanya sekedar cerita yang bisa bikin cengengesan saja. 14 cerita yang ada di buku ini benar-benar beda. Alex benar, kadang banyak hal penting kita sepelekan. Atau banyak hal sepele yang kita anggap gak penting. Padahal gak selalu begitu loh kalau saja kita sudi meluangkan pikiran dan hati kita untuk melihat segalanya lebih dalam *tsaaah bahasa gueee*

Akhir kata, 3 dari 5 bintang! Nice book!
Profile Image for Ega.
63 reviews1 follower
February 26, 2013
The Not-So-Amazing Life of @aMrazing. Yuk ah kita nyebutnya TNSALOA saja ya. Saya ini tidak pintar bahasa Inggris. Dan menyebutkan judul buku itu jadi siksaan buat saya.

Awalnya saya tahu keberadaan buku ini di jagad raya adalah dari twitter. Dari judulnya yang oh-lidah-saya-terlipat, saya jadi tertarik. Saya ini kadang tertarik beli buku dari judulnya yang tak biasa.

Karena postingan @aMrazing ini di twitter banyakan lucu, saya berpikir buku ini isinya akan bikin nyengir. Yakali bisa menghibur kalo si Bos lagi berulah.

Buku ini intinya bercerita keseharian seorang om Alexander Thian menjalani takdirnya sebagai seorang penjaga counter handphone di pusat perbelanjaan yang tidak mentereng. Pada cerita pertama sih iya. Lucu. Bagaimana seorang bapak sok tau yang heboh nyari lagu My Heart Will Go On tapi yang nyanyi Mariah Carey. Gimana ceritanya ha??? Eh dikasih tau malah nyolot ngajak berantem. Hih! Tapi hebat ya, om Alex ini, tabah ngadepinnya.

Namun selesai beberapa cerita yang konyol, emosi langsung jungkir balik. Kalau yang tadinya saya cengar-cengir kesel pengen nonjok, namun saat baca cerita Dummy Seharga Dua Juta, langsung pengen lari ke pojokan trus diem nangis. Saya ini lemah kalo sudah berhadapan dengan cerita soal orang tua dan anaknya. Hh.. Jadi judul yang ini bercerita tentang seorang bapak yang tertipu saat membeli ponsel keluaran terbaru seharga dua juta rupiah. Namun ternyata, ponsel yang ada di tangannya itu hanyalah sebuah ponsel dummy seharga tak lebih dari lima puluh ribu rupiah. Padahal, sedianya ponsel ini akan ia berikan sebagai hadiah untuk Rama anaknya. Sampai di bagian ini saja saya merasa sesak. Manusia bangke memang ada di mana-mana deh. Manusia yang hidupnya ngga jauh-jauh dari bikin orang lain menderita.

Dan kau tahu? Ternyata Rama, anaknya si Bapak yang tertipu itu spesial. Rama adalah seorang penyandang autis. God, makin bikin hati denyut-denyut. Entahlah, kalau seandainya saya berada di situ bersama om
Alex saat Rama dan Bapaknya datang ke counter, bisa dipastikan saya akan bersimbah air mata. Hebatnya Rama ini bisa bahasa Inggris. Saya pernah membaca artikel pengalaman seorang ibu yang mempunya anak autis namun anaknya berbahasa Jerman sejak kecil. Seperti itu mungkin Rama ini. Lagu kesukaan Rama adalah Bicycle Race-nya Queen. Sudahlah, kau baca saja. Kalau memang hatimu tak tergetar saat membaca ini, saya tidak yakin kau punya hati.

Nah, yang satu lagi amat membekas itu yang judulnya Jujur Itu Mahal. E gila ya, om Alex ini macam penyelamat. Jadi ada sepasang merpati yang konon dilanda asmara, datang ke counternya om Alex. Mereka nyari lagu-lagu romantis untuk pesta pernikahan mereka. Eh ternyata si calon pengantin lakinya ni agak sekong booo.. Om Alex dah curiga nih. Yakali punya radar ya doi. :p

Nah, pada suatu ketika, si cewek lekong itu curhat gitu sama om Alex soal calon suaminya yang sering dikatain banci. Dia tetep ngga percaya. Dan dia kuat pendirian kalo calon suaminya lelaki normal. Om Alex ini berpendapat, kalaulah memang seorang cowok itu gay janganlah menjadikan pernikahan sebagai topeng agar terlihat normal di mata orang awam. Itu namanya menyakiti hati perempuan yang tak tahu apa-apa, yang mencintai laki-laki itu dengan tulus. Err.. iya sih ya. Bagaimanalah perasaan perempuan kalau setelah ia menikah, baru ia tahu bahwa diam-diam tanpa sepengetahuannya, suaminya berselingkuh dengan lelaki. Ah, jelas ini mungkin akan sakit sekali.

Nah ini, baiknya om Alex ini di sini, menyadarkan si mbak itu kalau ini diteruskan akan menyakitkan bagi kedua belah pihak. Buat si Mbaknya, dan juga si Mas ngondek. Yah, pada akhirnya si Mbak sadar, dan menerima kenyataan. Kejujuran memang pahit ya. Tapi kadang kita terpaksa harus menelannya.

Banyak lagi cerita menarik di buku ini. Dan masing-masing mempunya hal-hal baik yang bisa kita tarik buat pelajaran hidup. Beruntungnya om Alex punya pengalaman bertemu dengan banyak orang seperti ini. Menemui beragam orang dengan kepribadian yang beragam pula seperti abege bernapas naga, anak kecil gendut super menyebalkan yang amat disayang ibunya, bapak pejabat yang bangga bilang ponselnya Vertu seharga 35juta namun ternyata ponselnya itu cuman ponsel abal-abal buatan Cina, bertemu dengan loper koran sederhana namun punya hidup yang luar biasa. Ah, om Alex, Anda sungguh beruntung :)

*Buku ini layak dibeli. Layak dibaca. Layak dimasukin dalam hati.
Profile Image for Lou Trulymay.
27 reviews4 followers
September 4, 2012
AWESOME!

Respon pertama yang bisa gue kasih setelah baca buku ini hanya dalam tempo waktu 3 jam (thank you bos yang lagi asik sama dunianya dan kerjaan yang cukup sepi).

Sejak follow si Alex ini di twitter, gue nggak pernah berhenti ketawa dengan semua cuap-cuapnya. Kadang-kadang juga 'tertampar' sama sindiran-halus-tapi-nampol dari isi twitnya.

Tiba-tiba ada kabar kalau buku The Not So Amazing Life of Amrazing (TNSALOA) akan segera liris. Setelah baca 'cuplikan'nya dari blog-nya, makin pengen beli. Sempat terpikir mau beli secara online. Tapi karena satu dan lain alasan, akhirnya menunggu hadir di toko buku.

Isi bukunya sendiri yang merupakan kumpulan cerita (pengalaman), secara gaya penuturan sih bisa dianggap humor, walaupun kalau dibaca dengan baik sebenarnya isinya itu adalah pelajaran-pelajaran kehidupan yang sederhana tapi cukup menyentil dan menyadarkan kita.

Alex nggak lantas menggurui kita di dalam buku ini. Dia murni 'curhat' tentang pengalamannya sewaktu masih jadi penjaga konter handphone, sebelum jadi penulis seperti sekarang. Bekerja sebagai penjual jasa memang membutuhkan kesabaran tingkat tinggi, menyimpan sejuta cerita yang berbeda, dan pastinya selalu ada pelajaran positif dari setiap pengalaman.

Pengalaman yang sederhana namun kocak saat menghadapi para pelanggannya yang bermasalah dengan aroma mulut, pelit ampun-ampunan, sombong, nggak tau malu, sok tau tapi ngotot, artis yang sempat gak dikenali Alex, sampai pelanggan yang nggak bisa dipandang sekilas mata karena ternyata dibalik penampilannya ada cerita yang menyadarkan kita kalau 'nge-judge orang itu gak bisa seenak mata memandang'.

Dari semua favorit gue, akhirnya gue memilih satu cerita yang 'AMAZING' banget. Tadinya sempat tersentuh sama satu cerita yang bahkan jadi spoiler di blog Alex. Tapi setelah membaca buku ini dan akhirnya menemukan satu cerita yang betul-betul bisa jadi pelajaran untuk saat ini.

Mudah-mudahan gue nggak jadiin ini spoiler ya. Tapi cerita berjudul 'Don't Judge The Heart By The Look' ini berhasil bikin gue lagi-lagi tersadar kalau kebiasaan manusia yang suka judging itu harus dikurangi kadarnya sampai hilang sama sekali.

Cerita ini juga merupakan cerita favorit Alex menurut pernyataannya di buku ini. Cerita tentang seorang bapak berpenampilan ndeso yang mampir di konter Alex ini. Seperti kebanyakan orang, saat melihat bapak ini yang terlintas dalam pikiran umum kita adalah : ndeso, kampungan, pasti miskin, pasti orang bodoh, blablabla. Tapi setelah si Bapak ini yang bernama Bambang mengeluarkan handphonenya, satu point judge meleset. Handphonenya mahal lho pada jaman itu! Meleset kedua adalah selera musik Pak Bambang yang WOW, menghapus tuduhan 'ndeso' tentang si Pak Bambang. Segala macam penasaran Alex terjawab satu persatu setelah ngobrol dengan Pak Bambang dan pertemuan mereka yang makin sering. Tentang apa pekerjaan Pak Bambang, keluarganya, dan pengalaman hidupnya yang membuat kita tercengang. Sampai di akhir cerita, Alex nggak menyangka kalau Pak Bambang ini menghadiahinya suatu buku lama dan lusuh yang pernah menjadi topik pembicaraan mereka entah kapan. Itu menjadi hadiah kenang-kenangan untuk Alex saat Alex memutuskan untuk berhenti menjaga konter dan menjadi penulis. Alex terharu, gue juga terharu bacanya. :D

Satu point sederhana dari cerita ini, sama seperti judulnya. Don't judge the heart by the look. Kita nggak akan pernah tahu apa-apa kalau hanya melihat bungkus luar seseorang. Seringkali kita cuma melihat apa yg ingin kita lihat, bukan melihat apa yg seharusnya kita lihat.

"Belajar melihat dengan mata hati. Dunia akan lebih berwarna kalau kamu bisa." - Pak Bambang


Secara keseluruhan, membaca buku ini nggak ada ruginya. Walaupun buku ini sangat melupakan EYD Bahasa Indonesia, tapi 'isi' buku ini sangat bagus. Setelah buku-buku motivasi yang menggurui yang bertebaran di luar sana, buku humor sederhana (sorry, gue nganggap ini buku humor ringan karena penuturannya yang super kocak) ini mampu mengajarkan kita dengan cara yang lebih sederhana dan mudah diingat. :)

Keep it up, Alex! *gak nyesel kok kasih 5 bintang*
1 review4 followers
September 11, 2012
Membaca @aMrazing

(Percakapan sepuluh bulan yang lalu) Daniel: Bukumu, tentang apa, Lex? Apa genrenya? Alex: Komedi. Tentang pengalaman gue waktu jaga konter hape.

Aku pun jujur pada Alex; aku tak tertarik membaca komedi. Trauma. Kujelaskan, betapa aku kecewa membaca beberapa buku komedi yang terkadang kelucuannya dipaksakan. Yang kekonyolannya tak cerdas.

Bukannya aku sok pintar dan sok pemilih. Waktu adalah hal yang sangat berharga bagiku--ketika kuluangkan untuk membaca, aku ingin membaca buku yang bisa memberiku sesuatu. Entah pengetahuan, entah pengalaman.

Pada suatu hari yang sungguh bukan hari terbaikku--ketika segalanya berjalan menyimpang dari rencana--aku menerima paket yang berisi "The Not So Amazing Life of @aMrazing" dan "Kala Kali". Ketiga penulis dua buku ini kukenal cukup baik, dan aku pernah berjanji pada mereka untuk menuliskan ulasan terjujurku atas karya mereka.

Aku memilih TNSALOA untuk kubaca lebih dulu. Aku berharap, "komedi" yang diusung Alex bisa sedikit menghiburku. Setidaknya.

Ternyata aku salah. Salah besar.

Ini bukan komedi--menurutku.

Alex tidak melucu. Dia tidak memaksakan kelucuan-kelucuan yang dimasukkannya di sana-sini. Dia tidak mereka-reka situasi--setiap penggambarannya sangatlah riil. Ini mini-autobiografi.

Aku menuntaskan buku ini dalam waktu yang tak lama. Emosiku dibuatnya melompat-lompat: naik, turun, ke samping, ke belakang, ke depan. Beberapa kali aku sampai menitikkan air mata. Ya, Lex, bagian terbaik buku ini memang "Dummy Seharga Dua Juta". Sesekali, aku mengelus dada--bukan dada A'a Hugh Jackman, memang. Kisah Mas Bambang, membuatku sadar, betapa superficialnya hidupku. Lalu, "Jujur Itu Mahal" membuatku ingin menghampiri Alex dan menepuk bahunya, sambil berkata, "You did the right thing."

Aku membaca TNSALOA tiga kali. Baca cepat, baca cermat, baca cacat--istilahku.

Ketika aku membaca cepat, TNSALOA memang sungguh ringan. Pilihan kata dan cara tutur yang apa adanya, membuat buku ini mudah dinikmati sebagai hiburan. Cara Alex mengomentari segala sesuatu yang ditemuinya dalam setiap kisahnya, cerdas menggelitik. Sebagai hiburan, buku ini mumpuni untuk lintas segmen pasar. Sebagai hiburan, TNSALOA memenuhi ekspektasiku: menghibur dan mendidik. Alex dengan ringannya menyampaikan pelajaran-pelajaran dalam hidup tanpa terkesan menggurui. Siapa pun yang selesai membaca buku ini, akan menutup bukunya seraya tersenyum, mengembalikannya dengan rapi ke tempatnya semula, sambil menggumam tak berbahasa dan mengangguk-angguk--memperoleh pencerahan baru dari pengalaman Alex.

Sesudah itu, aku mulai membaca cermat. Gaya bahasa Alex mengalir lancar, terkadang menukik tajam ketika memasukkan komentar-komentar batinnya yang cerdas dan mengusik pikiran. Oh, ya. Dalam hal ini tentu saja aku juga mengacungkan jempol kepada editornya, Alit Tisna Palupi, yang berhasil mempertahankan irama tulisan dalam proses penyuntingan. Singkatnya, aku seperti sedang duduk di depan Alex dan mendengarkannya bercerita.

Bagian yang paling tidak kusuka adalah ketika aku melakukan "baca-cacat"--mencari hal-hal apa saja yang menurutku bisa dikembangkan menjadi jauh lebih baik. Energi paling banyak, tentu tercurah di sini.

Toh, aku tidak mendapatkan apa-apa--selain sempat tersandung beberapa detik di kata "manafikan" di baris keenam belas di halaman 129. Semuanya baik-baik saja.

Secara keseluruhan, buku ini tidak hanya wajib dibaca, tetapi juga wajib dikoleksi. Ringan, tapi berbobot. Menghibur, sekaligus membuat kita berpikir dan becermin. Aku tidak menyesal membacanya.

This book is as amazing as @aMrazing.

Andai diminta memberi bintang, 4,85 dari 5, deh. Karena yang sempurna cuma Tuhan, ya, kan, Lex?
Displaying 1 - 30 of 135 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.