Burlian, anak kampung dengan segala keriangan keluarganya. Bercita-cita ingin naik kapal besar keliling dunia. Buku 2, dari Serial Anak2 Mamak. Buku 3, PUKAT terbit Februari 2010, Buku 4, Eliana direncanakan terbit Oktober 2010, Buku 1, Amelia direncanakan terbit Februari 2011.
"Jangan mau jadi kritikus buku, tapi TIDAK pernah menulis buku."
"1000 komentar yang kita buat di dunia maya, tidak akan membuat kita naik pangkat menjadi penulis buku. Mulailah menulis buku, jangan habiskan waktu jadi komentator, mulailah jadi pelaku."
Saya beli ini ketika di Bandung. Bersama Yat (bekas rakan sekolah dahulu), menjadi satu kegilaan kami mencari buku hingga ke Jalan Palasari. Tere-Liye sudah masuk senarai wajib beli :-)
Permulaan cerita sudah mampu membuat saya tertawa terkekek. Cerita Mamak yang sengaja menakut-nakutkan anaknya, yang sering kali nakal dan tidak mendengar kata. Setiap bab dimulai dan diakhiri dengan peristiwa menarik. Dari kaca mata kehidupan keluarga Mamak, sungguh banyak peristiwa yang biasa-biasa jadi luar biasa dengan tulisan Tere-Liye kali ini. Walaupun saya barangkali, tidak merasai keperitan kehidupan lalu, namun sesekali terjentik di minda tentang perkara-perkara yang diceritakan Tere-Liye seperti seterika arang (yang di kotak fikiran saya, penuh dengan ingatan pernah ketemu seterika arang ini di rumah nenek saya), ataupun pelita minyak tanah.
Geli perasaan apabila Burlian dan Pukat didenda Mamak (ibu mereka) untuk mencari kayu api semata-mata kerana mereka terlampau nakal, membolosi sekolah. Ataupun hakikat Mamak yang tegas yang mengoyakkan kertas nombor ekor Burlian dan berkali-kali menyatakan haram. Begitu juga kisah rentas padang yang dimenangi tiga sahabat.
Dan perasaan gembira itu ada rasa bercampur sayu haru-biru, di saat cerita Pak Bin yang cekal hati, tidak pernah putus asa mengajak anak-anak ke sekolah walaupun hanya berbakti semata-mata tanpa mengharapkan gaji. Pak Bin yang kerjanya sebagai guru honorer (tidak dibayar gaji, hanya guru PNS yang dibayar gaji) yang 25 tahun, tanpa jemu menabur bakti. Ataupun kisah Ahmad, si pendiam yang menjadi jaguh bola sepak.
Mungkin ada yang membandingkannya dengan Laskar Pelangi tapi tere-liye ada kekuatan sendiri. Saya suka dengan semangat Burlian, yang apabila ditanya apa yang dia mahu saat sekolahnya yang daif itu runtuh dari pak menteri, dia mengherdik memarahi pak menteri tersebut yang buru-buru mengelak untuk memberikan semua yang dia mahu. Terpukul perasaan apabila permintaan terakhirnya, Pak Bin diangkat menjadi guru PNS
Untuk memberinya 5 bintang, mungkin ya, mungkin tidak. Sejujurnya saya ingin memberi 4.5! Pertama, awalan hingga pertengahan cerita banyak memainkan perasaan saya hingga amat terkesan di hati, namun penghujungnya saya hampir dilanda kantuk, mungkin cerita kuburan di belakang rumah tidak perlu (plot agak tidak kukuh, mahu meremang bulu roma membacanya), dan mungkin, ya barangkali mungkin cukup akhirnya terus dari menang lumba lari dan lompat ke Tokyo.
Tapi....Tere-Liye mampu membuat saya mencapai tulisan siri Mamak ini yang berikutnya. Dan malam ini, akan saya mulakan buku Pukat!
Setelah membaca 3 novel sebelumnya milik Tere Liye yang sukses membuat keduamata saya menganak sungai, novel ini pun menularkan haru yang tak kalah besar. Adalah burlian seorang anak dari Sumatera Selatan, anak ketiga dari Mamak setelah Eliana dan Pukat. Saya bahagia tingkat kelurahan saat tau burlian ini dari sumsel, secara saya tinggal di Palembang XD. Ketulusan, keceriaan, dan kejenakaan yang dibagi Tere Liye dalam buku ini, sempurna saya tangkap dan meninggalkan kesan mendalam. Cerita tentang Ahmad yang menjadi maradona kampung, surat Burlian ke Jepang, proses pengangkatan PNS Pak Bin, dan yang paling super pengorbanan Mamak melawan tawon alias lebah adalah sebagian kecil dari keistimewaan Tere Liye dalam bercerita di novel ini.
Satu pelajaran penting yang diajarkan keluarga Mamak adalah kebiasaan mereka memanggil nama anaknya dengan sebutan tertentu. Seperti Burlian yang telah dilekatkan kata 'spesial' pada namanya. Hal ini berpengaruh besar bagi kehidupan burlian selanjutnya. Saat dia harus bertatapan dengan kehidupan Ibu Kota yang lebih sangar-kejam-modern-tidakbersahabat, toh selama hidupnya ia tau bahwa semesta menganggapnya 'spesial' maka tidak ada alasan untuknya memiliki rasa minder-malu-terkucilkan walau sejatinya ia datang dari kampung di Selatan Sumatera.
Agaknya banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari novel ini. Saya merekomendasikan novel ini untuk kita baca bersama X)
Banyak pembaca yang bingung tentang Serial anak anak mamak, dan tak sedikit yang mempermasalahkan urutan Novel yang diterbitkan. Burlian si anak ketiga justru muncul terlebih dahulu.
Bagi yang sudah membaca barangkali jelas memahami bahwa Serial anak-anak mamak memiliki kisah serial dari masing-masing anak mamak dengan kisah uniknya tersendiri. Maka jika anda membaca pukat, burlian atau eliana terlebih dahulu maka anda tidak merasakan 'tertinggal' akan cerita dari edisi awal.
Burlian si anak spesial, sungguh luar biasa hadir di tengah dahaga bacaan dengan tauladan yang baik di tengah gradasi moral anak bangsa. Jika masih ada program buku wajib bagi anak sekolah barangkali seri anak-anak mamak bisa menjadi satu buku wajib bagi anak indonesia.
Isi novel yang sangat menggugah dan menggelitik, cukup menggugah imajinasi masa kecil yang banyak dialami oleh anak di negeri ini. Hidup sederhana jauh dari gemerlap dunia, dan memiliki pemahaman hidup yang sangat bijak yang merupakan watak asli bangsa kita.
Bener2 deh,,2 jempol buat bang Tere. Saya sukaaaaa banget buku ini:)
Buku ini yang merupakan bagian dari serial anak2 mamak mirip2 dengan Laskar Pelangi, tapi aku rasa isi buku ini lebih kompleks. Kalau laskar pelangi lebih banyak menceritakan tentang si Ikal beserta teman2 sekolahnya & bu Muslimah, di buku Burlian ini tidak saja tentang sekolah Burlian, tetapi tentang keluarga, kampung & juga secara tidak langsung bang Tere mengajak kita untuk melestarikan lingkungan.
Tokoh sentral di buku ini adalah Burlian, anak ketiga dari 4 saudara yang hidup di sebuah kampung di pelosok Bukit Barisan sana. Meskipun hanya hidup di kampung kecil yang jauh dari hingar bingar kehidupan mewah nan gemerlap, tetapi mamak & bapak Burlian begitu bijak dan mendidik anak2nya dengan cara sederhana tapi tepat. Misalnya saat Burlian dan kakaknya, Pukat, suatu hari membolos dari sekolah. Keesokan harinya, emak bersikap biasa saja bahkan menyuruh mereka agar tidak bersekolah dan membantu mencari kayu bakar di hutan. Kedua anak itu mulanya sangat senang karena kenakalan mereka kemarin tidak ketahuan dan mereka dapat bolos sehari lagi. Tetapi ternyata, emak menyuruh mencari kayu bakar selama seharian penuh, dari pagi hingga magrib, tanpa istirahat kecuali makan siang, sampai2 dua anak itu benar2 kecapaian. Emak memang tidak marah atau mengomeli kedua anak yang membolos itu secara langsung. Tetapi dengan memberikan hukuman mencari kayu sepanjang hari, mereka berdua sadar bahwa sekolah itu jauh..jauh..jauh lebih enak dibandingkan bekerja. Besoknya kedua anak itu semangat bersekolah karena tidak mau disuruh mencari kayu bakar seharian lagi.
Kejadian itu hanya satu contoh cara mendidik emak & bapak untuk anak2nya. Sebagai orang tua mereka banyak memberikan contoh2 & hukuman yang mendidik serta memberikan efek jera, tetapi tidak menghukum secara fisik.
Emak & bapak juga memberikan nama panggilan untuk tiap anaknya. Burlian dipanggil dengan sebutan 'anak spesial' sejak kecil. Panggilan ini bukan tanpa maksud, tetapi mamak & bapak ingin agar Burlian mempunyai kepercayaan diri yang besar.
Yang pasti,,membaca buku ini akan membuat anda ketagihan ingin membaca serial anak2 mamak lainnya:)
Ini buku pertama dari Bang Darwis Tere-Liye, yang saya miliki dan yang saya baca. Sejak selesai membaca buku ini, saya putuskan bahwa saya harus membaca dan membeli semua buku-buku karya Tere-Liye, jadi tidak pinjam. Cerita Burlian membuat saya terharu. Banyak kalimat-kalimat yang menginspirasi di dalamnya. "Kau anak yang spesial", yang selalu diucapkan kepada Burlian, sangat membekas di diri saya. Betapa banyak di antara kita, termasuk saya, anak-anak zaman sekarang yang mungkin jarang disebut seperti itu oleh orang tuanya, sehingga ketika kita tumbuh, kita merasa biasa-biasa saja, tidak istimewa, bahkan tidak punya/tidak kenal jati diri sendiri. Terima kasih Bang Darwis, untuk novelnya yang mengispirasi.
Saya membeli buku ini di Islamic Book Fair Jakarta 2011 yang lalu. Bersamaan dengan 2 buku serial anak-anak mamak yang lain (selain Eliana--yang belum terbit). Buku ini yang pertama kali saya khatamkan.
Kisah dalam buku ini seakan begitu dekat dengan saya, sebagai anak desa yang hidup di kota. Kisah tentang keindahan dan kenyamanan desa, membuat saya selalu terpikir untuk kembali ke desa dan mendidik anak2 saya kelak lewat kearifan alam dan desa.
Istri saya punya adik laki-laki. Masih kecil, sekolahnya juga masih TK. Dia mulai belajar membaca. Saat pulang kampung, istri saya seringkali menceritakan kisah tentang Burlian; keberanian, keceriaan, kepolosan, dan kepandaian si anak. Sosok Burlian itu lalu tertanam begitu kuat dalam diri adik ipar saya itu. Dia seperti sangat mengidolakannya. Padahal, ia tak membaca buku Burlian itu sendiri.
Istri saya kerap menggunakan senjata nama "Burlian" itu untuk membujuk adiknya. Misalnya, saat adik ipar itu malas makan, istri saya membujuknya lewat kata-kata:
"Nanti gak seperti Burlian lho. Burlian itu rajin makannya." kata istri saya.
Begitulah, adik ipar saya yang masih TK itu pun segera bersemangat makannya.
Suatu ketika, adik saya itu jatuh. Ia pun meringis kesakitan. Hendak menangis keras. Istri saya kembali mengeluarkan senjata rahasianya. Ya, senjata itu bernama "Burlian".
"Mas, Burlian itu kalau jatuh gak nangis, lho... Burlian itu kuat dan hebat. Meski jatuh, Burlian tetap tersenyum dan bangkut lagi," ujar istri saya menyemangati.
"Iya ya, Neng?" kata adik saya, "Aku mau seperti Burlian deh. Gak nangis." Ia tersenyum kembali dan melanjutkan aktivitasnya.
Begitulah, sosok Burlian telah menginspirasi tak hanya bagi pembacanya, tapi juga orang lain di sekitar pembacanya.
Burlian, anak yang spesial adalah Anak ke-3, dalam serial anak-anak mamak, tetapi buku kedua dalam serial buku tersebut.... Buku yang sama seperti buku sebelumnya ( Eliana & Pukat ), banyak pesan moral yang bisa diambil dalam mendidik anak.
“Jalan ini tak pernah berujung, Burlian-kun… tidak pernah,… jalan-jalan ini akan terus mengalir melewati lembah-lembah basah, lereng-lereng gunung terjal, kota-kota ramai, desa-desa eksotis nan indah, tempat-tempat yang memberikan pengetahuan, tempat-tempat yang menjanjikan masa depan…, lantas jalan ini akan terus dan terus menuju pelabuhan-pelabuhan, bandara-bandara… dan dari sana kau bahkan bisa pergi lebih jauh lagi, menemukan sambungan jalan berikutnya, mengelilingi dunia, melihat seluruh dunia, masa depan anak-anak kampung, masa depan bangsa kalian. Masa depan kau yang penuh kesempatan, Burlian-kun,”
" Begitu pula sekolah, Burlian, Pukat. Sama seperti menanam pohon.. Pohon masa depan kalian. Semakin banyak ditanam, semakin baik dipelihara, maka pohonnya semakin tinggi menjulang. Dia akan menentukan hasil apa yang akan kalian petik di masa depan, kehidupan. Kalian tidak mau seperti Bapak, bukan? Tidak yang dari pucuknya kalian bisa melihat betapa luas dunia. Kau akan memiliki kesempatan itu Burlian, karena kau berbeda. Sejak lahir kau memang sudah spesial. Juga kau Pukat, karena kau anak yang pintar."
"kau anak yg spesial. Dan jangan sekali2 membenci mamak kao. Sejatinya tidak akan sampai sepersepuluh kasih sayangnya dapat kau balas..."
- Buku ini adalah kisah hidup tentang anak nombor tiga, iaitu Burlian. Sebenarnya siri anak ni kisah 4 beradik, anak kepada Pak Syahdan dan Mak Nung.
- Dalam siri Burlian, aku belajar menjadi lelaki. Haha, bukan. Maksudnya, aku belajar faham perangai budak lelaki dalam lingkungan umur 11-12 tahun.
- Burlian ni nakal. Sangat nakal. Tapi dalam nakalnya masih terselit rasa rendah diri, indah budi pekerti serta anak yang baik walaupun suka kacau Amelia, si bongsu tu.
- Rupa-rupanya, aku baru tahu kenapa setiap anak-anak ni ada panggilan istimewa yang tersendiri. Disebabkan Burlian ni sering timbulkan masalah sebab dia terlalu nakal, jadi mak ayah dia panggil dengan panggilan Anak Spesial untuk buat Burlian ni jadi percaya diri dan sering yakin dengan diri sendiri.
- Di penghujung cerita, Burlian ni berjaya lanjutkan pelajaran ke Tokyo. Ya, betul siri anak ni memang sekadar cerita (tak tahu la kalau betul wujud) tapi memang banyak benda yang aku belajar dari hidup sederhana diorang setakat ni (Amelia & Burlian). Sebab, keluarga diorang ni hidup di kawasan pedalaman, senang kata jauh dari hiruk pikuk permodenan. Kapal pun diorang tak pernah tengok. Jadi, melalui kesusahan tu diorang diajar dengan sikap rajin, rajin untuk kesekolah walaupun peralatan tak cukup sebab Pak Syahdan dengan Mak Nung ni memang nak anak-anak diorang lanjutkan pelajaran ke peringkat yang lebih tinggi. Dalam buku ni, ada je penduduk kampung yang tak bagi siap marah-marah lagi anak nak gi sekolah, sebab diorang nak anak tu pergi tolong dekat kebun. Diorang cakap, kalau belajar sampai asrama penuh pun tak dapat pergi mana-mana jugak sebab keterbatasan wang, tapi Pak Syahdan dengan Mak Nung ni bukan jenis yang macam tu.
- Sepanjang aku baca dua buku, aku dapat tengok macam mana cara Pak Syahdan dengan Mak Nung ni didik anak diorang. Kalau Pak Syahdan, dia banyak tegur tapi guna cara yang berhemah, nasihat dia tu melalui penceritaan. Contoh, Burlian ni dia merajuk dengan Mak dia sebab Mak dia janji nak beli basikal baru tapi haritu Mak dia tak belikan sebab tak cukup duit, so dia merajuk lah. Tapi Pak Syahdan cuba pujuk Burlian ni dengan cara cerita pengorbanan ibu dia dulu (aku menangis baca bab ni huahaha). Tapi, different parents have different ways kan? Sebab parent tu kenal anak masing-masing camana. Tapi bagi aku, aku suka cara mak ayah dia didik anak-anak dalam buku ni.
- Lepas tu, aku dapat belajar jugak erti ketabahan, gigih seorang Burlian ni, walaupun dia nakal tapi dia baik dengan orang lain. Aku cukup impress dengan watak Burlian ni, jadi jangan tengok anak-anak yang nakal tu takde masa depan.
- Oh ya, dalam buku Burlian ni jugak ramai betul kawan-kawan dia yang meninggal (selingan). Nak tahu sebab apa kena la baca. Okay sampai sini ja, selamat membaca!
I really love this book, I don't even know how to begin my review. My tears simply started to flow with this first few sentences. This is the first book from the Anak-anak Mamak (Mama's children) tetralogy. Each book tells us about each of the four Mama's children. Si Anak Spesial (The Extraordinary Child) tells us about Burlian's childhood, from around the age of seven. He lives in a rural village of Sumatra with his three siblings and his parents, and a village of farmers. The village is barely accessible via road, they need to travel a few hours to the nearest city, there's only one dilapidated primary school with one temporary teacher (who's been there for years), they are surrounded by farms, forest, and accompanied by a river. The book is described to be suitable for reader six years and older. It surely begins rather peacefully, a story about kids being kids - curious, adventurous, and at times bored of school. They played everywhere - in the farm, football field, river, forest, and even the train track. But after some time, you are confronted with reality. Through his adventures and the stories from the people in the village, Burlian understood why his father was very strict when it comes to school attendance, why he should not play in certain parts of the river, why some areas of the forest were said to be "protected by spirits", why there is only one teacher in his school. Looking at the book cover, the target audience, and most importantly, the simple yet beautiful story telling, I did not expect to be entirely heartbroken by the book. I'd be reading away and then suddenly things go downhill, or come to a dreadful realization. Thing is, I think I would not be this shattered if I read this book when I was 10, simply because I have seen and experienced so much more throughout the decades. I couldn't stop being amazed how the author put so many lessons and reflections about life in a children's book. Subjects like protecting the environment, the unconditional and endless love of a mother, the importance of formal education in the current era, the different kinds of danger of living near forests, the risks of gambling, corrupt "democratic" process, corrupt government and its outcome to children's education and life, the price of service to the people, the love of a father, even when he has to work thousands of miles away from his beloved family, are all covered in this book. Plus point - the author also elaborated on some Islamic principles without sounding preachy. I don't think I could say more without spoiling the book, but I have to state this again: I really REALLY love this book. I finished reading this beautiful book two months ago, yet writing this review just made me cry again. Very highly recommended.
pertama baca sinopsis buku ini, aku malah mikir, "err... what is exactly this book about?"
put it simply, the synopsis didn't help at all.
tapi karena nama Tere Liye, aku coba baca buku ini. dan seperti yang bisa diduga dari sinopsisnya, aku sudah baca hampir separuh buku dan masih belum dapet plot dari buku ini. goal yang dituju si pemeran utama, aku masih belum tau. sebelum liat versi cover tanpa sampul aja, aku nggak tau si pemeran utama itu anak laki-laki atau perempuan. sangat penuh misteri.
kesimpulan: aku curiga buku ini termasuk jenis slow starter atau memang sama sekali nggak ada plot-nya.
oke, itu dari sinopsis dan plot. sekarang beranjak ke penilaian dari gaya bahasa dan cara bercerita si pemeran utama.
it is supposedly written by Burlian, right? but I know, too clear, that it is written by Tere Leye. gaya penceritaan Burlian di buku itu terlalu 'nggak anak2'. kasih buku itu ke anak SD yang seumuran dengan Burlian, anak itu pasti ternganga.
sepertinya buku ini lebih cocok jadi buku memoar seperti Laskar Pelangi Andrea Hirata. buku itu menceritakan masa kecilnya, tetapi ditulis setelah dia dewasa sebagai sebuah memoar then it is okay to sound all grown up.
dari sisi setting, cerita terjadi di kampung Burlian yang entah ada di mana itu (mungkin informasinya terlewat mata karena aku skip beberapa bagian yang terasa membosankan). dan sampai hampir setengah jalan buku itu sebelum habis, aku belum 'dapet' setting kampung di dalam buku itu. aku membaca seolah itu terjadi dengan latar belakang canvas putih.
and for the pros:
the story informs me a lot of things. about SDSB or something (forget) that I never knew before reading Burlian. I don't know it is because Burlian came before my era or after, but I'll take that because I'm from younger era :p
dan tentang menunggu durian runtuh di kebun durian bangkok. euhm, sumpah, jadi bikin pengen makan durian saat itu juga.
anyway, I'm still reading it, I think I'll give it a chance till the last word of the book. I do hope it'll get better.
Kebanyakan falsafah yang dalam disampaikan melalui watak Wak Yati. Apa yang menariknya adalah Tere-Liye tidak memaksa pembaca menyukai watak utamanya Burlian dengan menjadikan falsafah dan pemikiran yang hebat itu datang dari watak utama. Tetapi, Tere-Liye sengaja menulis seakan Burlian mengingat-ingat sahaja pesanan Wak Yati. Malah membuatkan watak Burlian seakan tidak pernah faham apa yang Wak Yati bicarakan kepadanya.
"Wak Yati, paling hanya separuh kalimatnya yang aku mengerti". -Burlian-
rasanya nano nano. gua gtau ini ceritany thn brp, tp kerasa dh kesenjangan antara kota ama desa, mulai dr pendidikan, pengetahuan, pekerjaan, fasilitas dn yg lain
Buku ini yang paling bisa saya nikmati saat membacanya. Ada hal baru di sini. Bukan dari segi isi ceritanya, tapi dari cara penulisan. Tidak lagi membuat capek karena sedikit2 harus berhenti karena menabrak titik dan tanda setrip. Atau sedikit2 menggeleng karena banyak sekali tulisan miring. Atau sedikit2 terhentak karena banyak sekali HURUF KAPITAL dan tanda seru! Pengalaman membaca kisah hidup Burlian anak desa Sumatera ini bisa santai, apalagi di beberapa bab ada spoiler mengenai apa yang akan menjadi penutup bab itu.
Mengutio kata Pak Tino Sidin favorit bocah2 penonton TVRI yang senang menggambar, buku ini, "Yak... Bagus..."
Suka sekali dengan isi dari ceritanya. Meski ada bbrp bagian yang diulang, tp tetep ga mengurangi esensinya.
Buku ini memuat kisah tentang Burlian, si anak Spesial Bapak dan Mamak.
Hampir seluruh kisah di buku ini aku suka. Mulai dari cerita Ahmad, Munjib, pertemuan dengan Nakamura, cerita perjudian di kampung, putri tidur (rusa), cerita menembak, hingga cerita tentang sekolah yang roboh hingga menewaskan beberapa teman Burlian.
Aku baca buku ini setelah membaca buku si anak kuat atau Amelia. Dibanding buku si anak kuat, buku ini terkesan lebih menyentuh:')
Di buku ini aku menemui banyak kisah yang cukup emosional seperti misalnya kejadian Ahmad yang dijauhi oleh anak kelas, namun berkat burlian, karena ia spesial, maka ia bisa menjadikan Ahmad memiliki teman. Lalu ada kisah Juni dan Juli yang mengalami kejadian naas ketika sekolah burlian roboh. Ada lagi cerita tentang Munjib yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena ayahnya yang skeptis sama pendidikan, namun pada akhirnya Munjib bisa sekolah lagi berkat bujukan dari Pak Bin dan juga Burlian. Dan beberapa kisah petualangan Burlian lainnya yg ga kalah seruu dan menyentuh:')
This entire review has been hidden because of spoilers.
oke. sebagai pembaca yang baik, saya akan ngereview buku ini sedikit. sebenernya udah baca dari jaman 2010. awalnya, karena sepupu saya suka banget sama karangannya mas Darwis ini. Jadi, saya pun mencoba membacanya. Dan, setelah membacanya dari awal sampai akhir saya beri rating 4. well, karena pada saat itu sedang demam-demamnya buku bertemakan nasionalisme yang berlandaskan 'view' daerah terbelakang dan anak luar biasa. maka saya menjadi semakin tertarik. cerita bagaimana burlian pertama kali membolos, kisah hidup ayahnya yang hampir saja menjadi pegawai tapi tidak jadi karena dia tidak lulus sekolah. semua yang ada di buku ini membuat saya terharu, menangis, tertawa lagi, lalu merenung. mungkin, jika tema ini dibuat sekarang akan terasa basi dan tidak menarik. tapi, karena pada saat itu tema seperti ini sedang marak, jadilah tema ini menjadi sangat menarik. itu aja sih sebenernya. good recomend deh. dan saya belum sempat membaca serial anak-anak mamak lainnya. ntar deh cari colongan buku dulu. hehehe
Di antara Eliana, Pukat, sama Amelia, menurutku THIS IS THE BEST.
Sebutan Bapak-Mamak kalau Burlian itu anak yang spesial, bener banget. Selamat dari reruntuhan sekolah yang ambruk, punya ide buat naik pohon pas lagi tersesat, lolos dari maut diterkam buaya juga disengat ribuan lebah, apapun itu.
Ceritanya memang nggak jauh dari tiga buku sebelumnya, sama-sama punya teman akrab yang jadi kayak geng, ada teman yang nyaris putus sekolah atau bermasalah sama sekolah, cerita seberapa besar Mamak sayang ke anaknya. Tapi cerita Burlian nggak bosenin (terlepas dari lamanya waktu buat baca, errr)
Buku ini amat sangat mengajarkan "Kalau kamu punya impian, pegang terus, karena pasti akan ada jalan buat mencapai impian itu." :)
Burlian si anak pintar. Ada-Ada sahaja yang mahu ditanya. Keberanian yang luar biasa. Teman regu si Pukat, abangnya :) Sering juga didenda oleh Mamak ^_^
Hal surat berantai dan pertaruhan (judi). Dua hal yang panjang dalam buku ini.
"Si Anak Spesial" adalah salah satu novel karya penulis terkenal Indonesia, Tere Liye. Buku ini merupakan bagian dari seri "Anak-Anak Mamak" yang terdiri dari beberapa novel yang saling berkaitan, namun masing-masing dapat dibaca secara mandiri.
Sinopsis Singkat: Novel ini bercerita tentang perjalanan hidup seorang anak bernama Siswa, yang memiliki keistimewaan sejak lahir. Diceritakan dengan latar belakang kehidupan pedesaan yang sarat dengan nilai-nilai keluarga dan persahabatan, Siswa tumbuh dengan berbagai tantangan dan petualangan yang membentuk karakter serta kepribadiannya.
Tema dan Pesan: 1. Keberanian dan Ketekunan: Melalui karakter Siswa, Tere Liye mengajarkan pentingnya keberanian dan ketekunan dalam menghadapi berbagai rintangan hidup. Siswa sering kali harus mengatasi hambatan fisik dan sosial untuk membuktikan dirinya.
2. Nilai Keluarga: Buku ini menekankan pentingnya dukungan keluarga. Keluarga Siswa selalu memberikan dukungan moral dan emosional yang kuat, yang membantu Siswa untuk tetap semangat dan percaya diri.
3. Persahabatan: Persahabatan yang tulus dan setia antara Siswa dan teman-temannya menjadi salah satu pilar utama dalam cerita ini. Tere Liye menggambarkan bagaimana persahabatan dapat menjadi sumber kekuatan dalam situasi sulit.
Kelebihan Buku: - Penokohan yang Kuat: Tere Liye berhasil membangun karakter-karakter yang hidup dan nyata. Setiap karakter memiliki keunikan dan perkembangan yang jelas sepanjang cerita. - Gaya Bahasa: Dengan gaya bahasa yang sederhana namun penuh makna, Tere Liye mampu menyampaikan pesan-pesan moral tanpa terkesan menggurui. - Cerita yang Menginspirasi: Kisah Siswa menginspirasi pembaca untuk tidak mudah menyerah dan selalu berusaha mencapai impian meskipun dalam kondisi yang sulit.
Kekurangan Buku: - Plot yang Terduga: Bagi beberapa pembaca, alur cerita mungkin terasa agak klise atau dapat ditebak, terutama jika sudah familiar dengan karya-karya Tere Liye lainnya. - Pemaparan Konflik: Beberapa konflik dalam cerita terkadang diselesaikan dengan cepat dan mudah, yang mungkin mengurangi ketegangan atau kedalaman emosi yang bisa lebih digali.
Kesimpulan "Si Anak Spesial" adalah sebuah novel yang menyajikan cerita inspiratif dengan latar belakang budaya Indonesia yang kental. Meskipun memiliki beberapa kekurangan, novel ini tetap memberikan pelajaran berharga tentang keberanian, ketekunan, dan pentingnya dukungan keluarga serta persahabatan. Bagi penggemar Tere Liye atau pembaca yang mencari kisah inspiratif, "Si Anak Spesial" layak untuk dibaca.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Si Anak Spesial kembali membawa kita bertemu dengan anak-anak mamak yang memiliki keunikan tersendiri. Eli, Pukat, Burlian, dan Amelia hanya terpaut satu sampai dua tahun saja. Kisah petualangan anak Nusantara yang seru dan menakjubkan. Penulis menyelipkan pesan moral yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun tergolong novel anak, sangat cocok dibaca segala usia 😍
💚 Hal menarik dari Si Anak Spesial:
🏡 Kampung terletak di kaki Bukit Barisan
💣 Eksplorasi geologi untuk menyelidiki kandungan minyak.
🪵 Aroma kayu manis sebagai aromaterapi.
🌳 Pohon sengon yang berharga seperti jati.
🚂 Dilarang meletakkan sesuatu di atas rel kereta karena dapat membahayakan perjalanan.
📺 Keberadaan televisi hitam putih yang dihidupkan menggunakan aki mobil.
📻 Radio berukuran bantal yang diisi dengan enam baterai jumbo.
🍈Cara panen durian yang paling sempurna yaitu menunggu buahnya jatuh sendiri dari pohon.
🌿 Tembakau yang dicampur dengan air dibalurkan pada tubuh untuk menghindari lintah.
🍯Cara panen madu yang aman dengan membakar sabut kelapa yang dibungkus dengan rumput basah.
🎁 Tradisi ketika mengadakan suatu acara, tetangga membawa sembako dan tuan rumah akan memberikan bungkusan makanan kepada tetangga yang telah membantu.
🎣 Mancing kucur, mancing ikan pada malam hari dengan umpan yang menyengat.
🛢️Minyak adalah emas hitam yang menjadi komoditas penting bagi negara.
🔭 Mengamati rasi bintang menggunakan teleskop.
👨🏫 Guru honorer yang mengabdi puluhan tahun, tidak ada pengangkatan, dan tidak pernah digaji sepeserpun oleh pemerintah.
✉️ Bagi-bagi amplop uang dan sembako dalam hal politik merupakan perbuatan yang tercela.
⛰️ Orang bunian yang tinggal di gua.
🐦 Menangkap burung mandi.
✨ Hal yang sangat menakjubkan yaitu mengintip putri mandi. Siapakah putri mandi itu? 🤔
🗨️ "Leluhur kita hidup bersisian dengan alam lebih dari ratusan tahun. Mereka hidup dari kasih sayang hutan yang memberikan segalanya. Maka sudah sepatutnya mereka membalas kebaikan itu dengan menjaga hutan dan seluruh isinya." (Hal. 254)
Waktu itu saya sedang scrolling explore TikTok saat menemukan serial Si Anak Nusantara, atau dulunya disebut Si Anak Mamak. Karena penasaran, saya pun langsung membeli kedua buku dari serial tersebut, Si Anak Kuat dan Si Anak Spesial.
Sepertinya Si Anak Spesial ini hanyalah penggantian judul dari novel Burlian.
Awalnya saya kira Si Anak Spesial ini menceritakan kisah tentang anak berkebutuhan khusus yang bernama Burlian, sedikit bodoh memang, mengingat saya langsung menyimpulkan hal tersebut dari kata 'Spesial'. Setelah saya baca buku 'Si Anak Kuat', saya baru sadar kalau buku ini menceritakan tokoh Burlian, saudaranya Amelia.
Namun tokoh Burlian di buku ini memang benar-benar anak yang spesial. Mungkin dia tidak berhati kuat seperti Amelia, tidak jenius seperti Pukat, dan tidak pemberani seperti Eliana. Tetapi dia selalu berbeda dari saudara-saudaranya.
Hal yang paling menarik dari buku ini adalah kisah Burlian dengan Tuan Nakamura, yang saking menariknya tidak akan saya bocorkan di sini.
Novel standar menurutku, menceritakan potongan-potongan kehidupan seorang anak SD yg bernama Burlian. Kehidupannya di desa yang tidak terjamah teknologi bersama dengan empat saudaranya—Eli, Pukat, dan Amelia—beserta orang tuanya. Menurutku ini lebih seperti cerpen, beberapa cerita tidak memiliki hubungan yang jelas satu sama lain. Novel ini tidak memiliki konflik utamanya, konfliknya bercabang, berbeda-beda pada tiap bab.
Mengingat novel ini memiliki rating 6+ ☺️ Ya, ini novel anak-anak, judulnya aja udh jelas, _Si Anak Spesial_. Setiap potongan cerita memberikan pelajaran-pelajaran, petuh-petuah. Dari yang paling remeh seperti jangan bolos sekolah, jangan sengaja menaruh barang untuk dilindas di rel kereta, sampai pesan-pesan tentang betapa pentingnya pendidikan dan betapa besarnya kasih sayang orang tua kepada anaknya.
Ada beberapa bagian yang menurutku bakal susah dicerna untuk anak kecil, terutama pada bab yg bercerita tentang pemilihan kepala desa. Salah satu kutipan yang aku suka yaitu, "Tidak ada demokrasi untuk orang bodoh!" Yah, jelas sekali itu topik politik yang terlalu rumit untuk dipahami oleh anak umur enam tahun.
Dari segi penulisan, Tere Liye tetap mempertahankan ciri khasnya. Menurutku ada beberapa kosa kata yang asing, terlalu berat untuk dicerna anak-anak. Mungkin karena itu juga novel ini memiliki lumayan banyak cacatan kaki dibandingkan novel-novel beliau yang lain. Entah kenapa novel-novel awal beliau memiliki lebih banyak catatan kaki dibandingkan novelnya yang baru-baru ini.
Cerita-ceritanya menyayat hati, heartwarming. Kisah petualangan Burlian di desanya juga tidak kalah seru dengan kisah petualang Raib di dunia paralel. Mungkin awal-awal memang membosankan, hanya menceritakan kenakalan anak kecil yang bolos sekolah lalu dihukum orang tuanya. Tapi, mau bagaimana lagi, marketnya memang untuk anak kecil, jadi masih bisa dipahami. Dan mungkin itu alasan kenapa aku merasa kurang cocok dengan novel ini.
sangat banyak pelajaran yang bisa diambil dari novel ini. anak-anak mamak.
tentang Burlian. salah satu anak mamak. anak kampung pedalaman sumatera yang hidup bersisian dengan taman nasional bukit barisan. anak kampung yang bebas bermain dengan alam. anak kampung dengan kejahilannya.
yg khas dari burlian ini adalah sifat KEPOnya. terlalu ingin tau dengan urusan orang dewasa. berbeda dengan sang kakak yang bodo amat (ya wajar ya kan yg lagi diceritain si burlian hehe). namun hal itu yang membuat ia mudah berinteraksi dan terlibat dalam urusan orang dewasa. juga membuatnya selangkah lebih bijak. katakan saja dengan si orang jepang. bakwo dar. pak bin. dll.
cerita terdiri dari beberapa momen2 membekas dari orang2 yang pernah berinteraksi dengan burlian. pas baca, aku sampe mikir 'ini semua kenapa gara-gara burlian ya? gara-gara siapa gitu kek'. positif kok 'gara-gara'nya.
part yang paling aku suka, bagian saat burlian dan kak pukat bolos sekolah dan dihukum mamak. hahaha.. mamak aku padamu 😍
cara mamak hukum mereka kece. tanpa ngomel. langsung kasih efek jera. ga ada tuh keringanan atau kasihan2. tegas. mereka bisa merasakan dan membayangkan apa yg akan mereka dapat di masa depan dengan melakukan kesalahan itu (lagi).
diimbangi dengan sikap bapak yang supportif. saling mengisi cara didik mamak. bijak.
sampe akhir aku nyari-nyari di mana specialnya si burlian. sesuai judulnya. Burlian si anak special. perasaan biasa aja sepanjang cerita. yg jelas dia anak baik. sampai diujung halaman baru aku tau maksud judul itu. maksud SPESIAL itu. ucapan adalah doa ya kan teman-teman :')))))
Novel ini jadi penutup reading challengeku, yang waktu awal tahun skeptis bisa nyelesaiin reading challenge. But here I am! Novel ini aku juga dapatin secara gratis di Google Play Books yang dibagikan langsung sama Tere Liye. Dan yang aku dapat ini adalah unedited version alias masih berupa naskah asli tanpa sentuhan penerbit (Fyi, hampir semua buku Tere Liye di Google Play Books masih berupa naskah asli).
Novel ini tadinya berjudul Burlian dan sudah mengalami banyak sekali perubahan cover dan judul. Novel ini juga buku kedua dari Serial Anak Mamak.
Secara singkat novel ini berkisah mengenai anak laki-laki bernama Burlian dengan kehidupannya di perkampungan jauh di pedalaman Sumatra sana. Selain itu juga mengisahkan kehidupannya dengan saudara-saudaranya dan juga teman-temannya di sekolah. Burlian adalah anak ketiga dari empat bersaudara dan Mamak-Bapaknya sering kali menjulukinya "Anak Spesial".
Novel ini kaya unsur deskriptif yang apik dengan gaya bercerita yang unik, serta selipan-selipan sindiran di sana sini untuk kaum atas, yang menjadikan novel ini benar-benar terasa dekat dengan kita. Mulus banget deh sindirannya di dalam sini!
Akan tetapi sayangnya di beberapa part aku sering menemukan kalau novel ini ada beberapa hal yang kurang make sense, terutama menjelang akhir cerita. Seperti cerita yang hanya ditambah-tambahkan saja.
Yet again ini memang unedited version jadi kita bisa tahu seberapa fresh cerita ini bermula. Dan aku penasaran apakah judul lain dari seri Anak Mamak ini bisa dibaca berlompatan? Soalnya di sini aku merasa ceritanya berdiri secara terpisah. Dan sepertinya tiap buku akan berbeda POV.
baru baca buku Si Anak Spesial setelah baca buku Si Anak Pintar, rasanya tidak ada yang berbeda jauh. mungkin karna ada beberapa cerita dari Si Anak Spesial yang dijelaskan lebih lanjut di Si Anak Pintar. apalagi Burlian dan Pukat ini suka bareng bareng.
menurutku, di buku ini lebih banyak bumbu bumbu ceritanya. lebih banyak perasaan yang terlibat di buku ini. di awal bab udah disuguhi sm cerita horror mamak soal pohon bungur besar di tengah tengah kuburan desa di belakang rumah.
terus cerita hukuman untuk Burlian dan Pukat karna bolos sekolah, hukuman karna memasang paku di atas rel kereta, cerita si Ahmad (seru dan sedih), cerita soal penyesalan terbesar Bapak, SDSB (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah yg seperti judi), soal senapan angin, cerita soal anak anak kampung yang kebanyakan putus sekolah, soal Nakamura-san, cerita seberapa besar cinta mamak (yg membuatku menyadari betapa besar perjuangan mamak mamak dalam menuruti permintaan anaknya), cerita pemilihan kepala kampung, robohnya harapan anak anak kampung, mengintip “putri” mandi, ABRI masuk desa, cerita pohon bungur besar lagi, dan ditutup dengan cerita masa depan Burlian. semuanya, menurutku, lebih lika liku dibanding dengan cerita Pukat.
lagi lagi aku akan menyelipkan kutipan di buku Si Anak Spesial ini, ini ucapan Wak Yati yang selalu bijak. “Sang Waktu tidak pernah kalah. Nooit verloren. Seberat apapun beban yang mengganduli kaki, waktu terus berlalu.” –hal. 251
Seri lanjutan dari Amelia. Dengan sudut pandang berbeda, dengan cerita berbeda. Burlian, anak Mamak yang spesial bertualang di kampung di bukit barisan. Esok lusa, dia akan melihat dunia yang luas. Burlian, dengan segala keingin-tahuannya, berhasil mengajarkan kita akan nilai-nilai luhur. Terkadang, ingin tahu itu bisa saja membuat kita tersesat.
Buku ini tidak kalah bagusnya dengan Amelia. Dengan segala pesan dan hikmah, serta prinsip-prinsip baik yang ditanamkan oleh penulis, menjadi nilai pokok Burlian. Tambahkan dengan setting di kampung yang jauh dari teknologi.
Namun, dalam segi blurb, buku ini tidak lebih baik dari adiknya. Blurb tidak banyak membantu untuk menggaet pembaca. Meskipun, covernya relatif menyenangkan dilihat.
SElain itu, kekurangan dari novel ini adalah novel ini tidak memiliki alur yang jelas. Loncat dari satu satu kejadian ke kejadian lain. Dan di akhir, aku masih tidak bisa menangkap alur cerita. Yang aku tangkap hanya Burlian berhasil pergi ke Jepang. Tapi, di dalamnya, tidak banyak penjelasan bagaimana Burlian berhasil pergi ke sana. Di buku hanya dijelaskan pertemuan Burlian dengan Nakamura-san. Selebihnya, tidak begitu berkorelasi dengan hal itu.
Terlepas dari semua hal itu, aku cukup suka dengan buku ini. Dan lagi, cocok untuk mengajarkan nilai-nilai luruh kepada anak-anak yang rasa ingin tahu-nya sangat besar.