Ini adalah serangkaian kisah tentang pertarungan dan daya tahan manusia. Ada yang melawan dan bertahan, ada yang lari dan menyembunyikan diri, ada yang tak punya pilihan selain binasa perlahan.
Cerita-cerita dalam buku ini hanya satu upaya kecil untuk menghayati makna kita sebagai manusia.
Okky Madasari is an Indonesian novelist. She is well-known for her social criticism with her fiction highlighting social issues, such as injustice and discrimination, and above all, about humanity. In academic field, her main interest is on literature, censorship and freedom of expression, and sociology of knowledge.
Since 2010 Okky has published 10 books, comprising of five novels, one short-story collection, three children’s novels and one non-fiction book. Her newest book (2019) is Genealogi Sastra Indonesia: Kapitalisme, Islam dan Sastra Perlawanan or “Genealogy of Indonesian Literature: Capitalism, Islam and Critical Literature”, which is published online and can be freely downloaded from her website www.okkymadasari.net. Okky’s novels have been translated into English, Germany and Arabic.
Buku ini untuk menyelesaikan Tsundoku Books Challenge 2017
3,6 dari 5 bintang!
"......Siapa pun boleh menghina kita, tapi tak satu pun boleh menghina agama kita. Apalagi kalau dia kafir" (Halaman 190 - Saat Ribuan Manusia Berbaris di kotaku)
Buku ini berisikan 19 cerita pendek yang ditulis oleh Mbak Okky Madasari selama satu dekade dari tahun 2007-2017. Saya selalu terpukau dengan tema yang diangkat oleh penulis karena banyak menyentil isu sosial dan politik yang secara tidak langsung terjadi nyata di masyarakat. Berikut ini review singkat dari masing-masing cerita dibuku ini :
1. Yang Bertahan dan Binasa Perlahan - 2011-2013 * Kisah Bandiman beserta istri dan anaknya yang memutuskan untuk ikut program transmigrasi ke kalimantan dan pergi meninggalkan kampungnya di Giriharjo. Akankah ia mampu untuk bertahan hidup disana? (Favoritku)
2. Janin - 2011 * curahan hati dari janin didalam kandungan ibu yang tidak mencintainya (Favoritku)
3. Sarap - 2010 Seorang pria yang bertingkah seolah-olah gila dan acuh tak acuh dengan sekelilingnya
4. Pemain Topeng - 2009 * Kisah seorang bapak yang gemar membuat topeng dan juga seorang pemain topeng. Kehidupan seperti apa yang kita ingin dapatkan? kita memilih hidup dengan topeng, dan orang-orang menyukainya atau memilih melepaskan topeng itu meski tidak semua orang mau menerimanya? (Favoritku)
5. Laki-laki di Televisi - 2009 Ratapan seorang ibu yang menyaksikan anaknya menjadi tersangka teroris jauh di negeri orang
6. Dua Lelaki - 2010-2013 * Persahabatan dua lelaki yang berbeda agama merenungi perselisihan di masa lalu yang mengubah segalanya. Yang berbeda dijauhkan dan yang sama disatukan. masing-maisng bersembunyi dalam kenyamanan, memelihara aman dan tentram (Favoritku)
7. Keumala - 2012-2014 * seorang anak perempuan yang sedari kecil hingga besar tidak mendapatkan keadilan dan kesempatan kedua (Favoritku)
8. Hasrat - 2008-2014 * hasrat terpendam dari seorang bapak guru kepada muridnya yang tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata(Favoritku)
9. Partai Pengasih - 2008 Ketika ramainya partai-partai mendatangi para kyai untuk menanyakan ramalan kemenangan mereka di pemilu mendatang
10. Patung Dewa - 2011 Jeritan hati seorang roh yang terperangkap didalam patung semen yang hancur berkeping-keping
11. Riuh - 2013 provokator di dunia linimasa yang berkata apa yang harus ia katakan meskipun itu bukanlah hal yang sesungguhnya terjadi
12. Dunia Ketiga untukku - 2014 * Renungan dari seorang pengecut yang awaalnya memutuskan untuk bunuh diri dan lari dari kehidupan di depan mata (Favoritku)
13. Perempuan Pertama - 2013 Kisah perempuan pertama di muka bumi dari sudut pandang penulis
14. Di Ruang Sidang - 2007 * Kisah Rintihan hati seorang koruptor di dalam tahanan sel penjaranya (Favoritku)
15. Bahagia bersyarat - 2011 * Kisah seorang suami yang ingin menikah (lagi) (Favoritku)
16. Dua Pengantin - 2016 Dua lelaki yang saling bercerita mengenai perempuan, istri dan bidadari
17. Lalu kita menua - 2016 * Obsesi cinta lelaki paruh baya terhadap perempuan yang ia cintai (Favoritku)
18. Akad - 2016 * Keinginan suami istri yang ingin memiliki rumah sendiri di kelak masa yang akan datang (Favoritku)
19. Saat Ribuan Manusia Berbaris di Kotaku - 2017 * kemarahan seorang Bapak akan penghinaan terhadap agamanya. Untuk yang satu ini sangat menjadi favorit saya karena hal ini benar-benar itu terjadi hingga berhasil menyingkirkan gubernur DKI Jakarta yang saat itu menjabat. (Favoritku)
Cerpennya bagus-bagus. Beberapa kurang berkesan. Ada yang bikin mengerutkan kening. Tapi, ada cerpen-cerpen tertentu yang bagusnya kebangetan hingga menutupi kelemahan cerpen-cerpen lainnya. Saran saya kalau mau baca, silakan baca dengan urutan; cerpen pertama, cerpen terakhir, lanjut lagi cerpen kedua, lalu cerpen kedua sebelum terakhir, lalu begitu seterusnya. Karena, cerpen-cerpen yang diletakkan di belakang yang dominan bagus. Favorit saya: Dua Pengantin, Riuh, Akad, dan Saat Ribuan Manusia Berbaris di Kotaku.
Ini karena mbak Marina! Iya, karena dia memasukkan judul buku ini ke dalam rak Goodreads-nya, aku lantas membaca sinopsis dan beberapa resensinya. Untuk aku yang belum pernah membaca buku Okky Madasari sebelumnya, buku ini cukup membuatku tertarik. Aku pernah mencoba membaca Entrok, tapi aku terlanjur menyerah. Aku rasa, buku ini bisa membuat aku tertarik untuk membaca buku Okky Madasari yang lain.
Sebagai pemula dalam membaca Okky Madasari, Yang Bertahan dan Binasa Perlahan merupakan buku yang tepat untuk menjajaki karyanya. Mencoba membaca yang pendek terlebih dahulu sebelum memutuskan apakah sudah siap mengeksplorasi tulisannya yang lain.
Kabar mengenai buku terbaru dari Okky Madasari ini saya peroleh dari linimasa twitter. Saya sempat mengira buku ini berupa novel seperti lima karya sebelumnya. Ternyata kali ini adalah kumpulan cerpen yang ditulis oleh Okky selama satu dekade, tahun 2007-2017.
Sebanyak 19 cerpen di dalam buku ini mempunyai benang merah yang sama, pertarungan dan daya tahan manusia. Mengutip kata pengantar dari penulisnya, di dalam kumpulan cerpen ini ada kisah manusia yang melawan dan bertahan, ada yang lari dan menyembunyikan diri, dan ada yang tidak punya pilihan selain binasa perlahan.
Yang Bertahan dan Binasa Perlahan, adalah cerpen pembuka sekaligus yang paling panjang. Berkisah tentang seorang lelaki yang memutuskan untuk menjadi transmigran ke Kalimantan. Berbekal tekad ingin punya rumah dan lahan, Bandiman memboyong istri dan ketiga anaknya. Meski harus kehilangan salah seorang anak di dalam perjalanan, Bandiman menunjukkan sikap mencoba melawan. Karena pilihan lainnya adalah binasa. Begitupun dengan cerpen Janin, yang mengisahkan tentang sosok janin yang mencoba bertahan ketika ingin dibinasakan oleh empunya rahim.
Memang benar adanya kalo buku ini berisi kumpulan cerpen yang berupaya membuat kita semakin menghayati makna kita sebagai manusia.
Sedikit review dari masing-masing cerita :
1. Yang Bertahan dan Binasa Perlahan 2011-2013 Bercerita tentang Bandiman yang awalnya tinggal di Jawa, memutuskan untuk mengadu nasib ke Kalimantan tanpa tahu seperti apa tempat itu. Aku salut dengan rasa tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga.
"Adakah yang lebih terhormat dibanding tetap setia hidup bersama keluarga, menanggung sengsara bersama-sama?" (hlmn. 29)
2. Janin - 2011 Seorang perempuan yang hamil di luar nikah akibat pergaulan yang tidak sehat. Sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang dari janin yang dikandung perempuan itu. Ibunya merokok, tidur dengan lelaki lain tanpa memerdulikan janin di perutnya, bahkan sampai ingin menggugurkannya tapi ia tetap kuat bertahan di rahim ibunya sampai lahir setelah sembilan bulan sembilan hari
3. Sarap - 2010 Tentang kasih sayang seorang Ibu ke anaknya, dan mungkin kebanyakan kita sama kaya si anak yang gengsi buat bilang sayang ke Ibu. Terus sepertinya karena anak ini ga mau dengerin nasihat Ibunya dari kecil, dewasanya jadi berbuat sesuka hati dan dianggap "kurang waras" mungkin? Padahal dia diam-diam tahu banyak hal, tapi memilih buat disimpan aja dalam hati rapat-rapat
4. Pemain Topeng 2009 Seorang bapak yang bekerja sebagai pembuat topeng, dan ikut mementaskannya di balai desa. Mulanya beliau melakonkan cerita-cerita yang lucu dan menghibur, namun di akhir beliau jadi seorang yang "jahat" dengan topeng-topengnya yang menyeramkan.
"Sudah lama aku pura-pura baik. Kalian suruh aku buat topeng baik. Kalian suruh aku main lakon baik. Tapi sekarang tidak lagi. Aku tak sudi lagi jadi badut kalian. Aku capek!" (hlmn. 83-84)
Kita perlu menghargai setiap hiburan dari teman-teman kita, karena mungkin saja selama ini mereka berpura-pura ceria hanya untuk menyembunyikan kesedihan mereka. :')
5. Laki-laki di Televisi - 2009 Seorang Ibu yang percaya kalau anaknya bukanlah seorang teroris seperti yang diberitakan di TV. Orang-orang pun mulai ramai berdatangan ke rumah beliau. Bahkan dari CCTV sendiri pun beliau yakin sekali jika pria itu bukanlah anaknya. Ia mengenal betul bagaimana sifat dan fisik anaknya. Akhirnya orang-orang itu tidak pernah datang lagi ke rumah. Dari sini kita bisa belajar untuk tidak menghakimi tanpa ada bukti yang jelas dan valid.
6. Dua lelaki 2010-2013 Amir dan Lukas, dua sahabat yang berbeda keyakinan awalnya berteman akrab sejak kecil, hingga suatu ketika terjadi perselisihan yang menyebabkan mereka berpisah rumah. Lukas tinggal di utara, sedangkan Amir di selatan. Tentunya saling canggung dong ya. Lukas suatu hari main ke rumah Amir, dua-duanya merasa was-was dan takut, karena kedua kubu ini tidak boleh saling berinteraksi.
"Dua lelaki menangis sambil berpelukan. Ada sesal dan ngilu yang tak terkatakan. Ada luka yang terus mengintip di selip ingatan." (hlmn. 99)
7. Keumala 2012-2014 Keumala, si gadis yang malang. Ibunya meninggal saat melahirkan dia. Hamil tanpa tahu siapa bapak si bayi ini. Kakek dan Neneknyalah yang mengasuh dia dengan amarah dan benci. Bayangkan saja sejak kecil, kisah-kisah Ibunya selalu diulang-ulang. Namun Keumala diam saja. Hingga ia ditangkap razia oleh polisi. Kakek Neneknya pun semakin bersumpah serapah.
Dari cerita ini kita dapat belajar bahwa suasana rumah yang tidak menyenangkan membuat anak mencari hiburan di luar rumah. Keumala jadi ikut bergaul dengan teman-temannya. Kayanya termasuk pergaulan yang buruk sih ini.
8. Hasrat - 2008-2014 Seorang pria yang berprofesi guru SD dan ditempatkan di Pontianak. Ia merasa janji-janji tentang kebahagiaan yang ia dapatkan di sana hanyalah omong kosong. Dan ia pun mencari pelarian dengan melecehkan murid-murid perempuannya. Hampir semuanya sudah ia "cicipi". Bahkan Hanna, murid perempuannya yang sudah lulus 3 tahun pun tak luput ia garap.
Sungguh tidak cocok dijadikan untuk dijadikan sebagai panutan. Seorang guru yang seharusnya bisa menjadi contoh. Sungguh disayangkan, para murid yang ia lecehkan tidak mengadu sama sekali, hal ini mungkin menjadi bukti kenapa ia masih dihormati semua orang di desa itu.
9. Partai Pengasih - 2008 Kyai Noto seorang yang berilmu di desa itu, bahkan beliau lebih dipercaya dibanding dokter. Sampai suatu ketika di saat pemilu, semua orang di desa ikut saja apa yang disuruh beliau. Masa iya, pesan yang beliau dapatkan dari gelombang air adalah untuk mencoblos semua nomor yang ada di pemilu itu? wkwkwk asli ga bisa berhenti ngakak pas di bagian ini.
10. Patung Dewa - 2011 Awalnya seorang tukang membentuk sebuah patung. Beribu-ribu patung yang ia buat akhirnya ia membuat sebuah patung yang berbeda dari yang lain. Seorang roh pun turun dan hinggap di dalam patung itu. Orang-orang beramai-ramai menyembahnya, padahal si patung tidak melakukan apa-apa sama sekali. Hingga suatu ketika kelompok orang-orang bersorban datang dan menghancurkan patung itu bersama-sama.
Mungkin ini tentang bagaimana dulu orang-orang yang masih menganut animisme, percaya pada dewa-dewa, hingga agama datang dan mengajarkan kalo satu-satunya yang layak disembah hanya Tuhan saja.
11. Riuh - 2013 Sepanjang cerita aku memikirkan si tokoh sebagai seorang artis dunia maya. Ribuan orang meretweet cuitannya di twitter. Orang-orang pun banyak mengundangnya baik menulis buku, seminar, dll. Tapi anehnya ia tetap merasa kekurangan uang karena tidak cukup. Suatu ketika ia diminta untuk membela seorang koruptor dengan diiming-imingi 60 juta. Siapa yang ga tergiur ya kan. Si tokoh pun membela si koruptor. Tapi yang terjadi orang-orang malah berhenti mengikutinya, padahal awalnya pengikutnya ada sekitar 50k an.
Meski diiming-imingi hal yang berharga dan mahal, bukan berarti kita harus membela hal yang salah dong. Orang-orang pada akhirnya akan tahu mana yang benar dan mana yang salah.
12. Dunia Ketiga Untukku - 2014 "Tapi dalam keterhinaan itu, aku menemukan kebenaran. Begitu pengecutnya aku, hingga untuk hidup saja takut. Begitu tak punya harga dirinya aku, hingga lebih memilih mati untuk bisa melarikan diri. Aku menangis. Menangis karena malu." (hlmn. 146)
Seketika quote ini menamparku :')
13. Perempuan Pertama - 2013 Wait wait. Cerita ini berbeda versi dengan cerita taman eden yang pernah kubaca. Kalo di Alkitab si Hawa diusir karena memakan buah larangan, sedangkan di cerita ini ia memilih sendiri untuk meninggalkan tempat abadi itu bersama pasangannya. Namun di akhir cerita Hawa mengakui jika ia adalah setan kejahatan itu, tubuhnyalah yang menjadi awal semua dosa itu.
14. Di Ruang Sidang - 2007 Seorang menteri yang padahal awalnya tidak tahu menahu dengan setiap pemberian sekretarisnya. Ia terima begitu saja, dengan embel-embel memang sudah seyogyanya ia terima. Hingga suatu ketika ia dijerat karena menggunakan uang departemen semena-mena. Kalo dapat pemberian, mending dicari tahu dulu deh sumber dan alasan yang lebih logis biar ga gampung ditipu kaya gini.
15. Bahagia Bersyarat - "Cinta adalah saat saya merasa tenang, bersama orang yang selalu sopan dan menghujani saya dengan berbagai kehidupan. Cinta adalah saat dia hadir membawa kepastian tentang masa depan yang mapan, tak kekurangan. & bagi orang tua saya, cinta adlh saat anak perempuannya brtemu laki-laki yg benar, yg nantinya bisa mencukupi segala kebutuhan. Maka saya perintahkan hati saya. Saya atur otak saya. Saya kendalikan keinginan saya. Untuk melebur dalam satu pikiran: inilah cinta yg saya butuhkan." (hlmn. 163)
Cerita kali ini kayanya mengajarkanku buat gak terlalu bergantung ke suamiku kelak. Aku juga harus punya pekerjaan yg bagus dan gaji yg lumayan untuk ikut menyambung hidup. Karena bisa aja suatu saat suami kita selingkuh atau malah pengen nikah lagi kaya di cerita ini :'(
16. Dua Pengantin - Januari 2016 Aku cukup bingung dengan cerita ini. Siapa bidadari yang mereka maksud? Terus ini tentang dua orang lelaki, kok di judulnya malah dua pengantin? Yang tahu plis kasih tau aku :"
17. Lalu Kita Menua - Juli 2016 Kusnandar sangat cinta kepada Maryani, bahkan sampai mereka sudah beruban alias sudah menua. Kayanya si Kusnandar terobsesi dengan Maryani, sampai-sampai menciptakan ramuan yang katanya bisa mencegah penuaan. Terniat ini namanya. Cuma di akhir cerita Maryani lari meninggalkan Kusnandar yang memaksanya untuk meminum ramuan itu bersama-sama. Uh ngeri cuy.
18. Akad - Agustus 2016 Ada sepasang kekasih yang ingin melangsungkan akad, tapi sepertinya si perempuan ragu gitu, padahal si perempuan sedang mengandung. Apa maksudnya ini? Tapi isi ceritanya cukup mengubah mindsetku tentang bagaimana itu pernikahan. Ga semudah yang dibayangin woi. Biaya hidup, biaya pendidikan anak-anak, dan biaya lainnya. Si perempuan pun dengan mantap mengatakan siap untuk akad.
19. Saat Ribuan Manusia Berbaris di Kotaku - Februari 2017
"Siapapun boleh menghina kita, tapi tak satupun boleh menghina agama kita. Apalagi kalau dia kafir." (hmn. 190)
Seorang bapak yang sudah stroke tidak bisa berhenti mengomel-ngomel di depan TV tentang seorang kafir yang ingin dijadikan sebagai pemimpin mereka. Semua anggota keluarga kena semprot wkwkwk. Dibilang ga pedulilah, sampai si bungsu akhirnya ikut turun ke jalan bersama orang-orang berbaju putih itu. Entah kenapa aku jadi teringat sama Pak Ahok :')
Bagus, tapi bukan spesial untuk sebuah karya karangan salah satu penulis papan atas kita. Mungkin karena Okky Madasari berawal dari novelis, maka saat menulis cerpen jadinya malah biasa saja (menurut saya). Dalam buku ini, seperti keberpihakan Okky pada novel-novel sebelumnya, lokus cerita adalah mencoba mengungkapkan sudut-sudut pandang atas fenomena sosial di negeri ini.
Saya menyukai cerpen, Janin, Bahagia Bersyarat, dan Saat Ribuan Manusia Berbaris di Kotaku. Cerpen terakhir menurutku satire dan kocak. Selebihnya Okky tetap mengungkapkan fenomena dan pembelaan atas suara-suara mereka yang mungkin dibenamkan oleh ketidakadilan.
Kumpulan cerita yang menarik. Okky Madasari cukup jeli dan piawai dalam mengamati berbagai fenomena sosial dalam masyarakat dan menerjemahkan berbagai fenomena tersebut ke dalam cerita yang humanis dan seringkali tragis.
Terdiri dari 19 cerita, buku ini banyak membicarakan tema-tema sosial seperti KDRT dan gangguan jiwa (seperti dalam cerita Saraf) juga tentang kehamilan di luar nikah dan aborsi (seperti dalam cerita Janin). Trauma dan konflik horizontal yang berkelindan dengan keintiman dua orang sahabat juga hadir dalam cerita Dua Lelaki. Kontrol sosial, patriarki, poligami, seksualitas, kekerasan seksual juga merupakan tema yang kerap kali hadir dalam cerita-cerita seperti Bahagia Bersyarat, Keumala, dan Hasrat. Akad berkisah tentang ketidakpastian dan keraguan finansial sepasang suami istri muda yang hendak memulai kredit rumah demi keberlangsungan keluarga mereka.
Unsur-unsur surealisme, realisme magis, mitologi, dan fiksi sains juga muncul dalam cerita-cerita seperti Pemain Topeng (tentang persona/topeng moralitas, psychosis, dan kekerasan), Perempuan Pertama (tentang seksualitas dalam penceritaan ulang kisah Adam dan Hawa), Lalu Kita Menua (tentang sepasang kekasih berusia lanjut)
Tidak semua cerita di buku ini memiliki kekuatan 'tamparan' yang sama. Kisah Patung Dewa misalnya, terkesan mentah dengan ending melodramatis walaupun tema tentang kekerasan religi yang diangkat cukup menarik. Senada dengan Saat Ribuan Manusia Berbaris di Kotaku yang mengomentari gerakan religi militan. Kisah ini memiliki premis dan konflik yang menggigit, namun konflik yang telah dibangun justru diakhiri secara mendadak oleh Okky.
Beberapa cerita lain memiliki topik menarik seperti Riuh berkisah tentang kejatuhan buzzer politik/media sosial, sayangkali kejatuhan tersebut digambarkan seperti karma instan penjahat dalam kisah-kisah dongeng yang penuh moralitas dangkal. Konklusi yang kurang mendalam dan terlalu sederhana juga hadir dalam Dunia Ketiga Untukku yang membahas tentang bunuh diri. Yang disayangkan di sini, Okky Madasari terkesan kurang empatik atau bahkan terlalu reduktif dalam mendalami psikologi tokoh, alih-alih bunuh diri distigma dengan label tindakan pengecut. Di Ruang Sidang sebenarnya memiliki premis yang menarik tentang intensi korupsi dan budaya di sekitar para koruptor. Sekali lagi penggambaran korupsi di sini terlalu sederhana dan dangkal, mentok pada sosok koruptor yang berniat baik namun terjerat dalam pengaruh buruk budaya korupsi di kantornya.
Saya rasa, prosa Okky Madasari bersinar paling brilian pada kisah-kisah yang tidak takut untuk memanusiakan tokoh-tokohnya, seperti pada kisah Dua Pengantin yang merekam pembicaraan dua orang teroris bunuh diri sebelum melancarkan aksinya. Okky juga sangat tajam dalam mempertanyakan stigma masyarakat dan akuntabilitas media dalam cerita Laki-Laki di Televisi atau memparodikan dinamika demokrasi masyarakat Indonesia yang masih sering berkelindan dengan tradisi mistis seperti dalam cerita Partai Pengasih.
Sajian utama dalam buku ini, sekaligus predikat cerita terbaik, disandang oleh Yang Bertahan dan Binasa Perlahan. Mengisahkan tentang kompleksitas isu-isu ekonomi dan sosial transmigrasi di Era Orde Baru, Okky Madasari mengupas dengan detail berbagai kesulitan yang dialami oleh para transmigran serta sengkarut birokrasi di dalamnya. Kisah ini berani mengangkat harapan sekaligus trauma bagi para karakternya, tema-tema yang universal bagi orang-orang yang pernah menjadi bagian dalam masyarakat diaspora.
Edaaaan! Aku suka banget sama isu yang dibawa dalam kumcer ini! Aku emang udah jatuh cinta sama gaya menulis Mbak Okky sejak 86, di sini makin cinta! Cara Mbak Okky higlighting masalah-masalah sosial dan gender (UHUK!), sangat cerdas. Cerpen favoritku? Tentu saja Perempuan Pertama dan Bahagia Bersyarat!
Aku puas sekali membaca kumcer ini. Membantuku keluar dari reading slump banget. I love you, Mbak Okky! Sering-sering bikin cerpen, please 😆
Buku ini ternyata bukan novel seperti yang saya kira, tetapi merupakan kumpulan 19 cerita pendek yang dibuat oleh Okky dalam rentang waktu dari tahun 2007 - 2017. Tentu saja 'rasa' yang ada pada setiap cerita berbeda sesuai dengan perjalanan berpikir dan cara pandang Okky selama rentang waktu tersebut. Walaupun begitu Okky tetap bercerita tentang manusia dengan perjuangannya baik dengan dirinya maupun segala sesuatu di luar dirinya. Walaupun dalam cerita pendek tidak begitu memuaskan untuk menikmati cara bertutur Okky tapi beberapa masih memperlihatkan ciri khas cerita tentang manusia dan keruwetan beserta twist-twist yang tidak terduga, seperti : -Yang Bertahan dan Binasa Perlahan- :kisah seorang transmigran dengan berbagai kemelut diri, keluarga dan bagaimana memperjuangkan kehidupannya di tanah seberang. -Hasrat- menceritakan kehidupan seorang guru yang mengajar di daerah terpencil dan bagaimana dia mengatasi kesepian dan menyalurkan hasrat biologisnya...miris. - Saat Ribuan Manusia berbaris di Kotaku - : menceritakan satu keluarga yang ayahnya terkena penyakit stroke, bagaimana masing2 anggota keluarga menyikapinya apalagi sang ayah terobsesi dengan..jihad. - dst
Disajikan dengan bahasa yang lugas, narasi yang keren, majas yang menarik, bahkan satire politik yang ngena banget. Sangat mudah dipahami dan memiliki ending yang jelas untuk setiap judul cerpen. Walaupun plotnya singkat, setiap cerita memiliki pesan tersirat yang mendalam.
Dari banyaknya cerpen dibuku ini, sebagian bercerita tentang pelarian dari kampung halaman, dan perjuangan pasutri di tempat perasingan. Ada juga PoV seorang janin yang terlahir sebagai ancaman. Lalu, seorang generasi sandwich yang muak dengan gelar perawan tua. Ada juga seorang gadis bernama Keumala yang lahir sebagai dosa. Dan masih banyak judul cerpen yang menarik lainnya.
Beberapa cerpen favoritku diantaranya berjudul:
1. perempuan pertama. Cerpen perempuan pertama menceritakan perempuan dari sudut pandang Hawa si setan kejahatan.
2. Hasrat Menceritakan seorang guru cabul yang berhasrat pada muridnya sendiri. Aku suka bagian awalnya yang menunjukan perasaan guru tersebut saat pertama kali ditempatkan sebagai PNS di tempat terpencil.
3. Bahagia Bersyarat Menceritakan seorang perempuan yang rela mengabaikan pendidikannya demi mengikuti sang suami karena merasa dia telah menemukan kebahagiaan sesungguhnya. Mendapatkan sosok pria sempurna, menurutnya adalah pencapaian kebahagiaan sejati. Jadi ia tidak perlu menanyakan lagi apakah cinta akan hadir atau tidak. Menggadaikan cita-cita dirasa sepadan jika mendapatkan sosok yang mapan. Dari tokoh utama perempuan ini, kita disadarkan untuk tidak bergantung pada suami. Kebahagiaan itu kita yang ciptakan sendiri, bukan dicari dengan hadirnya seseorang.
Kumpulan cerpen yang sangat menarik, tapi beberapa kurang berkesan di hati. Cerpen pertama dari koleksi ini, yang juga merupakan judul dari buku ini, mungkin adalah cerpen yang paling panjang. Sebagian dari cerpen yang lain terasa sangat pendek, dan itu sedikit masalah bagi saya karena saya lebih suka cerita-cerita yang membuat saya bisa terhubung dengan karakternya, dan untuk bisa merasakan seperti itu kita harus bisa mengenal karakternya terlebih dahulu, dan jika sebuah cerita terlalu pendek, kita kurang mengenal dan bisa relate dengan karakter-karakternya.
Namun banyak sekali tema dan hal-hal yang diungkapkan dalam cerpen-cerpen ini yang sangat menarik dan dikemas dengan penuturan yang bagus juga. Mulai dari pedofilia, hamil di luar nikah, imigrasi, politik, agama...
Beberapa cerpen favorit saya: Perempuan Pertama, dan Bahagia Bersyarat (yang termasuk pendek tapi terasa ngena banget di endingnya). Buku ini menunjukkan gaya bahasa Okky Madasari yang indah, dan membuatku ingin membaca buku-bukunya yang lain.
Bookmarks: 'Tua itu apa? Kita hanya menjadi tua kalau sudah tak tahu lagi cara jatuh cinta.' (p.177)
Saya jarang mencari tahu review sebuah buku sebelum saya mmebacanya. Selain takut kena spoiler, pada dasarnya saya memang membaca review sebuah buku jika benar benar blank info tentang buku atau penulisnya. Sedangkan Okky, tentu saja buku buku dia sudah saya baca (yang versi indonesia) dan saya koleksi. Jadi bagi saya pribadi, itu sudah jaminan bahwa kayak bagaimanapun nanti ceritanya, tetap akan saya baca bukunya.
Dari berbagai kumcer di buku ini, saya suka perempuan pertama dan dua pengantin. Meski cerita cerita di awal buku agak agak mengecewakan buat saya, tapi makin ke belakang cerita dan konfliknya makin matang dan mendalam.
Saya ngga yakin bisa bikin review kumcer di blog kelak, jadi sementara saya komen di GR ini sajalah.
Cerpen pertama yang menjadi judul buku ini dan beberapa cerpen dari paruh tengah menjelang akhir sebenarnya menarik. Sangat disayangkan, pengeksekusiannya kurang sekali. Aku suka cerpen semacam "Riuh", "Janin". Aku pun baru membaca cerpen karangan penulis Okky ini yang Dua Pengantin, yang sebelumnya memang pernah dimuat di harian akhir pekan Kompas.
"Tapi dalam keterhinaan itu, aku menemukan kebenaran."
Buku ini mengandungi 19 cerita pendek yang mengangkat isu perjuangan dan ujian sebagai manusia. Ada yang mampu bertahan, dan ada yang rebah dengan dugaan. Ceritanya diangkat daripada banyak perspektif berbeza, daripada janin dalam rahim sehinggalah kepada kisah orang tua.
Unik. Buku ini berisi 19 cerpen. Menurutku tema dari tiap bab ini ringan, tapi aku suka dengan gaya penyampaian mba Okky yang membuat hal tersebut menjadi "wah". Back again, buatku tidak semua cerpen memberikan kesan yang wah, dan ada beberapa cerpen yang membuatku penasaran "ini lanjutannya gimana ya?". Salah satu yang paling menarik adalah Pemain Topeng.
Ini kali pertama membaca cerpen-cerpen Okky. Setiap kisah masih bergulat tentang manusia dan kemanusiaannya. Agak puas kerana Okky menampilkan pelbagai gaya penulisan dan sudut pandang dalam ceritanya.
Buku Okky Madasari pertama kubaca, total ada 19 cerpen yang berkisah tentang pertarungan manusia dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Ada mereka yang hidup di pedalaman, politikus, anak yang tidak diinginkan, koruptor, ibu rumah tangga, teroris, bahkan perempuan pertama (jujur yang terakhir ini cukup kontroversial😬)
Ada cerita yang berkesan ada juga yang bagi saya pribadi kurang menarik, tapi sepertinya ini masalah selera saja. Antologi yang sangat menarik. Tiap ceritanya membuka mata saya bahwa setiap manusia punya jalan perjuangannya sendiri. Menurut saya sangat bagus dibaca agar kita bisa mengenakan sepatu orang lain, terutama mereka yang sering dihakimi masyarakat. Bukan untuk membela mereka, tapi agar lebih berhati-hati dan berpikir lebih panjang sebelum menghakimi orang lain.
Cerita favoritku : Pemain Topeng, Partai Pengasih, Bahagia Bersyarat, Dua Pengantin, Akad
Cerita yang paling berkesan buatku adalah Bahagia Bersyarat. Entah. Setelah selesai baca cerita ini dan mengendap beberapa hari, kisah ini membuat saya berpikir kalau bahagia itu harusnya tanpa syarat. Saya ga perlu punya ini itu, makan ini itu, menikah atau tidak, punya anak atau tidak, itu semua bukan syarat bahagia. Bahagia ya cukup bahagia dengan apa yang kita punya, yang ada di depan mata saat ini.
Pertama baca karyanya Okky Madasari. Ternyata ini sekumpulan cerpen. Migren sih baca kumpulan cerita yang nggak ada sangkut pautnya satu sama lain begini, karena aku lebih terbiasa baca novel. Sisi bagusnya? Aku nggak terikat sama buku ini terlalu lama. Setiap selesai baca satu cerpen bisa ditutup dan disimpen lagi bukunya, menunggu hari esok untuk lanjut tanpa penasaran apa-apa.
Cerpen yang paling kusuka mungkin cerpen pertama tentang si Bandiman, karena related sama asal-usul keluargaku sendiri. Kedua orangtuaku sama-sama anak orang transmigrasi di Sumatra, sedangkan si Bandiman di cerita ini orang yang ikut program trans ke Kalimantan. Beda tipislah. Waktu pertama kakek-nenekku tiba di desa trans, suasananya juga sama. Hutan rapat dan gelap dan berbukit-bukit, lalu ada sebagian yang sudah digusur sampai gundul untuk dijadikan permukiman. Kalimantan mungkim terkenal dengan fauna raksasa seperti ular sanca dan tokek, tapi di desa trans kakekku masih berkeliaran harimau dan beruang madu yang ganas. So... gitulah.
Cerita-cerita berikutnya tidak terlalu menarik minat selain Partai Pengasih dan Riuh, yang nuansanya sama-sama related sama masa pemilu kita. Aku nggak tahu maksud penulisnya ini sebenarnya apa, apakah dia seorang feminis barat atau malah pendukung predator anak. Cerita Hasrat dan cerita Hawa big no buatku. Pendukung feminis suka beranggapan agama Islam mengekang kebebasan wanita dengan menyuruh mereka tetap di rumah, pakai baju gelap yang cuma nampak matanya, dan dikekang sama suaminya yang pencemburu. Yah suka-suka mereka aja. Di kajian yang sering kuikuti, ustadznya justru menganjurkan para lelaki memanjakan istrinya dan memenuhi segala kebutuhannya. Ada hak dan kewajiban yang harus saling dipenuhi. Nggak ada yang berat sebelah. Makanya kalau belajar agama jangan setengah-setengah.
Cerita-cerita lain tidak berkesan buatku. Mungkin penulisnya bermaksud menyampaikan sesuatu lewat cerita itu, tapi maksudnya nggak sampai di aku.
Yah lumayan jadi tahu seperti apa karya penulisnya. Better luck next time.
Seperti yg kuharapkan dari seorang Okky Madasari, cerpen-cerpen dr kumcer ini gak ada yg mengecewakan. Tema-tema yg diangkat bisa dibilang kontroversial dalam satu sudut pandang atau yg lain, terasa getir bila dipikirkan dan pastinya ada pada titik ketika sang karakter berada dalam titik penting kehidupannya. Akankan ia bertahan -- hidup dan bertarung sehari demi sehari lagi, ataukah ia kan terkalahkan, terlindas dan binasa perlahan.
Kebimbangan. Pilihan.
Aku paling suka kisah pembuka sekaligus judul dari kumcer ini, Yang Bertahan dan Binasa Perlahan. Selain merupakan cerita yang plg panjang durasinya - karakterisasi Bandiman dpt terbangun dengan apik dan plot berkembang cukup jauh, juga ada ending yg terasa paling positif, meski tetap pahit. Bandiman dan keluarganya bakal bertahan di tanah baru.
Sebaliknya, cerpen Janin, Riuh dan Dua Pengantin, yg sengaja atau tidak, berakhir terkalahkan. Sarap dan Hasrat kusuka karena mampu mengagetkan dan memutarbalikkan ekspektasi logis. Plus satu lagi, cerpen Bahagia Bersyarat dengan twist mengejutkan di paragraf terakhirnya.
Meski tak sedahsyat novel-novelnya, Entrok atau Pasung Jiwa, kumcer ini sangat kunikmati.
baguuus banget! sama seperti buku-buku Okky Madasari sebelumnya yang saya baca (86 dan Pasung Jiwa), ada ciri khas dalam cara penulis saat menuliskan kritik sosialnya dalam bentuk cerita yang menohok hati pembaca. dari beberapa cerita dalam buku ini, saya paling suka yg judulnya Janin . saya suka cara penulis mendeskripsikan peristiwa dari berbagai macam sudut pandang pelaku (dalam hal ini dari sudut pandang janin). cerita yang lainnya pun menggunakan sudut pandang dari seorang koruptor, orang gila, dan lain-lain dengan berbagai kondisi yang unik dan konfliknya masing-masing.
saya rasa memang buku ini cocok untuk dijadikan buku pengantar bagi pembaca yang belum pernah membaca karya penulis sebelumnya. masing-masing cerita yang tidak terlalu panjang namun punya makna yang dalam sehingga dapat dinikmati pembaca.
sebagai tambahan, ini buku yang wajib dibaca bagi pembaca yang memang punya ketertarikan seputar topik sosial dan kehidupan 👍
Tulisan Okyy Madasari yang pertama kubaca, cukup membuat tertarik untuk menjajal karyanya yang lain.
Judul bukunya udah enak banget buat didenger dan unik, 'Yang Bertahan dan Binasa Perlahan', jadi cukup mudah untuk diingat. Ini merupakan poin plus dalam sebuah karya.
Ada beberapa kesan yang maknanya dalam, menyinggung tradisi kehidupan belakangan ini; namun ada juga yang membuatku mengerutkan alis, karena bingung. Yah, maklum sih, soalnya cerpen. Ada beberapa yang ngga jelas.
Cerpen pertama terkesan berat, tapi setelah masuk ke cerpen ke dua mulai menarik. Kalau kalian tipe pembaca yang ngga sabar dan bosenan, aku ngga merekomendasikan buku ini, soalnya banyak sekali deskripsi dan minim dialog.
Ini pertama kalinya aku baca buku Okky Madasari. Ternyata, dia benar-benar sekeren itu ketika menyuarakan kritik sosial. Aku suka banget sama satir-satir yang dia tulis. Selain itu, dia konsisten juga membahas hal-hal yang menjadi kegelisahan generasi zaman sekarang.
Buku ini membawa kita pada berbagai perspektif. Kita disuruh untuk melihat sesuatu tidak dari segi baiknya saja, tidak dari segi nilai yang ada di masyarakat, tapi lebih umum dan menelisik ke dalam kata buruk yang selalu di cap selama ini.
Aku jadi inget konsep nonetis jurusan kuliahku; tidak memandang benar salah, tapi melihat apa alasan terjadinya satu peristiwa. Huft. Suka banget sama buku ini. Kalian harus banget bacaaaaa!!!!
Terakhir, diksinya cakep banget, pusing tapi candu!
This entire review has been hidden because of spoilers.
Cerpen yang ditulis sungguh menarik karena mengangkat sudut pandang yang berbeda di setiap ceritanya, namun menceritakan kejadian yang terjadi sehari-hari. Mengangkat kisah-kisah yang ditulis dari sisi lain kehidupan.
Empatiku sebagai pembaca jadi diasah menjadi lebih baik sehingga melihat suatu kejadian hidup bukan hanya dari satu sisi.
Kembali bercerita tentang nilai manusia yang wajib peka terhadap perubahan zaman. Ada banyak pilihan untuk menjadi manusia tanpa harus menengok kebelakang. Rangkaian cerita pendek iki menyuguhkan kehiruk-pikukan bagimana manusia-manusia mencoba berlaku semanusia mungkin di tengah arus materialistis dan keduniaan. Siap berjalan bersama zaman? Bersiaplah untuk bertarung.
⚠️Peringatan!. Buku ini banyak trigger warningnya dan diharapkan hanya dibaca oleh orang dewasa saja!.
"Ini adalah serangkaian kisah tentang pertarungan dan daya tahan manusia. Ada yang melawan dan bertahan, ada yang lari dan menyembunyikan diri, ada yang tak punya pilihan selain binasa perlahan. Cerita-cerita dalam buku ini hanya satu upaya kecil untuk menghayati makna kita sebagai manusia". _Okky Madasari_
Setelah sebelumnya aku membaca kumpulan cerpen karya Eka Kurniawan, ku rasa isu yang dibahas belum ada apa-apanya dibandingkan apa yang ada di dalam buku ini. Aku cukup terkejut dan terheran-heran membacanya karena Mbak Okky menggambarkan pengalaman orang-orang yang bersalah di mata sosial. Aku tahu cerita-cerita ini sebagai bentuk kritik sosial semata, tidak sama sekali membenarkan perilaku salah tersebut. Tapi, tetap saja cukup mencengangkan untukku.
Beberapa cerita mampu membuat emosiku bergejolak. Contohnya, cerita berjudul "Hasrat" yang memperlihatkan tindakan asusila guru terhadap muridnya. Aku merasa marah dan tidak terima. Bisa-bisanya seorang guru melakukan tindakan tersebut 😠. Lalu, ada juga yang membuat hatiku pedih dan teriris, yaitu cerita yang berjudul "Janin", tentang suara hati janin yang tak diinginkan kehadirannya. Selanjutnya, cerita berjudul "Keumala" seolah adalah lanjutan dari cerita tentang janin ini. Ada juga cerita tentang teroris, pada judul "Dua Pengantin" dan "Laki-laki di Televisi".
Isu-isu yang diangkat sangat tak lazim bagiku. Bahkan, untukku yang lumayan terbiasa membaca karya-karya yang dianggap kontroversial. Namun, setelah menamatkannya, suatu pemahaman baru hadir di benakku, yaitu semua kisah-kisah yang ada dalam buku ini ada, nyata dan hadir di tengah kehidupan kita. Sudah saatnya untuk menaruh perhatian lebih pada sekitar.
Dua cerita favoritku berjudul "Akad" dan "Riuh". Pada cerita "Akad", aku menyadari bahwa definisi kebahagiaan pada materi/benda, tergantung diri kita sendiri. Ada yang hidup dengan materi berlimpah, tapi terikat pada hutang dan tagihan kartu kredit. Ada juga yang hidup sederhana, mungkin terlihat kekurangan, tapi tak ada hutang yang membebani. Semua itu adalah pilihan masing-masing. Hidup seperti apa yang diinginkan. Pada cerita "Riuh", aku diajari bahwa kehidupan yang ada di social media bukanlah segalanya. Semuanya dapat lenyap dalam hitungan detik dan tak bersisa apa-apa.
Cerita yang paling relate bagiku adalah cerita yang judulnya sama seperti buku ini. Cerita tentang keluar dari zona nyaman. Yang Bertahan dan Binasa Perlahan.
Saya agak kaget buat adaptasi dengan gaya bercerita Okky mengingat saya baru menyelesaikan buku Yusi Avianto Pareanom. Untuk ukuran kumcer, tulisannya terkesan sedikit kaku (mungkin karena selama ini saya terbiasa baca novel Okky) tapi banyak hal berkesan dan menyegarkan yang ada dalam novel. Cerita yang menjadi judul buku ini menurut saya malah kurang nendang dibandingkan dengan cerita lainnya. Harus saya akui, cerita-cerita yang diletakkan di bagian akhir buku yang bikin saya 'gumrigah'. Ada cerpen yang bikin saya ketawa miris seperti dalam cerpen berjudul Partai Pengasih. Ada juga yang diam-diam menelisik ke batin saya, menanyakan harga kepedulian dan ketidakinginan untuk jadi apatis seperti dalam Saat Ribuan Manusia Berbaris di Kotaku. Juga ada juga yang membuat saya berpikir berhari-hari tentang kebahagian--sesuatu yang selama ini saya usahakan untuk dihayati dan manifestasikan dalam hidup saya sendiri--seperti dalam Bahagia Bersyarat. Cerpen favorit saya dalam buku ini antara lain: Perempuan Pertama, Saat Ribuan Manusia Berbaris di Kotaku, Riuh, Dua Pengantin, Syarat Bahagia, Janin.
Ngomong-ngomong, saya suka sekali dengan ilustrasi sampulnya yang ciamik. Ilustrasinya menggambarkan dengan pas dengan cerita-cerita yang ada di buku ini.