Jump to ratings and reviews
Rate this book

Gerhana Kembar

Rate this book
Lendy editor buku yang bekerja pada perusahaan penerbitan besar terkejut ketika tanpa sengaja menemukan naskah tua dan potongan-potongan surat di dalam lemari baju neneknya.

Neneknya sendiri sedang dalam keadaan sekarat di rumah sakit akibat penyakit kanker yang dideritanya. Bagaikan masuk ke dunia yang dulu terkunci rapat, Lendy tenggelam dalam kisah pada naskah itu. Semakin dalam dia membaca, Lendy semakin yakin cerita itu adalah kisah nyata. Kisah yang mati-matian disembunyikan oleh neneknya. Kisah yang membelit masa lalu neneknya dan menjadi sejarah dari kehadiran dirinya di dunia. Bersama kisah itu, Lendy menapaktilas kembali kehidupan serta hubungannya dengan ibunya: mencoba jujur terhadap diri sendiri, berani memaafkan, dan berdamai dengan masa lalu


***

Kisah ini adalah kisah perjalanan hati. Kisah tentang keluarga; kisah tentang keberanian, kekuatan, dan ketabahan. Kisah cinta yang tak pernah kehilangan makna walau diberikan di antara dua perempuan.

368 pages, Paperback

First published January 1, 2007

53 people are currently reading
514 people want to read

About the author

Clara Ng

74 books299 followers
Clara Ng adalah pengarang sejumlah novel dewasa dan juga buku anak-anak. Ibu muda berbintang Leo ini lahir di Jakarta tahun 1973. Lulusan di Ohio State University jurusan Interpersonal Comunication ini tidak pernah bercita-cita jadi penulis, namun kini karya-karyanya mengalir tanpa henti.
Novel-novel dewasa yang sudah diterbitkan adalah Indiana Chronicle: Blues, Indiana Chronicle: Lipstick, Indiana Chronicle: Bridesmaid, The (Un)Reality Show, dan Utukki: Sayap Para Dewa.
Buku anak-anaknya yang sudah terbit adalah Seri Berbagi Cerita Berbagi Cinta.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
180 (20%)
4 stars
277 (31%)
3 stars
305 (34%)
2 stars
95 (10%)
1 star
17 (1%)
Displaying 1 - 30 of 125 reviews
Profile Image for Phélan.
54 reviews6 followers
January 23, 2017
new form of self harm adalah mati matian ingin tahu apa yang bakal terjadi tapi memaksa diri membaca kata demi kata.

SUNGGUH, SAYA STRESS MAMPUS.
-Kopian progres membaca dari halaman 286.

Resensi
Saya tidak ingat kapan terakhir kali saya membaca kisah dengan tema mirip seperti ini. Tentang seorang wanita yang diam-diam menyelingkuhi suaminya demi bersama wanita yang ia cintai, dan kisah ini memanjang sejauh tiga generasi! Kalau saya sudah pernah membaca cerita serupa (rasa-rasanya cerpen Rahasia Bulan karya Clara Ng di antologi berjudul sama mengungkit tema serupa) maka cerita itu tidak sedalam Gerhana Kembar.

Saya menyukai tokoh-tokoh yang ada dalam buku ini. Mungkin saking banyaknya tokoh kadang rasanya tidak semua tokoh digali sampai potensi terdalam, tetapi mereka cukup menghidupkan Gerhana Kembar. Ketika seorang penulis lesbian yang nyeleneh mendadak muncul di depan Lendy (cucu tokoh utama/tokoh utama), saya sempat khawatir cerita ini akan berubah jadi kisah stensilan murah ala-ala Wattpad di mana mereka akan mengawali sebuah affair. Untungnya tidak. Saya muak dengan cerita LGBT di mana mereka kerjanya hanya ngeseks melulu. (Sebut saja iri, tapi serius: masyarakat awam sudah memandang kami sebagai makhluk hypersex yang tidak mampu mencinta seperti mereka, janganlah siram api itu dengan minyak.)

Dan Selina serta Diana! Kisah cinta mereka bisa jadi salah satu dari beberapa kisah cinta paling bitter sweet yang menjadi favorit saya. Saya amat menyayangi mereka berdua. Namun saya pun jadi bertanya-tanya, manakah yang lebih menyakitkan: tidak pernah mengenal cinta sama sekali atau mengenal cinta hanya untuk dirampas kemudian? Penutup kisah mereka rasanya begitu menyakitkan tetapi pada saat yang sama itu memberi akhir yang manis; sebuah penutup sekaligus awal bagi hidup yang baru. Saya hanya bisa berharap ada lebih banyak Gerhana Kembar di luar sana, menanti saya temukan.

Kekurangan buku ini yang paling signifikan bagi saya adalah dua hal: 1) istilah "homofobia" dan; 2) tindakan Lendy yang menceritakan pada Prity bahwa neneknya adalah seorang lesbian.

1) Sejauh pengetahuan saya, "homofobia" adalah kata serapan dari "homophobia", yaitu rasa ketidaksukaan atau kebencian terhadap kaum homoseks, kelas kata: nomina. Orang yang 'mengidap' homofobia atau merasakan homofobia adalah (seorang) "homophobic", kelas kata: adjektiva. (Sila dikoreksi bila salah.) Namun, dalam buku ini, orang yang homofobik justru disebut homofobia. Itu seperti mengatakan seseorang adalah kursi. Setiap kali kata homofobia muncul untuk merujuk pada orang yang tidak menyukai orang gay, rasanya saya ingin berteriak, MENGAPA!?

2) Saya paling tidak suka pada orang yang suka outing, alias membocorkan pada orang lain bahwa seseorang itu queer baik itu berarti gay, biseks, transgender ... bahkan ini mencakup masalah keyakinan seperti ateisme, deisme, dll. Dari segi etika, amat tidak etis bagi Lendy untuk meng-out neneknya sendiri. Ini bukan masalah aib, melainkan masalah respek dan kepercayaan. Okelah, kepada Philip yang merupakan calon suami. Namun, untuk apa memberitahu Prity bahwa dia hendak ke Paris untuk mencari kekasih lesbian neneknya? Itu bukan urusan Prity, katakan saja dia hendak ke Paris untuk mencari kekasih yang selalu neneknya cintai, beres. Berbeda dengan Philip yang akan segera menjadi keluarga Diana, Prity bukan siapa-siapa. Seharusnya Lendy lebih tahu diri dan tidak perlu membocorkan masalah itu pada Prity. Bagian itu benar-benar ticks me off.

Kesan pribadi
Saya membaca buku ini karena ingin memperkaya khazanah literatur queer - atau yang sering saya sebut sebagai queerlit - Indonesia, terutama kisah tentang lesbian. (Sumpah, bukan karena saya punya fetish sama lesbian, tapi kebetulan lagi menggarap cerita dengan tema serupa. Ampun, Mak!) Setelah selesai dengan Rahasia Bulan yang bisa dibilang suguhan seks setiap sepuluh halaman sekali, saya agak-agak malas juga. Cuma, kalau langsung dikembalikan ke Pitimoss kok rasanya sayang, ya. Hehehe. Yawis, akhirnya diperpanjang lagi satu minggu dan akhirnya kemarin baru mulai dibaca (dengan sisa waktu enam hari sebelum harus dikembalikan).

Walau nafsu membaca saya tetap enggak semenggebu-gebu dulu (menopause membaca?) tetap saja buku ini terhitung selesai dengan cepat, dan saya amat menikmatinya. Walau ada bagian-bagian di mana saya cuma ingin mempercepat bacaan agar supaya bisa sampai ke konklusi karena Mak aku penasaran banget bakal ada kejadian apaan berikutnya . Tapi saya berhasil menampik godaan itu! Haha! Menahan diri untuk tidak melompat ke bagian selanjutnya belum pernah sememuaskan ini.

Sebesar apa pun keinginan saya untuk memberi buku ini lima bintang, sayangnya saya benar-benar pelit rating. Mengatakan buku ini bernilai lima bintang rasanya seperti berbohong, dan saya tidak ingin membohongi dan mengkhianati Gerhana Kembar. Jadi, begitulah, rating dibulatkan ke bawah pada bintang empat dari total poin 4,25.
Profile Image for erry.
120 reviews76 followers
May 18, 2009
CINTA...Lima huruf yang ajaib dan penuh misteri. Rasanya, tak akan pernah cukup tinta seluas samudra untuk menggambarkannya. Ibarat pelangi indah campuran berbagai rasa. Manis, pahit, sedih, bahagia dan juga luka. Cinta bisa membuat orang bersemangat 45. Tetapi di saat yang sama dia bisa membuat orang sakit kepala, jiwa dan rela kehilangan nyawa. Kita tak akan pernah tahu kapan ia akan datang dan kepada siapa ia datang. Orang bilang, cinta itu buta. Cinta sejati tak mengenal batasan usia, kasta, agama, dunia, negara dan juga.....jenis kelamin...

“Cinta itu tak mengenal jenis kelamin, yang penting adalah kasih sayang.“

Ketika pertama kali mendengar kalimat itu, aku hanya bisa tertawa. Aku hanya menganggapnya sebuah lelucon saja. Sebuah lelucon konyol yang dilontarkan beberapa temanku yang ‘agak gila’. Sama sekali tak pernah terfikir olehku bahwa cinta yang seperti itu benar-benar ada.

Aku seringkali mendengar istilah homosex, lesbianisme dan kaum gay. Sama seperti aku juga sering mendengar tentang narkoba, sex bebas dan orang gila. Selama ini aku menganggap hal tersebut adalah sebuah’penyimpangan’, baik dari sisi kejiwaan maupun sosial. Sebuah hal yang jelas-jelas bertentangan dengan norma apapun yang pernah ada.

Aku bukanlah seorang homophobia. Pun aku juga bukan homofilia. Lebih tepatnya, aku bersikap netral. Aku adalah orang yang (berusaha) menghormati hak dan kebebasan individu, sepanjang itu tdk merugikan orang lain. Aku tak pernah ambil pusing tentang apakah si A gay atau si B bersikap ‘ACDC’. Asalkan mereka tidak ‘menyerang’ dan ‘mendekatiku’ secara personal. Karena walaubagaimanapun aku ini masih orang normal. Atau setidaknya kupikir begitu hingga detik ini.

Kalau mendengar tentang hubungan sesama jenis ini, yang terpikir di kepalaku adalah kok bisa? Dari sebegitu banyaknya wanita cantik di muka bumi ini, kenapa orang lebih memilih untuk mencintai sesama pria. Dengan adanya berjuta pria tampan dan keren yang berseliweran di planet ini, kenapa seorang wanita bisa menjadi lesbian? Aneh. Cinta ang aneh. Dunia yang aneh. Orang-orang yang aneh. Aku selalu keheranan dibuatnya.

Ketika membaca bagian awal novel ini, aku tak pernah menyangka kalau ini adalah kisah tentang hubungan cinta sesama. Cinta terlarang. Di pertengahan cerita, secara otomatis pemutar MP3 di kepalaku langsung memutar lagu “Cinta Terlarang’ dari The Virgin.

Kau kan selalu tersimpan di hatiku
Mesti ragamu tak dapat kumiliki
Jiwaku kan selalu bersamamu
Mesti kau tercipta bukan untukku

Reff:
Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi
Hanya untuk bersamanya
Kumencintainya.....
Sungguh mencintainya.....

Rasa ini sungguh tak wajar
Namun kuingin tetap bersama dia
Untuk selamanya

Mengapa cinta ini terlarang
Saat ku yakini kaulah milikku
Mengapa cinta kita tak bisa bersatu
Saat kuyakin tak ada cinta selain dirimu

Back to reff

Setiap mendengar lagu tersebut diputar di radio ataupun TV, yang pertama kali terlintas dipikiranku ini adalah kisah tentang lesbian. Walaupun di video klipnya menceritakan bentuk “cinta terlarang” lainnya (cinta adik dan kakak ipar?), tetapi entah kenapa aku tetap berpikir kalau lagu ini tdk bercerita tentang itu. Apalagi kalau melihat penampilan penyanyinya, plus beberapa adegan di video klipnya. Tetapi sudahlah tak perlu dibahas terlalu jauh. Toch itukan hanya kesan pribadiku saja. Tak ada hubungannya dengan sentimen pribadi ataupun aspek suka atau tdk suka dengan penyanyinya.

Kembali ke jalan yang benar, ini adalah sebuah review dari novel Gerhana Kembar karya Clara Ng, bukan review lagu ‘Cinta Terlarang’ dari The Virgin.

Lendy, seorang editor di sebuah perusahaan penerbitan tanpa sengaja menemukan sebuah naskah tua dan potongan-potongan surat di dalam lemari Diana-neneknya-. Saat itu sang nenek sedang sekarat di rumah sakit. Ibarat memasuki sebuah dunia yang terkunci rapat. Sebuah rahasia besar masa lalu neneknya dan juga tentang kehadirannya di dunia. Perlahan, dia mulai menyatukan kembali potongan teka teki masa lalu Diana.

Gerhana Kembar adalah kisah tentang cinta seorang wanita terhadap wanita. Sebuah kisah cinta yang tulus dan penuh pasang surut. Membaca novel ini membawaku ke sebuah dunia yang belum kukenal. Rajutan ceritanya menarik emosiku untuk terbawa. Sedih, luka, merana dan cinta. Debarannya, bahagianya dan juga lukanya. Membaca novel ini membuatku jadi berpikir kalau cinta sesama jenis, lesbianisme, homosex atau apapun namanya adalah sesuatu yang biasa saja, normal. Senormal dan sewajar hubungan antara laki laki dan perempuan. Mengalir begitu saja dan alami. Sealami air mineral dari mata air pegunungan. Ini tak ada hubungannya dengan luka masa lalu dan sakit hati. Pun jua tak ada kaitannya dengan penyakit dan penyimpangan. Ini adalah masalah hati. Perasaan. Sesuatu yang bersifat sangat personal. Walaupun itu melanggar batas norma. Peduli setan dengan anggapan publik. Karena kalu kita sudah bicara tentang cinta, seringkali terlupakan masalah logika.

Novel ini tak melulu bicara tentang lesbianisme. Lebih daripada itu, ini adalah tentang sebuah cinta sejati, pengorbanan dan cinta seorang ibu. Walaupun ditentang seluruh dunia, ia tetaplah abadi. Tak hanya itu, kiah ini juga bicara tentang bagaimana berdamai dengan masa lalu, karena seperti apapun ia adalah bagian dari sejarah hidup kita. Bagaimana kita berdamai dengan masa lalu adalah juga tentang bagaimana memaafkan. Juga tentang bagaimana menghargai masa kini.

Salut untuk Clara Ng atas karyanya ini. melalui Gerhana Kembar ia berani membicarakan sesuatu yang tabu di mata masyarakat menjadi sesuatu yang terlihat wajar dan layak untuk dibicarakan. Tiada kesan menghakimi. Juga tak terkesan berlebihan hingga orang salah mengira ia juga adalah seorang lesbian. Clara menceritakan lesbianisme dari sisi yang lain dan berbeda. Bukan sebagai sebuah penyimpangan dan dosa. Bukan pula pelarian atas sakit hati dan trauma masa lalu. Juga bukan sebagai penyakit sosial yang bisa menular. Tetapi ini adalah masalah hati. Sesederhana itu. Sekaligus juga sekompleks itu.
Profile Image for Putri Review.
74 reviews13 followers
February 23, 2016
Actual score : 4,2 from 5 stars

Baca lebih lengkap review novel ini di blog Putri Review : Kisah Cinta Fola dan Henrietta dalam novel "Gerhana Kembar" by Clara Ng

Seorang teman pernah bertanya seperti ini pada saya : "Gak takut ya baca-baca cerita cinta sesama jenis gitu? Gue takut kepengaruh makanya sampe sekarang gak berani baca."

Waktu itu sih saya menjawab bahwa saya fine2 saja. Mindset saya ya saya sedang membaca fiksi. Ada sensasi kepedihan tersendiri saat membaca kisah berlatar LGBT, dan saya bukan tipe penikmat cerita yang monoton, saya butuh tantangan dan kejutan seiring saya membaca dari satu judul ke judul novel yang lain.

Tapi setelah dipikir2 lagi, saya pikir jawaban yang tepat soal ketakutan saya terhadap literatur LGBT adalah ya dan tidak. Saya mungkin termasuk salah satu hetero yang dinilai munafik, oportunis (dan saya tidak masalah dengan itu). Saya fine2 saja membaca kisah cinta sesama jenis yang berbeda gender dengan saya, namun lain soal kalau gendernya sama.

Di antara rasa penasaran seorang kutu buku sejati, kehausan akan wawasan, keinginan untuk membuka pandangan, jujur, ada setitik rasa takut membaca kisah cinta sesama jenis dengan gender yang sama dengan saya.

Tapi saya tidak merasa bersalah. Saya manusia. Apa yang saya pikir dan saya rasakan saat ini ya tidak lain tidak bukan karena didikan dan lingkungan yang saya dapatkan sejak kecil. Saya punya orang2 yang ingin saya lindungi, saya jaga perasaannya. Saya punya agama yang saya syukuri, saya nikmati. Saya punya hak untuk membatasi diri dan membuka diri terhadap apa yang saya inginkan. Saya yakin dan teguh bahwa tidak masalah apa yang saya pikirkan, yang terpenting adalah apa yang saya lakukan dengan itu.

Keputusan saya adalah, tetap membaca Gerhana Kembar dari awal sampai tamat. Alasannya karena saya ingin menjadi saksi dari literatur2 terbaik anak negeri. Rugi sekali kalau mundur hanya karena ngeri.

Dan saya tidak menyesal. Dari semua karya Clara Ng yg pernah saya baca (Trilogi Indiana's Chronicle, The (Un)Reality Show, Tiga Venus, Pintu Harmonika) saya paling suka gaya menulisnya di novel Gerhana Kembar. Syahdu dan rapi, lembut dan halus. Gaya bercerita Clara Ng di sini sangat cocok dengan tema cerita yang sedang diangkat, juga membungkus kisah yang sedianya terasa sensitif (terutama u/ adegan2 intim) menjadi lebih kalem, lebih indah.

Serius, two thumbs up untuk diksi dan rangkaian kata Clara Ng di novel ini.

Hal kedua yang saya suka dari cerita ini, adalah selang-seling kisah Lendy dan naskah tua tulisan Diana (nenek Lendy). Alur dan pergantiannya cukup halus, cukup enak dibaca. Mengingatkan saya akan novel bertipe serupa yang baru saya baca tahun lalu : Javier karangan Jessica Huwae.

Saya juga suka dengan penggambaran seluk-beluk Lendy sebagai editor. Tentang rapat mingguan, rapat bulanan, hari Senin yang menjadi ekstra menyebalkan di penerbitan, serta penulis-penulis yang tak habis-habisnya membuat pusing.

Hal yang sedikit saya sayangkan adalah, kemunculan penulis amatir Sari Beri yang saya rasa terlalu singkat, padahal tadinya saya berharap akan menambah konflik pada cerita. Saya juga sedikit merasa ganjil dengan konflik batin Lendy. Di awal cerita saya menangkap Lendy belum yakin untuk menikah dengan Phillip, tapi saya tidak menemukan penjelasan yang memuaskan akan itu di akhir cerita. Oh, yang terakhir, saya cukup puas dengan penggambaran Jakarta tempo dulu di novel ini (Kemayoran), tapi ada beberapa yang kurang terasa. Saya merasa Pasar Baru, becak dan toko es krim Ragusa masih kurang memberikan suasana Jakarta tahun 1970-1980.

Gak sabar untuk baca karya Clara Ng lainnya dengan aura melodrama seperti ini. Semacam belum puas :D.
Profile Image for Lia Agustin.
76 reviews14 followers
August 23, 2016
Jadi ceritanya lagi nyari-nyari bacaan ringan buat nyela Winter yg super bantal ituh (900hlm!) dan akhirnya dengan random jariku memilih buku ini di ijogja. Gaada ekspektasi apa-apa. Pertama kali baca karyanya Clara Ng juga. Eh ternyata tema yg diangkat LGBT. Wah, jujur sih aku belum pernah baca satu pun novel lokal maupun import dgn tema ini. Tapi aku selalu kepingin kok mencoba memulai HAHAHA

Plotnya kece plus mateng. Ide utk melibatkan wanita dari tiga generasi juga keren. Feels-nya dapeeeet banget. Super mengaduk emosi! Aku paling suka sama rangkaian kalimat-kalimatnya. Indah banget, ya walau ada sih beberapa yg kadar puitisnya kelewatan hehe.
Aku juga suka pas pekerjaan Lendy sebagai editor dan suasana di kantornya dipaparkan walau gak begitu dominan, tapi cukup.

Sbg seseorang yg baruuuuuu aja mencicipi karya bertemakan lesbian, wajar aja kalo aku ngerasain smtg strange di awal. Tapi semakin mendalami cerita, makin terasa normal sebagaimana cinta pada umumnya. Intinya cinta itu luar biasa!


"Sampai sejauh mana kamu mengetahui hidup orang yang menjadi bagian dari keluargamu?"
Profile Image for Sondang.
203 reviews18 followers
January 12, 2008
I got this book as a birthday present, that'w why this book ended up in my bookshelf and as much as I want to exchange it, I couldn't for the ethics of gift :D
I don't like this book, absolutely not because I'm a homofobia :D
it's just.... again, I found the character way too shallow.
hei hei, I know there's a love in first sight, chemistry, thunder in first sight, things like that.... but knowing people in two months, (either hetero relationship or homo one) and already the phisycal stuff come so suddenly -tahun 60 pula-, it just kind of tearing all the emotional description.
As I finished this book, I couldn't see and understand the chemistry between Selina dan Fola, it certainly not something emotional, it's only as shallow as phisycal...
Sorry to say about that.
And that's made the story is even boring.
I mean, except the idea is ok since it's not so common (and I know many people are trying to read about this kind of idea these days), the writing is so-so. The characters are shallow, and the conflict are apa ya...nanggung gituh :D
Drama tapi nggak gereget, and I couldn't fing any sentence to quote :( (since it's my favourite part in after reading a book)
By the way, bahasanya kok resmi sekali.
I found too much EYD made this kinda boring too (oke, maybe because I just re-read Testpack again -the onoly Ninit book I read- hehe.)
Profile Image for Annisa.
104 reviews15 followers
January 3, 2011
Depresif. Karena selalu ada orang yang selfless dan mengutamakan kebahagiaan orang lain daripada dirinya sendiri. Karakter seperti tak tergali dengan dalam. Cinta yang ada di panggung utama terasa tidak natural dan rada dipaksakan, bahkan sedikit terkesan physical. Dan para tokoh seperti lalu-lalang di latar yang tak terlalu jelas. Jakarta zaman dulu tidak evident. Tidak seperti tulisan Clara Ng yang sebelum2nya, ini sedikit melempem, padahal topiknya menggiurkan.

Namun bolehlah untuk percobaan kali pertama seorang penulis yang menurut kata pengantarnya "tidak tahu apa-apa" tentang topik ini. Tema keluarga berdenyut kencang sepanjang buku. Mungkin memang itu yang ingin disampaikan Ng. Sepertinya penelitiannya lumayan banyak untuk karyanya yang ini.

Tapi saya tetap merindukan Ng seperti dalam Indiana Chronicles. Mungkin akan saya baca lain kali.

BTW nama Selina mengingatkan gue pada Selina Dawes di Affinity-nya Sarah Waters.
Profile Image for WA.  Prakosa.
106 reviews2 followers
May 1, 2023
Ini mungkin subjektif saya sendiri. Saya merasa kurang mendapatkan alasan dibalik romansa Fola dan Henrietta..
Profile Image for Lia Susanti.
1 review
July 10, 2015
"Cinta adalah hal terbenar yang ada dalam hidup manusia." (hlm.245)

Mungkin aku terlambat. Sangat. Ini sudah 2015. Baru sekarang aku membaca buku ini setelah terbit pertama kali pada Desember 2007. Bagaimanapun aku bersyukur telah dipertemukan dengan buku yang ketika selesai membacanya hati ini rasanya langsung mencelos, kehilangan. Rasa yang sama seperti setiap aku selesai membaca satu buku bagus.

Tapi buku ini lebih dari sekadar bagus. Apa ya, bahkan aku tidak bisa mencari kata-kata yang pas untuk mengungkapkannya. Mungkin menyentuh lebih mendekati. Tapi tidak juga, lebih dalam dari itu. Ya, buku ini dengan mudahnya langsung merebut hatiku dan menawannya, dari alinea pertama hingga kata terakhirnya di halaman 358, dengan kata-kata sederhana yang rangkaiannya sungguh sarat makna.

Aku pernah membaca beberapa buku bertema homoseksual, lesbian kalau mau dikerucutkan, tapi kali ini berbeda. Baru kali ini aku mendapati satu cerita yang kental akan nuansa lesbiannya namun aku tidak merasa buku ini adalah buku tentang kehidupan lesbian, seperti yang lain. Lebih dari itu. Buku ini adalah buku yang kaya cinta, cinta kasih antara manusia; tentang perjalanan hati, tentang keluarga. Cinta memiliki makna yang jauh melampaui kata-kata pada kisah di buku ini.

Dengan anggun buku ini memaparkan bagaimana kisah homoseksual bisa terjadi di masa muda oma-oma kita, jauh dari teknologi dan budaya asing yang saat ini seringkali menjadi kambing hitam. Mungkin, mungkin karena buku ini dibuat oleh seorang heteroseksual (dengan kemampuannya yang mumpuni dalam menuangkannya ke dalam tulisan) hingga menjadikan buku ini buku yang berbeda dengan segala riset-risetnya; obyektif dan tidak mengada-ada. Ia menceritakan perjuangan, keberanian, kekuatan, dan ketabahan dengan halus dan lembut. Layaknya kecupan perpisahan. Dengan cerdik pula ia membuat cerita di dalam cerita hingga legitnya berlipat dan mengaduk perut, seperti kupu-kupu yang menggelitik ketika aku jatuh cinta.

Ini pendapat pribadiku ya, yang tidak setuju ya tidak apa-apa. Rapopo. Kisah-kisah bertema lesbian lain yang ditulis oleh seorang lesbian biasanya terasa pekat aroma curhatnya. Bukannya itu tidak baik, tapi penulisannya dan cara mengisahkannya yang tidak selalu baik. Bahkan ada satu buku yang, maaf,  teramat buruk, hingga aku harus berpening-pening menyelesaikan 20 halaman pertamanya. Dan lagi, aku juga jengah dengan cerita-cerita lesbian yang mendeskripsikan kesuksesan dengan memiliki mobil terkini, rumah di kawasan kepala naga, dan karier cemerlang.  Seolah lesbian harus menunjukkan pada semua orang yang memandangnya rendah bahwa lesbian bisa lebih dari yang mereka kira. Typical.

Buku ini, buku dengan rasa yang pas seperti perpaduan whiskey dan kopi, membuat melayang namun tidak memabukkan. Buku yang dengan manis mengoyak hati untuk lebih menyelami cinta dan jiwa, menampar dengan lembut untuk tetap sadar dan bahagia, menggoncangkan bahu perlahan untuk lebih belajar lagi tentang penerimaan, pemakluman, dan ketulusan. Tanpa menggurui, tanpa menghakimi.

Terakhir, kisah di buku ini membuatku berpikir, berapa banyak di antara kita yang benar-benar tahu cerita bagaimana kita terlahir di dunia? Utuh. Tanpa rahasia yang terkunci rapat di kotak Pandora.  
Profile Image for Amel  Armeliana.
509 reviews30 followers
January 28, 2016
Pertama tertarik dengan sinopsisnya (uh yes, I like secrets and that kind of story from the past) dan ternyata tidak mengecewakan. Mengangkat tema homoseksual khususnya lesbian, tidak ada rasa jengah atau "geli" membaca buku ini, justru kita mau tidak mau kasihan dengan Fola dan Henrietta.

Diawali dengan Lendy yang menemukan naskah tua di lemari neneknya yang sedang sekarat karena kanker. Naskah tersebut ditulis seseorang dengan inisial FDS, berisi tentang cerita cinta dua orang wanita yaitu Fola dan Henrietta. Cerita yang manis tapi juga menyedihkan. Fola yang masih berusaha untuk mengingkari cintanya dengan menikahi seorang dokter bernama Erwin. Dari Erwin Fola memperoleh seorang anak bernama Eliza dan Elizalah yang membawa Lendy ke dunia ini.

Sebenarnya, buku ini tidak hanya bercerita tentang cinta sesama jenis, justru yang lebih ditonjolkan adalah cinta seorang Ibu pada anaknya. Bagaimana Fola dua kali harus mengorbankan keinginannya untuk bersama orang yang dicintainya demi anaknya. Sepertinya memang benar, tidak ada cinta yang mengalahkan cinta seorang ibu pada anaknya.
Ingin memberi rate lebih daripada 3, tapi kekurangannya menurut saya justru lack of chemistry of Fola dan Henrietta. Okelah mereka jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi tidak ada chemistry yang cukup kuat yang mebuat kita bisa merasakan bahwa mereka benar-benar saling mencintai, despite all the sweet words they said.
Tapi intinya, novel ini ditulis dengan indah oleh Clara Ng. Tentang cinta, cinta yang tidak menghakimi dan juga cinta yang rela berkorban.
Profile Image for Gina Ridhia.
9 reviews
December 18, 2015
Bukan anti sama homoseksual sih, tapi to be very honest aku rada takut aja ._. Karena daridulu belum pernah ketemu langsung sama orang yang homoseksual, dan begitu tau in real life, ceritanya yang tidak diinginkan, bikin makin serem ((im not generelazing anything here)) cuma kebetulan dengar yang makin bikin takut aja..

TAPI buku mba Clara Ng sama sekali bikin aku ga mikir aneh2. Setiap katanya bisa dinikmati, ga bikin geli ((pernah baca cerita homoseksual tp jelek bgt kayak tokoh Lendy ceritain di sini)). Malah bikin simpati sama Diana dan Seila nya huhu . Tapi emang selalu suka gimana mba Clara mainin katanya sih, padahal dialognya ga banyak2 bgt, tapi ga bikin bosen. I really enjoyed reading this book. Ga nyesal nitip dibelikan buku ini. It deserves my 4 stars!
Profile Image for Liliyah.
102 reviews19 followers
May 7, 2008
i got this book as my birthday present that's why this book endedupin my list.
mungkin ini sisi lain Clara Ng, ga biasanya dia menulis dg gaya "melankolis" yang agak lambat. Bagi penganut paham liberal mungkin kehadiran cerita tentang cinta sesama jenis bukan masalah tapi di timur sini cerita ini bisa menuai kontroversi, meskipun si penulis "menghindar" adanya tendensi. tapi setidaknya msh ada pelajaran yg bs dipetik " if u love till it hurts there can be more hurt, only more love"
Profile Image for Awal Hidayat.
195 reviews35 followers
August 4, 2018
"Sampai sejauh mana kamu mengetahui hidup orang yang menjadi bagian dari keluargamu?" - Halaman 138

Kutipan di atas sekaligus sinopsis di halaman belakang "Gerhana Kembar" mengukuhkan buku ini kental dengan kisah keluarga. Rahasia dalam keluarga. Saya setuju dengan beberapa penuturan orang pertama dalam buku ini. Setiap keluarga memiliki rahasianya masing-masing. Rahasia itu akan membuat bergidik atau pada awalnya menyangkal. Namun, keluarga, sejatinya akan selalu menerima. Bagaimanapun itu.

Kisah Gerhana Kembar berputar pada tiga perempuan antargenerasi, yaitu Diana (nenek), Eliza (ibu), dan Lendy (cucu). Pergolakan batin ketiga perempuan ini sukses mengaduk-aduk perasaan dan pikiran selama membaca. Don't judge me being hyperbolic, but i DO feel great about the story.

Cinta adalah cinta. Dia tidak mengenal jenis kelamin. - Halaman 237

Cinta adalah anugerah, dia tidak mengenal jenis kelamin. Kau sehat, jangan membenci dirimu lagi. Kau normal, dan selamanya normal. - Halaman 250


Well, rahasia di keluarga dalam buku ini ialah Lendy akhirnya mengetahui identitas neneknya, Diana. Neneknya-yang saat ini tengah terbaring koma di rumah sakit-pernah saling mencintai dengan perempuan. Yeah, lesbian, people tag it. Bahkan, sebenarnya, perempuan yang dicintai neneknya masih dicintai hingga di usia senjanya.

Lendy, an editor, pun semakin larut ketika menemukan manuskrip kisah asmara neneknya. Diana wrote her love story with Henrietta. This part which I don't feel disgusted. Clara Ng menuliskan kisah perempuan-perempuan dengan penuh romantis. Not even about cuddling or aggressive sexual, yet more about pure affection. That's why i feel so emotional. Saya jadi tidak fokus lagi, Henrietta dan Diana sebenarnya sama-sama perempuan.

So, how the story really goes? Bagaimana Lendy menyikapi rahasia keluarganya? Bagaimana Eliza menghadapi rasa bersalahnya dengan Diana karena menjadi penghalang hubungan bersama Henrietta? Bagaimana Diana dan Henrietta berdamai dengan perasaan? Just read the book. Anyways, bagian akhir benar-benar mengharukan. I mean it.

***

Pernahkah kau merasa terhubung dengan orang lain sedemikian erat sehingga rasanya kau mempunyai satu jiwa pada dua tubuh yang berbeda? - Halaman 72

Pernahkah kamu merasa sungguh-sungguh ingin memasuki hidup seseorang, sehingga kamu dapat merasakan apa yang dia rasakan, khususnya memasuki hidup orang yang kamu sayangi, keluargamu, atau kekasihmu? - Halaman 140

Kebahagiaan yang paling utama adalah melihat orang yang kau cintai berbahagia. - Halaman 190

Cinta yang tulus tidak menyakiti. Cinta yang tulus akan membahagiakan semua pihak. - Halaman 224

Cinta tidak pernah salah. Cinta adalah hal terbenar yang ada dalam hidup manusia. - Halaman 245
Profile Image for Sefryana.
Author 24 books278 followers
May 15, 2012
Gerhana Kembar: Tentang Perempuan.

Perempuan dalam aspek sosial disederhanakan ke dalam dua peran, yaitu peran perempuan dalam keluarga dan peran perempuan dalam masyrakat. Peran ialah bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan dan cara bertingkah laku untuk menyelaraskan diri dengan keadaan.

Dalam lingkungan masyarakat Indonesia, hubungan laki-laki dan perempuan hanyalah sekadar hubungan biologis dan sosial-ekonomis. Hubungan tersebut tidak sejalan dengan pandangan feminis bahwa perempuan mempunyai hak, kewajiban, dan kesempatan yang sama dengan laki-laki. Perempuan pun dapat ikut serta dalam kehidupan bersama-sama dengan laki-laki.

Masyarakat pada umumnya meyakini kalau perempuan menurut kodratnya bersifat lemah dan terbatas dibandingkan laki-laki, sehingga perempuan disisihkan dari kehidupan. Akibatnya, potensi-potensi yang dimiliki oleh perempuan tidak berkembang dan hak-haknya terbatas. Lembaga utama dari sistem partriakal menurut Toety Heraty, penyair yang juga guru besar di Universitas Indonesia, adalah keluarga. Nilai-nilai partriakal mengendap begitu lama sehingga begitu kuat dan mengakibatkan perempuan tidak diperlukan lagi.

Ketimpangan peran dan fungsi laki-laki dan perempuan juga terlihat dalam karya-karya sastra. Sebuah karya sastra lahir bukan hanya karena ada dorongan dari dalam diri penulis, tetapi juga stimulus-stimulus dari luar dirinya. Stimulus-stimulus itu sesuai dengan keadaan yang terjadi saat karya sastra dihasilkan. Stimulus-stimulus yang memengaruhi penulis turut juga memengaruhi apa yang ditampilkan penulis dalam karyanya.

Seorang pengarang adalah salah satu orang paling cerdas di muka bumi, karena dengan menjadi seorang pengarang maka tuntutan untuk memelajari berbagai hal akan jauh lebih menuntutnya dibandingkan menjadi seseorang yang bukan pengarang.
Semisal, seorang pegawai kantoran yang bekerja menjadi seorang penasihat finansial, sudah pasti ia akan berkonsentrasi untuk melihat, menyimak serta mengetahui berita finansial terkini. Begitupun dengan seorang dokter, ia sudah pasti akan berkonsentrasi penuh ke bidang kesehatan.

Hal tersebut berbeda dengan seorang pengarang yang berkonsentrasi ke segala hal. Jika ia ingin mengarang tentang kehidupan seorang penasihat Finansial maka ia akan mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan bidang finansial, berkonsentrasi, berfikir layaknya seorang penasihat finansial, memandang layaknya pandangan seorang penasehat finansial, membaca buku, berita, serta kasus yang berhubungan dengan finansial. Ia akan menjadi seorang ahli finansial dalam karangannya. Pun begitu jika ia ingin mengarang tentang kehidupan seorang dokter, ia akan mengetahui segala hal tentang kedokteran dan ilmu kesehatan, demi terciptanya karya yang tidak mengecewakan, seperti yang dilakukan pengarang Jepang bernama Urasawa Naoki yang mengarang buku MONSTER menceritakan tentang seorang dokter bedah otak yang menyelamatkan anak kecil, dan kemudian setelah dewasa anak yang diselamatkannya tadi berubah menjadi seorang pembunuh berdarah dingin, bahkan bisa dikatakan anak kecil itu menjelma menjadi monster ketika dewasa.

Mengetahui segala sesuatu tentang segala hal memang hal yang mustahil, namun bukan berarti tidak mungkin. Kemampuan berfikir seorang manusia itu tidak terbatas, ia bisa mempelajari apa saja, menjadi apa saja dan mengetahui apa saja. Dan hal inilah mungkin yang terjadi pada Clara NG pada novelnya yang berjudul Gerhana Kembar.
Berbagai isu yang terjadi pada perempuan, mengundang Clara NG untuk ikut menuliskannya ke dalam sebuah cerita tentang kisah cinta dua orang perempuan.

Jika menilik kembali ke tahun 2003, ada seorang penulis bernama Alberthiene Endah yang menulis novel berjudul Garis Tepi Seorang Lesbian atau film fenomenal Detik Terakhir yang novelnya ditulis oleh Alberthiene Endah. Namun, Clara NG memberikan gaya dan pandangan yang berbeda tentang pasangan lesbian. Tidak ada campur aduk emosi dalam karya Clara NG.

Bahasa yang mengalir, cantik, sedikit pop, namun tetap menjunjung kesantunan dalam ruang lingkup keperluan pemaparan tokoh dalam penggambaran dialognya. Dengan gaya penulisannya, serta pembangunan deskripsi secara lembut. Kemampuan membangun detail dengan lembut yang menjadi senjata utama penulis dalam menuangkan ide di dalam tulisannya. Lesbian memang masih menjadi hal yang tabu untuk sebagian orang di negara ini, namun Clara NG menuturkannya dengan perlahan agar pembaca tidak terjebak dalam emosi dan mampu menjaga ritme cerita. Bagaimana cara Clara NG mengatur diksi merupakan sebuah nilai lebih dari seorang lulusan Interpersonal & Organizational Communication dari Ohio University di Amerika.

Novel Gerhana Kembar adalah novel yang ditulis oleh Clara NG dalam penemuan jati dirinya. Karena baginya, menulis adalah peristiwa penemuan jati diri dan perjalanan hati yang unik. Novel ini menceritakan tentang Lendy, seorang editor buku yang menemukan naskah lama di lemari neneknya saat neneknya sedang sakit. Kisah cinta tentang dua orang perempuan bernama Fola dan Henrietta dimulai. Lendy merupakan tokoh utama sedangkan Fola atau Diana adalah tokoh sentral.

Dalam novel Gerhana Kembar ini, Clara NG melukiskan kehidupan seorang perempuan yang harus dilalui oleh seorang istri yang bersuamikan orang manja, yang tinggal bersama mertua yang selalu menyalahkannya. Jelas sekali ada hal yang dipertentangkan ada diri peremuan atau istri dengan suaminya. Tema-tema yang diangkat Clara NG dalam karya-karyanya memang seputar ketidakberdayaan perempuan seperti juga tergambar pada novel selanjutnya yang berjudul Tea for Two.

Sejak terbitnya Saman karya Ayu Utami yang berbarengan dengan berakhirnya orde baru dan awal dari era reformasi, karya-karya sastra mengalami kebebasan. Jika sebelumnya sastra yang hadir di masyarakat seperti takut-takut menampilkan seksualitas, kini karya sastra dengan gamblang menampilkan seksualitas dan keintiman tanpa bayang-bayang ketakutan. Oleh karena itu, radikalitas ikut menyeruak bersama keinginan perempuan untuk menegakkan keadlian dan menyetarakan kedudukan dengan laki-laki. Semua yang berkaitan dengan tubuh, kekuasaan, kontrol politik terhadap perempuan dengan laki-laki adalah tema utama dalam feminisme.

Feminisme radikal menganggap penindasan terhadap perempuan oleh laki-laki berakar pada jenis kelamin laki-laki itu sendiri beserta ideologi patriarkinya. Penguasaan fisik perempuan oleh laki-laki, seperti hubungan seksual adalah bentuk dasar penindasan terhadap kaum perempuan. Bagi mereka patriarki adalah dasar dari ideologi penindasan yang merupakan sistem hierarki seksual dimana laki-laki memiliki kekuasaan superior dan privilege ekonomi.
Profile Image for le..
42 reviews9 followers
November 6, 2021
pas tau ada penulis lokal menulis buku tentang tokoh yang lesbian buat aku tertarik dan kebetulan ada di gramedia digital.
setelah baca aku berhenti di halaman 240an karena jujur.... ternyata buku ini not my cup of tea dan apa yang aku harapkan serta cari ga ada....
plotnya ringkas dan simpel, cuman beberapa narasi terkesan bertele-tele dan pacenya lambaaaaat banget. jatuhnya bikin ga tertarik dan ngebosenin, ditambah lagi aku ngerasa kurang ada kejutan selama aku baca buku ini. selain itu chemistry dan bonding diantara henrietta dan diana kurang dijabarkan secara detail. jadi beberapa cerita terasa 'kopong'
penggambaran latar juga agak susah dibayangkan belum lagi penulisannya yang baku semakin sulit bangun imajinasinya. poin plusnya, buku ini benar-benar menggambarkan bonding diantara ibu dan anak. aku cukup terkesan bagaimana cara penulis menarasikan tiga tokoh utamanya, penyelesaian dan cara mereka berdamai dengan masa lalu.
3 reviews
February 18, 2021
Butuh beberapa tahun untuk saya melanjutkan membaca novel ini. Bukan karena saya homophobia, tapi lebih karena saya merasa belum cukup dewasa untuk memahami kisah cinta yang dituliskan oleh Clara Ng ini.
Hingga saat ini, ketika saya merasa cukup dewasa (30 tahun, euy!), baru saya memahami betapa indah tulisan Clara Ng ini.
Tak bermaksud memojokkan karya lain yg mengambil tema serupa, tapi baru kali ini saya membaca karya sastra yg mengusung tema homoseksual namun ditulis dengan begitu manis. Sangat manis sampai mampu menutupi kesan tabu dengan cukup apik. Gerhana Kembar tak semata-mata mengambil tema kisah cinta terlarang dua insan sesama jenis, melainkan juga cinta seorang ibu. Bagaimana cinta yg begitu besar bisa timbul dari dua insan yang terlahir dengan jiwa keibuan yg kuat.
This book is beautiful.
Profile Image for Gabby Harefa.
23 reviews
August 14, 2018
3.7 of 5.

Awalnya aku agak bergidik membacanya. Mungkin salahku tidak akrab dengan tema sensitif yang berani diangkat Clara Ng di novelnya kali ini: Lesbian. Hampir-hampir aku tidak melanjutkan untuk membacanya, namun kutepis rasa raguku dan ternyata menghabiskannya hanya dalam waktu sehari saja.

Cerita cintanya indah, tulus, unik, dan di saat bersamaan juga sembilu pilu akibat luka yang menganga oleh karena tidak kuasa menolak peristiwa yang hadir di kehidupan. Disampaikan dengan rasa syahdu yang tercipta dari para perempuan yang 95% menguasai tokoh-tokoh di novel ini.

Sesungguhnya aku juga terikut ingin merasakan hidup bahagia dengan orang kucintai dalam hidupku.
Profile Image for Meru Riz.
26 reviews3 followers
June 10, 2021
Udah baca dari kemarin dan udah sampe di pertengahan, tapi mager banget ngelanjutinnya. Alasan beli padahal karena tertarik sama tema lesbian yang diangkat. Tapi cara penulis bercerita tuh..... astaga.

Lendy itu kan editor yah. Dia juga menolak naskah roman lesbian Sari Beri karena kata dia naskahnya nggak hiduplah apalah itu. Tapi dia malah tertarik sama naskah neneknya yang bisa jadi sebelas dua belas sama kualitas naskah Sari Beri. Soalnya menurutku, Gerhana Kembarnya Clara Ng sama Gerhana Kembarnya nenek Lendy kek sama aja jeleknya.

Maaf kalo review ini kesannya judgemental banget. Tapi ya begitulah yang kurasain selama baca.
Profile Image for Sadara Anuradha.
8 reviews
April 22, 2025
This book is one of the most gut wrenching book I've ever read! The multiple POVs, the way the author wrote every single character, it's so good. Clara Ng will never disappoint me.

It hits so close too home since the book take Jakarta as the background setting and it left me wondering, as a woman who lives in Indonesia with it's society, will every queer person experienced this?

I have cried, laughed, and cried again with this book. The ending is super satisfying. I loooove it! <3 would recommend this book to my queer friends, esp the lesbians, to make them feel that they're seen even in this boring society we live in.
Profile Image for fk20.
96 reviews6 followers
May 8, 2020
Awalnya niat baca karena liat covernya, tapi sayang kejutan ceritanya malah ke spoiler banyak di pengantarnya huehuehue.

Saya suka cerita cintanya, penderitaannya bener-bener berdarah-darah. Tapi entah kenapa ada yg kurang... Saya ngebayangin fola bakal lebih galau mikirin perasannya buat pasangannya. Dan saya agak merasa hubungan fola itu terlalu cepat, terlalu pasrah.

Tapi overall, saya suka sih. Buat saya alurnya cukup oke, pergantian narasinya dari fola ke lendy juga cukup mulus, jadinya enak dibaca.
Profile Image for Maggie.
31 reviews1 follower
November 29, 2025
4.5 stars

Mengingat tema homosexual masih sedikit tabu untuk di bahas (apalagi dibikin novel) di Indonesia pada masa itu, Clara Ng patut banget diacungi jempol untuk keberaniannya. Namun, bukan hanya topik nya yang menarik, cara beliau memoles dan membungkus cerita ini menjadi cerita yang hangat menurutku keren banget sih.

Tbh i'm a bit carried away by the longing of two lovers. It's a touching story that i could imagine happening in real life. Fiction but not too fictional. Dark but not twisted. Sensitive but not upsetting.


read 2011
Profile Image for Ansi Widya.
78 reviews
May 16, 2017
3.5 stars
Not because of the topic. Trust me, I'm not a newbie in books with LGBTQ topic. In fact, I love them. I believe that all love stories are beautiful regardless the gender and/or the sexual orientation.

I just felt like some parts of this book seems forced and the dialog sounded a little stiff. However, I shall appreciate the bravery in taking the topic and it described most of Indonesian's view on this matter well, which is kinda sad.
Profile Image for Void..
130 reviews25 followers
December 9, 2023
Sumpah rasanya kayak liat sinetron... Persis kaya ada efek-efek suaranya juga. Se-nggak sukanya aku, aku apresiasi banget tone narasinya nggak judgemental kepada komunitas LGBTQ+. Tentu aku nggak tahu keadaan politik di saat buku ini diterbitkan, tapi aku rasa banyak sekali yang merasa bersyukur buku seperti ini ada di pasaran. Bisa jadi cerita seperti ini nggak hanya good enough, tapi bisa jadi sangat berarti untuk siapapun merasa buku ini adalah secercah harapan.
Profile Image for A. Annabila.
5 reviews
August 25, 2025
BAGUS BANGET WOIII HSJSJSJS. dapet rekomendasi buku ini dari warga twitter/x. agak kaget ternyata buku ini terbitnya udah lama banget. lumayan susah dapetin buku fisiknya. akhirnya bisa baca versi digitalnya.

ANYWAY NOVELNYA BAGUS. cara penulisannya mengalir sempurna. walaupun awalnya agak bingung yh, turns out novel ini page-turning banget. ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab di novel ini. di beberapa aspek novel ini relate dengan keadaan sekarang … aku suka.
Profile Image for Merlyn.
38 reviews
August 17, 2017
Tidak menyangka bisa selesaikan dalam waktu 4 hari di tengah workaholic lifestyle. Novel ini tidak muluk-muluk sehingga natural dan memberikan emosi yang muram untuk kebahagiaan versi tokoh utama. Harapan saya adalah penulis memberikan detail yang lebih menyayat di saat-saat terkahir bagaimana Diana dan Henrietta menghabiskan sisa hidup Diana.
Profile Image for Dara S.
11 reviews
September 8, 2022
Timeless, sangat suka dengan cerita yang diberi. Kind of hope it will be longer (?) Karena entah rasanya alur semakin cepat saat memasuki pertengahan buku. Jadi terkesan bagian akhir terburu-buru

Tetapi untungnya—bagiku sih—tidak memengaruhi esensi cerita. Hanya saja it's nicer to have a longer or a little bit slower pace at the end. :)))
Profile Image for marie.
2 reviews
May 8, 2025
masih ga percaya dulu buku ini jadi tugas mapel b indo. i didnt remember much except for the fact that gw bacanya secepet kilat karena ga bisa stop. kalo liat cover buku ini, masih kerasa sampe sekarang yearningnya. would def reread karena dengan emotional maturity gw sekarang, dijamin bakal lebih bisa mendalami dan bahkan pick up some pieces yang dulu ga disadari.
Profile Image for Adriana Anjani.
22 reviews
February 5, 2018
Buku ini telah mengangkat isu sensitif tentang lesbian dari sudut pandang yang manusiawi. Saya suka bagaimana cerita ini mengalir dan memandang dari berbagai perspektif dalam memahami satu situasi yang sama. Penulisannya rapi dengan bahasa yang menarik.
Profile Image for Iras P.
14 reviews
March 26, 2018
Buku yang sangat menarik dengan penggambaran karakter yang sangat baik. Tidak bertele-tele dan tidak terlalu cepat. Tidak bisa ditinggalkan sebelum tuntas dibaca.

Lendy, Eliza, Diana, Selina, Fola, Henrietta.
Profile Image for R-Qie R-Qie.
Author 4 books9 followers
May 20, 2021
Cerita tabu yang diceritakan dengan apik. Terasa wajar dan menuai simpati. Dibumbui kisah rumit sebuah keluarga dan kasih sayang tanpa batas. Melalui sebuah naskah, rahasia kelam masa lalu terkuak. Empat bintang.
Profile Image for nayyaalandy.
7 reviews
June 27, 2024
aku enjoy bacanya tapi aku ga terlalu ngerasa feel sapphic nya? aku juga ga terlalu suka sm lendy yg blak blakan bahas ttg sexuality neneknya ke orang yg ga bersangkutan sm sekali. kaya ngelanggar privasi bgt. tapi aku bisa belajar banyak hal dari buku ini🫶🏻🩷
Displaying 1 - 30 of 125 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.