Realisme-sosialis, yang terbungkus oleh Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), selama ini menjadi titik sengketa yang tak ada habis-putusnya. Tapi sayang sengketa itu berlangsung tanpa ada referensi yang memadai yang menjelaskan hal-ihwal apa itu realisme-sosialis. Kerap ejekan, kemplangan, hinaan dan lecehan itu hanya didasarkan pada duga dan syak-wasangka bahwa realisme-sosialis identik dengan PKI dan PKI adalah anak jadah yang tak boleh bernafas di bumi Indonesia. Di tengah tuna-referensi tentang sastra realisme-sosialis itu, Pramoedya Ananta Toer menulis buku ini. Ia mencatat poin-poin penting ihwal sastra bergenre realisme-sosialis diserti dengan paruh-paruh perkembangan sejarah sastra Indonesia secara menarik dan memikat. Tentu saja dengan terbitnya buku ini dimaksudkan bukan untuk memperpanjang daftar cekcok dan perkelahian masa silam, melinkan untuk mengisi kekosongan wacana dalam berdealektika.
Pramoedya Ananta Toer was an Indonesian author of novels, short stories, essays, polemics, and histories of his homeland and its people. A well-regarded writer in the West, Pramoedya's outspoken and often politically charged writings faced censorship in his native land during the pre-reformation era. For opposing the policies of both founding president Sukarno, as well as those of its successor, the New Order regime of Suharto, he faced extrajudicial punishment. During the many years in which he suffered imprisonment and house arrest, he became a cause célèbre for advocates of freedom of expression and human rights.
Bibliography: * Kranji-Bekasi Jatuh (1947) * Perburuan (The Fugitive) (1950) * Keluarga Gerilya (1950) * Bukan Pasarmalam (1951) * Cerita dari Blora (1952) * Gulat di Jakarta (1953) * Korupsi (Corruption) (1954) * Midah - Si Manis Bergigi Emas (1954) * Cerita Calon Arang (The King, the Witch, and the Priest) (1957) * Hoakiau di Indonesia (1960) * Panggil Aku Kartini Saja I & II (1962) * The Buru Quartet o Bumi Manusia (This Earth of Mankind) (1980) o Anak Semua Bangsa (Child of All Nations) (1980) o Jejak Langkah (Footsteps) (1985) o Rumah Kaca (House of Glass) (1988) * Gadis Pantai (The Girl from the Coast) (1982) * Nyanyi Sunyi Seorang Bisu (A Mute's Soliloquy) (1995) * Arus Balik (1995) * Arok Dedes (1999) * Mangir (1999) * Larasati (2000)
MENYUSUR perjalanan realisme-sosialis berdasarkan perspektif Pramoedya Ananta Toer, membuka kebencian dan kemarahan pengarang yang kental dengan ideologi sosialisnya kepada semua pengarang yang tidak sealiran dengannya.
Ini kerana sastera pada pandangan Pram adalah produk yang wajib dikeluarkan oleh pengarang untuk memenangkan ideologinya sama seperti seorang pekerja parti berjuang memenangkan partinya.
Kerana itu karya sastera realisme-sosialis adalah karya perlawanan yang watak utama dengan sifat keheroannya mesti dimenangkan kerana ia membela kepentingan kaum pekerja dan rakyat umum, manakala musuh mereka mesti dihancurkan selumat-lumatnya.
Barangkali buku ini menjawab juga mengapa kemarahan sasterawan dan pengarang yang tidak sealiran dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) seolah-olah tidak dapat dipadamkan oleh kedinginan zaman - tekanan yang diberikan ideolog dalam Lekra kepada sasterawan dan pengarang sezamannya mungkin adalah kesalahan tanpa ampun.
Membaca Realisme Sosialis dan Sastra Indonesia memberikan makna diri pada sastera aliran itu yang sebenarnya wajar untuk kita bandingkan dengan keghairahan kita pada hari ini untuk memberikan perspektif kebenaran secara mutlak berdasarkan kaca mata rakyat umum.
penerbit saya kira tepat untuk membawakan karya PAT yang satu ini guna mengisi kekosongan wacana sastra di Indonesia--terkhusus aliran realisme sosialis--yang pernah begitu mempengarhui banyak corak sastra di Indonesia. Definitif, jelas, dan cukup kaya referensi, untuk (tiga buah) makalah akademis jenis ini. Sayang di terbitan yang saya baca, bagian kedua tidak disertakan. entah mengapa.
Bagi saya, keindahan itu terletak pada kemanusiaan, yaitu perjuangan untuk kemanusiaan, pembebasan terhadap penindasan. Jadi keindahan itu terletak pada kemurnian kemanusiaan, bukan dalam mengutak-atik bahasa. (Pramoedya, h. 5)