Jump to ratings and reviews
Rate this book

30 Hari Jadi Murid Anakku

Rate this book
Buku ini bisa dibilang kumpulan esai ringan yang menceritakan bagaimana tumbuh kembang anak bisa menjadi pelajaran yang berharga. Peristiwa yang sederhana bisa menjadi acuan kebijaksanaan bagi orang dewasa. Tanpa kesan untuk menggurui. Karena sang penulis bukan juga seorang guru.

Anak-anak punya dunia tanpa batas. Murni. Praktis. Sederhana. Dan alangkah beruntungnya orang-orang yang bisa berbagi dengan mereka. Buku ini akhirnya menjadi semacam ikhtiar untuk sekedar berbagi pengalaman dengan dunia anak-anak yang mungkin Anda juga pernah mengalaminya.

224 pages, Paperback

First published May 1, 2009

3 people are currently reading
21 people want to read

About the author

Mel (no last name)

1 book2 followers

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
5 (17%)
4 stars
9 (31%)
3 stars
13 (44%)
2 stars
2 (6%)
1 star
0 (0%)
Displaying 1 - 18 of 18 reviews
Profile Image for lita.
440 reviews65 followers
May 23, 2009
I moved this review to my blog
Profile Image for gieb.
222 reviews77 followers
May 12, 2009
saya, kebetulan, mempunyai kesempatan untuk membaca naskah ini secara utuh beberapa bulan yang lalu.

di hampir semua tulisan dalam buku ini, saya seperti kena 'tampar'. kadang seperti diingatkan 'ternyata ada waktu untuk bahagia'. anak-anak selalu berhasil menjadi cermin bagi kita (baca: saya) untuk menjadi lebih bijak sebagai orangtua.

saya kutipkan sebuah cerita dalam buku ini, yang menurut saya, begitu 'menampar' saya sebagai lelaki, ayah, pun manusia.

Jika anak menangis saat disuntik, itu hal wajar. Ada yang menangis meraung-raung, ada yang menangis berkepanjangan, ada juga yang menangis singkat dan sebentar, tapi ada pula yang tidak menangis. Kedua satriaku masuk golongan yang kadang menangis singkat dan sebentar, di waktu lain tidak menangis. Si kecil pernah menangis meraung-raung saat dia sedang sangat sakit dan harus melewati ragam pemeriksaan, lalu berakhir disuntik atau diambil darah. Tapi hanya sekitar 2 kali. Sisanya tangisan singkat.

Tapi kali ini, yang membuat dada sesak dan mata panas adalah saat si Kecil diambil darah dan dia hanya bisa terisak. Bukan meraung ala bocah di usianya. Tapi dengan helaan nafas, memalingkan wajahnya dari jarum suntik, dia terisak. Air matanya bergulir di sela tangis yang tertahan. Dokter dan asistennya ikut terharu dan mengomentari. ‘Aduh tangisnya sedih begitu… Anak laki-laki ya.. jadi nangisnya tertahan..’

Sang Ibu hanya mengelus pipinya perlahan, mengusap air matanya, mengecup pipinya sambil berbisik di telinganya, ‘Sakitnya sebentar, Sayang… nanti lewat… tahan ya….’ Dan tampaknya si Kecil mempercayai ibunya. Setelah prosesnya selesai, dia kembali jadi satria kecil sang Ibu, dengan tebar senyumnya yang menggemaskan.

Tangis adalah hak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki juga punya kelenjar air mata dan tetap berhak buat menangis. Aku tidak pernah melarang anak laki-lakiku untuk menangis. Karena aku percaya kekuatan seseorang tidak terukur dari derai air mata yang keluar. Tampaknya tempaan bisa membuat kita lama-lama lelah menangis ya? Terlebih jika terus-menerus dikeluarkan untuk hal yang sama? Itu kebal atau jadi kuat?

Seperti semua orangtua, sang Ibu juga ingin menggantikan apa yang harus si Kecil lalui. Biar ibunya yang mengambil bagiannya. Semua kesulitannya. Toh sang Ibu lebih punya banyak alasan untuk mengeluarkan air mata. Sakit yang dialami anak, akan dirasakan berkali lipat oleh orangtuanya. Layaknya kutuk yang tak akan pernah patah hingga terpisah maut.

Tapi si Ibu juga diingatkan. Bahwa dia tidak akan pernah dapat menggantikan anaknya, tak peduli seberapa besar dia menginginkannya. Jika tak ada yang dapat diubah, aku akan mengubahnya agar dapat dilalui. Berbagi kekuatan, itu yang dapat dilakukan. Jadi aku akan tetap kuat, dan membaginya untuk anak-anakku. Setidaknya itu dapat kuajarkan. Tak peduli butuh sekian banyak air mata untuk membuatnya kuat, tiap tetesnya akan jadi berarti dan tidak mubazir.


bersambung.
Profile Image for Suryati.
104 reviews9 followers
May 28, 2009
Kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga memberikan warna dalam kehidupan berkeluarga, anak-anak selalu mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi orangtuanya. Membimbing mereka justru membuat kita belajar bagaimana seharusnya menjadi orangtua, belajar untuk selalu bersabar, belajar untuk bisa ikhlas ketika menghadapi tingkah mereka yang terkadang memancing emosi kita sebagai orangtua. Celoteh mereka adalah khas anak-anak dalam mengekspresikan diri mereka.

Membaca buku Mel ini, seolah memutar kembali apa yang telah saya alami saat mendampingi anak-anakku, mulai dari masih baby hingga sekarang. Ketika kita mulai mengenalkan mereka pada kehidupan di sekitar ketika itu juga sebagai orang tua kita justru belajar bagaimana menyampaikan cara yang terbaik yang dapat dicerna anak-anak kita tanpa memaksakan kehendak dan keinginan kita sendiri sebagai orang tua kepada anaknya.

Ah, yang jelas buku ini berhasil membuat saya mengevaluasi diri, telah benarkah jalan yang saya tempuh dalam mendidik, merawat dan membimbing anak-anakku? Jawabannya saya harus terus belajar dari anak-anak sendiri dan dari teman-teman terbaik yang mempunyai berbagai pengalaman untuk dijadikan bahan pelajaran.
Profile Image for Andri.
137 reviews
June 10, 2009
Kali ini review yg beneran ya Mel.. ;P

Belajar dari anak kecil. Hmmm.. ingatan gw melayang ke beberapa peristiwa dengan satu ponakan yang lumayan lengket ama gw.

Yang pertama, di arena bermain McD Sarinah Thamrin. Saat itu sang bunda sama istri gw lagi ada urusan bersama, dan gw yg kemudian jadi babysitternya. Anak-anak usia balita yang sedang bermain meriah, tiba-tiba ada satu suara tangis kencang terdengar. Oh ada yg nangis.. dan ada beberapa orang merubung, dan anak-anak kecil yg lain nunjuk ke ponakan gw yg satu ini. Gw samperin ponakan gw, dan bertanya ada apa. Dia jawab, tadi aku dipukul ama dia om... terus aku pukul lagi aja.. lebih kenceng. OMG, padahal anak yg dibukul itu ukuran fisiknya lebih gede. Langsung gw ajak dia ke tempat gw duduk, mencari tau lebih jauh. Sambil bercakap dan tertawa-tawa, dia bilang dia ikutin yg pernah gw bilang ke dia. Kalo ama anak cewek.. ngalah.. kalo ama anak cowok.. yg sopan.. tapi kalo dipukul.. jangan diam.. balas.. pukul lagi lebih kenceng! [Aduh! ajaran yg salah dari gw:].

Yang kedua, di Kidzania. Whole day menemani dia, sampe di moment ketika dia masuk ke rumah sakit. Berhubung pengantar gak boleh masuk, jadi gw tunggu di luar, sambil duduk2 rehat sejenak. Lumayan lama.. kemudian kulihat dia keluar, sambil senyum menunjukkan uang yang didapatnya. "Waah.. banyak duit kamu ?" ucapku menyambutnya. "Jadi dokter apa kamu tadi ?" kulanjutkan dengan pertanyaan. Dia menjawab, "nggak jadi dokter om.. yang gede-gede berebut jadi dokter, aku ngalah jadi pasiennya aja". Hahaha.. rupanya dia "kalah" berebut sama anak-anak yang lebih besar untuk jadi dokter, dan akhirnya dia "mengalah" untuk jadi sang pasien saja.

**

Setuju sama Mel. Dari segala aktifitas mereka yang polos, jujur, apa adanya.. sungguh banyak hal yang bisa kita pelajari. Kadang, kita yang mengaku dewasa ini, ternyata bisa dibuat ternganga oleh perilaku mereka, sikap mereka.

Gw malah berharap mestinya Mel bisa lebih tajam menyindir, menggertak, menantang kita-kita yang dewasa ini.. untuk mau lebih memperhatikan anak-anak itu, terutama dalam hal bersikap dan berperilaku, dan belajar dari mereka.

Jadi teringat ucapan seorang teman.. ketika gw berkata.. yah.. gw belajar ini dari kejadian ini.. gw belajar itu dari kejadian itu.. terus dia bilang, loe belajar melulu.. kapan lulusnya.. :)

Tetapi.. apakah ada kelulusan untuk sebuah kehidupan ?

-andri-

***

[yg ini boleh dibaca boleh nggak.. review igauan..:]

Apakah hidup manusia mirip sebuah konsep product life cycle ? Bisa jadi. PLC adalah konsep tentang sebuah produk, yang dianalogikan seperti manusia. Ada fase kelahiran, fase pertumbuhan, fase dewasa (mature), lalu fase penurunan.

Kalau sekarang dibalik, produk yang di bawa ke manusia, apakah bisa ?

Produk adalah sebuah bayi. Yang terlahirkan bisa lewat proses kesengajaan, bisa juga dari proses tanpa sengaja. Oupss... (masak sih, gak disengaja ?).

Ketika kita melihat bayi, tentu yang ada di benak kita adalah harapan. Seonggok impian. Setumpuk optimisme. Lalu kita mengaca ke diri sendiri, sesosok manusia yang sudah mereguk (bisa sedikit, bisa banyak) asam garam kehidupan. Merasa diri adalah yang paling berpengalaman. Apakah demikian ?

***

"Mas! bangun!!! udah jam tujuh tuh !!"

"Hah ??" Aku langsung lompat dari tempat tidur, menuju kamar mandi.

"Yaaaaaah.. telat lagi deh hari ini.."

-andri-
Profile Image for Jimmy.
155 reviews
May 31, 2009
Don’t talk to strangers! Sepertinya, itulah paham yang dipakai Patricia. Bayi ini pasti menangis super keras (beneran, yang dikuburan bisa pada bangun kalau dia sudah menangis) ketika orang yang tidak dikenalnya mencolek pipinya atau berusaha untuk menggendongnya. Waspada!

Be nice to everyone! Kalau yang ini pasti Raphael. Bayi mungil ini memang selalu menebar senyum manis dan tulus kepada semua orang yang memandangnya. Benar, siapapun! Atau mungkin lebih tepatnya, apapun! Bahkan Chochow, anjing hasil cinta terlarang anjing kampung dengan anjing golden, pun bisa menikmati senyum dari wajahnya yang imut. Ramah!

Patricia dan Raphael adalah keponakan saya. Mereka terlahir kembar. Cantik dan ganteng. Sudah pasti, terlihat jelas dari Om-nya. Maklum sudah turunan…hahahaha. Berhubung ayah mereka bekerja di luar pulau, jadi saya bertugas menjadi supir pribadi mereka. Beberapa bulan yang lalu, saya mengantarkan mereka untuk imunisasi, bersama ibu mereka (kakak ipar saya) dan kakak perempuan saya.

Sang ibu menggendong Patricia, sedangkan kakak saya membawa Raphael. Dibelakang mereka, saya membawa tas berisi perlengkapan bayi. That’s what “supir pengganti” is for, right? Saat melewati ruang tunggu, sejumlah pasang mata langsung menatap tajam penuh curiga ke arah saya, bergantian kemudian ke arah kakak-kakak saya. Hoiiii people!!!! Don’t look at me like that! *Cintja Lora mode on* Saya berteriak…dalam hati sih. Tidak sopan berteriak di rumah sakit. Pandangan itu jelas menuduh saya sebagai salah satu dari pelaku poligami. What!!!???? I am definitely not! Apakah hal ini perlu diklarifikasi? Hmmm…berarti harus mengundang wartawan untuk menggelar konferensi pers. Jelas berlebihan!!!

Rasanya memang tidak nyaman dipandangi seperti itu, kok “mereka” bisa santai-santai saja ya beristri lebih dari satu? Salut untuk percaya dirinya. Pikir saya. Tapi pandangan “jutek” Patricia terhadap mereka sudah cukup mewakili kekesalan hati saya. Namun, Raphael menyebar senyum ke semua orang yang ada di situ. Dan semua terlihat gemas membalas senyum terhadap keponakan saya itu. Ahhh…hadapi saja dengan senyuman. Selesai dahhh masalah dari pihak saya!! Mereka??? Meminjam istilah anak ABG : “Itu masalah lo dan keluarga lo!!”

Belajar dari anak. Mel melakukannya. Dalam bukunya “30 hari jadi murid anakku”, Mel berbagi cerita dengan pembaca bagaimana dia belajar banyak hal dari kedua anaknya. Tidak menggurui, sekedar berbagi saja. Tentu, menurut saya, ini bukan hanya pelajaran 30 hari saja karena belajar itu kan seumur hidup. Tapi kalau pelajaran setiap hari dijadikan buku, KBBI jelas kalah tebal kan? Saya juga percaya, orang dewasa pun bisa belajar banyak dari anak-anak kecil. Kejujuran misalnya, atau ketulusan. Dan tidak usah takut, tidak akan ada Ujian Nasional yang menentukan Anda lulus atau tidak dalam proses belajar ini.

Saya pernah membaca (dan mendengar) pepatah: “Belajarlah bahkan dari seekor keledai”. Tentunya anak-anak bukan keledai. Mereka bahkan berada di liga yang sangat berbeda. Jadi, kenapa harus malu belajar kepada anak-anak dari pada memaksakan apa yang kita tahu kepada mereka.

Catatan penting!!!
*Saya sangat suka dengan gambar dan desain sampulnya (muka dan belakang). Keren!!!

*Saya jadi ingin kenal dengan si sulung dan si bungsu. Emaknya sih udah kenal, jadi tidak usah kenalan lagi, hehe..

*Buat laba-laba nya si sulung. Salam dari spider-man :D
Profile Image for Indri Juwono.
Author 2 books307 followers
June 9, 2009
Lucu ya, ketika kisah si kecil dijadikan buku seperti ini. Mengingatkan pada kehidupan sehari-hari. Begitu banyak hal yang aku lewati bersama anak, yang memang mengajari aku akan hal-hal baru, karena ternyata sifat kami ada perbedaan, ataupun cerminan diriku sendiri.
Terkadang kita tak sadar, kita mengajari si kecil sesuatu yang baik, dan akhirnya ia mengingatkan kita akan itu kalau kita salah. Kita bilang, jangan bohong nak, maka kita pun tidak boleh bohong.
Berat memang menjadi orang tua, tapi beberapa sisi kehidupan yang diolah oleh Mel memang kita ajarkan untuk anak-anak, yang kalau dituruti menjadi pembelajaran kembali untuk kita orang tua. Orang tua terkadang lupa, hanya ingin mendewasakan anak2nya. Menganggap yang benar adalah duduk manis, belajar supaya pintar, makan yang banyak. Kita seringkali lupa bahwa anak-anak pun punya karakter masing-masing.
Betapa bahagianya saya kalau pulang kerja ketemu Bintang dan dia teriak “Bunda pulaaangg!!!” sambil memeluk dan menggeret-geret saya sambil membawa buku kesayangannya, sementara saya sebenarnya capek dan pegel-pegel.
Betapa berharganya quality time yang dihabiskan bersama Bintang, berdua bersama Bintang, datang ke kopdar GRI di bunderan HI.. yang berakhir dengan acara lari-lari dan kejar2an berdua, mirip dengan digambarkan oleh kakak Mel sebagai kencan-kencan bersama si Sulung.
Anak adalah inspirasi. Vitaminku setiap pagi adalah tawa Bintang. Obat pegelku kalau malam adalah celotehannya yang cadel. Capekku kalau lari pagi bersamanya dan berakhir dengan gendongan. Aku sedih kalau dia sakit. Ia sedih kalau lihat bundanya sampai menangis marah kalau ia kelewatan nakal.
Mungkin isi buku ini tidak ‘menampar’ saya seperti Gieb. Tapi lebih untuk menguatkan saya bagaimana cara menghadapi Bintang, yang mungkin di kemudian hari akan cerewet dan kritis seperti Si Sulungnya Mel. Menghadapi anak tidak perlu dengan segudang aturan, tapi dengan hati, dengan bicara. Anak adalah sahabatku. Sama seperti ibu adalah sahabatku.
Profile Image for Weni.
113 reviews40 followers
June 20, 2009
Anak2 memang mengajarkan banyak hal kepada kita. Betapa sederhananya mereka, betapa polosnya, betapa mudahnya mereka tertawa (bahkan jika sesuatu yg lucu itu sudah dilihat/didengarnya berulang kali) dan yang mungkin sangat berbeda dengan kita orang dewasa adalah betapa mudahnya mereka memaafkan. Betapa sering kita memarahi mereka, tapi 5 menit kemudian mereka sudah memanggil2 kita dengan wajah berseri2, ngajak main lah, bercerita lah, dll.

Seperti Mel sang penulis, saya juga masih terus belajar jadi orang tua. Apa yang dituliskan Mel di buku ini juga saya alami. Bbrp minggu lalu saya juga 'berkencan' dengan putri saya (biasanya kami kemana2 bertiga, dengan Ayah), ketika kami di Bandung. Saya menemani dia makan di tmpt makan favoritnya, menunggui dia main, menemani dia makan es krim, bersama2 memilih buku di Gramedia, lalu dia menemani bundanya makan dan ngopi di cafe :D

Ketika Mel menceritakan komentar2/penilaian si sulung dalam bagian 'Opini', saya juga mengalaminya. Anak2 memang berbicara dengan cueknya hehe, termasuk putri saya (yang seumuran sulung Mel). Suatu kali dia menyisiri rambut saya, mengikatnya, lalu berkomentar: "Bunda cantik banget taukkk...". Saya tertawa mendengar pujiannya. Tapi di kesempatan lain, ketika asik mengobrol bertiga, tiba2 dia komentar: "Bunda, kok mukanya berminyak... kayak gorengan". Kali ini suami saya yang tertawa sampe guling2.

Bagian dalam buku ini yang paling saya suka adalah bab 'Tanpa Kata' dan 'Anak'. Putri saya seperti sulung Mel dalam 'Tanpa Kata'. Dia bukan orang panggung, pemalu. Mel menuliskan:
"Segala sesuatu punya prosesnya sendiri. Ada waktunya sendiri. Dan di waktu tertentu kata2 juga tetap punya momen 'kosong'-nya. Jadi biar aku isi kekosongan itu dengan berjuta peluk dan cium."
Kalimat yang indah, Mel. Kali ini saya belajar dari kamu :)
Profile Image for Rahmi Susiswanti.
37 reviews2 followers
August 20, 2015
:-)Anak adalah inspirasi keluarga. Sebagai orang tua, secara filosofi sebenarnya bukan anak yang belajar dari kita, tetapi kitalah yang belajar dari anak. Dalam keadaan apapun, anak akan memberikan pencerahan di dalam kehidupan kita. Dengan kepolosannya, keiklasannya, kejujurannya, celotehnya, pelukannya, kreatifitasnya, senimannya,..., semua itu merupakan pelita dan doa dari kita sebagai orangtua.

There's no place like home, there's no lopes like out children 's.....
Profile Image for Sam.
184 reviews17 followers
August 11, 2010
sebenarnya mau kasih 2 1/2 bintang untuk gaya penulisan, alur cerita dan flow... tp aq kasi plus setengah bintang lg, karena aku juga suka hitam, aku juga suka hujan!

ketika membaca buku ini, aku seakan diajak mengupas apa saja yg telah aku pelajari ketika 'merelakan' diriku selama ini 'bersenang-senang' dengan malaikat-malaikat mungil.. aku memang suka anak-anak, but dat doesnt mean our playing-round is a learning-ground as well, hehe..

cerita soal dating mba Mel dan si Sulung, mengingatkanku terakhir kali kemaren s4 mengajak ponakan Lelaki Pilihanku ke Kidzania, Salwa namanya, si cantik yg baru genap 5th ini sangat antusias ketika dijanjikan akan diajak 'jalan-jalan'.

dia memang hampir tidak pernah mengitari kota besar, menjajaki mall - selain supermall karawaci tentunya, salah satunya karena itulah kami memutuskan 'menghadiahi'nya tiket Kidzania..

aku memang tidak menemaninya sepanjang berada di dalam wahana, tapi ketika kami menjemputnya kembali seusai waktu permainan untuk late lunch dan kembali ke rumah, bibir mungilnya tak henti bercerita ttg apa yg sudah dilihatnya di dalam wahana,

"Aku jd dokter, terus pergi ke salon, ini kerlip-kerlipnya masi ada..." sembari memainkan kepalanya, "aku juga udah punya SIM sekarang, nte" dengan bangga dikeluarkannya kartu SIM Kidzania dan sejumlah koin serta uang kertas yang didapat selama bermain 'peran' di wahana.

"Aku jg tadi ke Yuppie Land," mengoceh smbil terus memasukkan suapan nasi ke mulutnya.

aku silau.. silau dengan rona wajahnya, terbius dengan ocehannya, entah bagaimana aku bahagia, hampir lupa bahkan sharian tadi menguras kocek demi melihatnya tertawa, menghiburnya selama berlibur di rumah...

aku tersadar telah belajar bahwa kebahagiaan seorang anak adalah segalanya... iya, SEGALANYA! Sanggupkah kamu menukarnya dengan dunia?


NB:
sangat terinspirasi dengan kutipan puisi Children Live What They Learn by Dorothy Law Nolte dan kisah Smiley Shark ^^
Profile Image for Sylvia.
Author 10 books71 followers
September 1, 2009
"The softest things in the world overcome the hardest things in the world." (Taoist sage, Lau-Tzu)

Quotation ini saya baca di akhir halaman, dan seperti halnya Mel, saya pun merasakan hal yang sama: ada saatnya merasa ditampar karena ucapan mereka yang seperti reminder buat saya, ada juga saatnya dilambung tinggi hanya oleh sebuah kecupan kecil di pipi di saat yang tak terduga.

Buku simple ini berisi hal yang nggak simple sebenarnya. Dituliskan dengan cara yang asik dan tidak menggurui, Mel seolah sedang ngobrol dengan kita tentang dua ksatrianya. Membacanya aku jadi malu, mengingat-ingat apakah aku bisa menuliskan hal sedetail itu tentang kedua angels-ku. Rasanya belum. Tapi Mel sangat mengenal kedua anaknya, dan mengakui bahwa dirinya belajar dari anak-anaknya adalah hal yang luar biasa untuk seorang ibu muda seperti Mel. Wawasannya luas dan dia sangat open mind terhadap opini anak-anaknya.

Saya sangat terkesan dengan kata-kata: "Aku tidak menyimpan kebahagiaan-ku pada mereka. Aku jelas bahagia mereka dapat mewarnai hidupku. Tapi bukan berarti menggantungkan kebahagiaanku pada mereka." (hal.147) That was a nice words!

Thank you Mel, for writing such a nice book for us, mothers. Kita perlu juga diingatkan bahwa memang anak kita bukanlah anak kita. Mereka titipan yang seharusnya kita jaga dan rawat. Bukan yang diharuskan menjaga dan merawat kita di saat tua nanti. Tapi kalo itu terjadi, what a blessing :D
Profile Image for miaaa.
482 reviews420 followers
June 19, 2009
Memang sudah seharusnya tidak ada yang namanya lembaga pelatihan, akademi, atau universitas dengan jurusan Pendidikan Bagaimana Menjadi Orangtua yang Baik. Karena ini memungkinkan setiap orang untuk menjalani proses itu secara alami, belajar bersama anak-anaknya untuk menjadi orangtua yang baik. Paling tidak baik dalam standar demi anak-anaknya sendiri.

miaaa
seorang ibu sponsor yang ingin belajar menjadi orangtua.
Profile Image for Enny kadarsih.
32 reviews7 followers
May 13, 2009
banyak pelajaran yang aku ambil dari buku ini,mel menuturkannya cukup bagus...nggak bikin bosen yang jelas,gaya bahasanya emang mel banget he he he.satu lagi yang aku suka,nggak aku temukan kesalahan pengetikan dari awal sampai akhir (semoga bukan mataku yang salah ya...)
wah jadi bikin pengen segera menjadi murid2 anakku juga nih mel...
Profile Image for Arinamidalem.
106 reviews7 followers
July 9, 2009
paling suka bagian kata-kata .. dan malaikat..
utusan malaikat yg datang dgn bunga berwarna ungu..lalu putih..
semuda itu tapi sudah mengerti wanita terhibur oleh bunga.. indah ;)

*keder mo review apa, lebih enak dibaca sambil dihayati..oh ibu. mau bilang 'aku sayang kamu'...tp ndak biasa..tapi kau sdh tau kan? he..he*
Profile Image for Iyut.
231 reviews26 followers
July 31, 2009
hehehe buku pertama yg berhasil dibaca tuntas setelah sekian lama tidak sempat menuntaskan satu buku pun ;)
comment tentang buku ini setelah kelar bacanya singkat aja.. "kok cuma 30 hari seh? kalo bisa sih 365 hari sekalian :P" *ga rela nutup buku setelah halaman terakhir selesai dibaca*
Profile Image for Nanto.
702 reviews102 followers
Want to read
March 17, 2009
penoelis moetakhir, fantastis, dan bombastis pastinya!

setujua semua?

ok. tetap di..bukan empat mata! :D

bravo buat rekan durjanawatiwan. gak nyangka balik dari tanah sejuta ngoni dapat surprise begini menyenangkan. di toko sebelah ada kah?
Profile Image for Betty.
2 reviews4 followers
March 13, 2009
menanti dan bergembira sekali kalo didapat dengan gratissss... :P
Profile Image for Roos.
391 reviews
Want to read
March 13, 2009
Congratz yah Mel, akhirnyah!

Dah baca....tapi dikiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiit....mo nunggu lanjutannya nih.

PS: Covernya KEREN! MANTAFFFS ABIEZZZ!!!
Displaying 1 - 18 of 18 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.