Jump to ratings and reviews
Rate this book

Politik Jatah Preman: Ormas dan Kuasa Jalanan di Indonesia Pasca Orde Baru

Rate this book
Keberadaan geng, preman, dan milisi telah menjadi ciri yang melekat dalam kehidupan sosial-politik di Indonesia. Selama masa Orde Baru, mereka digunakan sebagai alat untuk menegakkan tertib sosial versi negara dan melanggengkan kekuasaan rezim, misalnya “kewenangan” yang dimiliki organisasi pemuda untuk menggebuk para pengkritik rezim dengan mengatasnamakan Pancasila. Demokratisasi pasca 1998 tidak mengakibatkan lenyapnya kelompok-kelompok ini, melainkan mereka beradaptasi dan mencari celah dalam konteks politik yang berubah. Membela agama—bukan lagi membela rezim—kini menjadi salah satu alasan keberadaan mereka. Lalu desentralisasi menguatkan unsur etnisitas sebagai landasan ormas. Jenis baru ormas-ormas jalanan ini memadukan perburuan rente secara predatoris dengan klaim merepresentasikan kelompok sosial-ekonomi yang terpinggir.

Didasarkan pada riset lapangan yang intens dan panjang, buku ini menyuguhkan analisis komprehensif mengenai hubungan yang berubah antara kelompok-kelompok ini dengan pihak berwenang dan kekuasaan politik pasca Orde Baru. Dalam mengonsolidasi kuasa kewilayahan mereka di tingkat lokal, kelompok-kelompok ini pada taraf tertentu berhasil merebut legitimasi yang tidak semata-mata dilandaskan pada tindak pemalakan dan kekerasan. Dalam konteks demokrasi elektoral di Indonesia, mereka pun berhasil menjadi perantara antara politik informal jalanan dengan politik formal parlemen. Bagaimana mereka memanfaatkan posisi ini untuk meningkatkan daya tawar mereka, dan bagaimana dunia politik formal memanfaatkan “layanan” mereka akan sangat memengaruhi masa depan kehidupan sosial-politik di Indonesia.

337 pages, Paperback

First published February 15, 2011

39 people are currently reading
426 people want to read

About the author

Ian Douglas Wilson

3 books1 follower

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
82 (56%)
4 stars
52 (35%)
3 stars
7 (4%)
2 stars
0 (0%)
1 star
4 (2%)
Displaying 1 - 28 of 28 reviews
Profile Image for Ms.TDA.
234 reviews3 followers
May 16, 2025
Buku ini menjelaskan betapa rumitnya memahami sejarah kekerasan politik yg memperjualbelikan kekerasan demi pencapaian tujuan politik oleh pihak tertentu. Dan ini berlangsung dari jejaringan era kolonialisme Belanda itu sendiri dan menjadi rantai lokalisme yg tak pernah terputus hingga sekarang. Buku yang cukup berat menurutku karna banyak istilah yang tidak fimiliar dan juga isi yang padat dengan segala informasi serta nama2 yang diangkat merupakan tokoh yang cukup ternama (bahkan di era 2025 ini), jadi bersiaplah untuk pemikiran dan mentalitas pembaca ketika menerima pemaparan Pak Wilson disini dengan segala pov dan juga research yang menakjubkan 👍🏻

4,1/5🌟
Profile Image for Hanif Nurrahman.
48 reviews2 followers
June 4, 2025
Berat membahas skena ormas dan premanisme di Indonesia, saat orba sampai pasca orde baru dan efek secara sosio-ekonomi dan pengaruhnya dalam politik di Indonesia. Non fiksi yang bagi saya penulisannya paling rapi dan paling mudah ditelan.
Profile Image for Kahfi.
140 reviews15 followers
May 13, 2019
Buku yang sangat apik dalam menjelajahi salah satu kelompok sosial yang termarjinalkan, lalu sukses bertransformasi sebagai kekuatan yang mampu beradaptasi dan mengglobal dalam sejarah perpolitikan nasional.

Bahkan, buku ini mampu merangsang pemahaman tambahan mengenai jejaring premanisme yang dititikberatkan pada tingkat jalanan dalam pembahasan buku ini. Namun kenyataan nya, jaman kiwari bentuk premanisme mengalami moda perubahan ke tahap yang lebih terlembaga.

Kekuatan utama dari buku ini ialah kemampuan analitis dalam mengaitkan antara definisi legal dan ilegal, formal dan informal, serta negara dan masyarakat.
Profile Image for Agung Wicaksono.
1,089 reviews17 followers
January 26, 2024
Memahami sistem politik yang ada di dunia, khususnya Indonesia, memang begitu kompleks. Dari buku ini, saya jadi mendapatkan informasi baru tentang peran preman atau ormas yang ternyata ikut berperan dalam membentuk suasana politik di Indonesia, terutama di DKI Jakarta.

Lebih lanjut, ulasan singkatnya saya tulis di sini:
https://www.agungwicaks.com/2024/01/p...
Profile Image for Sandy.
32 reviews
January 15, 2019
Premanisme punya akar yang panjang dalam sejarah Indonesia. Seiring berubah-ubahnya iklim politik di Indonesia, mereka pun dengan sangat licin dalam beradaptasi dengan kondisi tersebut.

Dalam bukunya, Wilson mengemukakan bahwa relasi antara ormas preman dengan para elite bukan sekedar relasi pantron-klien, melainkan jauh lebih luar dari itu. Wilson menggambarkan bahwa ormas-ormas preman ini mampu mentransformasikan diri ke dalam kondisi yang begitu rumit dan kompleks tanpa harus berelasi dengan patronnya. Mereka mampu menjalin jejaring yang sangat luas dan berelasi dengan siapa saja dengan tetap memperhatikan posisi strategisnya.

Bagian menarik dalam buku ini adalah ketika Wilson menceritakan konstelasi kekuatan preman di Tanah Abang sebelum Reformasi. Pertarungan antara geng Jatibaru dan geng Jatibunder adalah pertarungan yang wajib diikuti agar bisa menjadi dasar untuk mengetahui pertarungan ormas preman di Jakarta dalam konteks yang lebih luas.

Buku ini cocok untuk mereka yang suka politik lokal serta mereka yang fokus di isu perkembangan kelas bawah di Indonesia. Catatan saya sebagai pembaca adalah masih adanya typo bertebaran.
1 review
June 21, 2020
Politik Jatah Preman: Ormas dan Kuasa Jalanan Di Indonesia Pasca Orde Baru by Ian Douglas Wilson (1969).
An interesting book to read for you who wants to know about Indonesian politic in bottom base. Ian learn about Indonesia and the people in contemporaneous era, especially about economy, gangster politics, vigilantism, violence, and street politics and its relation with the authority. The cover of this book interest the reader, this second edition of this book successful to make a sense by the design. Using white color as the basic color the cover of this book, and yellow on the main title, and a little bit accent, give this book eye catching appearance in delicate workmanship. The description of the book was written in the back cover of this book.

Published for the first time in English, on 2015 with the title “The Politics of Protection Rackets in Post-New Order Indonesia: Coercive Capital, Authority and Street Politics”, translated in Bahasa by Mirza Jaka Suryana and published for the first time in Indonesia on December, 2018, by Marjin Kiri. Over all, this book is talking about Indonesia and the people in contemporaneous era, especially about economy, gangmster politics, vigilantism, violence, and street politics and its relation with the authority. The existence of gangs, thugs, and militias has become an inherent characteristic of Indonesia's socio-political life. During the New Order era, they were used as a tool to uphold the country's version of social order and perpetuate regime power, for example the "authority" held by youth organizations to beat critics of the regime in the name of Pancasila. Post-1998 democratization did not result in the disappearance of these groups, but rather they adapted and looked for loopholes in the changing political context. Defending religion - no longer defending the regime - is now one of the reasons for their existence. Then decentralization reinforces the element of ethnicity as a foundation for mass organizations. This new type of street mass organization combines rent hunting predatoryly with claims to represent marginalized socio-economic groups.

Based on intense and lengthy field research, this book presents a comprehensive analysis of the changing relationships between these groups with the authorities and post-New Order political power. In consolidating their territorial power at the local level, these groups have managed to win a certain level of legitimacy that is not solely based on acts of bullying and violence. In the context of electoral democracy in Indonesia, they also succeeded in becoming an intermediary between informal street politics and formal parliamentary politics. How they utilize this position to increase their bargaining power, and how the formal political world utilizes their "services" will greatly influence the future of socio-political life in Indonesia.
Profile Image for Jay.
20 reviews3 followers
July 12, 2019
Penelitian yang cukup jarang tentang dunia premanisme di Indonesia, khususnya Jakarta. Membongkar apa yang selama ini dianggap rahasia umum tentang dunia "hitam", dari akar kelahiran, perkembangan serta ekses-eksesnya ke politik Indonesia modern. Kalau dilihat sekilas dari judul, mungkin buku ini terlihat sempit pembahasannya, namun nyatanya dunia preman bisa dibilang sudah ada dalam urat nadi perpolitikan dan pengaruhnya di kalangan elit sangat besar, khususnya pada jaman orde baru dan awal-awal reformasi sampai hari ini.
Hubungan para elit, khususnya militer, dan nampaknya sekarang mengarah ke kelompok islamis, dengan para preman menjadi bukti kalau kehadiran preman mungkin akan sangat sulit lepas dari tatanan sosial dan perpolitikan saat ini. Premanisme di Indonesia terus bergerak menyesuaikan dirinya dengan kondisi sosial, bertransformasi dari satu bentuk ke bentuk lain tanpa bisa ditekan keberadaannya, sepanjang cara pandang terhadap masyarakat marjinal dan lemah (ekonomi, khususnya) belum berubah dan masih dipandang sebagai parasit ketimbang bagian integral dari kehidupan sosial di Indonesia, khususnya daerah urban.
Singkatnya, buku yang penting dibaca sebagai pemahaman dasar tentang dunia yang paling ditakuti oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, dunia preman.
15 reviews
August 29, 2022
Buku ini sedikit banyak merubah pandangan saya tentang preman, salah satu kelompok yang jamak ditemui di perkotaan yang identik dengan kekerasan.
Dibagian awal, penulis menjelaskan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan mengenai fenomena premanisme ini yang mana akan dibahas secara lebih komprehensif dihalaman selanjutnya.
Kelompok sosial ini memiliki akar sejarah yang cukup panjang namun disajikan dengan porsi yang proporsional oleh penulis, sehingga tidak memberatkan/menyita terlalu banyak waktu pembaca.
Reformasi, perubahan yang diharapkan membawa Indonesia ke arah yang jauh lebih baik setelah 32 tahun kekuasaan orde baru, tidak melenyapkan para preman ini, melainkan membuat mereka beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, mereka menyesuaikan diri dengan kehidupan bernegara yang lebih demokratis & terbuka untuk mempertahankan eksistensinya, sembari berusaha mempertahankan keuntungan yang selama ini sudah mereka dapatkan sebelum perubahan terjadi.
Bintang lima untuk penulis dan penerbit yang sudah menyajikan buku berisi/berkualitas mengenai salah satu kelompok sosial di masyarakat yang selama ini cenderung diabaikan/dimarjinalkan.
Profile Image for Aulia Darmawan.
41 reviews
December 26, 2024
Buku ini menjelaskan bagaimana kelompok-kelompok seperti preman dan ormas, yang sering dianggap sebagai bagian dari dunia jalanan, memainkan peran besar dalam politik Indonesia setelah reformasi 1998. Dulu, di zaman Orde Baru, kelompok-kelompok ini dipakai oleh pemerintah untuk menjaga kekuasaan dan ketertiban. Tapi setelah reformasi, mereka mulai mengubah peran mereka, sering kali dengan menggunakan alasan agama atau etnisitas.

Ian Wilson menganalisis bagaimana hubungan antara kelompok-kelompok ini dengan politik resmi berubah setelah masa Orde Baru. Ternyata, mereka bisa menjadi penghubung antara politik jalanan dan politik yang ada di pemerintahan. Kelompok-kelompok ini juga memanfaatkan posisi mereka untuk memperkuat pengaruh dan daya tawar mereka, sementara politisi juga kadang membutuhkan “bantuan” mereka untuk mencapai tujuan tertentu.

Buku ini memberikan wawasan menarik tentang bagaimana kelompok-kelompok ini berperan dalam politik Indonesia saat ini. Kalau kamu penasaran tentang bagaimana preman dan ormas berhubungan dengan kekuasaan, buku ini sangat informatif dan mudah dipahami.
Profile Image for Adrian Surya.
68 reviews
Read
September 27, 2025
Ada dua hal yang bikin marah pas baca buku ini: yang pertama karena tata tulisnya ga konsisten (satu kata/frasa yang sama hadir dalam bentuk berbeda-beda); yang kedua jelas soal isinya.

Plis, deh. Udah harus kesulitan mencerna bahasanya yang terlalu akademis dan ga napak tanah, masih ditambah kesel soal tata tulis.

Soal isinya sebenernya gitu-gitu aja. Bukan hal baru, kan, kalo politik isinya cuman siasat melanggengkan kuasa? Cuman di sini, yang disorot sebagai alat adalah ormas.

Kenapa judulnya jatah preman? Bentar, emang beda, ya? Soalnya di sini diceritain gimana geng preman itu berubah bentuk jadi ormas buat mencapai tujuan-tujuan lain. DNA-nya? Ya tetep sama, cuma mungkin tampilannya aja yang melunak.

Sistem ini, tuh, masih jalan sampai sekarang. Beberapa contoh riil yang aku denger beberapa waktu lalu: jual-beli seragam yang dilakukan oleh pihak sekolah dimintain jatah (uang) sama ormas; di wilayah perizinan usaha, ormas juga jadi salah satu pihak yang perlu diurusin.

Tapi sesuai contoh kedua dan apa yang tertera di paragraf paling akhir buku ini, ormas juga sebenernya bisa jadi wadah buat warga berorganisasi dan bersuara. Semua tergantung arahnya.
Profile Image for melancholinary.
451 reviews37 followers
July 5, 2024
Like many other academic works that are case studies, there are many hits and misses in this book. However, what I appreciate the most is its proficiency in detailing the history of the formation of various Ormas and gangster/thug groups in Indonesia. By revealing this history, the existence of most of these organisations becomes inseparable from their entanglement with state power (although this is obvious, the identity of the patrons and players within the elite context is still hard to pinpoint). The dynamics of perpetuating the violence industry as a state proxy are indeed not unusual. Who can forget how complicit Ali Moertopo was with Darul Islam, or the use of Pemuda Pancasila to solve eviction problems? However, in this book, the stories about state power proxies are dissected by examining their root causes, which mostly stem from social inequality and marginalisation. It might be more interesting to explore the masculinity aspect of paramilitarism, but for now, I think this is the best book and most rigorous study on premanisme in Indonesia.
Profile Image for Deny Permana.
19 reviews1 follower
December 19, 2021
Jatah reman, saya lebih sering memplesetkan kata preman menjadi reman, ah selayaknya illegal loging banyak ditentang tp legal loging ditentang pun tak bergeming malah cenderung kalah begitu saja. Begitupun Politik jatah preman, ini melekat menyejarah sejak lama, preman, jago, orang kuat atau sebutan lainnya, hari ini dan seterusnya akan trs ada, politik jatah preman tersimpel berebut lahan parkir, biasanya jatah ormas. Tp lebih mencengangkan yg berseragam resmi juga sering jd reman, alat negara untuk melanggengkan kekuasaan, jd jatah reman bisa ada dari internal dan eksternal, polanya mirip untuk kekuasaan mereka juga sekaligis eksistensi, tak lupa mendukung penguasa, bisa dibilang simbiosi mutualisme, tp terkadang berujung dianak tirikan juga.

Segitu aja komentar untuk buku ini...
Profile Image for Bibi Surya.
30 reviews
October 13, 2019
Memahami sistem jatah preman dalam konteks orde baru vs pasca orde baru di Jakarta. Buku ini membedah secara terperinci tentang dinamik perkembangan budaya preman yang menyukung dan didukung oleh patronase elite politik yang akan selalu ingin mengekalkan kedudukan kekuasaan mereka secara ekonomis. Di bab 8 menyatakan "dengan mengakomodasi kekhawatiran instrumental dan keseharian, jalanan dan kampunglah yang lantas menjadi lokasi sentral dari aksi dan keagenan politik, bukan parlemen", menyimpulkan sistem jatah preman secara kemas sekali.
Profile Image for Galen Hosea.
17 reviews2 followers
July 14, 2025
Buku yang sangat bagus membahas bagaimana fenomena premanisme yang semakin marak terjadi di berbagai daerah Indonesia.

Ada sejarah penting yang mengakar dan sangat kuat terkait bagaimana keterlibatan premanisme di dalam dunia politik Indonesia. Dapat dilihat bahwa munculnya local strongman

di Indonesia tidak dapat lepas dari pengaruh sejarah yang cukup rumit.

Keterlibatan mereka di dalam politik dapat menjadi pemacu angka suara politik di daerah-daerah Indonesia. Sebab itu, buku ini membahas dan mengungkap keterlibatan dengan konteks sejarah yang sangat erat dan kuat.

Profile Image for Noyara.
77 reviews3 followers
August 2, 2021
Sebagai orang yang baru tinggal 5 tahun di Jakarta, buku ini membuat saya memahami cerita dibalik beberapa peristiwa terkait "jatah preman" yang sebelumnya tak saya pahami. Walau hanya meng-cover Jakarta, argumen yang dipaparkan di buku ini masuk akal sbg konteks "jatah preman" di daerah lainnya. Penulis juga mengambil data primer berlimpah dengan periode studi lama, yang sangat patut diberi tepuk tangan!
Profile Image for Nathaniel.
60 reviews20 followers
May 10, 2025
Overall buku ini sangat insightful dan berisi banyak info penting hasil wawancara dedengkot dan anggota ormas. Cukup dapat menjelaskan kenapa Jakarta relatif aman dibanding banyak kota dunia lain, yakni karena preman2nya terkonsolidasi dan self regulating, dengan simbiosis mutualisme dengan aparat dan politisi. Sayangnya agak hard to read lebih kayak baca paper. Bisa jadi pengaruh terjemahannya juga, definitely mau cari versi Inggrisnya jg nanti.
Profile Image for Ridho.
31 reviews
July 18, 2019
menarik sekali. terjemahannya mudah dimengerti, walaupun banyak kata-kata tentang politik yang masih asing di telinga. tapi bagi kamu yang kesehariannya di bidang politik pasti paham.
bagaimana jalan hidup preman dari orde baru sampai pasca ordebaru dan masa sekarang ini di analisis dengan bagus. disertai sumber-sumber yang jelas
Profile Image for Tony.
20 reviews
March 22, 2020
This book explain a lot about political sphere in Jakarta from so called Ormas Perspective. When
Ormas also a necessary tools whether for low income citizen, young generations, or even "Mid-High" politicians to achieve their goals.
We illegally legalize the coercive actions of Ormas, there's would be no stop for us.
1 review
December 13, 2025
Buku ini membuka kuasa dan praktik jatah preman yang dijalankan oleh setiap individu, kelompok, bahkan negara. Idenya terus direproduksi dan beradaptasi ketika Orde Baru turun dari tampuk kekuasaan tertinggi "Jatah Preman" dan membuat para geng dan ormas berurat mengakar di masyarakat akar rumput. Hingga penulisnya menyebutkan kondisi ini sebagai "mustahil untuk lenyap".
Profile Image for Alifia Sekar.
19 reviews
May 24, 2025
A quite comprehensive book to understand the history and complexity of protection rackets in Indonesia, although the language could be difficult to digest for some.
Profile Image for Azel Bimarajasa.
18 reviews
July 19, 2025
a sprawling and at times weighty book, it explains well the intricate network of protection rackets in Post-authoritatian Indonesia. I met with Pak Wilson himself and he has great insights!!
Profile Image for Stftrns.
71 reviews
August 8, 2025
alasan kenapa prabowo menang jadi presiden ada di sini semua
Profile Image for Gema Muchamad.
51 reviews
January 1, 2023
One of my favorite book! Buku politik yang mencerahkan bagaimana ormas telah menjadi "nafas" bagi sosial-politik seorang penguasa atau yang ingin menjadi penguasa, baik itu lokal maupun nasional. Ormas di Indonesia dengan lika-likunya pada variabel kebutuhan ekonomi, kepercayaan sosial, perlindungan politik atau bahkan hal-hal yang sensitif seperti ideologi dan religi begitu terjelaskan dalam buku ini. Pada buku ini seperti menjelaskan bahwa sejarah terus berulang dengan bentuk dan wujudnya yang berbeda namun esensinya tetap sama. Siapapun yang ingin berkuasa di negeri ini yaaa mereka harus punya lahh dukungan preman ormas jalanan, atau kontrak politik dengan ketua preman yang sudah menjadi legislatif maupun eksekutif. Yaa today lebih parah lagi kan gimana politik ketua ormas preman ini buah dukungannya bisa jadi komisaris modal fanatik buta pada pemilu, koar-koar di medsos paling nasionalis, anti politik identitas dan junjungannnya bakal bikin solusi jitu buat negeri ini. Okelah lahh kalo banyak orang pengen masuk ormas tapi pilihlah ormas yang bermanfaat bukan yang mudharat
Profile Image for Desca Ang.
704 reviews35 followers
February 24, 2019
description

I have been thinking recently that Indonesia has plenty of things to unveil. Yet I barely see an Indonesian tries to unveil or conducts a research related to their own culture. Anyhow, it impresses me to see some Indonesis like Ben Anderson, Margaret van Til, Tom Boellstroff, Greg Burton along with several prominent writers trying to unveil Indonesia by portraying the life and its culture in different angles. Ian Wilson’s The Politics of Protection Rackets in Post-New Order Indonesia: Coercive Capital, Authority and Street Politics or simply translated as Politik Jatah Preman: Ormas dan Kuasa Jalanan di Indonesia Pasca Order Baru in Bahasa Indonesia is without exception.

Full review https://literatureisliving.wordpress....
Displaying 1 - 28 of 28 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.