Jump to ratings and reviews
Rate this book

Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus

Rate this book
Buku ini berisi sajak-sajak terkemuka Chairil Anwar yang dihiasi dengan ilustrasi. Dari kumpulan sajak ini tercermin perjuangan yang tak pernah padam dan terus membahana dalam perjalanan waktu. Meski ia telah lama pergi, karya-karyanya masih dapat kita nikmati hingga sekarang.

Sesuai judul bukunya, kumpulan puisi ini terdiri dari 2 bagian:

I. Kerikil Tajam
-- berisi 29 puisi

II. Yang Terampas dan Yang Putus
-- berisi 9 puisi

56 pages, Paperback

First published January 1, 1949

51 people are currently reading
922 people want to read

About the author

Chairil Anwar

26 books298 followers
Chairil Anwar was one of the famed figures of the “1945 Generation,” that group of luminaries who brought heat and light to Indonesian literature in the formative years of the new nation.

Through his poetry, Chairil Anwar succeeded in infusing Indonesian verse with a new spirit and bringing a new enthusiasm to Indonesia’s cultural arena. He also provided friends and acquaintances with never-ending tales to tell of his personal eccentricities, including his hobby of stealing books from the shops, his tendency to plagiarize from foreign poets, his many lovers, his numerous ailments, and his bohemian lifestyle.

Born on July 22, 1922 in Medan, North Sumatera, Chairil attended the Hollands Inlandsche School (HIS), a Dutch elementary school for “natives.” He then continued his education at the Meer Uitgebreid Lager Onderwijs, a Dutch junior high school, but he dropped out before graduating. At the age of nineteen, after the divorce of his parents, Chairil moved with his mother to Jakarta where he came in contact with the literary world. Despite his unfinished education, Chairil had an active command of English, Dutch and German, and he filled his hours by reading an international selection of authors, including Rainer M. Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, H. Marsman, J. Slaurhoff and Edgar du Perron. These writers became his references, directly influencing his own poetry and later helping him shift the gaze of Indonesian literature to fall upon Europe.

This westward turn was one of the major differences between Chairil’s “1945 Generation” peers and the previous cohort of Indonesian writers, the “New Authors Generation” of the 1930s, who were more oriented toward traditional verse forms. Chairil’s poetry was not only topically fresh, it struggled with individual and existential issues, in contrast to the writers of the “New Authors Generation” who were more concerned with giving voice to nationalist enthusiasm.

Chairil began to gain recognition as a poet with the publication of “Nisan” (“Gravestone”) in 1942. At that time, he was only twenty years old. He had apparently been shocked by the death of his grandmother, which awakened him to the fact that death could at any moment tear one away from life. Most of the poems he wrote after this point referred, at least implicitly, to this awareness of death. All of his poems—the originals, the adaptations and those suspected of being plagiarisms—have been collected in three books: Deru Campur Debu (“Roar Mixed with Dust,” 1949); Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (“Sharp Pebbles The Seized and the Severed,” 1949); and Tiga Menguak Takdir (“Three Tear Open Fate,” 1950, a collection of poems with Asrul Sani and Rivai Apin).

Chairil’s poetic vitality was never in balance with his physical condition, which grew weaker as a result of his chaotic lifestyle. Before he could turn twenty-seven, he had already contracted a number of illnesses. On April 28, 1949, Chairil Anwar passed away at the CBZ Hospital (now R.S. Ciptomangunkusomo) in Jakarta. And indeed, he was buried at Karet Cemetery the next day. In memory of the words he left behind, April 28th is now celebrated as Literature Day in Indonesia.

Ratings & Reviews

What do you think?
Rate this book

Friends & Following

Create a free account to discover what your friends think of this book!

Community Reviews

5 stars
155 (44%)
4 stars
117 (33%)
3 stars
58 (16%)
2 stars
8 (2%)
1 star
12 (3%)
Displaying 1 - 27 of 27 reviews
Profile Image for Evan Dewangga.
303 reviews37 followers
January 24, 2019
Saya membaca buku yang diberi pengantar oleh Toto Sugiharto, yang mana membuat saya makin mengapresiasi karya Chairil Anwar. Ya, meskipun saya jadi tahu bahwa beberapa puisi Chairil adalah curian (dan ini tampak sekali sebenarnya), namun saya tetap terpana, sebab Chairil memasukkannya pada dimensi Indonesia kala itu. Puisi "Krawang-Bekasi" membuat saya merinding meski itu sebenarnya saduran, namun Chairil menaruhnya dalam konteks perjuangan kemerdekaan yang sangat mencekam sehingga menciptakan nuansa yang horror tapi juga sunyi. Ah seperti kata Chairil sendiri,"nasib adalah kesunyian masing-masing". Dan teruntuk Chairil Anwar sendiri, meski ragamu tinggal tulang diliputi debu, namun jiwamu yang ingin hidup seribu tahun lagi akan tercapai kelak. Terima kasih sudah hidup di sanubariku sebagai pembaca.
Profile Image for Zulkifli Khair.
Author 21 books30 followers
April 8, 2023
Selepas membaca buku ini, ternyata Chairil Anwar bukan sekadar 'binatang jalang'. Karyanya penuh estetika dan patriotisme, segugus bersama Amir Hamzah dan Sutan Takdir Alisjahbana. Beliau dianggap pelopor Angkatan 45 dan puisi moden Indonesia. Malah ada yang anggap beliau sebagai pejuang di medan puisi sebagaimana Raden Saleh pejuang di medan lukisan, menentang kolonial.

Buku ini diawali dengan biografi ringkas tokoh yang pendek hayatnya. Biografi tulisan R Toto Sugiharto agak sarat dengan sorotan dan kritikan sastera terhadap karya-karya Chairil Anwar bersama latar peribadi, kerjaya, latar perjuangan dalam dunia kepenyairan serta tidak ketinggalan, dakwaan plagiarisme.

Kemudian ia diikuti kumpulan puisi 'Kerikil Tajam' dan 'Yang Terampas dan Yang Putus'.

Dalam puisi 'Di Mesjid':

Kuseru saja Dia
Sehingga datang juga

Kamipun bermuka-muka...

Dalam puisi 'Diponegoro':

Dimasa pembangunan ini
tuan hidup kembali

Dan bara kagum menjadi api

Didepan sekali tuan menanti
Tak gentar. Lawan banyaknya 100 kali.
Pedang dikanan, keris dikiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.

Dan isteri saya terkejut dalam puisi 'Ajakan' yang ada rangkap:

Ida
Menembus sudah caya
Udara tebal kabut
Kaca hitam lumut...

Dalam 'Krawang Bekasi' ada rangkap:

Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian...

Akhir kalam, "Aku ini binatang jalang, Dari kumpulannya terbuang". Ia hakikatnya kata-kata semangat buat mereka yang gemar melawan arus (bukan lawan kebenaran).
2 reviews
January 6, 2023
OKKKK BACAAN INI BIKIN BANYAK PRR

karena buka wawasan dan pengetahuan baru. asli terlalu banyk informasinya jadi gemes mau mulai ngulik darimana. ini lebih ke essai pandangan terhadap karakteristik chairil anwar secara netral, ada sisi positif dan negatif. MAUU eksplor banget informasinya mulai dari angkatan2 sastra indonesia, puisi2 international, tokoh2nya didalemnya, para kritikus GRRRR ASLIII bikin penasaran buat ngulik tapi gatau mau mulai darimana.

walaupun banyak yang ngutip dari sumber bacaan lain, tapi permainan kata dari kreator tulisannya, Toto Sugiharto juga gakalah menarik. bolak balik buka kbbi karena banyak kata yang gatau maknanya dari tulisan beliau tapi MENARIK BGTT. sedikit kekurangan, kadang ada beberapa statement yang pengulangannya terlalu banyak di bagian tertentu jadinya terkesan repetitif tapi itu cuman sebagian kecill. terus tulisannya padet banget ngambil istirahat beberapa kali karena isinya kalian disuguhin informasi berturut-turut.

OVERALLL OKKK BGTTT, bikin banyak pr asli. mungkin lebih lengkap lagi kalo waktu perbandingan dua puisi ada langsung direct ke hal berapa puisinya gitu yaaa atau memang sengaja buat pembaca ngulik-ngulik sendiri.

seimbang juga tulisan sama puisi-puisi chairil anwar, 50% 50% lah yaaa,

SERUUU BANGET BACANYA👍🏽
Profile Image for ND Ratna .
101 reviews
July 22, 2025
aku baru tahu ternyata Chairil Anwar ada beberapa puisinya yg diindikasi plagiat puisi luar.
separuh isi buku ini tentang pengaruh puisi Chairil Anwar yg masuk penyair 45. ada sih kisah hidupnya sedikit tentang masa hidupnya yg ternyata dicerai sang istri dan meninggal krn TBC saat usia 27 taun.
mostly karyanya bercerita tentang kemerdekaan, tak sedikit juga tentang cinta dan kisah sehari-hari disekitar seperti di mesjid dan syair utk orang-orang yg dikenalnya berupa pujian cinta hingga nelangsa.
aku suka puisinya yg berjudul tak sepadan yg begitu menggambarkan perasaan sengsara. kek gini syairnya:





eits....... tak kubagi biar beli hahahahaha


dulu aku cmn baca di buku teks bahasa Indonesia penyair 1922-1947 ini. tak hanya sekedar binatang jalan tapi ada juga nisan tentang kedukaannya kepada neneknya
Profile Image for Dolf van der Haven.
Author 9 books26 followers
March 27, 2021
Around the world in 80 books #28: Indonesia 🇮🇩

I came across Chairil Anwar in Revolusi, which uas a few poems of his translated into Dutch. Anwar's books are hard to find today, so I am glad to have found this copy, still in the original 1940s Indonesian spelling.
The poetry was all written during the Japanese occupation and shortly after, when the Dutch tried to re-colonise Indonesia. It is full of longing for freedom and longing for loved ones.
I hope to publish tue first full translation into Dutch of this book sometime later this year.
Profile Image for Fira.
125 reviews
June 26, 2025
dengan proyek membaca sajak-sajak lama, W.S Rendra dan kali ini Chairil Anwar, saya senang sekali dengan Yang Terampas dan Yang Putus terutama "Krawang-Bekasi" terkesan kuat sekali.

"Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.."

and so on
and so on.
beautifully tragic
and strong.
the power that it hold.
Profile Image for Rido Arbain.
Author 6 books98 followers
March 21, 2025
Ini dia sumber puisi-puisi legendaris yang banyak menghiasi buku cetak dan soal-soal ujian mata pelajaran bahasa dan sastra kita selama sekolah.
Profile Image for Nanto.
702 reviews102 followers
November 23, 2008
Lagi-lagi saya kesandung dengan buku yang kertasnya memikat. Niat baca ato cari kertas kado sih!?!?!

***

iseng buka-buka, nemu sajak ini

Kesabaran

Aku tidak bisa tidur
Orang ngomong, anjing menggonggong
....


Duh, kenapa inget Cinta dan Rangga? He he he thx to Miles yang memperkenalkan puisi ini dengan lebih massif.

Saya malah baru ngeh judulnya "Kesabaran". Sementara sebelumnya cuma tau "Diponegoro" karena masuk dalam diktat bahasa Indonesia. Di rubrik sastra yang sedikit itu, karena kebanyakan membahas pragmatik dan tata bahasa. :D

Ah...jaman Kelas Bahasa Indonesia yang demikian teknis!
Profile Image for Anggi Hafiz Al Hakam.
329 reviews5 followers
April 21, 2012
Sebenarnya, semua karya Chairil dalam buku ini bisa dinikmati kembali dalam kumpulannya yang lain "Aku Ini Binatang Jalang." Hanya saja, saya terlalu penasaran pada beberapa perbedaan versi. Apabila pembaca memperhatikan, ada beberapa puisi Chairil yang berbeda walaupun judulnya sama. Sangat memungkinkan untuk menemukan perbedaan tersebut melalui buku yang memuat sajak-sajak aslinya.

Dengan demikian, akan menjadi semakin jelas untuk memahami dan memaknai perbedaan yang ada. Bukan hanya masalah tekstual semata. Melainkan juga nilai-nilai dari sisi historis pada saat karya itu diciptakan.

Profile Image for mahatmanto.
545 reviews38 followers
July 24, 2008
saya senang chairil, juga amir hamzah, hingga sutardji, sapardi dan penyair-penyair masa kini.
buku "kerikil tajam" ini saya punya dalam edisinya yang lain. sampulnya putih dengan gambar yang lebih artistik -saya kira- dari pada yang dipasang di sini he..he..
silakan klik ini
Profile Image for Hilmy Nugraha.
34 reviews4 followers
April 21, 2010
buku puisi pertama yang aku beli.

dulu beli pas ada bookfair di STAIN Purwokerto,
eh harganya miring, aku beli dah.

menarik,
apalagi aku memang suka chairil anwar, gaya penulisannya cenderung bebas dan membebaskan.
Profile Image for Sevma.
70 reviews14 followers
November 4, 2016
Pepatah yang bunyinya "Aku mau hidup seribu tahun lagi." itu ternyata ada di bait terakhir puisi berjudul Semangat, bukan pada puisi berjudul Aku.

Favorit saya, judulnya Penerimaan, tentang patah hati dan diakhiri dengan "Sedang dengan tjermin aku enggan berbagi".
Profile Image for Sri.
897 reviews38 followers
July 24, 2008
Oh ya! Aku inget aku juga (pernah) punya buku ini. Karena bergabung dengan suku nomaden, semua bukuku masuk kardus dan atau tercecer di mana-mana :(.
3 reviews
February 14, 2009
buku ini aku pinjam dari perpus SMU tapi sampai sekarang belum sempata aku kembalikan.
Profile Image for Sally Rosalina.
67 reviews35 followers
June 29, 2010
Saya selalu mengulang-ngulang membaca buku ini. Dan, rasanya masih harus selalu belajar mendalami sajak-sajak chairil.
Profile Image for Api Husien.
44 reviews16 followers
January 7, 2013
Mungkin untuk pembacaan kali pertama, sukar sedikit untuk kau fahamkan puisinya, dua-tiga kali baca pun masih sukar, tapi kalau kau dah baca AKU, ianya tiba-tiba saja jelas dan menjadi faham.

Profile Image for Mochammad Taufik.
60 reviews2 followers
January 5, 2016
Debut Chairil Anwar di dalam buku ini tak bisa dianggap remeh. Untuk anak muda 20 tahunan, ia sudah melangkah jauh ke depan. Puisinya masih relevan dan akan terus dibaca oleh generasi setelahnya.
Profile Image for Wawan Kurn.
Author 20 books36 followers
October 2, 2016
hidup anya menunda kekalahan
tambah terasing dari cinta sekolah rendah
dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
sebelum pada akhirnya kita menyerah

- dari puisi terakhir buku ini.
1 review
Read
May 18, 2019
ok
This entire review has been hidden because of spoilers.
Displaying 1 - 27 of 27 reviews

Can't find what you're looking for?

Get help and learn more about the design.