Gardens in Java is another book by Denys Lombard, which completes a series of his writings about Java that we can read now. In his study in the area, which he named "Javanized Area", from the western tip of Java Island until the eastern tip of Lombok Island, he had visited and studied no less than 6 locations of gardens. There he can see that gardens as place for pleasure are the integrated part of the history and civilization of the royal courts in Java between 17th-19th centuries AD.
Gardens in Java is presented as an inheritance that contains details of forms and lay-outs of their part. Their architectures and artistic styles show how Javanese architecs and artists combined Javanese tradition and cultural elements from other places like China, India and Europe. Furthermore, the meanings of Gardens in Java are revealed in holistic and rich fashions, after its author discussed gardens in the contexts of textual sources, as well as stories in reliefs in temples or shadow puppets. Gardens become a unique phenomenon in royal courts, which contain not only aaesthetical values but also rich in micro-cosmos symbols when portraying the earth and water.
Di awal pembahasan sempat disebut penulis akan juga mengupas taman di Karangbolong Bali dan Taman Narmada di Mataram, Lombok. Namun, yang dibahas panjang lebar hanya Taman Sunyaragi di Cirebon dan Taman Sari di Jogja. Padahal, saya sangat menantikan ada lebih banyak lagi taman yang dibahas lewat buku ini. Mengingat ini hanyalah buku lama (terbitan tahun 1960-an), banyak datanya yang kurang up date. Tetapi, Lombard menganugerahi kita dengan catatan sejarah yang begitu detail tentang (terutama) Taman Sari yang mungkin malah kita sendiri belum mengetahuinya, seperti Sumur Gumuling yang ternyata dimaksudkan sebagai masjid di bawah air. Membaca buku ini terasa semakin asyik karena baru beberapa minggu lalu saya menjelajahi Taman Sari yang (untungnya) sekarang dalam kondisi yang jauh lebih terawat ketimbang semasa Lombard mengunjunginya.
Kekurangan buku ini: terlalu tipis. Setengah bagiannya adalah edisi bahasa Inggris dengan isi yang serupa. Selesai membaca buku ini serasa sedang "diputusin padahal pas lagi sayang-sayangnya."
Dari buku ini saya justru tertarik dengan bagaimana kitab-kita Jawa Kuno begitu detilnya mendeskripsikan suatu ruang, terlebih taman-taman yang menjadi latar dan simbol semesta kecil. Bahkan hingga diangkat menjadi cerita pewayangan yang banyak menjadi acuan utama dalam narasi buku ini. Tentu analisis kosmologi Jawa Denys Lombard dalam membongkar taman-taman dalam buku ini tidak dapat ditemukan dalam kitab tersebut. Sayangnya buku ini sebagian besar hanya membahas Taman Sari dan Taman Sunyaragi.
pernah baca dalam bahasa aslinya maupun bahasa indonesia versi ketikan yang beredar dari copy ke copy di antara para mahasiswa di yogya. ini tentang bagaimana memaknai konsep "taman" dalam tradisi jawa. menurut penulisnya, taman di dalam kultur jawa itu bukan melulu tempat bersenang-senang, namun merupakan upaya simbolisasi semesta: gunung-laut, dan juga sebagai tempat meditasi bagi raja. tapi, masak iya sih proyek besar-besaran macam taman sari yogya, sunyaragi cirebon, dan banyak taman lain itu dibangun hanya untuk simbolisasi, tempat meditasi dan perkara-perkara esoterik lainnya? mengapa orang jawa selalu dikaitkan dengan esoterisme macam itu? bosan deh dicekoki tafsiran yang mengatakan bahwa orang jawa dulu itu kerjaannya meditasi, simbolisasi... tapi buku ini menarik karena disertai banyak gambar dan peta. [untuk itu bintang dua cukup.]
gak usah serius-serius amat dah... baca buku ini :-)