Kalau kau memilih cantik, percayalah, dalam waktu singkat kau akan jadi pusat perhatian. Banyak yang akan jatuh hati padamu—begitu juga dengan yang akan membencimu. Kau harus berhati-hati dengan kebencian karena iri hati. Perasaan itu beracun seperti taring ular. Sekali dia menggigitmu, hidupmu akan berubah selamanya.
Kalau kau memilih pintar, masa depanmu akan seterang matahari pagi di tepi Pantai Ibiza. Guru-guru jatuh hati kepadamu. Nilai-nilaimu sama indahnya seperti couture Alexander McQueen. Sayangnya, jadi pintar membuat pergaulanmu harus mengalah.
Karenanya, aku tak akan memilih cantik maupun pintar. Aku lebih ingin ditakuti. Aku ingin jadi alasan seseorang meragukan kualitas di dalam dirinya. Aku ingin semua mata terarah kepadaku. Hanya orang yang disegani yang menjadi poros dunia di sekelilingnya, Darling....
Selalu suka baca Glam Girls Series dan udah baca semuanya *sombong* hihihi.... Ceritanya ringan dan lumayan menghibur dan cara penulisannya juga enak dibaca. Lumayan suka juga dgn tokoh Anastasia di buku ini, walaupun Ad is still my favorite :) Bakal ada lg gak ya glam girls series berikutnya?
harusnya novel ini dikasih judul "Masalah-masalah Anastasia". ceritanya tentang Anastasia yang hobi banget ngeluh punya banyak masalah tanpa berusaha menyelesaikan satu pun masalah itu. tahu-tahu masalah-masalahnya selesai dengan sendirinya. bahkan dia ngga berperan apa-apa selain ngeluh dan ngeluuuuh mulu. pertama, masalah sama ortunya diselesaikan oleh kakaknya. kedua, masalah foto-foto misterius diselesaikan oleh Al (all this time that creeper stalked her, Anastasia gapernah sadar??? gapernah berupaya melakukan sesuatu pula??? tiba-tiba aja Al yang ngasih tahu dia???). ketiga, masalah sepak bola sebenarnya ada sih peran Anastasia tapi ini orang tuanya baru beneran berubah pikiran setelah mendengar pendapat kakaknya. dan dia masih boleh ikut tim sepak bola! seriously? setelah ngga pernah berangkat latihan berminggu-minggu menjelang turnamen?
trus tau-tau udah kelar aja ceritanya ahaha
ini beda banget sama Glam Girls yang juga sama-sama ditulis Nina Ardianti. maksud saya, penulisnya sama tapi Glam Girls tuh bagus banget (meskipun saya udah lupa detailnya) dan saya inget saya terpikat banget sama series ini gara-gara Glam Girls. tapi... Impossible ini... poorly written banget. maaf. acak-acakan bener ceritanya. okelah di awal-awal Anastasia dapet masalah terus. namanya juga perkenalan cerita, perkenalan konflik. tapi makin ke tengah masih aja kayak gitu. masalah-masalahnya udah tahu kayak gimana, tapi ya gaada perubahan apa-apa. ibarat grafik, garisnya tuh dataaaaaaaar banget. dragging abis. mana Anastasia ngga bertindak apa pun. no action at all (bahkan gaada tanda-tanda dia kepikiran bertindak. kalau ada tindakan pun kayak setengah-setengah banget gitu dan ngga ngefek gede ke cerita, padahal kalau tindakan-tindakan itu diolah dengan lebih baik saya percaya masalah-masalah Anastasia udah kelar beberapa bab lebih awal). trus itu tadi masalahnya tiba-tiba pada selesai dengan sendirinya.
enak bener jadi Anastasia. saya juga pengin masalah-masalah saya kelar dengan sendirinya begitu :(
huhu yaudalah. ngga jodoh sama buku ini (padahal sempat berekspetasi tinggi karena emang suka banget series ini ㅠㅠ)
p.s. saya suka sih sama hubungannya Anastasia dan Al. jenis hubungan low maintenance yang biasa-biasa aja. sempet suka juga sama Akira. pada dasarnya saya suka karakter-karakter di cerita ini, bahkan sama Anastasia sebenarnya saya lumayan suka. tapi yaaaaah minusnya terlalu banyak di plot sama jalan cerita. bahkan Kafka yang awalnya keluar cukup banyak udah gapernah keluar lagi. sedih.
This entire review has been hidden because of spoilers.
Buku terakhir dalam serial Glam Girls. And mind you, Glam Girls adalah satu-satunya serial Indonesia yang saya ikuti dengan setia.
Impossible berceita tentang salah satu lagi siswa VIS, Anastasia, yang biasa dipanggil Nasta. Nasta adalah salah satu striker andalam tim sepak bola putri VIS. Dan Nasta sendiri sangat menyukai sepak bola. It's her passion. However, Nasta terjebak dalam ambisi kedua orangtuanya yang ingin memastikan Nasta berprestasi sebaik mungkin di bidang akademis. Belum lagi kisah asmaranya dengan beberapa cowok menarik di sekitar dia. Mulai dari Kafka si asisten pelatih, Akira si anggota tim sepak bola, Dico si berandalan, dan Al siswa SMA Harapan Bangsa. Seakan-akan masalahnya belum cukup kompleks, Nasta masih mendapatkan ancaman berupa surat kaleng misterius. So, bagaimana Nasta menghadapi orang tuanya? Siapa yang akhirnya dipilih Nasta? Dan tentu saja, siapa yang meneror Nasta?
Now what do I think about this book? Sebenernya ekspektasi saya agak tinggi terhadap buku ini. Pertaa, ini Glam Girls lhooo... serial yang sangat beda dari teenlit Indonesia pada umumnya. Kedua, I am quite a big fan of football (I am a devoted fans of David Silva, Iker Casillas, and Cesc Fabregas. I am a proud Citizen and Madridista :D). Jadi begitu membaca bahwa buku ini menyebut-nyebut sepak bola, I was like, WOW!
Seperti biasa, salah satu hal yang paling menarik dari serial GG adalah penggambaran glamornya kehidupan di VIS. Tapi entahlah, karakter Nasta agak nggantung sih disini. Gak terlalu seglamour temen-temennya, Tiara dan Farra, tapi juga gak secuek Ad, misalnya. Tapi saya lumayan suka maju-mundurnya hubungan Nasta dengan Akira. Dan menurut saya, masuknya tokoh Al cukup memberikan penyegaran, karena kita bisa mendapat sedikit gambaran tentang bagaimana pendapat outsider tentang semesta VIS. Sebenernya konsep hate-her-yet-adore-her nya Tiara terhadap clique-nya Rashi bisa menjadi salah satu potensi yang menarik untuk digali. Karena justru bagi saya, Tiara yang agak-sedikit-sengak-gitu-deh bisa bikin cerita jadi lebih hidup. Tokoh Farra cukup menarik juga. Dan salah satu part yang palig saya suka adalah ketika akhirnya Nasta bertindak nekat karena sudah terlalu bosan dengan tekanan dari orang tuanya.
Satu hal yang disayangkan, sama seperti beberapa buku GG lain, penyelesaian konflik yang ada disini terlalu simpel. Khusus untuk buku ini, malah menurut saya penjelasan terhadap soal surat kaleng itu agak sedikit gak make sense. Kemudian, karakter Nasta menurut saya gak begitu kuat. Gak seperti Rashi ataupun May, yang bener-bener punya ciri khas gitu. Dan karena karakternya yang gak begitu 'muncul', saya agak heran kenapa dia sebegitunya dikelilingi sejumlah cowok yang terobsesi pada dirinya. Oh, dan untuk personal reason, kenapa soal sepak bolanya hanya seidkit sekali disinggung-singgung sih :(.
3 out of 5. Tetap punya ciri sebagai novel ala GG, but still, endingnya gak begitu memuaskan.
Kisah Glam Girls kali ini berpusat pada Anastasia, atau lebih akrab dipanggil Nasta; seorang striker yang handal di klub sepakbola cewek VIS. Di klub sepakbola Anastasia cukup dekat dengan asisten pelatih yang bernama Kafka, seorang cowok yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Ada pula Akira, cowok dari klub sepakbola cowok yang cukup menarik perhatian Nasta. Meskipun ia adalah anggota klub sepakbola, hal tersebut bukan berarti ia adalah seorang perempuan yang tomboy. Nasta juga adalah seorang cewek yang fashionable, terlebih karena pengaruh dua sahabatnya Tiara dan Farrah. Kemudian diperkenalkan juga keluarga Nasta; Papa, Mama, dan kakak laki-lakinya: Nanza.
Murid-murid yang bersekolah di VIS hanya ada dua jenis: yaitu yang Ridiculously Genius dan Ridiculously Rich; dan walaupun Nasta berasal dari keluarga yang mampu sekaligus memiliki otak yang cemerlang, hal tersebut bukan berarti kehidupannya tanpa masalah. Sedikit demi sedikit permasalahan datang menghampirinya; dimulai dari tekanan kedua orangtuanya yang terus memaksakan kehendak, tumpukan fotonya bersama Kafka di dalam loker yang dapat mengancam posisi Kafka sekaligus karir kedua orangtua Nasta, bahkan hingga larangan orangtuanya untuk latihan sepak bola. Nasta begitu lelah dengan semua permasalahannya karena ia merasa tidak satupun bisa ia selesaikan....
meskipun buku ini ditulis dengan gaya bahasa ringan dan asyik yang overall aku suka. aku cuma bisa ngasih 3 bintang. ada sedikit kekecewaan abis baca buku ini. out of expectation. aku udah lama banget nunggu buku ini release sejak buku terakhir dari glam girls series yaitu outrageous relese. aku expect karakter yang beda seperti buku glam girls lain yang menceritakan perbedaan karakter yang signifikan disetiap bukunya. tapi aku gak menemukan "special thing" dari seorang nasta. dia seperti adriana yang diceritakan ulang dalam bentuk berbeda. sejauh aku baca karakter dan hidup nasta gak jauh beda sama adriana di buku glam girls yang notabenenya karangan mbak nina juga. mulai dari orang tua nasta dan adriana yang sama-sama disiplin, otoriter dan demanding. punya abang yang sama2 pinter dan kuliah di bandung. sama-sama cantik, pinter dan suka banget sepak bola, punya clique yang diperhitungkan, dan sekolah di vis sejak kecil, dan some others aku lupa. cuma ada beberipa perbedaan antara glam girls dan impossible. impossible lebih menceritakan kehidupan seorang gadis lengkap dengan selingan cinta monyet dan orang tua. kalo menurutku cliquenya justru sangat sedikit dibahas. beda sama clique yang memang lebih memceritakan tentang "the clique"
overall walaupun agak mengecewakan, buku ini layak dibaca. apalagi yang belum baca glam girls atau gak ngikutin series dari awal
Puas banget akhirnya baca novel Glam Girls series yang terakhir ini :) So coming-of-age genre. Bagian paling tres magnifique buat saya tentu aja halaman 194-196 saat Mamanya bicara hati ke hati dengan Nasta. Dengan berani juga Mbak Nina menulis tentang soccer yang mungkin jarang disukai oleh pembaca, tetapi di sini soccer juga begitu menyenangkan. Two thumbs up buat Mbak Nina :)
Nuansanya mirip buku luar negeri. Walaupun ceritanya tentang anak SMA, tapi berasa lebih dewasa. Tapi bagus, nggak kaya novel anak SMA pada umumnya di Indonesia. Cara nulisnya juga bagus, ngalir dan enak dinikmati. Khas buku Nina yang Fly to the Sky. Menunggu buku Nina berikutnya,,
Mungkin karena masih satu penulis dengan buku pertamanya Rashi and Clique (Glam Girls), jadi aku merasa ceritanya familiar banget. Karakter Nasta sama kayak Adrianna, Tara sama kayak Rashi, dan Farrah sama kayak May. Orangtuanya Ad sama Nasta yang juga pendidikan banget. Nasta yang smart dan nggak begitu perhatian sama fashion, lebih 'ramah' dibanding dua temennya, Tara yang bossy, Farrah yang agak lemot dan dia punya anjing yang akan mendeteksi cowo yang deket sama dia (May punya kucing yang mendeteksi cowo juga). Terus tokoh laki-laki yang muncul di buku ini, lumayan banyak dibandingkan series lainnya, jadi aku bingung mau fokus ke yang mana, ada Kafka, Akira, Al, trus Satria. Kemunculan Satria juga membingungkan sih, karena dia muncul dua kali sepanjang cerita, tapi dia kayak nggak punya peran penting dalam alur cerita, kirain akan ada scene dia ngefotoin Nasta, tapi itu juga nggak ada. Dan ketika Nasta menyimpan banyak keluhan sama orangtuanya, aku berharap di konflik cerita dia akan meledak dan bilang apa yang dia rasakan ke orangtuanya, tapi malah ternyata kakaknya yang bilang, jadi kayak kurang puas gitu. Tapi senangnya ada cerita tambahan Ad di akhir cerita.
Overall seri Glam Girls emang menarik untuk dibaca. Sekolah internasional yang dipenuhi para murid yang bossy, drama queen, dll. Ada fashion police, the best is gonna be on the top of the list and the worst is gonna be on the lowest part in the food chain of VIS's life. Care much?
"Karena - VIS terlalu banyak intrik - terlalu banyak orang yang berpura-pura dengan nggak menjadi diri mereka yang sebenarnya. Belum lagi setengah populasinya berpikiran dangkal. Shallow. They do judge people by their appearance. Manusia macam apa itu?" pg252
Kali ini ceritanya tentang Nasta, cewek yang punya hobi bermain sepak bola. Eitss. Jangan salah, meskipun dia suka bermain sepak bola, tapi dia nggak tomboy ataupun berkulit hitam. I wonder why. Nasta punya dua sahabat yang senantiasa bersama dengannya. Mereka adalah Tiara dan Farrah. Dalam lingkaran pertemanan mereka, Nasta selalu menjadi yang paling netral, dan paling pintar dalam hal pelajaran. Tapi rupanya pintar saja tak cukup buat papa dan mamanya. Mereka ingin Nasta lebih dari itu. Untuk itu, mereka menjadwalkan Nasta untuk menjalani beberapa les private yang sebenarnya tak perlu. Selain itu, mereka juga memutuskan untuk melarang Nasta bermain sepak bola lagi! Tak hanya dipusingkan oleh masalah di rumah, Nasta juga cemas terhadap surat kaleng yang berisi foto-fotonya bersama Kafka (asisten pelatih sepak bola di VIS yang sudah ia anggap sebagai kakak sendiri) di loker sekolahnya.
Walaupun Nasta cukup stress dengan kehidupannya belakangan ini, tapi ia cukup terhibur oleh keberadaan sahabat-sahabatnya. Bukan hanya itu, karena bisikan kakaknya, Nanza, Nasta untuk pertama kalinya memberanikan diri untuk naik metro mini! Dan akhirnya ia malah berkenalan dengan lelaki bernama Al.
"Nggak seharusnya aku begini, nggak seharusnya aku melarikan diri dari masalah. Ya oke, orangtuaku superduper mengesalkan, tapi bukan berarti aku bisa kabur seenaknya dari rumah. Seolah nggak ada penyelesaian lain saja." pg.232
Akan ada saat dimana opini-opini kita bertentangan dengan orangtua kita. Hal yang menurut kita baik belum tentu terasa baik bagi mereka, dan sebaliknya. Bagiku itu sebuah proses. Yang kita perlukan adalah beradaptasi, dan saling mendengarkan. Sama dengan lingkungan, dengan orangtua dan keluarga pun kita juga harus beradaptasi. Menyesuaikan diri dengan keadaan, juga saling mendengarkan untuk mencapai satu kesinambungan.
"Jalan kamu masih panjang. Mama dan Papa berharap suatu saat kamu bisa berdiri di atas kaki sendiri, nggak tergantung pada Mama atau Papa lagi. Nggak tergantung dengan materi yang kita punya karena kamu tahu bahwa materi yang paling penting ada di dalam sini," ia menyetuh dahiku, "dan sini." Lalu menyentuh dadaku. pg.194
"The sky is the limit. Kalau saat ini Mama dan Papa hanya bisa mencapai langit-langit, ya kami berharap kamu dan Nanza bisa mencapai langit sungguhan." pg.195
Ada satu hal yang menjadi catatan untuk novel ini, yaitu adanya pengulangan kata yang seharusnya tidak perlu. Contoh di halaman 6 : 'Ia menunjuk Adrianna, yang mungkin striker terbaik yang dimiliki VIS dalam beberapa tahun terakhir.' Di halaman 7 : 'Adrianna adalah salah satu striker putri terbaik yang VIS miliki dalam tiga tahun belakangan ini.' Sebenarnya pengulangan ini tak mengapa jika saja halamannya tidak berdekatan.
You've got to believe that you're going to win, and I believe we'll win the World Cup until the final whistle blows and we're knocked out. - Peter Shilton
Setiap kali membaca halaman-halaman pertama sebuah buku, saya selalu memberi standar nilai.
Seperti Infinitely Yours - Orizuka, ketika baca halaman-halaman awal saya yakin bisa memberi bintang 5. Tetapi semakin ke penghujung cerita, dua bintang itu hilang, menyisakan tiga bintang--tepatnya 3,5.
Ketika membaca Unforgettable - Winna Efendi, awalnya saya memberi bintang 1, tapi setiap kali saya membaca ulang, saya selalu menambahkan bintang--karena ada rasa tersendiri. Dan pada akhirnya, saya menyematkan bintang 3--bisa jadi kalau saya baca ulang, akan jadi 4 bintang.
Dan ketika baca buku ini, saya memberi tiga bintang, yang berarti tidak begitu membosankan, tapi tidak juga addicting.
Tetapi, selagi saya mencoba menutup buku ini, saya tidak bisa. Sama sekali tidak bisa. Gaya berceritanya meluncur dengan lincah, membuat saya tidak bisa berhenti. Apalagi pemilihan konflik utamanya, saya suka. Apa yang dialami tokoh utama, persis seperti yang dialami remaja-remaja kebanyakan. Orangtua mendaftarkan kita ke les A, B, C, dan beragam macam kegiatan yang kita nggak suka. Di balik semua itu, saya yakin setiap orangtua punya maksud. Sang orangtua pastilah ingin terbaik untuk sang anak, dan sebagai seorang anak, kita hanya bisa menerima, walaupun dalam hati kita berontak.
Lalu, saat mencapai halaman 166, ketika Nasta berujar dengan kesal, "I don't drink. I don't smoke, I don't do drugs" ... meskipun orangtua selalu punya maksud dari hal yang mereka lakukan untuk kita, saya nggak bisa nggak setuju dengan pernyataan Nasta tadi.
Saya seringkali memandang masalah dengan positif. Ketika orangtua bilang A, walaupun saya nggak setuju, saya yakin orangtua selalu punya maksud baik. Ketika orangtua bilang B, walaupun saya nggak setuju (lagi), saya yakin orangtua selalu punya maksud baik.
Namun, meskipun begitu, pemberontakan kecil yang dilakukan Nasta di dalam novel saya rasa sangat wajar. Dan harus saya akui, saya berada di pihak Nasta saat membaca novel ini. Bukan pihak orangtuanya. Tetapi, saya terus bertanya-tanya, apa sih yang diinginkan orangtua Nasta sebenarnya?
Kemudian saat Mbak Nina melakukan eksekusi untuk konflik ini, saya benar-benar harus acung dua jempol. Luar biasa... Nggak tahu harus berkomentar apa lagi... Saya suka sekali eksekusinya. Tanpa emosi yang berlebihan, tanpa bentakan, tanpa amarah. Semuanya dilakukan dengan hangat. :)
Mungkin novel ini nggak hanya harus dibaca remaja, tapi juga para orangtua. :)
Dan konflik Nasta bukan hanya satu ini, lho. Masih ada beberapa konflik lain yang buat novel ini jadi sebuah candu.
*
Hmm... sepertinya sudah lama sekali saya tidak membaca novel yang berlatar anak sekolahan. Membaca novel ini memberi kesan tersendiri buat saya. Saya suka teenlit, tapi bukan semua teenlit. Tapi teenlit-teenlit seperti ini, yang ada pelajaran di dalamnya.
Yang membuat saya menyimpan satu bintang lagi adalah... ini kan Glam Girls terakhir--meskipun saya nggak mengikuti seri ini--tapi saya rasa endingnya kurang final. Saya berharap ada perpisahan atau kelulusan dari VIS. Tetapi, ternyata tidak. Tapi tidak apa-apa, sudah cukup puas dan lega membacanya. :)
WOW. W-O-W. Nyesel berat kenapa dari bulan kemarin aku nggak membeli buku ini--mengingat aku begitu menyukai gaya penulisan Kak Nina di Fly to the Sky. Masalah utama ada di covernya. Yeah, tau sendiri kayak gimana. Kedua, karena buku ini berseri--dan aku nggak mengikuti seri ini. Masih sama seperti di Fly to the Sky, aku menyukai gaya bahasanya. Walau tokoh utamanya, Anastasia, nggak seceroboh Edyta, aku sangat suka sama Nasta. Walau terkadang agak sebel karena dia selalu menuruti keinginan orang tuanya--tapiiii, sukanya adalah, Nasta memperjuangkan haknya itu, walau ujung-ujungnya dia harus nurut. Seenggaknya Nasta ngomong, nggak diam aja. *tim Anastasia garis depan, YANG LAIN MINGGIR!!*
Di awal-awal, sampai halaman 40-50an, aku bertanya-tanya: dimana ya konfliknya? Agak boring juga, karena halaman awal diisi dengan berbagai pengenalan tokoh, ditambah banyaknya tokoh yang kayaknya ada di seri sebelumnya (yang tambah membuatku kesal, karena aku nggak baca dan nggak ngerti sama sekali). Tapi untungnya, diimbangi dengan penulisan yang kocak, sehingga membuatku bertahan. Lalu setelah itu, muncullah serentetan konflik yang menimpa si tokoh utama--Nasta. Wow (lagi). Sayangnya, aku kurang mendapati chemistry persabatan Nasta, Farah, dan Tiara. Padahal aku suka scene di mana mereka selalu bareng dan mengobrol, dan sampai konflik-konflik itu datang pun, spot ketiga tokoh itu masih sedikit diulas. Baru di bagian-bagian terakhir aku merasakan persahabatannya itu, tapi masih kurang. :( Adegan favoritku adalah waktu Nanza, kakaknya Nasta (dan aku juga suka sama tokoh Nanza ini--walau hanya diulas di beberapa scene) ngobrol sama orang tuanya untuk menangani masalah Nasta. Kelihatan sekali kalau Nanza ini sayang sama adiknya. :) Eh, aku juga sama Al. Walau tokoh ini baru datang di halaman 80-an, langsung kutoleransi karena sikapnya. Apalagi di bagian menuju ending. :D Baru nyadar kalau ternyata buku ini biasa aja lho, tapi dengan setting dan para tokohnya yang beda, buku ini jadi nggak biasa. Bahkan konflik yang di ambil nggak jarang ada di buku lain. Hebat. Agak kecewa karena penyelesaian konflik foto itu terselesaikan dengan mudah (maksudnya, menemukan si 'pelaku' itu), padahal ini yang bikin aku nggak berhenti baca, penasaran!! Dan bagian unpredictable-nya ada di SpringSummer. Bagian ini bener-bener 'puncak'nya, apalagi adegan terakhir di SpringSummer ini, waktu Nasta melakukan 'itu'. Ada lagi. Aku juga suka bagian Ad's Side Story. Manis, dan penyampaian suasana pantainya bagus. Ending bagian ini favorit--walau udah bisa ditebak. Suka. :')
Selebihnya, Impossible jadi salah satu teenlit favoritku. 4 bintang.
Aku memang penggemar serial Glam Girls, sudah membaca ke-6 bukunya dan Impossible adalah seri terakhir. Oh, so sad :(
Pas liat bukunya di bagian "From Readers With Love" ah, senang banget! Ada nama aku disitu hihi, which is Cindy Pricilla Muharara. Komentarku masuk ke dalam salah satu buku favoritku. Thank you!
Of course, 5 stars for this book! Such an ah-mazing book series! xoxo :* This is the book review:
Kisah Glam Girls kali ini berpusat pada Anastasia, atau lebih akrab dipanggil Nasta; seorang striker yang handal di klub sepakbola cewek VIS. Di klub sepakbola Anastasia cukup dekat dengan asisten pelatih yang bernama Kafka, seorang cowok yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Ada pula Akira, cowok dari klub sepakbola cowok yang cukup menarik perhatian Nasta. Meskipun ia adalah anggota klub sepakbola, hal tersebut bukan berarti ia adalah seorang perempuan yang tomboy. Nasta juga adalah seorang cewek yang fashionable, terlebih karena pengaruh dua sahabatnya Tiara dan Farrah. Kemudian diperkenalkan juga keluarga Nasta; Papa, Mama, dan kakak laki-lakinya: Nanza.
Murid-murid yang bersekolah di VIS hanya ada dua jenis: yaitu yang Ridiculously Genius dan Ridiculously Rich; dan walaupun Nasta berasal dari keluarga yang mampu sekaligus memiliki otak yang cemerlang, itu bukan berarti kehidupannya tanpa masalah. Sedikit demi sedikit permasalahan datang menghampirinya; dimulai dari tekanan kedua orangtuanya yang terus memaksakan kehendak, tumpukan fotonya bersama Kafka di dalam loker yang dapat mengancam posisi Kafka sekaligus karir kedua orangtua Nasta, bahkan hingga larangan orangtuanya untuk latihan sepak bola. Nasta begitu lelah dengan semua permasalahannya karena ia merasa tidak satupun bisa ia selesaikan.
"Aku sudah belajar bahwa jangan pernah menilai buku dari sampulnya. Dalam lingkungan sepertiku ini, kalian nggak akan pernah tahu mana yang teman, mana yang musuh, mana yang frienemies. Semuanya bisa saling backstabbing satu sama lain, even your very closest friend."
Untungnya, Nasta tidak harus menghadapi semua masalahnya sendirian karena ia punya kedua sahabatnya, kakaknya yang sangat perhatian, dan juga seorang cowok yang secara tidak disengaja ia kenal bernama Aldrian. Akankah Nasta berhasil menyelesaikan seluruh permasalahannya?
Anastasia atau biasa dipanggil Nasta, salah satu siswa Voltaire International School (VIS). Bisa masuk ke VIS karena orang tuanya yang kaya raya. Soalnya untuk masuk VIS hanya ada dua kategori, Ridiculously Rich atau Ridiculously Genious. Meski Nasta termasuk kategori RR, namun otaknya juga tidaklah mengecewakan. Belum lagi prestasinya di klub sepakbola yang cemerlang.
Di VIS, sebagaimana layaknya gadis lainnya, Nasta juga punya sahabat. Mereka adalah Tiara dan Farrah. Bersama sahabatnya ini Nasta sering menghabiskan waktunya. Tapi suatu hari, orang tuanya memberikan ultimatum bahwa Nasta harus mengikuti berbagai les (ekonomi dasar dan persiapan TOEFL) di rumah sepulang sekolah. Kedua orang tuanya mendatangkan mentor khusus untuk masa depan Nasta. Bukan hanya itu, orang tuanya juga melarang Nasta untuk ikut klub sepakbola lagi.
Belum cukup itu masalah Nasta, dia mendapat surat kaleng di lokernya. Selama ini Nasta akrab dengan Kafka, asisten pelatih sepakbola. Bukan tanpa sebab, Kafka adalah sahabat kakaknya, Nanza. Nasta merasa Kafka hadir sebagai pengganti kakaknya yang kini berkuliah di Bandung. Nah, surat kaleng yang dia dapatkan adalah berisi foto-foto yang memperlihatkan kedekatan Nasta dan Kafka. Masalahnya, sebagai asisten pelatih sepakbola di VIS, Kafka terikat kontrak dimana salah satu klausulnya menyatakan tidak boleh ada hubungan antara staf, guru, atau tenaga kontrak di VIS dengan siswa. Kalau foto ini sampai beredar, bukan hanya Kafka yang dirugikan. Gosip dan sindiran yang bisa diterima di VIS itu setara dengan hukuman moral.
Okey... itu masalah Nasta. Dimana kisah romantisnya? Sebagai gadis dengan penampilan menarik, tentu saja Nasta sering didekati oleh cowok-cowok di sekolahnya. Sebut saja Dico yang songong dan menyebalkan, lalu ada Akira teman di klub sepakbola (Nasta sempat naksir Akira). Tapi yang menarik perhatian adalah cowok yang dijumpai Nasta di halte bus, bernama Aldrian. Dia bukan siswa di VIS, melainkan siswa SMA Harapan Bangsa. Bersama Al, Nasta mengalami pengalaman baru. Termasuk naik metromini dan motor gede. Sayangnya kisah mereka bukan topik pokok dalam novel ini.
I love this book!! I am definitely love this book! Ini buku kedua Nina Ardianti yang saya baca setelah Fly To The Sky. Meski saya langsung loncat ke seri terakhir dari Glam Girls ini, tapi that absolutely not such a big deal (walau begitu jadi ingin baca Glam Girls Series lainnya ^_^). Ceritnya tentang anak-anak dari Senior High di sebuah sekolah (super) elite. Kesannya bakal teenlit banget ya? Tapi enggak. Kisahnya complex. Masalah mereka dan teman-teman disekolah, masalah mereka dan orang tua, juga masalah mereka dan diri mereka sendiri. Semuanya ditutur dengan amat.. apa ya istilah yang tepa? Epic! Ya, cerita mengalir dengan amat cantik, menarik. Asik banget deh. Awalnya waktu tahu kalau si tokoh utama adalah pemain sepak bola cewek, saya rada ngeri. Just for your information ya, saya itu rada ngak bersahabat sama yang berbau soccer. Saya bisa terlelap kalau disuruh nonton pertandingan sepak bola. Seperti didendangi lullaby. Tapi ternyata fakta itu sama sekali tidak dibutuhkan dalam kasus kali ini. Saya menikmati membaca novel ini. Amat menikmati. Overall, saya cuma bisa kasi dua jempol, round of applause and standing ovation, serta 5 bintang dari skala 5 buat Nina Ardianti. Luar biasa, sista! Awesome!! Ditunggu novel selanjutya ^__^
Quite disappointing, setelah saya terpukau dengan Nina Ardianti di Fly To The Sky. Kecewa juga karena rasanya seperti pengulangan karakter Adrianna di Novel Glam Girls. Malah, menurut saya, Anastacia ini adalah Adrianna yang ganti nama, ganti orangtua, ganti kakak, dan fashionly better. Karakter Tiara-nya nggak sekuat Rashi, meski penulis kelihatan berusaha keras menyamakan dengan Rashi, dan Farrah-nya pun nggak kayak Maybella, mengingat kelihatannya pola Rashi-Maybella-Adrianna ini juga diulang di Tiara-Farrah-Anastacia.
Sisi baiknya, buku ini better dibandingkan Glam Girls-nya Nina Ardianti juga, menurut saya.
dan saya bertanya2, kenapa harus berhenti serial GG-nya?
Setelah sebelumnya membaca Fly to the Sky, saya menunggu buku Nina selanjutnya. Yang ini, walaupun ternyata cerritanya tentang anak SMA dan serial yang buku-buku sebelumnya nggak pernah saya baca, turned out tobe okay. More than okay, sepertinya. Yang saya suka adalah caranya bercerita, seperti kita bisa membayangkan menjadi tokohnya seperti apa. Dan sedikit banyak kayaknya Nina agak menyelipkan pesan-pesan ya. Hehehe..
i'm finished ! hhe buku nya bkin penasaran pngen terus baca. di bab bab awal memang agak boring tapi ditengah smpai akhir ,totally good !
totally good krna bisa bkin mood baca yg bkngan ini agak turun jadi naik lagi. good ,krna bs bkin saya slesai baca ini dlm sehari pdahal lagi sakit. super duper good bukan hanya karna ad tokoh dgn nama saya -Tiara ,bkan juga hanya krn ada cmment saya yg dmuat di hlmn blkng novel ini tntg GG :p
tapi memang critanya sngt mnarik ,dr segi karakter dan jalan cerita pun oke.
Antara kecanduan sama karyanya kak Nina atau sama Glam Girls series ini. Ceritanya sekilas hampir sama dengan Glam Girls yang pertama.
Keseluruhan ceritanya aku suka, banget. Walaupun sebenernya inti masalahnya cukup klise dan sederhana. Tentang anak yang dipaksa-paksa ikut les sana-sini, dilarang sana-sini oleh mama-papanya, juga masalah di sekolahnya.
Tokoh favoritku jelas, Aldrian dong :) Bad boy yang charming. Tapi harusnya Al lebih banyak ditampilin huuuu :"" Walaupun begitu, ada penggantinya sih, Nanza (kakak Nasta) yang oke juga *kedip-kedip*.
Sudah brp lama ya menunggu seri glam girls yg satu ini ^^ terakhir baca entah yg Magnificent atau Outrageous, aku udh lupa karena udh cukup lama. Glam girls selalu menarik baik dr isi maupun penyajiannya. dan gaya mbak Nina membawakan cerita selalu terasa menyenangkan. Sayangnya setelah bertahun2 menunggu, Impossible jadi jawaban sekaligus penutup. mungkin ga ya gagasmedia mengeluarkan seri clique*it seperti ini lagi?
Tokoh Nasta mirip dengan Adrianna. Seandainya Glam Girls tidak ditulis oleh mbak Nina, mungkin saya bisa memaklumi. Tapi sayangnya, Glam Girls dan Impossible ditulis oleh orang yang sama. Dari awal cerita saya sudah merasakan kemiripan Nasta dengan Adrianna. Sifat, sepak bola,dikekang orang tua (dalam hal yang berbeda), memiliki kakak yang penyayang Nanza dan Mirza. Sebenarnya saya ingin novel penutup dari series ini bisa lebih nendang.
As always, Mbak Nina selalu berhasil membuatku iri pada sesosok kakak laki-laki. Nanza, sedikit mirip dengan Ilham, selalu menjadi tokoh kakak yang peduli banget sama adiknya. Mengenai Nasta, well, dia beruntung punya teman dan sahabat serta ending yang manis di novel ini. Dan Al, membuatku speechless. Sayangnya, endingnya agak menggantung soal hubungan Nasta sama Al. Tapi, kayaknya kita sudah bisa menebak deh bakalan kayak apa kelanjutan kisah mereka. Happy ending, I think.
Saya selalu suka membaca series Glam Girls. Banyak mendapat pandangan hidup dari sisi lain yang selama ini hanya terpampang begitu saja di depan mata, dan saya merasa malas untuk mendalaminya. Saya selalu menyukai cerita persahabatannya. Dalam penutup series ini, Nina menuturkan adegan demi adegan dengan baik. penuturan dan deskripsinya dirasa pas. sayang, ini seri terakhir GG :(
Saya suka dengan cara penulis mengemas cerita ini, walaupun kesannya seperti cerita di sinetron, tapi saya dibuat penasaran dengan endingnya. Karakter Nasta dimata saya awalnya terlihat terlalu dilebihkan, tapi mengingat judul novel ini sendiri, rasanya karakter itu memang sudah sepantasnya menjadi tokoh utamanya..
Kayanya aku mulai jatuh cinta dengan gaya bahasa penulis satu ini deh. Apa ya? Ringan. Pas banget dibaca sama anak anak remaja. Dan well, ceritanya juga cerita SMA banget. Walaupun banyak masalah yang ada di novel ini ga ada tuh di sekolah gue hahaha :))
Wowwww buku ini memberikan pengalaman yg menyenangkan. Seperti nostalgia ke masa muda hehehe. Tidak bsa berhenti utk membaca sampai lembar terakhir. Always love books by Nina Ardianti:-)